PENDAHULUAN. Holmes (2000) menyatakan bahwa hak pengusahaan hutan yang pada

dokumen-dokumen yang mirip
Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan 2)

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Vol.3, No.1. April (2) : 17-24

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

DAMPAK PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING TERHADAP KOMPOSISI TEGAKAN DI HUTAN ALAM TROPIKA MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Ekowisata

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Berk. Penel. Hayati: 15 (77 84), 2009

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Baharinawati W.Hastanti 2

KERUSAKAN FISIK LINGKUNGAN AKIBAT PENYADARAN DENGAN SISTEM MEKANIS MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KETERBUKAAN AREAL DAN KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT KEGIATAN PENEBANGAN DAN PENYARADAN (Studi Kasus di PT. Austral Byna, Kalimantan Tengah)

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. Vlll No. 2 : (2002) Arti kel (Article) Trop. For. Manage. J. V111 (2) : (2002)

REDUKSI EMISI KARBON MELALUI PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI Carbon Emission Reduction of Sustainable Natural Production Forest Management

3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI PULAU SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT ADYTIA MACHDAM PAMUNGKAS


PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN DAN KERUSAKAN TEGAKAN AKIBAT PRODUKSI JENIS MERBAU ( INTSIA

II. METODOLOGI. A. Metode survei

PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

BAB III METODE PENELITIAN

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih

DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DI INDONESIA FOREST DEFORESTATION AND DEGRADATION IN INDONESIA

PERENCANAAN PEMANENAN KAYU

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

KATA PENGANTAR. Denpasar, Maret 2016 Kepala Balai, Ir. S y a f r i, MM NIP

Oleh/Bj : Maman Mansyur Idris & Sona Suhartana

Elias Grahame Applegate Kuswata Kartawinata Machfudh Art Klassen. Pedoman Reduced Impact Logging Indonesia ITTO

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 1 : 1-16 (2003)

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

Luas hutan Indonesia menurut MoFEC (1999a) seluas 142 juta hektar, yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

Erosi Tanah Akibat Operasi Pemanenan Hutan (Soil Erosion Caused by Forest Harvesting Operations)

PERBANDINGAN DAMPAK PENYARADAN MENGGUNAKAN MONOCABLE (MESIN PANCANG TARIK) DAN BULLDOZER TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

GUBERNUR PAPUA. 4. Undang-Undang.../2

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

KAYU SISA POHON YANG DITEBANG DAN TIDAK DITEBANG DI IUPHHK-HA PT INHUTANI II UNIT MALINAU KALIMANTAN UTARA WINDA LISMAYA

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

KETENTUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENGUSAHAAN HUTAN PT. DAYA SAKTI TIMBER CORPORATION

Aah Ahmad Almulqu *, Elias **, Prijanto Pamoengkas ** *

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

Pengaruh Penyaradan Kayu Dengan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah Di Kalimantan Barat

BAB III METODE PENELITIAN

Yosep Ruslim 1 dan Gunawan 2

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

Oleh/By : Yosep Ruslim. Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawaraman ABSTRACT

Sepuluh Tahun Riset Hutan Hujan Tropica Dataran Rendah di Labanan, Kalimantan Timur Plot Penelitian STREK

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA PT. SARI BUMI KUSUMA KALIMANTAN TENGAH ANIS WIJAYANTI

GUNUNG GAJAH GROUP KALIMANTN TIMUR. KAHARUDDIN, S.HUT. Dir. Produksi PT. UDIT

TINGKAT KERUSAKAN DAN KETERBUKAAN AREAL AKIBAT PENYARADAN KAYU DI HUTAN ALAM DATARAN RENDAH TANAH KERING REINALDO SAPOLENGGU

STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS PERMUDAAN HUTAN ALAM TROPIKA AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

EMISI KARBON POTENSIAL AKIBAT PEMANENAN KAYU SECARA MEKANIS DI HUTAN ALAM TROPIS (KASUS KONSESI HUTAN PT

Latar Belakang Tujuan Penelitian Bahan dan metode Hasil & Pembahasan Kesimpulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Pengertian, Konsep & Tahapan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Menurut Bermejo et al. (2004) kayu jati merupakan salah satu

KERUSAKAN TINGKAT TIANG DAN POHON JENIS KOMERSIAL AKIBAT PENEBANGAN INTENSITAS RENDAH DI IUPHHK-HA PT. INHUTANI II MALINAU ARUM NGESTI PALUPI

KERAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TANAH KERING BEKAS TEBANGAN DI KALIMANTAN HERI EKA SAPUTRA

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 2 : (2003)

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING META FADINA PUTRI

Transkripsi:

PENDAHULUAN Holmes (2000) menyatakan bahwa hak pengusahaan hutan yang pada mulanya dimaksudkan untuk mempertahankan lahan hutan sebagai hutan produksi permanen, menjadi penyebab utama degradasi hutan. Dalam survei pada lahan hutan seluas 47 juta hektar yang berada di areal HPH aktif atau yang habis masa konsesinya, sekitar 30 % mengalami degradasi. Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak dilakukan secara profesional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini antara lain dikarenakan dalam penerapan silvikultur, belum mengintegrasikan sistem pemanenan kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia (Elias, 1998). Hasil penelitian (Pinard et.al., 1995; Sularso, 1996; Elias, 1998) menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan mampu mengurangi kerusakan. Pemanenan kayu berwawasan lingkungan ini dilaksanakan dengan perencanaan pemanenan kayu yang baik, pelaksanaan pemanenan yang terkendali dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan kayu. Indikator pengelolaan yang lestari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan selama kegiatan pemanenan kayu yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah lingkungan (Reduced Impact Logging/RIL) yang menjadi indiator yang paling penting dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang

2 rendah berupa tersedianya tegakan tinggal berjenis komersial yang cukup dan sehat. METODE PENELITIAN Desain Petak Penelitian Petak penelitian terdiri dari petak pemanenan kayu dengan teknik konvensional dan petak pemanenan kayu dengan teknik RIL. Petak penelitian ini masing-masing seluas 10 15 ha yang di dalamnya dibuat 3 (tiga) plot permanen/pengukuran dengan ukuran masing-masing 100 m x 100 m (1 ha). Plot-plot permanen/pengukuran diletakkan secara sistematis pada kedua petak penelitian sedemikian rupa sehingga mewakili tempat-tempat sebagai berikut : (1) Di lokasi tempat pengumpulan kayu (TPN), (2) Di lokasi jalan sarad utama dan (3) Di lokasi jalan sarad cabang. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Regu tebang dan regu sarad merupakan regu yang sama dengan pemanenan kayu konvensional, demikian pula peralatan pemanenan kayu yang digunakan. Sebelum pelaksanaan RIL dibuat perencanaan pemanenan kayu yang intensif meliputi : penentuan arah rebah, jaringan jalan sarad di atas peta dan ditandai di lapangan (Elias, 1998). Regu tebang dan regu sarad sebelum melakukan kegiatan pemanenan kayu diberi pengarahan dan bereifing terlebih dahulu, serta pada saat pelaksanaan disupervisi oleh peneliti. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 macam yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui wawancara dan laporan-laporan 2

3 yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan melalu kegiatan pengamatan dan inventarisasi langsung di hutan pada plot permanen/pengukuran yang telah dibuat. Inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan pada plot ukuran 100 m x 100 m (1 ha) pada petak penelitian teknik konvensional dan teknik RIL untuk melihat potensi tegakan sebelum kegiatan pemanenan kayu. Dari plot ukuran 100 m x 100 m diukur dan dihitung semua jenis vegetasi tingkat tiang dan pohon secara continous strip sampling (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993). Data kerusakan tegakan yang disebabkan oleh pemanenan kayu, dikumpulkan melalui pengamatan sesudah penebangan dan penyaradan kayu antara lain : nama jenis pohon, diameter dan tipe kerusakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Tegakan Sebelum Penebangan Untuk melihat gambaran sebaran potensi tegakan tingkat tiang dan pohon per kelas diameter dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. 300 Potensi tegakan (pohon/ha 250 200 150 100 50 0 10-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60 up Kelas diameter (cm) KD KND NK Total 3

4 Gambar 2. Histogram potensi tegakan tingkat tiang dan pohon per kelompok jenis pada petak pemanenan kayu konvensional. 350 300 Potensi tegakan (Pohon/ha) 250 200 150 100 50 0 10-20 20-30 30-40 40-50 50-60 60 up Kelas diameter (cm) KD KND NK Total Gambar 3. Histogram potensi tegakan tingkat tiang dan pohon per kelompok jenis pada petak pemanenan kayu RIL. Dengan mengetahui potensi tegakan kedua petak pemanenan kayu tersebut maka kelompok jenis non komersial mendominasi kelompok jenis lain dengan persentase rata-rata sebesar 39,27 %, kemudian kelompok jenis komersial non Dipterocarpaceae 34,56 % dan kelompok jenis komersial Dipterocarpaceae 26,17 %. Demikian pula dengan sebaran diameter 10 19 cm mendominasi jumlah tegakan tingkat tiang dan pohon dengan persentase rata-rata 40,12 %, kelas diameter 20-29 cm sebesar 39,33 %, kelas diameter 30-39 cm sebesar 42,92 %, kelas diameter 40-49 cm sebesar 33,98 %. Kerusakan Tegakan Tinggal Jumlah rata-rata pohon rusak per hektar akibat penebangan dengan teknik konvensional sebesar 35,6 pohon dimana dengan menebang 1 pohon merusakkan 5,95 pohon. Jumlah pohon yang rusak akibat kegiatan penebangan teknik RIL sebesar 22,7 pohon/ha atau 1 pohon ditebang merusakkan 4,28 pohon. Hasil 4

5 tersebut menunjukkan bahwa pemanenan kayu dengan teknik RIL dapat mengurangi/menekan jumlah kerusakan tegakan tinggal tiang dan pohon sebesar 1,65 pohon/ha atau 27,73 % dibandingkan dengan hasil yang diakibatkan kegiatan penebangan pada pemanenan kayu konvensional. Jumlah kerusakan tingkat tiang dan pohon rusak akibat penyaradan teknik konvensional sebesar 78,6 pohon/ha. Sebaliknya kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan penyaradan dengan teknik RIL sebesar 44,7 pohon/ha. Dari data kerusakan tersebut menunjukkan bahwa penyaradan kayu dengan teknik RIL dapat menekan/mengurangi kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon sebesar 4,67 pohon/ha atau 35,64 %. Jumlah rata-rata kerusakan tegakan tingkat tiang dan pohon per hektar akibat pemanenan kayu konvensional sebesar 114,2 pohon. Rata-rata kerusakan akibat pemanenan kayu RIL sebesar 67,4 pohon. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan diterapkan teknik pemanenan kayu RIL dapat mengurangi/menekan kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon sebesar 6,36 pohon/ha atau 33,38 % dari yang dihasilkan pada petak pemanenan kayu konvensional. Potensi Tegakan Setelah Pemanenan Kayu Jumlah tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata setelah pemanenan kayu teknik konvensional sebesar 287,4 pohon/ha (70,44 %) dengan volume 165,26 m 3 (63,00 %). Sedangkan pemanenan kayu teknik RIL sebesar 358,8 pohon/ha (83,13 %) dengan volume 163,24 m 3 /ha (71,91 %). Tegakan tinggal di atas berasal dari berbagai sebaran diameter, bahkan terdapat beberapa pohon berdiameter 60 cm ke atas yang tidak dipanen karena gerowong, kayu keras dan terdapat beberapa jenis tidak ada pasaran kayu, pohon yang dilindungi dan pohon yang tidak bisa 5

6 ditebang karena alasan keamanan baik bagi penebang maupun bagi kayu yang ditebang dan tegakan tinggal. KESIMPULAN 1. Kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata per hektar akibat pemanenan kayu teknik konvensional dan RIL masing-masing sebesar 133,0 pohon (33,15 %) dan 83,3 pohon (19,53 %). Berdasarkan tingkat keparahannya, maka keruskan yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensioal termasuk tingkat kerusakan sedang (25-50 %) dan pemanenan kayu RIL termasuk dalam tingkat keerusakan ringan (< 25 %). 2. Kerusakan permudaan tingkat semai dan pancang per hektar yang terjadi akibat pemanenan kayu konvensional masing-masing sebesar 8466,7 batang semai (34,42 %) dan 1226,7 batang pancang (35,13 %) dan akibat pemanenan kayu RIL 3800 batang semai (23,17 %) dan 682,7 batang pancang (21,72 %). 6

7 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan. Jakarta. Dykstra, D.P. and R. Heinrich. 1996. Model Code of Forest Harvesting Practice. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Elias. 1997. State of The Art of Timber Harvesting Operations in The Tropical Natural Forest in Indonesia. Paper Presented on Exchange Meeting Between Staffts of Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia and Staffts of Shimane University, Japan 30 June 1997 in Shimane. Japan. Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduced Impact Timber Harvesting in the Tropical Natural Forest in Indonesia. FAO. Rome. Holmes. 2000. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia dan Washington D C Global Forest Watch. Bogor. Indonesia. Pinard, M.A., F.E. Putz, J. Tay and T.E. Sulivan. 1995. Development and Implementation of Timber Harvesting Guidelines. The Reduced Impact Logging in Sabah, Malaysia. Makalah disajikan dalam Workshop on Forestry Manpower Training in Jakarta, 26-27 Oktober 1995. Pinard, M.A., and F.E. Putz. 1996. Retaining Forest Biomass by Reduced Logging Damage. BIOTROPICA, 28 (3) : 278-295. Pinard, M.A., F.E. Putz, and Tay, J. 2000. Lessons Learned from Implementation of Reduced Impact Logging in Hilly Terrain in Sabah, Malaysia. International Forestry Revies 2 (1) : 33-39. Sukanda, A. 1998. Pemanenan yang Terencana dan Terkendali untuk Meminimalisasi Kerusakan Hutan di Wanareset Sangai, Kalimantan Tengah. Paper. Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Terkendali dan Konvesnional Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Tidak Diterbitkan. Suparna, N. 2006. Why RIL is not Easily Adopted in Indonesia. Buletin APHI No. 14 (2), Maret 2006. Thurland, M. 1999. Environmental Analysis of Selective Logging and Extraction of Forest Residues. Technical Reports Volume 1, pp. 214-296. Kuala Lumpur, Forest Department Peninsular Malaysia. 7

8 KARYA TULIS POTENSI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU OLEH : M U H D I NIP 132 296 512 DEPARTEMEN KEHUTANAN 8

9 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, peulis panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah meberikan rahmat dan karunia-nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini berjudul Potensi Tegakan Sebelum dan Sesudah Pemanenan Kayu. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya. Kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ini sangat penulis harapkan. Medan, Juli 2006 Penulis 9

0 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... ii Pendahuluan...1 Metode Penelitian...2 Hasil dan Pembahasan...4 Kesimpulan...7 Daftar pustaka Halaman 10