PENGARUH SUSPENDER TIPE VERTICAL DAN INCLINED TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN GANTUNG

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI STRUKTUR ATAS JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA AEK LIBUNG, KECAMATAN SAYUR MATINGGI, KABUPATEN TAPANULI SELATAN

STUDI PARAMETER DESAIN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DENGAN BENTANG 120 M

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Kajian Pemakaian Profil Fiber Reinforced Polymer (FRP) sebagai Elemen Struktur Jembatan Gantung Lalu Lintas Ringan

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Bayzoni 1) Eddy Purwanto 1) Yumna Cici Olyvia 2)

OPTIMALISASI STRUKTUR RANGKA JEMBATAN RANGKA BATANG BAJA TIPE WARREN

PEMBANDINGAN DISAIN JEMBATAN RANGKA BAJA MENGGUNAKAN PERATURAN AASHTO DAN RSNI

PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :

OPTIMASI BERAT STRUKTUR RANGKA BATANG PADA JEMBATAN BAJA TERHADAP VARIASI BENTANG. Heavy Optimation Of Truss At Steel Bridge To Length Variation

Analisis Konstruksi Jembatan Busur Rangka Baja Tipe A-half Through Arch. Yumna Cici Olyvia 1) Bayzoni 2) Eddy Purwanto 3)

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

ANALISIS KEKUATAN GIRDER AKIBAT KEMIRINGAN MEMANJANG JEMBATAN. Suyadi 1)

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

TUGAS AKHIR RC

EVALUASI KONDISI EKSISTING STRUKTUR ATAS JEMBATAN BAILEY MOLINTOGUPO, KABUPATEN BONE BOLANGO, GORONTALO

DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK

Kajian Perilaku Jembatan Cable Stayed terhadap Variasi Kemiringan Lantai Jembatan Studi Kasus: Jembatan Satu, Barelang

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

BEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR UTAMA JEMBATAN KUTAI KERTANEGARA SAAT PEMELIHARAAN SEBELUM JEMBATAN RUNTUH

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

PERENCANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN LENGKUNG RANGKA BAJA KRUENG SAKUI KECAMATAN SUNGAI MAS KABUPATEN ACEH BARAT

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN

ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA (STUDI KASUS : JEMBARAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA MALANG)

3.3. BATASAN MASALAH 3.4. TAHAPAN PELAKSANAAN Tahap Permodelan Komputer

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

BAB III METODOLOGI DESAIN

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

Analisa Struktur Atas Jembatan Kutai Kartanegara Sebelum Mengalami Keruntuhan

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

EVALUASI JEMBATAN BAILEY MOLINTOGUPO PASCA PENGGANTIAN GIRDER DAN LANTAI KENDARAAN

ANALISA STRUKTUR ATAS JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA SEBELUM MENGALAMI KERUNTUHAN

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

PERHITUNGAN STRUKTUR BOX CULVERT

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

Menghitung Jembatan Baja dengan SAP 2000 V.14

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencari garis netral, yn. yn=1830x200x x900x x x900=372,73 mm

Ada dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan

LAMPIRAN 1. DESAIN JEMBATAN PRATEGANG 40 m DARI BINA MARGA

KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS ABSTRAK

4.1 URAIAN MATERI I : MENENTUKAN MODEL DAN BEBAN JEMBATAN

Studi Alternatif Bentuk Rangka Jembatan Canai Dingin Untuk Pejalan Kaki Bentang Kecil Terhadap Rasio Berat dan Lendutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

PERHITUNGAN VOIDED SLAB JOMBOR FLY OVER YOGYAKARTA Oleh : Ir. M. Noer Ilham, MT. [C]2008 :MNI-EC

ANAAN TR. Jembatan sistem rangka pelengkung dipilih dalam studi ini dengan. pertimbangan bentang Sungai Musi sebesar ±350 meter. Penggunaan struktur

Standar Pembebanan Pada Jembatan Menurut SNI The Loading Standards on Bridges According to SNI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN START. Pengumpulan data. Analisis beban. Standar rencana tahan gempa SNI SNI

DESAIN JEMBATAN BETON BERTULANG ANTARA PULAU BIDADARI DAN PULAU KELOR

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API TERHADAP VARIASI KONFIGURASI RANGKA BATANG, MUTU MATERIAL, DAN BEBAN SUHU

TUGAS AKHIR PERENCANAAN VARIASI RANGKA BAJA PADA JEMBATAN TANJUNG SELAMAT MEDAN (STUDI KASUS) Disusun Oleh : STEPHANY G. SURBAKTI

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam dunia konstruksi, tugas dari seorang civil structure engineer adalah

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

COVER TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA DENGAN PELAT LANTAI ORTOTROPIK

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

STUDI ANALISIS PERTEMUAN BALOK KOLOM BERBENTUK T STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PEMODELAN STRUT-AND- TIE ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Transkripsi:

P a g e 13 PENGARUH SUSPENDER TIPE VERTICAL DAN INCLINED TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN GANTUNG Munawir* 1, Noni Chintya Nasution 2 1 Dosen Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh 2 Mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Aceh e-mail: * 1 m_awhie@yahoo.com, 2 nonichintya@gmail.com. Abstract Suspender of suspension bridge consists of several types including vertical and inclined suspenders, then the formulation of the problem in this study take into account this differences to analyze how the influence of the suspender type on the behavior of the hanging cable which aims to plan the safety structure of the suspension bridge and determine the behavior of the bridge structure related inner and displacement forces. The benefits of this design is to obtain the structure of a suspension bridge that passable for passenger vehicle for both types of suspenders. The modeled bridge structure is 120 m length and 2.5 m width. Design and analysis of a suspension bridge is using SAP2000 version 14 with reference loading refers to SNI 1725-2016. The maximum axial force on the main cable of inclined suspender is larger than the axial force on the vertical suspender, which respectively is 525.83 kn and 872,661 kn, especially on the load combinations which take into account the effect of wind force, axial force of vertical suspender is greater than the inclined suspender which shows that the tension on the vertical cable is larger due to wind load. Based on the displacement of the truss, it was found that the value of each combination of load deflections on the vertical suspenders was much greater than the inclined suspender which is 384 mm in vertical suspenders and 323 mm in suspended suspenders. Pu / ØPn ratio value in the vertical suspender is smaller than the inclined suspender, but the deflection for both types of suspenders has met the permit deflection of L / 200. Based on the calculation, it can be concluded that suspension bridges with vertical suspenders are safer to the ultimate load, while the inclined load of inclined type is better because of the deflection on the smaller bridge truss. Keywords : Suspension Bridge, Deflection, Capacity Ratio, Suspender, Suspender. 1. PENDAHULUAN Jembatan adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh lembah yang dalam, sungai, danau, saluran irigasi, jalan kereta api, jalan raya dan perlintasan lainnya. Ketersediaan jembatan sebagai salah satu prasarana transportasi sangat menunjang kelancaran pergerakan lalu lintas pada daerah-daerah dan berpengaruh terhadap terciptanya pengembangan wilayah secara terpadu dan menyeluruh. Mengingat pentingnya peranan jembatan, maka harus ditinjau kelayakan konstruksi jembatan tersebut dalam hubungannya dengan klasifikasi jembatan sesuai dengan tingkat pelayanan dan kemampuannya dalam menerima beban. Dalam kaitannya dengan keselamatan maka perlu diperhatikan juga tingkat keamanan dan kenyamanan dalam pemakaian jembatan tersebut. Jembatan gantung merupakan pilihan yang efisien dan efektif sebagai sarana transportasi untuk menyeberangi sungai atau jurang terutama pada daerah terpencil dengan volume dan intesitas lalu lintas rendah. Jembatan gantung memiliki beberapa elemen struktur dominan seperti kabel utama (main cable), batang penggantung (suspender), gelagar, menara dan blok angkur di mana seluruh beban

P a g e 14 lalu lintas dan gaya-gaya yang bekerja pada jembatan gantung dipikul oleh kabel sebagai pemikul utama yang menumpu di atas 2 menara dan 2 pasang blok angkur. Ada beberapa bentuk suspender jembatan gantung diantaranya yaitu suspender tipe vertikal (vertical) dan suspender tipe menyilang (inclined) yang memindahkan beban dari dek (deck) ke kabel utama karena perbedaan inilah maka dalam kajian ini adalah menganalisa bagaimana pengaruh dari bentuk suspender tersebut terhadap perilaku kabel penggantung untuk merencanakan struktur jembatan gantung yang aman dan diketahui bagaimana perilaku srtuktur jembatan terkait gaya dalam dan displacement. Adapun manfaat pada penelitian ini adalah untuk diperoleh struktur jembatan gantung yang dapat dilewati kendaraan tipe mobil penumpang dengan jenis MPV untuk kedua jenis suspender. 2. METODE PENELITIAN Jembatan yang dikaji pada artikel ini dimodelkan sebagai jembatan gantung (suspension bridge) dengan lantai kendaraan (deck) dipikul oleh rangka baja (stell truss) yang bebannya diteruskan ke kabel utama (main cable) melalui kabel penghubung (suspender). Analisis struktur dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SAP2000 dimana besarnya beban yang diperhitungkan dan kombinasi bebannya memgacu kepada SNI 1726 : 2016 [1] dan RSNI 03-2833-201X [2] 2.1 Pemodelan Struktur Struktur jembatan dimodelkan sebagai struktur jembatan gantung dengan panjang 120 m, lebar 2,5 m dan tinggi menara 12 m. Data geometri jembatan gantung mengacu pada data yang sudah diperiksa keamanannya dengan perhitungan manual yang mengacu pada SNI Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki [3]. Desain struktur kabel pada perencanaan ini terdiri atas 2 jenis suspender yaitu vertical dan inclined dengan tipe rangka pengaku stiffening truss. Jumlah kabel batang penggantung pada suspender tipe vertical adalah sebanyak 40 masing-masing 20 kabel pada sisi kiri dan kanan, pada suspender tipe inclined sebanyak 38 pada sisi kiri dan sisi kanan. Untuk jarak antar suspender yang digunakan adalah sama yaitu 3 meter. kabel utama dan backstay dihitung berdasarkan gaya tarik T maksimum [3] dengan sudut backstay yang digunakan adalah 36,18 ; panjang bentang kiri dan kanan adalah 16,5 m dan ukuran minimum sag tengah adalah 1,1 m. Untuk pemodelan struktur jembatan gantung dapat dilihat Gambar 1 dan detail stiffening truss dapat dilihat pada gambar 2.. Gambar 1 Pemodelan Jembatan Gantung Suspender Tipe Suspender Tipe.

20.38 14.22 14.22 20.38 30.80 P a g e 15 150 200 14,5 Profil siku ganda 200x200x20 2-2 2-2 Profil siku ganda 200x200x20 150 2-2 18 3-3 3-3 11 90 3-3 Profil siku ganda 200x200x20 Profil siku ganda 200x200x20 200 200 20 200 200 20 Gambar 2 Detail Stiffening Truss Jembatan Gantung Tipe Suspender dan 2.2 Dimensi Struktur Material dan propertis untuk menara, truss dan plat lantai yang digunakan untuk setiap tipe suspender vertical dan suspender tipe inclined adalah sama. Dimensi profil dan mutu penampang ditentukan berdasarkan hasil perhitungan setelah proses input beban dilakukan dengan rasio kapasitas tidak lebih dari 0,95. Tabel 1 Ukuran Penampang yang Direncanakan. No Tipe Elemen Ukuran Struktur Penampang Jenis Profil Jenis Material 1 Menara W14 x 109 Profil I BJ 41 2 Ikatan Angin Menara W8 x 31 Profil I BJ 41 3 Gelagar memanjang W8 x 24 Profil I BJ 41 4 Gelagar Melintang 250.90.14,5 Profil C BJ 55 150.150.18 Profil L Siku ganda BJ 55 200.200.20 Profil L Siku ganda BJ 55 150.150.18 Profil L Siku Tunggal BJ 55 5 Kabel Utama Diameter Strand 15,2 mm Kabel 7- wire strand ASTM a 416-06 Grade 270 6 Suspender Diameter Strand 11,3 mm Kabel 7-wire strand ASTM a 416-06 Grade 270 2.3 Beban Rencana Besarnya beban yang bekerja pada jembatan yang ditinjau serta kombinasi pembebanan yang diperhitungkan mengacu kepada SNI 1725 : 2016 [1]. Kombinasi beban dibedakan untuk tinjauan pada kondisi ultimate dan layan (service). Adapun kombinasi pembebanannya adalah sebagai berikut :

P a g e 16 Kombinasi Pembebanan ULS : Kuat I (K1) = 1,10 MS + 1,8 (TT + TD + TB)... (1) Kuat II (K2) = 1,10 MS +1,4 (TT + TD + TB)... (2) Kuat III (K3) = 1,10 MS +1,40 EW S... (3) Kuat IV (K4) = 1,10 MS... (4) Kuat V (K5) = 1,10 MS + 0,40 EW S + 1,00 EW L... (5) Ekstrem I (E1) = 1,10 MS +0,5 (TT + TD + TB) + 1,00 EQ... (6) Ekstrem II (E2) = 1,10 MS +0,50 (TT + TD + TB)... (7) Kombinasi Pembebanan SLS : Daya Layan I (DL1) = 1,00 MS + 1,00 (TT + TD + TB) + 0,30 EW S + 1,00 EW L... (8) Daya Layan II (DL2) = 1,00 MS +1,30 (TT + TD + TB)... (9) Daya Layan III (DL3) = 1,00 MS +0,80 (TT + TD + TB)... (10) Daya Layan IV (DL4) = 1,00 MS +0,70 EW S... (11) Dimana : MS : Beban Mati TT : Beban Kendaraan TD : Beban Lajur TB : Beban Rem EWs : Beban Angin Struktur EW L : Beban Angin Kendaraan. EQ : Beban Gempa Adapun beban yang diperhitungkan adalah beban mati sebesar 1270,98 kn untuk suspender vertical dan 1374,816 kn untuk suspender inclined, beban kendaraan 8,125 kn, beban lajur BTR 13,68 kn/m, beban lajur BTG 4,94 kn, gaya akibat rem pada semua jalur jembatan sebesar 87,02 kn, beban angin diamsusikan disebabkan oleh angin rencana dengan kecepatan dasar 90 hingga 126 km/jam [1], beban angin pada kendaraan 0,9157 kn/m dan beban gempa. Beban gempa diambil sebagai gaya horizontal yang ditentukan berdasarkan perkalian antara koefisien respon elastik (C sm) dengan berat struktur ekuivalen yang kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respon (R) [2].

P a g e 17 2.4 Analisa Struktur Analisis struktur dilakukan dengan bantuan software SAP2000 terhadap kedua model jembatan yang ditinjau dengan menggacu kepada bagan alir (flow chart) sebagai berikut: Mulai Perumusan Masalah Studi Literatur Spesifikasi Jembatan - Pembebanan Jembatan - Data Sekunder - Data-Data Fisik Jembatan - Data-Data struktur Modifikasi Design - Menara - Kabel Utama - Suspender - Stiffening Truss Analisa Struktur Ditinjau untuk bentuk suspend er dan Tidak Rasio Kapasitas memenuhi Ketentuan R 0,95 Ya Hasil dan Pembahasan Selesaii Gambar 2 Bagan Alir Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek yang dikaji dari hasil dengan program SAP2000 adalah gaya aksial yang terjadi, tegangan pada kabel backstay, displacement dan rasio kapasitas. Analisis struktur dilakukan untuk masing-masing kombinasi beban.

P a g e 18 3.1 Gaya Aksial Gaya aksial yang muncul pada main cable dapat dilihat pada gambar 3. 525,883 kn 872,661 kn kn (a) Gambar 3 Gaya Aksial pada Main Cable (a) Suspender (b) Suspender Berdasarkan gambar 3 dan 4 dapat dilihat perbedaan gaya aksial pada main cable yang dialami elemen struktur jembatan menurut jenis suspender yang digunakan. Pada kombinasi pembebanan kuat I jembatan dengan suspender vertical diperoleh besar gaya aksial maksimum pada main cable adalah 525,83 kn dan suspender inclined adalah 872,661 kn. Gaya aksial maksimum tersebut masing-masing terletak pada bentang kiri main cable. Untuk perbandingan nilai gaya aksial pada main cable pada setiap kombinasi beban dapat lihat pada grafik 1. (b) 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 Grafik Perbadingan Gaya Aksial pada Main Cable Kuat 1 Kuat 2 Kuat 3 Kuat 4 Kuat 5 Ekstrem 1 Kombinasi Pembebanan Ekstrem 2 Gambar 4 Perbandingan Gaya Aksial pada Main Cable untuk Setiap Kombinasi Pada grafik tersebut terlihat perbandingan nilai gaya aksial pada setiap jenis kombinasi beban. Pada kombinasi beban kuat 1, kuat 2, kuat 4, ekstrem 1 dan ekstrem 2 nilai gaya aksial pada main cable suspender inclined jauh lebih besar dibanding suspender vertical. Sedangkan pada kombinasi beban kuat 3 dan kuat 5 gaya aksial suspender vertical jauh lebih besar dibanding suspender inclined, hal ini menunjukan bahwa tesgangan pada suspender vertical lebih besar akibat beban angin yang bekerja pada jembatan.

P a g e 19 3.2 Displacement dibawah ini: Displacement yang ditimbulkan pada setiap kombinasi daya layan dapat dilihat tabel Tabel 2 Displacement Suspender tipe dan Kombinasi Pembebanan Ux Uy Uz Ux Uy Uz DL I 2,1 0,005 38,3 1,3 0,0012 32,2 DL II 15 0,32 323 13 0,2 225 DL III 9 0,2 190 8 0,13 130 DL IV 0,1 0,3 0,1 0,2 0,23 0,3 Berdasarkan tabel 2 didapatkan nilai perpindahan (displacement) maksimum dari truss pada setiap kombinasi beban layan pada arah X, Y, dan Z. Dari hasil perbandingan didapatkan bahwa nilai pada setiap kombinasi pembebanan lendutan pada suspender vertical jauh lebih besar dari suspender inclined. Perpindahan maksimum terjadi untuk setiap suspender terjadi pada tengah bentang seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini: U1 = 21 U2 = 0,05002 U3 = 384 U1 = 13 U2 = 0,01251 U3 = 323 Gambar 5 Displacement yang Terjadi pada Suspender dan Berdasarkan gambar di atas bentang tengah memiliki gaya lendutan maksimum sebesar 384 mm untuk suspender tipe vertical dan 323 mm untuk suspender tipe inclined. Hasil tersebut memenuhi lendutan izin sebesar L/200 meter. 3.3 Rasio Kapasitas Nilai rasio kapasitas pada perencanaan ini diambil berdasarkan nilai maksimum dari masing-masing penampang pada satu titik joint yang sama pada menara dan juga truss. Berdasarkan hasil perhitungan melalui SAP2000 rasio kapasitas profil dapat dilihat pada gambar 6.

Rasio P a g e 20 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Grafik Rasio Kapasitas Profil Dimensi Profil Gambar 6 Rasio Kapasitas Pu / ØPn 3.4 Joint Reaction Hasil joint reaction pada perencanaan ini merupakan sample yang diambil pada satu titik joint yang sama pada menara, truss dan kabel untuk suspender vertical dan inclined. a. Joint reaction pada menara Joint reaction pada menara dapat dilihat pada tabel 3 Tabel 3 Joint Reaction di Menara Kombinasi Pembebanan Fx Fy Fz Fx Fy Fz (kn) (kn) (kn) (kn) (kn) (kn) Kuat I 24,15-9,38 240,92 34,78-17,39 208,70 Kuat II -24,15-9,38 212,56 27,05-13,53 162,32 Kuat III -11,59 5,08 66,03-43,17 21,59-259,02 Kuat IV -24,15-9,38 113,29 25,64-12,84 153,89 Kuat V -29,65-8,77 141,70-4,33 2,16-25,95 Ekstrem I -26,55-10,29 159,32-25,93-8,14 155,59 Ekstrem II -24,15-9,38 148,74 9,66-4,83 57,97 Max 24,15 5,08 240,92 34,78 21,59 208,70 Min -29,65-10,29 66,03-43,17-17,39-259,02 Berdasarkan tabel 3 dapat lihat bahwa nilai maksimum pada joint reaction di menara pada arah X adalah 24,15 kn untuk suspender tipe vertical pada kombinasi beban Kuat I dan 34,78 kn untuk suspender tipe vertical pada kombinasi beban kuat I. Sedangkan untuk arah Y nilai maksimum untuk suspender vertical adalah 5,08 kn pada kombinasi beban kuat III, dan pada suspender inclined sebesar 21,59 kn pada kombinasi beban kuat III. Untuk arah Z nilai maksimum pada suspender vertical adalah 240,92 kn pada kombinasi beban kuat I, dan pada suspender inclined adalah 208,70 pada kombinasi beban kuat I. b. Joint Reaction pada Truss Untuk nilai joint reaction di truss dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4 Joint Reaction di Truss Kombinasi Pembebanan Fx Fy Fz Fx Fy Fz (kn) (kn) (kn) (kn) (kn) (kn) Kuat I 0,713 90,19 458,37 13,31 50,66 369,59 Kuat II 0,555 70,148 356,51 1,433 39,403 287,45 Kuat III 192,376 30,23 213,54 54,93 110,86 117,79

P a g e 21 Kuat IV -1,906 39,818 216,56 92,028 6,595 119,363 Kuat V -3,28-513,347-644,28 58,775 36,798 92,12 Ekstrem I -4,496 22,834 124,66-144,33-6,42-5,79 Ekstrem II 0,198 25,053 127,32 138,367 14,072 102,66 Max 192,376 90,19 458,37 138,37 110,86 369,59 Min -4,496-513,35-644,28-144,33-6,42-5,79 Berdasarkan tabel 4 dapat lihat bahwa nilai maksimum pada joint reaction di truss pada arah X adalah 192,376 kn untuk suspender tipe vertical pada kombinasi beban Kuat III dan 138,37 kn untuk suspender tipe inclined pada kombinasi beban kuat I. Sedangkan untuk arah Y nilai maksimum untuk suspender vertical adalah 90,19 kn pada kombinasi beban kuat I, dan pada suspender inclined sebesar 110,86 kn pada kombinasi beban kuat III. Untuk arah Z nilai maksimum pada suspender vertical adalah 458,37 kn pada kombinasi beban kuat I, dan pada suspender inclined adalah 369,59 pada kombinasi beban kuat I. c. Joint Reaction di Kabel Untuk nilai Joint reaction pada kabel dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Joint Reaction di Kabel Kombinasi Pembebanan Fx (kn) Fy (kn) Fz (kn) Fx (kn) Fy (kn) Fz (kn) Kuat I -91,05 0,0002-66,21-14,10-0,0002-520,38 Kuat II -70,82 0,0002-51,49-80,04 0,0042-162,32 Kuat III -11,59 105,08 66,03-53,19 110,76 117,51 Kuat IV -58,71 0,0002-7,41-85,80 0,0006-27,10 Kuat V -346,01 0,0004-251,60-99,53 0,6350-72,28 Ekstrem I -47,24-0,1340-33,28-158,27 0,3270-114,16 Ekstrem II -25,29 0,0001-18,39-205,29 0,0015-149,26 Max -11,59 105,08 66,03-14,10 110,76 117,51 Min -346,01-0,1340-251,60-205,29-0,0002-520,38 Berdasarkan tabel 5 dapat lihat bahwa nilai maksimum pada joint reaction di kabel pada arah X adalah -11,59 kn untuk suspender tipe vertical pada kombinasi beban Kuat III dan -14,10 kn untuk suspender tipe inclined pada kombinasi beban kuat I. Sedangkan untuk arah Y nilai maksimum untuk suspender vertical adalah 105,08 kn pada kombinasi beban kuat III, dan pada suspender inclined sebesar 110,76 kn pada kombinasi beban kuat III. Untuk arah Z nilai maksimum pada suspender vertical adalah 66,03 kn pada kombinasi beban kuat III, dan pada suspender inclined adalah 117,51 kn pada kombinasi beban kuat III. 3.5 Perbandingan Dimensi Elemen dan Output Jembatan Perbandingan dimensi elemen dan output pada suspender tipe vertical dan suspender tipe inclined dapat dilihat pada tabel 6. Hasil tersebut didapatkan berdasarkan analisis memakai SAP2000 versi 14.

P a g e 22 Tabel 6 Perbandingan elemen dan output suspender tipe vertical dan inclined Parameter Perbandingan Tipe Suspender Ukuran Jembatan Panjang Bentang Kiri Panjang Bentang Tengah m m 16,5 120 16.5 120 Panjang Bentang Kanan m 16,5 16,5 Lebar Menara m 5,25 5,25 Tinggi Menara m 12 12 Jumlah Segmen Kiri m - - Jumlah Segmen Tengah bh 40 76 Jumlah Segmen Kanan m - - Ketinggian Kabel di Tengah m 1,1 1,1 Dimensi Elemen Struktur Output Bentang Menara W14x109 W14x109 Gelagar Memanjang W8x24 W8x24 Kabel Utama mm 15,2 15,2 Suspender mm 11,3 11,3 Berat Suspender kn 25,99 36,79 Aksial Kabel Utama kn 525,83 872,661 Aksial Kabel Backstay kn 677,49 930,97 Lendutan Maksimum mm 384 323 4. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pada jembatan dengan suspender vertical diperoleh gaya aksial maksimum pada main cable lebih kecil dibanding gaya aksial pada suspender yaitu 525,83 kn untuk suspender vertical dan 872,661 kn untuk suspender inclined, namun pada beban angin gaya aksial suspender vertical lebih besar dibanding pada suspender vertical. Hal ini menunjukan bahwa tegangan pada kabel vertical lebih besar akibat beban angin. 2. Lendutan yang terjadi akibat kombinasi beban layan didapat bahwa nilai susperder vertical lebih besar dari pada suspender inclined untuk setiap kombinasi beban layan. Namun demikian, nilai lendutan pada kedua suspender yang ditinjau untuk semua kombinasi beban sudah memenuhi lendutan izin sebesar L/200. 3. Dengan perhitungan beban yang sama, besar profil dan mutu material yang digunakan pada menara, truss dan kabel yang sama, didapatkan nilai ratio Pu / ØPn pada suspender tipe vertical lebih besar dibandingkan dengan suspender inclined. Berdasarkan hasil analisis ratio dari kedua suspender memenuhi kapasitas ratio yang diizinkan yaitu < 0,95. DAFTAR PUSTAKA [1] Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum, 2010, Pemberlakuan Pedoman Perencanaan dan Pelaksaan Konstruksi Jembatan Gantung untuk Pejalan Kaki. Kementerian Pekerjaan Umum. [2] Standar Nasional Indonesia, 2016, Pembebanan untuk Jembatan, Badan Standarisasi Nasional. [3] Rancangan Standar Nasional Indonesia, 2013, Perancangan Jembatan terhadap Beban Gempa. Badan Standarisasi Nasional.