HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BEBERAPA TANAMAN OBAT MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI BAHAN PENOPANG TRI HAYATI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

PROFIL FITOKIMIA DAN UJI ANTIBAKTERI BIJI MANGGA ARUM MANIS (Mangifera indica. Linn)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

Sampel basah. Dikeringkan dan dihaluskan. Disaring

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dihambat (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber. perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami dan

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antioksidan pada

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Percobaan dan Hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

Kadar Air Simplisia Daun Salam

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAN UJI DAYA ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH DENGEN (DilleniaserrataThunbr.)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) BERDAGING BUAH PUTIH

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

Lampiran 1 Pohon mangrove Api-api (Avicennia marina) Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat daun Api-api (Avicennia marina)

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan, beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) Gambar 4 Twin trough chamber (a) dan flat bottom chamber (b)

Isolasi, Karakterisasi dan Uji Aktivitas Antioksidan Flavonoid dari Ekstrak Air Kulit Batang Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.

Lampiran 1 Hasil Determinasi Tanaman

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Sampel Tanaman Hasil ekstraksi terhadap 50 g serbuk kering masing-masing sampel menghasilkan data seperti pada Tabel 1. Data pehitungan rendemen hasil ekstraksi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 1 Rendemen hasil ekstraksi dengan metode maserasi Sampel Rendemen (%) Etanol 30% Etanol 96% Kedawung 15.35 13.96 Jambu biji 10.93 12.58 Salam 15.21 11.65 Bangle 14.57 13.55 Sirih merah 25.8 11.17 Rendemen simplisia kedawung hasil ekstraksi etanol 30% dan 96% adalah berturut-turut 15.35%, 3.96%. Hasil rendemen ini lebih besar dari estrak n-heksan daun kedawung menggunakan metode refluk sebesar 1.64% dengan bobot daun 100 g (Tjisnajaya et al. 2006). Pelarut etanol merupakan pelarut polar yang melarutkan komponen senyawa polar dan n-heksan pelarut non polar yang melarutkan komponen non polar, sehingga jumlah senyawa yang terekstrak lebih banyak dengan menggunakan etanol. Rendemen ekstrak daun jambu biji dengan pelarut etanol 30% dan 96% didapatkan sebesar 10.93% dan 12.58%. Standar Monografi Nasional Indonesia (MNI) menyatakan bahwa rendemen ekstrak etanol murni daun jambu biji tidak kurang dari 12.3%. Rendemen ekstrak bangle tidak sesuai dengan standar MNI dimana rendemen ekstrak etanol 30% yang dihasilkan sebesar 14.57% dan etanol 96% sebesar 13.55%, sementara menurut standar MNI tidak kurang dari 25%. Hasil ekstraksi etanol 30% daun sirih merah didapatkan sebesar 25.8% dan etanol 96% sebesar 11.17%. Hasil rendemen ini lebih besar dari ekstrak etanol

70% daun sirih merah sebesar 4.42% (1.1195 g) dari 25 g daun sirih merah segar (Alfarabi 2010). Hasil ekstraksi etanol 30% daun salam sebesar 15.21 % dan etanol 96% sebesar 11.65%. Hasil ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Ekawati (2007), dimana rendemen ekstrak etanol 70% daun salam sebesar 18.45% yang diperoleh dari 20 g serbuk kering daun salam menggunakan metode refluk. Rendemen ekstrak yang dihasilkan dari 50 g serbuk kering menggunakan pelarut etanol 30% lebih banyak dibanding 96%. Pelarut etanol 30% lebih polar dibanding 96%, sehingga dapat melarutkan senyawa polar dan senyawa semi polar. Senyawa fenolik dan flavonoid umumnya mudah larut dalam air karena sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida (Harbone 1987). Perbedaan rendemen ekstraksi menunjukkan kandungan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang berbeda dari sampel tanaman tersebut. Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Kasar dengan Metode DPPH Berdasarkan pengujian antioksidan menggunakan DPPH, ekstrak kedawung etanol 30% maupun 96% memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Hal ini terlihat dari nilai IC 50 yang paling rendah di antara tanaman lainnya yaitu 10.51 µg/ml dan 12.74 µg/ml. Hasil ini jika dibandingkan dengan penelitian Gan & Latiff (2011) yang meneliti aktivitas antioksidan kedawung dari spesies P. speciosa ternyata memiliki IC 50 yang lebih baik (IC 50 3.06 µg/ml). Hal ini disebabkan pengaruh spesies tanaman dan kondisi pengambilan sampel yang berbeda, sehingga aktivitas antioksidannya juga berbeda. Ekstrak tanaman selanjutnya yang memiliki aktivitas antioksidan adalah ekstrak daun jambu biji, namun ekstrak daun jambu biji teraktif adalah ekstrak yang mengunakan etanol 96% dengan nilai IC 50 13.42 µg/ml, sedangkan ekstrak daun jambu biji yang menggunakan etanol 30% masih dikatakan memiliki aktivitas antioksidan walaupun lebih kecil dibandingkan ekstrak daun jambu biji dengan etanol 96%, yaitu senilai 14.50 µg/ml. Hasil aktivitas antioksidan ekstrak jambu biji yang diperoleh tidak berbeda jauh jika dibandingkan dengan hasil penelitian Indriani (2006) yang meneliti aktivitas antioksidan etanol daun jambu

biji dengan metode TBA (tiobarbituric acid) bahwa aktivitas antioksidan yang diperoleh dapat menghambat oksidasi lipid sebesar 94. 19%. Dataa aktivitas antioksidan keseluruhan menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan kedawung > jambu biji > salam > sirih merah > bangle. Hasil awal yang diperoleh dijadikan dasar pembuatan formulasi, yaitu campuran kedawung dengan daun jambu biji. Hasil uji aktivitas antioksidan dengann metode DPPH dapat dilihat pada Gambar 10 (data selengkapnya pada Lampiran 4). 120 100 IC 50 (µg/ml) 80 60 40 20 0 Gambar 11 Nilai IC 50 ekstrak kasar dengann metode DPPH Uji Fitokimia, Kadar Kuersetin dan Katekin Uji fitokimia, kadar kuersetin dan katekin dari ekstrak etanol 30% dari daun kedawung dan daun jambu bijii dapat dilihat pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwaa terdapat kandungan senyawa metabolit yang sama antara ekstrak sampel kedawung dan jambu biji. Ekstrak etanol 30% kedawung dan jambu bijii memiliki kandungan flavonoid, saponin, tanin dan steroid. Flavonoid yang terkandung di dalam sampel diduga sebagai senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ayoola et al. (2008) bahwa P. guajava mengandung flavonoid dan tanin yang merupakan senyawa fenol, yang berpotensi sebagai antioksidan. Sunarni et al. (2007) juga

menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dari senyawa alamiah seperti flavonoid, disebabkan adanya gugus hidroksi pada struktur molekulnya. Estrak daun jambu biji dan kedawung positif mengandung kadar flavonoid sebagai kuersetin sebesar 3.11% dan 3.60% dalam 0,1 g ekstrak, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohman et al. (2009) bahwa dalam jambu biji terkandung senyawa kuersetin terutama pada bagian buahnya. Tabel 2 Hasil Uji fitokimia, kadar kuersetin dan katekin ekstrak etanol 30% kedawung dan jambu biji Sampel Komponen Kedawung Jambu Biji Flavonoid + + Saponin + + Tanin + + Alkaloid - - Triterpenoid - - Steroid + + Hidroquinon - - Kuersetin (% b/b) Katekin (% b/b) 3.60 0.11 3.11 0.81 Keterangan: (-): tidak terdeteksi komponen, (+): terdeteksi komponen Faktor lain yang menyebabkan adalah hasil uji fitokimia kedua ekstrak positif mengandung flavonoid, adanya kandungan flavonoid memungkinkan kedua ekstrak tersebut memang mengandung kuersetin. Kuersetin adalah flavonoid yang mempunyai beberapa aktivitas farmakologi, diantaranya efek antiinflamasi dan antioksidan. Kuersetin mampu mencegah kerusakan oksidatif dan kematian sel melalui beberapa mekanisme, antara lain menangkap radikal oksigen, perlindungan terhadap peroksidasi lipid dan mengkelatkan logam. Kuersetin yang diidentifikasi dalam ekstrak daun jambu biji menunjukkan adanya aktivitas antioksidan (Tachakittirungrod et al. 2007).

Kedua ekstrak juga mengandung senyawa katekin. Dalam 0,1 g ekstrak kedawung dan jambu biji terdapat katekin sebesar 0.11% dan 0.81%. Katekin juga merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus-gugus fenoliknya. Katekin yang memiliki aktivitas antioksidan pada teh hijau mempunyai efek penghambatan pada tahap promosi terbentuknya tumor kelenjar mamma (Gunawijaya et al.1999). Nilai katekin lebih rendah jika dibandingkan dengan senyawa kuersetin, dapat disimpulan bahwa ekstrak jambu biji dan kedawung lebih banyak mengandung kuersetin yang berfungsi dalam aktivitas antioksidannya. Formulasi Ekstrak Terbaik Berdasarkan hasil pengujian awal, maka diperoleh formulasi campuran ekstrak etanol 30% daun kedawung dan daun jambu biji serta formulasi campuran ekstrak etanol 96% daun kedawung dan daun jambu biji (Gambar 11 dan 12) dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari data tersebut dilakukan optimasi perbandingan formulasi dengan melihat daya hambatnya terhadap DPPH. Hasil yang didapat menyatakan bahwa formulasi ekstrak daun kedawung dan daun jambu biji (4:1) memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dibandingkan formulasi yang lainnya yaitu sebesar 97.27%. Hasil penelitian ekstrak etanol 30% tunggal kedawung dan jambu biji pada 50 ppm mempunyai aktivitas antioksidan sebesar 93.33% dan 92.33%. Aktivitas tersebut lebih rendah dibanding vitamin C (98.79%). Aktivitas antioksidan formulasi ekstrak etanol 30% kedawung dan jambu biji (4:1) ini sebanding dengan vitamin C (98.79%) yakni sebesar 97.27%. Formulasi ekstrak terbaik ini aktivitas antioksidannya lebih tinggi daripada ekstrak tunggal.

Aktivitas antioksidan (%) 1000 90 80 70 60 50 40 30 vit C 1:011 1:02 1:03 1:04 2:01 2: 03 2:04 3:01 3:02 3:04 4:01 4:02 4:03 Ekstrak kedawung : jambu biji Gambar 12 Diagram aktivitas antioksidann formulasi ekstrak etanol 30% kedawung dan daun jambu bijii daun Aktivitas antioksidan (%) 1000 90 80 70 60 50 40 30 vit C 1:01 1:02 1:03 1:04 2:01 2:03 2:043:013:02 3:04 4:01 4:02 4:03 Ekstrak kedawung : jambu biji Gambar 13 Diagram aktivitas antioksidann formulasi ekstrak etanol 96% kedawung dan daun jambu bijii daun Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Ekstrak Jambu Biji dan Kedawung Ekstrak jambu biji dan kedawung dipisahkan dengann menggunakan kromatografi lapis tipis untuk melihat profil KLT dan kandungan kuersetin berdasarkan profil spot yang terbentuk. Spot yang terbentuk pada ekstrak jambu biji dan kedawung dibandingkan dengan spot senyawa murni kuersetin, berdasarkan persamaan nilai Rf. Nilai Rf merupakan perbandingan jarak yang ditempuh komponen dan jarak yang ditempuh oleh pelarut (Markham 1988).

Pola kromatografi lapis tipis pada Gambar 13 menunjukkan ekstrak kedawung dan jambu biji memiliki spot lebih dari satu. Ekstrak jambu biji memiliki 6 spot, sedangkan kedawung 4 spot. Formula terbaik ekstrak yaitu kedawung : jambu biji (4:1) memiliki spot yang hampir sama dengan kedua ekstrak kasarnya. Kuersetin sebagai salah satu flavonoid dan dipakai sebagai penciri memiliki spot tunggal, dengan fase gerak metanol-etil asetat (9:1) dan nilai Rf 0.81. Nilai Rf dari ekstrak kedawung, jambu biji dan formula ekstrak terbaik memiliki nilai Rf yang sama sebesar 0.81 (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang terkandung dalam ekstrak kedawung, jambu biji, dan formula ekstrak terbaik positif mengandung kuersetin. 1 2 3 4 Gambar 14 Profil KLT dari ekstrak kedawung (1), jambu biji (2), formula ekstrak terbaik (3), dan kuersetin (4). (Kondisi KLT: plat KLT SiO 2 G 60 F 254, Visualisasi noda: 254 dan 366 nm). Nilai Rf kuersetin ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Herowati et al. (2008) dimana dengan fase gerak kloroform-etil asetat (7:3) nilai Rf kuersetin adalah 0.26, sedangkan dengan fase gerak metilen klorida-etil asetat (4:1) nilai Rf kuersetin 0.32.

Komposit Formula Ekstrak dengan Zeolit Data hasil pengujian aktivitas antioksidan dari supernatan dan endapan untuk masing masing komposit zeolit dengan vitamin C dan formula ekstrak dengan menggunakan metode DPPH dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Hasil uji aktivitas antioksidasi dengan DPPH menunjukkan bahwa supernatan zeolit yang dikompositkan dengan formula ekstrak 0.05 mg/ml memiliki kemampuan menghambat senyawa radikal bebas DPPH (Tabel 3). Hal ini terjadi karena nilai absorbans setiap komposit formula ekstrak dengan zeolit lebih kecil dibandingkan dengan absorbans kontrol negatif (larutan DPPH tanpa ekstrak). Kontrol positif yang digunakan adalah komposit asam askorbat (vitamin C) dengan zeolit. Penjerapan vitamin C oleh zeolit lebih kecil dibanding formula ekstrak, hal ini disebabkan vitamin C juga larut dalam air yang ada dalam rongga zeolit. Asam askorbat merupakan komponen alami yang memiliki sifat sebagai pereduksi.vitamin C larut dalam air dan dapat menangkap radikal bebas yang merupakan hasil samping dari proses oksidasi, sehingga kerusakan jaringan dapat dicegah (Linder 1992). Dengan bertambahnya bobot zeolit aktivitas antioksidan komposit zeolit formula ekstrak terbaik dan vitamin C semakin turun, hal ini disebabkan ada bagian dari formula ekstrak terbaik dan vitamin C yang diserap oleh zeolit. Formula ekstrak terbaik yang diserap zeolit Cikalong lebih besar daripada Bayah. Formula ekstrak lebih mudah diserap oleh zeolit Cikalong daripada Bayah, hal ini dapat dilihat dari struktur molekul zeolit Cikalong dimana struktur zeolit Cikalong (modernit) memiliki rongga yang lebih besar dibandingkan zeolit Bayah (klinoptilolit). Struktur klinoptilolit memiliki dua dimensi rongga yang tersusun dari 10 unit cincin dengan diameter 0.44 x 0.72 nm dan rongga yang tersusun dari 8 unit cincin dengan diameter 0.41 x 0.47 nm, sedangkan rongga modernit tersusun dari 12 unit cincin dengan diameter 0.65 x 0.70 nm dan rongga yang tersusun dari 8 unit cincin dengan diameter 0.26 x 0.57 nm (Ghiara et al. 1999). Besarnya rongga mempengaruhi daya serap zeolit terhadap supernatan, sehingga aktivitas antioksidan supernatan Cikalong lebih rendah dibandingkan zeolit Bayah.

Tabel 3 Aktivitas antioksidan supernatan (filtrat) komposit zeolit dengan vitamin C dan formula ekstrak Komposisi Aktivitas antioksidan supernatan (%) komposit 1 komposit 2 komposit 3 vitamin C 96.06 96.43 96.24 cikalong 100 mg - vit C 95.38 96.17 95.48 cikalong 250 mg - vit C 94.60 95.24 95.06 cikalong 500 mg - vit C 94.01 95.23 94.47 bayah 100 mg - vit C 93.24 94.31 93.41 bayah 250 mg - vit C 90.58 90.39 90.04 bayah 500 mg - vit C 83.12 87.07 85.81 formula ekstrak 93.31 92.13 86.43 cikalong 100 mg - formula ekstrak 46.62 89.55 93.48 cikalong 250 mg - formula ekstrak 13.00 54.19 93.88 cikalong 500 mg - formula ekstrak 0.70 27.88 92.94 bayah 100 mg - formula ekstrak 83.90 93.36 34.65 bayah 250 mg - formula ekstrak 30.14 91.74 11.30 bayah 500 mg - formula ekstrak 11.80 86.77-9.90 Keterangan Komposit 1 = formula ekstrak 0.05 mg/ml - zeolit Komposit 2 = formula ekstrak 0.1 mg/ml - zeolit Komposit 3 = formula ekstrak 0.5 mg/ml - zeolit Konsentrasi formula ekstrak yang semakin meningkat, aktivitas antioksidan supernatan juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh proses penjerapan formula ekstrak oleh zeolit. Semakin besar konsentrasi formula ekstrak, jumlah ekstrak yang terlarut akan semakin banyak sehingga makin banyak jumlah ekstrak yang tidak dijerap oleh zeolit. Penjerapan formula ekstrak pada zeolit Bayah lebih sedikit dibanding zeolit Cikalong. Penjerapan pada zeolit Bayah maksimum pada konsentrasi formula ekstrak 0.1 mg/ml, sedangkan zeolit Cikalong masih dapat menjerap formula ekstrak. Semakin besar bobot zeolit, aktivitas antioksidan semakin kecil. Ini menunjukkan penjerapan formula ekstrak semakin banyak dengan bertambahnya bobot zeolit. Hal ini sama seperti

penelitian yang dilakukan Swantomo et al. (2009), semakin besar konsentrasi fenol maka efektifitas adsorpsi fenol semakin kecil sedangkan semakin banyak jumlah zeolit maka effektivitas adsorpsi menjadi lebih tinggi. Pada supernatan komposit zeolit dengan formula ekstrak 0.5 mg/ml, zeolit Cikalong tidak dapat menjerap formula ekstrak tetapi aktivitas antioksidan lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol positif. Zeolit Bayah masih dapat menjerap formula ekstrak dengan konsentrasi 0.5 mg/ml walaupun tidak maksimal. Hal ini karena penjerapan optimum pada zeolit Bayah terjadi pada formula ekstrak 0.1 mg/ml. Meskipun penjerapan optimum formula ekstrak pada zeolit terjadi pada konsentrasi formula ekstrak 0.1 mg/ml, namun aktivitas antioksidan masih dapat terdeteksi kecuali pada bobot zeolit 500 mg sudah tidak ada lagi aktivitas antioksidan. Begitu pula dengan vitamin C penjerapan optimum zeolit terjadi pada konsentrasi 0.1 mg/ml. Meskipun penjerapan optimum formula ekstrak pada zeolit terjadi pada konsentrasi formula ekstrak 0.1 mg/ml, namun aktivitas antioksidan masih dapat terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa zeolit juga memiliki aktivitas antioksidan. Pada endapan komposit zeolit dengan konsentrasi formula ekstrak 0.05 mg/ml ada peningkatan aktivitas antioksidan meskipun tidak terlalu besar. Semakin besar persentase aktivitas antioksidan pada endapan menunjukkan aktivitas antioksidan komposit zeolit dan formula ekstrak semakin meningkat, ternyata aktivitas antioksidan tidak terlalu besar karena aktivitas antioksidan tidak hanya ditunjukkan oleh formula ekstrak tapi juga aktivitas antioksidan ini juga dimiliki oleh zeolit (Tabel 4). Aktivitas antioksidan endapan komposit zeolit dengan formula ekstrak maksimal pada formula ekstrak 0.1 mg/ml. Zeolit Bayah maksimal menjerap formula ekstrak pada bobot zeolit 100 mg dengan kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 76.72%. Dengan bertambahnya bobot zeolit Bayah, dikhawatirkan banyak terdapat pengotor yang dapat menghambat proses penjerapan zeolit, karena zeolit yang digunakan adalah zeolit tanpa perlakuan apapun terlebih dahulu. Sebaliknya pada zeolit Cikalong optimal penjerapan formula ekstrak terjadi pada zeolit dengan bobot 500 mg dengan kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 58.22%.

Pengotor pada zeolit Cikalong lebih sedikit dari pada zeolit Bayah. Pengotor pada zeolit Cikalong sebesar 26% terdiri dari kuarsa, mika, plagioklas dan montmorilonit, sedangkan pada zeolit Bayah 42.3% terdiri dari kuarsa, montmorilonit dan plagioklas (Sastiono 1993). Penjerapan vitamin C oleh zeolit Bayah maksimum terjadi pada bobot zeolit 100 mg dengan kenaikan aktivitas antioksidan sebesar 74.97%, sebaliknya zeolit Cikalong pada bobot 500 mg dengan kenaikan 48.36%. Hal ini disebabkan karena adanya faktor pengotor yang terdapat pada kedua zeolit tersebut. Tabel 4 Aktivitas antioksidan endapan komposit zeolit dengan vitamin C dan formula ekstrak Aktivitas antioksidan endapan (%) Komposisi komposit 1 komposit 2 komposit 3 zeolit bayah 23.88 3.53-12.40 bayah 100 mg - vit C 27.77 24.68-9.01 bayah 250 mg - vit C 25.69 15.29-9.45 bayah 500 mg - vit C 27.63 23.20-16.73 bayah 100 mg - formula ekstrak 25.75 26.70-3.15 bayah 250 mg - formula ekstrak 26.63 22.10-2.10 bayah 500 mg - formula ekstrak 21.80 21.36-1.77 zeolit cikalong 22.40 6.71-9.01 cikalong 100 mg - vit C 2790 20.44-7.51 cikalong 250 mg - vit C 30.52 19.89-14.70 cikalong 500 mg - vit C 27.16 23.39-11.48 cikalong 100 mg - formula ekstrak 30.05 18.86-6.17 cikalong 250 mg - formula ekstrak 25.15 17.86-1.80 cikalong 500 mg - formula ekstrak 22.74 25.41-1.61 keterangan Komposit 1 = formula ekstrak 0.05 mg/ml - zeolit Komposit 2 = formula ekstrak 0.1 mg/ml - zeolit Komposit 3 = formula ekstrak 0.5 mg/ml - zeolit

Pada endapan komposit zeolit Bayah dan formula ekstrak dengan konsentrasi 0.5 mg/ml, formulasi ekstrak yang terjerap dalam zeolit sangat sedikit tetapi aktivitas antioksidan menunjukkan harga negatif. Hal ini berarti tidak ada aktivitas antioksidan. Pada aktivitas antioksidan endapan komposit zeolit dengan vitamin C 0.5 mg/ml menunjukkan bahwa vitamin C sedikit yang terjerap dalam zeolit Bayah maupun zeolit Cikalong tetapi aktivitas antioksidan menunjukkan harga negatif. Berdasarkan data diatas formula ekstrak setelah dikompositkan dengan zeolit, kapasitas antioksidannya meningkat sehingga zeolit Cikalong dan Bayah dapat digunakan sebagai bahan penopang. Pemanfaatan zeolit alam sebagai bahan penopang dapat meningkatkan aktivitas farmakologi formula ekstrak. Peningkatan aktivitas farmakologi dalam hal ini antioksidan dengan penambahan zeolit sebagai bahan penopang menunjukkan kandungan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan tidak berubah setelah dikompositkan dengan zeolit alam. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Farias et al. (2002) bahwa struktur obat tetap tidak berubah setelah interaksi dengan zeolit klinoptilolit.