BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Berdasarkan statistik, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2020 akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penduduk dunia diperkirakan berjumlah sekitar 7 milyar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di Amerika Serikat setelah penyakit jantung dan kanker. Terhitung 1

BAB I PENDAHULUAN. darah diatas normal yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas. 1 Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke, yang juga dikenal dengan istilah cerebrovascular

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

manusia mengalami banyak perubahan dari segi fisik dan mental. Penuaan adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang akan semakin berisiko mengalami demensia dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Singapura dan 9,1% di Thailand (Susalit, 2009). Di Indonesia sendiri belum ada

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia hidup sehat, mandiri, dan produktif. Kemandirian dan produktivitas lansia tercermin dari Activities

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sietem persepsi, perilaku dan daya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

keluarga lainnya yang pada akhirnya bisa menimbulkan depresi. Ganguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian (Notoatmojo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa

Demensia. DEMENTIA / Indonesian Copyright 2016 Hospital Authority. All rights reserved 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang muncul ketika tubuh tidak mampu memproduksi cukup

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka kesakitan (morbidity) Usia Lanjut. Frailty. dalam managemen pasien geriatri. Frailty merupakan suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

NARASI KEGIATAN PENYULUHAN DEMENSIA PADA PERTEMUAN KELOMPOK LANSIA (LANJUT USIA) RUMAH SAKIT CONDONG CATUR YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif pada beberapa manusia menurun sesuai pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi kognitif merupakan hasil interaksi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki gejala utama: afek depresif, hilangnya minat kegembiraan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, yang memberikan kontribusi 7.1 juta kematian per tahun. 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

PREVALENSI SUSPEK DEMENSIA PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS BANJARANGKAN II TAHUN Pinky Pradika Shandy 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 10% orang tua yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN DIMENSIA. OLEH: Ns. SATRIA GOBEL, M.Kep, Sp. Kom

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demensia adalah masalah yang banyak dihadapi berbagai negara. Indonesia memiliki jumlah penderita demensia sebesar 1.2 juta jiwa dan masuk dalam sepuluh negara dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara pada 2015 menurut ADI (Alzheimer Disease International). 1 Angka kejadian demensia semakin meninggi dengan meningkatnya usia dan harapan hidup. Namun, saat ini masyarakat belum mengerti persis mengenai demensia sehingga sering kali disamakan dengan kelupaan biasa. Demensia merupakan sindrom penurunan fungsi kognitif atau intelektual seiring dengan penurunan kemandirian dan aktifitas sosial di luar penuaan biasa. 2 Kehilangan sel syaraf di otak oleh berbagai kondisi dapat menimbulkan demensia. Penyebab demensia bervariasi dari gangguan endokrin, metabolik, serebrovaskular, inflamasi, infeksi, struktural, dan neurodegeneratif. 2 Penyebab tersering demensia adalah penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer (60-80% kasus), demensia dengan Lewy bodies, dan fronto-temporal demensia. Adapun penyebab lain berupa demensia vaskular, trauma otak, hydrocephalus, hipothyroid, dan infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). 2,3 Pada demensia terdapat perubahan dari tiga komponen utama yaitu penurunan fungsi kognitif, penurunan aktifitas fungsional, dan gangguan perilaku (Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia). Gangguan fungsi kognitif pada penderita demensia dapat berupa gangguan memori, orientasi, pengertian, kalkulasi, kemampuan belajar, persepsi visuospatial, fungsi bahasa, serta fungsi eksekutif (perencanaan, mengorganisir, dan kemampuan mengambil keputusan). 2,4 Demensia membawa dampak sosial, ekonomi, fisik dan psikologis tidak hanya pada penderita melainkan kepada pengasuh, keluarga, dan masyarakat. Saat ini, demensia menjadi salah satu penyebab utama disabilitas dan ketergantungan pada penyandangnya. BPSD (Behavioural and Psychological Symptoms of Dementia) 1

2 atau Neuropsychiatric Syndrome (NP) terdiri dari delusi, perilaku motorik yang menyimpang, halusinasi, agitasi, ansietas, elasi, iritabilitas, depresi, apati, disinhibisi, dan perubahan tidur atau nafsu makan. 5,6 Dampak demensia dapat diminimalisir dengan mendiagnosis dan mengobati secara dini penurunan fungsi kognitif dan penanganan tepat terhadap BPSD. Pemeriksaan yang dipakai pada penelitian adalah tes Ascertain Dementia-8 (AD-8), Activity of Daily Living (ADL), Mini Mental State Examination (MMSE), dan Abe s BPSD Score (ABS). Pemeriksaan AD-8 dan ADL dipakai untuk memastikan pasien memenuhi kriteria demensia. AD-8 adalah suatu tes penapisan demensia dilakukan dengan mewawancarai keluarga atau pengasuh mengenai kemunduran kognitif dan kemampuan fungsional pasien dibandingkan beberapa tahun sebelumnya atau setelah mengalami suatu penyakit seperti stroke, penyakit parkinson atau mengalami gangguan intelektual lain. 7,8 ADL merupakan tes untuk menilai kemunduran fungsional pasien dalam melakukan aktivitas keseharian. Tes ini menilai kemampuan kognitif bukan kecacatan fisik terutama saat pasca stroke dan dilakukan dengan wawancara pengasuh. 9 Mini Mental State Examination (MMSE) adalah tes penapisan demensia yang paling sering dipakai baik untuk keperluan klinik maupun penelitian di dunia saat ini. Mini Mental State Examination (MMSE) diciptakan oleh Folstein M.F., Folstein S.E., dan McHugh P.R. tahun 1975. 10 Pemeriksaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan pada pasien dengan waktu pemeriksaan yang singkat (sekitar 10-15 menit) dengan sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi. Abe s BPSD Score (ABS) adalah suatu pemeriksaan BPSD yang dirancang untuk digunakan di klinik, karena waktu pemeriksaan yang singkat. Tes ini diciptakan oleh Abe Kurata, dan Ikeda pada tahun 2015 dengan tujuan agar dapat dipakai di klinik. 11 Tes ABS telah diterjemahkan dan diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia (ABS-Ina) tahun 2016 oleh Anam Ong, Klinik Memori Bagian Ilmu Penyakit Saraf R.S. Hasan Sadikin Bandung. Tes ini dapat diisi sendiri oleh keluarga pasien karena pada setiap butir BPSD di beri contoh dengan kata-kata keseharian.

3 Bila ABS berkorelasi dengan MMSE (concurrent validity) di Indonesia, maka ABS akan berguna bagi klinisi dalam deteksi dini gangguan perilaku akibat demensia sehingga dapat diupayakan penanganan dini dan pencegahan BPSD yang sering terjadi pada pasien demensia dan ini akan mengurangi beban sosio-ekonomi dan psikologi bagi pasien dan keluarga. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah terdapat korelasi antara nilai tes Mini Mental State Examination terhadap nilai tes Abe s BPSD Score pada pasien demensia di Bandung periode 2017-2018. 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian ini bermaksud mengetahui korelasi antara nilai tes MMSE dengan nilai tes ABS pada pasien demensia di Bandung periode 2017-2018. 1.3.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah korelasi tes MMSE dengan tes ABS pada pasien demensia di Bandung periode 2017-2018. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademik Memberikan informasi ilmiah mengenai hubungan antara nilai tes MMSE dengan nilai tes ABS pada pasien demensia. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai BPSD pada demensia.

4 1.4.2 Manfaat Praktis Bila terbukti bahwa MMSE dan ABS berkorelasi, maka ini dapat menjadi pertimbangan untuk memakai tes ABS sebagai tes alternatif BPSD atas dasar kemudahan pemeriksaannya di praktik klinik. Tes ABS dapat juga dipakai oleh keluarga pasien ataupun pengasuh sebagai deteksi dini gangguan perilaku yang sedang terjadi dan upaya penanganannya. 1.5 Kerangka Pemikiran Faktor risiko seperti pendidikan yang rendah, riwayat merokok, hipertensi, diabetes jarang beraktifitas, kurangnya konsumsi antioksidan atau vitamin E dan n- 3 asam lemak meningkatkan kemungkinan terkenanya demensia. 12-14 Sindrom demensia di orang dewasa sering kali disebabkan oleh penyakit kronik, progresif dan irreversible. Demensia irreversible Alzheimer merupakan penyebab utama penurunan mental lansia sampai dengan 90%, sedangkan demensia degeneratif non Alzheimer berkisar 7-30%. Kelainan yang disebabkan berupa hilangnya neuron dan sinaps, gliosis, dan perubahan sirkuit kortikal dan subkortikal. Pada demensia lain dapat ditemukan atrofi lobus, hilangnya neuron, sponiosis dan gliosis dengan atau tanpa inklusi neuron. Gangguan pada otak menyebabkan gangguan fungsi kognitif yang diikuti dengan gangguan aktifitas keseharian dan gangguan perilaku. 15 Fungsi kognitif mengacu pada proses mental utama dalam konduksi aktifitas sehari-hari (atensi, memori jangka panjang dan memori jangka pendek, pemahaman, koordinasi gerakan, dan perencanaan tugas). Penurunan fungsi kognitif dapat dilihat dengan menurunnya nilai tes MMSE (Mini Mental State Examination). Nilai fungsi kognitif berkorelasi dengan BPSD. 16,17 Behavioral and psychological symptoms of dementia (BPSD) merupakan kumpulan gejala non-kognitif dan perilaku pada subjek demensia. Patogenesis BPSD belum diketahui secara rinci. Terdapat kemungkinan BPSD disebabkan oleh

5 interaksi kompleks antara psikologis, sosial, dan faktor biologi. Tes ABS (Abes s BPSD Score) dapat menilai 10 butir utama BPSD. Tes ABS berkorelasi dengan dengan MMSE pada penelitian di Jepang. 11 Maka dugaan sementara peneliti adalah kemungkian ABS-Ina berkorelasi dengan MMSE di Indonesia. 1.6 Hipotesis Penelitian Terdapat korelasi antara Mini Mental State Examination dengan Abe s BPSD Score pada pasien demensia di Bandung periode 2017-2018.