Magrobis Journal 35. PENGARUH AKTIVATOR MOL IKAN TERHADAP ph, C/N RASIO, UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO PUPUK ORGANIK CAIR ASAL LIMBAH PASAR ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Kompos Cacing Tanah (CASTING)

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG BARANGAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH UDANG DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BAGI KELOMPOK TANI DESA KARTAMA PEKANBARU

MATERI DAN METODE. Materi

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

Lampiran 1 TAHAP PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

PENGARUH UKURAN BAHAN TERHADAP KOMPOS PADA PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

Bahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) Mikro Organisme Lokal (MOL) 3) Larutan gula merah / gula pasir 4) Dedak / bekatul

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout penelitian. Vermikompos + ZA ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 1. Nutrisi anorganik komersial ul 2

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

I. PENDAHULUAN. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktifitas. banyak populasi jasad mikro (fungi) dalam tanah (Lubis, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH- BUAHAN DALAM PEMBUATAN BIOAKTIVATOR SEDERHANA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN(STUDI PENDAHULUAN)

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. beberapa pasar di Kota Bandar Lampung dan di kebun percobaan Universitas

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

Oleh : Yahumri BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

PENGARUH PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL LIMBAH RUMAH TANGGA DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Jurusan Biologi Fakultas

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4. METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Kompos Dengan Variasi Penambahan Dosis Abu Boiler Serta Penggunaan Bioaktivator EM-4

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

PEMBUATAN KOMPOS DARI CAMPURAN DAUN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DAN KOTORAN AYAM DENGAN AKTIVATOR EM-4. Oleh : SUKARNO NIM.

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

Pupuk Organik Cair AGRITECH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERDAYAAN SDM DALAM PEMANFAATAN SAMPAH BASAH SEBAGAI PUPUK CAIR DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Menurut Standar Nasional Indonesia

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

Pengaruh Variasi Tinggi Tumpukan Pada Proses Pengomposan Limbah Lumpur Sawit Terhadap Termofilik

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

Transkripsi:

Magrobis Journal 35 PENGARUH AKTIVATOR MOL IKAN TERHADAP ph, C/N RASIO, UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO PUPUK ORGANIK CAIR ASAL LIMBAH PASAR Oleh : Ince Raden * ) dan Mohamad Fadli * ) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ph, C/N rasio, unsur hara makro dan unsur hara mikro Pupuk Organik Cair (POC) asal limbah pasar dengan menggunakan MOL ikan. Metode penelitian dilaksanakan secara deskriptif dengan hanya membandingkan peubah yang diamati antara sistem fermentasi aerob dan anaerob. Peubah yang diamati adalah ph, C/N rasio, N-total, P2O5, K2O, Catotal, Mg, S, Fe, Mn, Co, Cu, B, dan Zn. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair yang difermentasi aerob memiliki ph (5.14) dan N-Total (0,02 %) lebih tinggi dibandingkan anaerob, sebaliknya sistem fermentasi anaerob memberikan nilai kandungan bahan kimia atau unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan kondisi aerob pada peubah C/N rasio (22,14), C/N rasio (4,19%), P 2 O 5 (0,0095%), Ca-Total (86,695 ppm), Mg (520.6 ppm), dan S (700,00 ppm). Sementara itu K2O merupakan unsur hara yang memiliki nilai 0,051% yang sama antara kondisi aerob maupun anaerob. Key word : Mol ikan, aerob, anaerob, POC I. PENDAHULUAN Di Indonesia, limbah merupakan hal yang krusial bahkan dapat diartikan sebagai masalah cultural karena dampaknya dapat mempengaruhi berbagai sisi kehidupan. Hasil penelitian Purwanto (2008) diprediksi volume limbah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg per kapita per hari. Sehingga untuk kota Tenggarong dengan jumlah penduduk 96.209 jiwa (BPS Kukar, 2011) diperkirakan akan menghasilkan limbah sekitar 48,1 ton/hari. Kegiatan pasar yang tidak memiliki infrastruktur yang memadai akan menimbulkan limbah dan genangan air yang dapat mencemari lingkungan disekitarnya. Salah satu alternatif untuk mengolah limbah terutama limbah pasar adalah dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Hadisuwito (2007) mengemukakan bahwa Pupuk organik cair (POC) memiliki beberapa kelebihan diantaranya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin, lebih efektif dan mudah diserap oleh tanaman melalui stomata daun serta penggunaan pupuk organik cair akan mampu mengurangi ketergantungan penggunaan pupuk kimia (anorganik). Dalam rangka mendukung pembangunan pertanian dan memanfaatkan hasil limbah pasar maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah pasar sebagai pupuk organik cair dengan menggunakan mikroorganisme yang juga berasal dari limbah pasar yaitu Mikro Organisme Lokal (Mol) ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ph, C/N rasio, unsur hara makro dan unsur hara mikro Pupuk Organik Cair (POC) asal limbah pasar dengan menggunakan MOL ikan. *) Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unikarta

Magrobis Journal 36 Diharapkan dari penelitian ini akan diperoleh produk teknologi tepat guna berupa pupuk organik cair yang diolah dari limbah pasar yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Desember 2012 di Laboratorim Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara untuk pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) dan pupuk organik cair (POC). Analisis kandungan unsur hara dan kimia pupuk organik cair dilaksanakan di Laboratorium PPHT Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin pencacah, thermometer, pengaduk kayu, parang, karung goni, timbangan, komposter 60 liter, karung serat sintesis, tali dan alat-alat laboratorium. Bahan yang digunakan pada pembuatan pupuk organik adalah: limbah/sampah pasar organik, dedak halus, gula merah (molase), danmol limbah ikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplorasi. Metode ini dilakukan untuk proses pembuatan pupuk organik cair dengan masingmasing perlakukan diulang sebanyak 2 kali untuk memperoleh nilai rata-rata dari peubah yang dianalisis. Untuk pembuatan POC menggunakan 2 metode (aerob dan anaerob) dengan jenis Mikro Organisme Lokal (MOL) jeroan ikan,yaitu : Bahan baku dalam pembuatan POC diambil dari limbah pasar Tangga Arung Kelurahan Melayu Kecamatan Tenggarong. Limbah yang diambil adalah limbah organik (sisa-sisa sayur dan buah-buahan) kemudian disortir lalu ditimbang. Sedangkan untuk dedak diperoleh dari penggilingan padi. Untuk pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang berfungsi sebagai aktivator berasal dari limbah ikan (isi perut dan insang). Molase yang digunakan berasal dari gula merah yang dilarutkan ke dalam air hingga larut sempurna. Larutan gula dibuat dengan konsentrasi 250 g gula dilarutkan dalam 1 L air. Selanjutnya pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) Jeroan/Limbah Ikan dibuat dengan cara Jeroan ikan (isi perut dan insang) sebanyak 1 kg diblender sampai halus. Lalu jeroan ikan yang sudah diblender halus dimasukan kedalam botol air mineral (1,5 L) kemudian tambahkan air bersih kedalam botol tersebut. Selanjutnya 5 sendok makan gula dilarutkan kedalam air sebanyak 125 ml, aduk hingga larut sempurna. Tambahkan larutan gula tersebut (molase) kedalam botol yang telah berisi jeroan ikan. Kemudian tambahkan air bersih kedalam botol hingga terisi ¾ dari kapasitas botol kemudian tutup botol tersebut. Selanjutnya kocok botol tersebut hingga jeroan ikan dan air bercampur. MOL jeroan ikan digunakan setelah 7-8 hari disimpan dengan ditandai bau asli jeroan sudah berkurang dan yang tercium bau mirip 36athoge. Dalam pembuatan POC digunakan dua sistem fermentasi yaitu secara anaerob dan aerob. Proses pembuatan POC sebagai berikut : dipersiapkan komposter, kemudian limbah organik pasar basah dicacah/dicincang dengan ukuran+ 1 cm. Kemudian tambahkan bahan baku POC dalam karung masing-masing dengan bobot 18 kg (9 kg sampah: 3 kg pupuk kandang ayam : 3 kg batang pisang: 3 kg dedak. Kemudian ditekan sampai padat dan diikat. Selanjutnya MOL limbah ikan dilarutkan dengan konsentrasi 10 ml dalam 1 L air bersih. Untuk pembuatan POC anaerob, masukan larutan yang telah diencerkan MOL limbah ikan kedalam komposter masing-masing 2 komposter dengan volume 20 L. Kemudian masukan

Magrobis Journal 37 limbah/sampah pasar yang telah dimasukan dalam karung kedalam komposter yang telah berisi MOL tersebut dan berikan pemberat sehingga semua bagian karung tenggelam, kemudian tutup dan simpan ditempat yang teduh (masing-masing komposter diberikan label/identitas).untuk pembuatan POC aerob, larutan MOL yang telah diencerkan masing-masing sebanyak 5 L disiramkan kedalam komposter yang telah diisi limbah/sampah organik (2 kompos teruntuk MOL limbah ikan). Kemudian komposter ditutup dan disimpan ditempat yang teduh. Penyiraman larutan MOL dilakukan pada saat awal penyimpanan dan pengamatan dilakukan pada minggu pertama (7 hari). Peubah yang diamati dalam penelitian ini, yaitu ph, C/N rasio, kandungan unsur hara makro dan mikro yaitu N-total, P205, dan K20, Mg, Ca, S, B, Cu, Zn. Mn, Fe dan Co. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. ph, C/N Rasio dan Hara Makro Hasil analisis laboratorium pupuk organik cair (POC) dengan bahan mikroorganisme lokal (MOL) jeroan ikan terhadap ph, C/N ratio dan unsur makro (N, C, P, K, Ca, Mg dan S) yang difermentasi selama 1 minggu dengan sistem aerob dan anaerob disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis kimia POC sampah organik pasar dengan MOL jeroan ikan untuk ph, C/N Ratio dan Unsur Hara Makro yang difermentasi selama 1 minggu dengan dua sistem aerob dan anaerob. WaktuPengamatan No. Parameter SistemFermentasi Minggu ke-1 n1 n2 Rerata 1 ph aerob 5,13 5,14 5,14 anaerob 4,81 4,85 4,83 2 C/N Rasio Unsur Hara makro aerob 13,3 10,91 12,10 anaerob 25,05 19,23 22,14 3 N-Total (%) aerob 0,22 0,22 0,22 anaerob 0,18 0,2 0,19 4 C-Organik (%) aerob 2,94 2,35 2,65 anaerob 4,56 3,82 4,19 5 P2O5 (%) aerob 0,008 0,008 0,008 anaerob 0,009 0,01 0,0095 6 K2O (%) aerob 0,051 0,051 0,051 7 Ca-Total (ppm) 8 Mg (ppm) 9 S (ppm) anaerob 0,05 0,052 0,051 aerob 37,41 25,12 31,265 anaerob 117,07 56,32 86,695 aerob 132,98 122,94 127,96 anaerob 585,56 455,65 520.61 aerob 650.0 325.0 487,50 anaerob 750.0 650.0 700,00 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium (2012) n = komposter POC

Magrobis Journal 38 Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa parameter yang memiliki nilai kandungan bahan kimia dan unsur hara POC yang lebih tinggi pada kondisi aerob hanya ada 2 (dua) parameter, yaitu ph dan N-Total, yaitu masing-masing 5.14 dan 0,22 %. Sementara itu K2O merupakan unsur hara yang memiliki nilai 0,051% baik kondisi aerob maupun anaerob. Sedangkan kandungan bahan kimia atau unsur hara pada kondisi anaerob banyak memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan kondisi aerob, yaitu C/N rasio (22,14), C-organik (4,19%), P2O5 (0,0095%), Ca-Total (86,695 ppm), Mg (520.6 ppm), dan S (700,00 ppm). Besarnya rerata C/N rasio pada kondisi aerob lebih rendah dibandingkan anaerob. Hal ini menunjukan bahwa laju kecepatan dekomposisi anaerob lebih lambat dibandingkan dengan kondisi aerob. Menurut Yuwono (2006) bakteri pengurai memakan habis C (karbon) 30 (tiga puluh) kali lebih cepat dibandingkan N (nitrogen), selanjutnya Damanhuri dan Padmi (2007) menyatakan bahwa 2/3 C (karbon) dalam proses pengomposan digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan mikroorganisme dan 1/3 digunakan untuk pembentukan sel bakteri. 3.2. Unsur Hara Mikro Hasil analisis laboratorium POC dengan MOL jeroan ikan terhadap unsur hara mikro pada minggu pertama disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Unsur Hara Mikro POC dengan MOL Jeroan Ikan No. Parameter SistemFermentasi 1 Fe-Total (ppm) 2 Mn (ppm) 3 Cu (ppm) 4 Zn (ppm) 5 B (ppm) 6 Co (ppm) WaktuPengamatan 7 Hari n1 n2 Rerata aerob 2,65 1,91 2,28 anaerob 8,09 6,03 7,06 aerob 8,83 8,54 8,68 anaerob 31 22,91 26,95 aerob 0,59 0,68 0,64 anaerob 0,68 0,64 0,66 aerob 1,81 1,85 1,83 anaerob 3,47 3,41 3,44 aerob 25 20 22,5 anaerob 15 25 20 aerob 0,03 0,06 0,045 anaerob 0,21 0,3 0,255 Sumber : Hasil Analisis Laboratorium (2012) n = komposter POC Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa fermentasi yang menggunakan kondisi lingkungan aerob hanya memiliki 1 (satu) peubah yang memiliki nilai rerata yang tinggi dibandingkan lingkungan anaerob, yaitu Boron (B) sebesar 22,5 ppm. Sementara itu, terdapat 5 (lima) unsur mikro lainnya yang memiliki kandungan unsur hara mikro yang lebih tinggi yaitu Fe-Total (7,06 ppm), Mn (26,95 ppm), Cu (0,66 ppm), Zn (3,44 ppm), dan Co (0,255 ppm).

Magrobis Journal 39 4.1. Kesimpulan IV. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kandungan ph dan N-total pada sistem fermentasi aerob lebih tinggi dibandingkan anaerob. 2. Sistem fermentasi anaerob memberikan nilai bahan kimia atau unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan kondisi aerob pada peubah C/N rasio (22,14), C/N rasio (4,19%), P2O5 (0,0095%), Ca-Total (86,695 ppm), Mg (520.6 ppm), dan S (700,00 ppm). Sementara itu K2O merupakan unsur hara yang memiliki nilai 0,051% yang sama antara kondisi aerob maupun anaerob. 3. Terjadi kecenderungan sistem fermentasi anaerob lebih cepat dalam mendekomposisi bahan baku pupuk organik cair dibandingkan sistem fermentasi aerob. 4.2. Saran 1. Guna untuk meningkatkan jumlah atau kandungan unsur hara makro dalam pupuk organik cair perlu dipertimbangkan bahan baku yang dipakai 2. Disarankan dalam pembuatan pupuk organik limbah pasar dapat menggunakan sistem fermentasi anaerob. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara yang menyediakan dana untuk penelitian ini pada APBD tahun 2012 DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2011. Kutai Dalam Angka 2011. BPS Kutai Kartanegara Damanhuri, E., Tri Padmi. 2007. Pengomposan-Composting. http://tsabitah.wordpress. com. diunduh tanggal 22 November 2012. Hadisuwito, S. 2007. Membuat pupuk kompos cair. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Purwanto.R., 2008. Pemanfaatan Sampah sebagai Pupuk Cair Organik. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/sampah di unduh tanggal 3 Nopember 2009, 4:54 PM. Yuwono, 2006. Kompos dengan cara aerob maupun anaerob untuk menghasilkan kompos yang berkualitas. Penebar Swadaya. Jakarta.