BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut sangat lah penting dalam pemakaian bedak tabur muka.

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar pasar industri perawatan pribadi dan kosmetik semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu jembatan penghubung antara perusahaan dan customer-nya. Merek

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pengunaan untuk event-event penting hingga sebagai kebutuhan seharihari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bukan lagi untuk memenuhi keinginan (wants) saja, melainkan karena kosmetik Berikut adalah tabel perkembangan pasar industri kosmetik di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman nasabah dari pembelian yang konsisten sepanjang waktu. Orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN BEDAK WARDAH

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di pasar menjadikan tugas seorang pemasar makin sulit dan kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Wanita tidak dapat dipisahkan dari kosmetik. Banyak beredar kosmetik di

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif di dunia persaingan bisnis saat ini. Hal ini dapat terbukti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari kehidaupan sehari-harinya demi mempertahankan dan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan di dalam bidang pemasaran produk begitu ketatnya,

BAB I PENDAHULUAN. wanita, dimana kosmetik yang digunakan dapat berupa skin care maupun make

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri maupun produksi luar negeri. Membanjirnya produk kosmetika di

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan itu berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. deodoran, atau antiperspirant untuk menjaga agar aroma tubuh lebih segar.

BAB I PENDAHULUAN. setiap kesempaatan. Pada umumnya riasan tebal tersebut hanya digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Bahkan perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan image

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat identik dengan wanita. Kecantikan dan keindahan tersebut dapat

Produksi Media PR Cetak. Modul ke: 05FIKOM. Brand Image. Fakultas. Program Studi HUMAS. Mintocaroko, S.Sos., M.Ikom

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki potensi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sekitar Rp. 11 triliun. Menurut Euromonitor Internasional, negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya perusahaan perusahaan baru

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. sebuah produk (Aaker, 1991). Model asli dari ekuitas merek pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar potensial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, baik perusahaan yang bergerak di

I. PENDAHULUAN. saat ini tidak hanya membutuhkan produk yang sekedar untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan (Kotler dan Keller, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu

BAB I. dari unsur-unsur tersebut (Kotler dan Keller, 2009). Tujuannya untuk. mengidentifikasi produk dan layanan dari kelompok penjual serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsumen tidak beralih pada perusahaan pesaing. Aktivitas pemasaran ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk bersaing secara cermat dan

BAB I PENDAHULUAN. sering menggunakan kosmetik dibanding laki-laki. Wanita adalah makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan kulit wajah secara teratur sangat penting dilakukan. secara langsung. Dalam mengatasi masalah tersebut kaum pria

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri kosmetik di Indonesia saat ini tergolong baik.

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. amat menjanjikan ( Sebagai buktinya, Revlon memenangkan Top Brand Award 2013 kategori

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan yang bergerak di bidang makanan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memilih produk yang sesuai dengan apa yang menjadi. harapannya. Sehingga konsekuensi dari perubahan tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gratis kepada konsumen misalnya telepon gratis, internet gratis, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha di Indonesia. Peralatan canggih dan ditunjang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertemuan Pertemuan 7 3

Judul : Pengaruh Brand Equity, Brand Trust, Brand Preference,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat akan sarana transportasi yang memadai. Saat ini jumlah sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, persaingan begitu ketat meningkatkan kesadaran para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. impulsif menjadi kebiasaan yang rutin di dalam masyarakat, termasuk di

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Pada era kompetitif ini, perusahaan menawarkan berbagai jenis pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini teknologi komunikasi dan

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam produksi pembalut wanita dengan Charm sebagai merek dagangnya.

BAB I PENDAHULUAN. lama (non-durable consumer goods) sangat ketat. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dapat mencapai kesuksesan apabila semua komponennya berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kosmetik sebagian besar didominasi oleh wanita karena kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

terus berlomba-lomba untuk menawarkan produknya agar dapat dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, selain digunakan untuk produk kecantikan, kosmetik juga dapat digunakan sebagai produk kesehatan. Menurut Wall (dalam Trianggono & Latifah, 2007) perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20, sehingga saat ini kosmetik menjadi salah satu bagian dunia usaha, bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju (Trianggono & Latifah, 2007). Majunya teknologi kosmetik memberikan banyak peluang bisnis bagi produsen kosmetik. Hal ini juga berdampak pada peningkatan industri kosmetik, baik industri kosmetik di dunia, dan juga di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Perindustrian pada tahun 2012, penjualan kosmetik impor mencapai Rp 2,44 triliun atau naik 30% daripada 2011 sebesar Rp 1,87 triliun. Selain itu, industri kosmetik lokal sulit meningkatkan kinerja bisnisnya akibat penguasaan pangsa pasar produk impor sebesar 60% dari total pasar domestik atau senilai Rp15 triliun (Kementrian Perindustrian, 2016). Beberapa merek kosmetik lokal yang ada seperti, Wardah, Martha Tilaar, Mustika Ratu, LT pro, Sariayu, Viva, Purbasari, Pixy, dan sebagainya. Banyaknya merek kosmetik lokal yang beredar membuat persaingan pasar industri kosmetik semakin tinggi meskipun produk bermerek global masih tetap mendominasi. Permintaan konsumen lokal terhadap produk bermerek global menjadi salah satu pendorong tingginya penjualan kosmetik global di Indonesia. Hasil

2 penelitian yang dilakukan oleh Nielsen (2016) menunjukan bahwa 48 persen konsumen menyukai kosmetik merek global dan 36 persen memilih produk lokal. Sementara 16 persen sisanya tidak memiliki preferensi apapun. Menurut direktur Lunadorii (dalam Mitra Karya Japindo, 2016) masyarakat Indonesia masih memilih merek global bukan karena tidak percaya dengan merek lokal, melainkan karena mereka kurang mengetahui atau mengenal merek-merek kosmetik lokal sehingga membuat produk global lebih berkembang di Indonesia. Perkembangan produk global akan semakin besar seiring meningkatnya peluang pasar di tanah air. Banyaknya produk global ternama di dunia seperti L Oreal menuntut para produk lokal memiliki strategi khusus dalam mengambil hati para konsumen dalam negeri. Salah satu produk lokal yang dinilai cukup sukses dan mampu menarik hati konsumen di Indonesia adalah Wardah. Menjamurnya produk global di pasar lokal membuat kosmetik Wardah menjadi satu-satunya produk yang memiliki dominasi kuat diantara merek-merek lokal lainnya (Mitra Karya Japindo, 2016) Wardah merupakan salah satu kosmetik lokal yang saat ini menjadi produk favorit dikalangan konsumen. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan produk Wardah berdasarkan survey yang dilakukan Top Brand Index. Top Brand Index (TBI) dihitung berdasarkan pengukuran tiga parameter, yaitu sejauh mana kekuatan merek tertentu menguasai benak pelanggan, merek yang responden gunakan terakhir kali, dan loyalitas responden terhadap merek produk. Berdasarkan data Top Brand Index beberapa produk yang dimiliki Wardah adalah

3 body cologne, sabun pembersih muka, bedak wajah, masker wajah, pelembab, lipstik, dan lipgloss. Namun yang bertahan dalam lima besar Top Brand Index adalah produk bedak wajah, pelembab, lipstik, dan lipgloss. Persentase produk Wardah berdasarkan data Top Brand Index sebagai berikut: 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% Top Brand Index (TBI) Kategori Perawatan Pribadi Kosmetik Tahun 2015-2017 12.0% 5.2% 11.3% 10.0% 3.0% 0.0% 5.7% 21.3% 17.6% 7.6% 5.3% 4.6% Bedak Wajah Pelembab Lipstik Lip gloss 2015 2016 2017 Gambar 1.1. Top Brand Index (TBI) Kategori Perawatan Pribadi Kosmetik Merek Wardah 2015-2017 Sumber : topbrand-award.com Gambar 1.1 merupakan hasil survei oleh top brand pada tahun 2017 dalam kategori perawatan pribadi kosmetik merek wardah. Pada gambar dapat dilihat bahwa produk kosmetik Wardah rata-rata meningkat setiap tahunnya meskipun ada jenis produk yang tidak mengalami peningkatan. Jenis produk kosmetik tersebut berupa bedak wajah, pelembab, lipstik, dan lipgloss. Pada gambar diatas dapat dilihat, lipstik merupakan produk kosmetik Wardah yang mengalami peningkatan paling besar setiap tahunnya. Produk kosmetik Wardah mampu bertahan lima besar pada kategori perawatan pribadi kosmetik (top brand). Hal tersebut mempengaruhi pendapatan dari kosmetik Wardah yang selalu meningkat setiap tahunnya. Menurut Kantar Worldpanel (dalam Handayani, 2016), lembaga pemerhati perilaku konsumen,

jumlah (pcs) 4 menyebut pangsa pasar Wardah di kawasan perkotaan mencapai 16%. Tren pertumbuhan penjualan Wardah mencapai 50% setiap tahunnya, sedangkan produk kosmetik lokal yang lainnya melaju tak lebih dari 10%. Peningkatan pendapatan tersebut terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia salah satunya di kota Padang. Hal itu dapat dilihat dari data pendapatan kosmetik Wardah di kota Padang dari tahun 2015-2017. Data Penjualan Kosmetik Wardah Kota Padang Tahun 2015-2017 500,000 400,000 300,000 200,000 345,615 250,100 415,655 374,122 2015 2016 2017 Januari-Juni 250,100 374,122 425,479 Juli-Desember 345,615 415,655 456,458 Gambar 1.2. Data Penjualan Kosmetik Wardah Kota Padang 2015-2017 Sumber : Kantor Distributor Wardah Kota Padang Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2015-2017 penjualan kosmetik Wardah mengalami peningkatan. Menurut Durianto, Sugiarto dan Tony, (2001) terjadinya peningkatan penjualan pada suatu produk dapat dilihat dari pengelolaan dan pemanfaatan yang benar dari suatu strategi pemasaran, sehingga akan membuat loyalitas merek menjadi aset strategis bagi perusahaan. Loyalitas merek adalah sikap konsumen yang menyenangi satu merek yang menimbulkan kesetiaan dan komitmen pada diri konsumen serta memiliki keinginan yang kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada masa sekarang dan masa yang akan datang (Schiffman dan Kanuk, 2004). 456,458 425,479

5 Menurut Darianto (2004) loyalitas merek dapat memberikan beberapa hal terhadap perusahaan, salah satunya yaitu trade leverage (meningkatkan pelanggan). Dalam hal ini berarti bahwa loyalitas terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan atau penjualan, serta memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Semakin konsisten konsumen membeli suatu produk, maka semakin tinggi frekuensi pembelian konsumen tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan. Konsumen yang cenderung setia dan konsisten dalam pemilihan suatu produk dapat mempengaruhi loyalitas terhadap suatu merek. Loyalitas merek adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain dalam satu kategori produk (Giddens, 2002). Hasil wawancara terhadap lima orang pengguna kosmetik Wardah dan pemberian kuesioner terbuka terhadap 25 orang pengguna kosmetik Wardah menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih menggunakan produk kosmetik Wardah karena adanya penekanan label halal dari produk tersebut, harga yang terjangkau, dan mudah didapatkan. Lalu dari 25 orang responden, sebanyak 23 orang responden mengaku pernah merekomendasikan produk kosmetik Wardah kepada keluarga atau teman atau orang lain. Selain itu, sebagian responden mengaku jika harga produk kosmetik Wardah mahal maka mereka akan tetap membeli produk kosmetik Wardah. Berdasarkan pemaparan diatas, sebagian responden cenderung memenuhi, tiga aspek loyalitas merek yang mencakup mengenai konsistensi konsumen terhadap suatu produk. Aspek-aspek loyalitas merek menurut Schiffman dan

6 Kanuk (2004) yaitu pertama aspek kognitif berisikan persepsi, kepercayaan, stereotype seseorang konsumen mengenai suatu merek, hal ini terbukti dari hasil wawancara yang telah dilakukan bahwa konsumen memilih produk Wardah karena percaya akan amannya produk Wardah. Kedua aspek afektif yaitu komponen yang didasarkan pada perasaan dan komitmen konsumen terhadap suatu merek, hal ini terlihat dari hasil wawancara bahwasannya konsumen mengaku bahwa setelah mencoba produk Wardah lebih dari satu tahun, konsumen merasa puas dan menyukai merek tersebut sehingga konsumen tidak berpindah ke merek lain. Selanjutnya aspek konatif berkenaan dengan kecendrungan konsumen untuk membeli merek karena telah terbentuk komitmen dalam diri mereka untuk mengkonsumsi merek yang sama, hal ini terbukti dari hasil wawancara, bahwa konsumen cenderung puas dengan produk Wardah karena dapat memenuhi kebutuhan kosmetik konsumen dalam beraktifitas sehari-hari Berdasarkan data diatas, dapat diindikasikan bahwa konsumen cenderung memiliki loyalitas terhadap merek kosmetik Wardah. Loyalitas merek sangat penting bagi untuk majunya suatu perusahaan. Terdapat empat fungsi penting dari loyalitas merek bagi perusahaan. Pertama, mengurangi biaya pemasaran dalam kaitannya dengan biaya pemasaran. Kedua, dapat meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Ketiga, dapat menarik minat pelanggan baru. Keempat, dapat memberikan waktu untuk merespon ancaman persaingan, loyalitas merek akan memberi waktu pada perusahaan untuk merespon gerakan pesaing (Durianto, dkk 2001).

7 Sikap loyalitas merek yang dimiliki oleh konsumen berkaitan dengan beberapa faktor. Menurut Marconi (1993) faktor-faktor tersebut diantaranya adalah nilai (harga dan kualitas), citra merek, kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan merek, kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, kualitas pelayanan yang baik, dan garansi dan jaminan yang diberikan oleh merek. Salah satu yang mempengaruhi loyalitas merek adalah citra merek. Citra merek didefinisikan sebagai persepsi mengenai sebuah merek sebagaimana direfleksikan oleh asosiasi merek yang terdapat dalam benak konsumen (Keller 1993). Pada hasil kuisioner terbuka berbentuk jawaban isian yang diberikan kepada 25 orang pengguna kosmetik Wardah, citra merek merupakan salah satu alasan responden dalam memilih suatu merek. Hasil wawancara singkat dengan lima orang konsumen pengguna kosmetik wardah di kota Padang berdasarkan komponen citra merek menurut Keller (1993), tiga orang konsumen mengatakan bahwa mereka memilih produk wardah karena adanya penekanan label halal sehingga mereka merasa produk tersebut aman untuk kulit dan harga yang terjangkau. Hal tersebut berhubungan dengan salah satu komponen citra merek yaitu atribut non - produk, yang berkaitan dengan memilih produk karena informasi produk tersebut. Selain itu, konsumen merasa percaya diri ketika menggunakan produk kosmetik Wardah. Konsumen percaya diri karena banyaknya selebriti berhijab yang diidolakan memakai produk yang sama dengan beberapa selebriti berhijab. Hal tersebut membuat konsumen merasa bahwa citra dirinya naik (wawancara, 4 September 2017). Hal ini memperlihatkan komponen keuntungan eksperiental, dimana keuntungan ini berhubungan dengan perasaan

8 yang muncul dalam menggunakan suatu produk atau jasa dan berkaitan dengan pengalaman sensori dan kognitif konsumen. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pentingnya citra merek terhadap loyalitas merek, yaitu konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003). Davis (2000) menyatakan semakin positif suatu produk maka semakin kuat citra merek dan semakin banyak kesempatan bagi pertumbuhan suatu merek. Sikap positif konsumen terhadap sebuah merek lebih mudah mengarahkannya untuk membeli merek dan produk yang sama. Citra merek yang unik merupakan hal yang paling penting, karena semakin kompleks suatu produk, konsumen akan semakin bergantung pada citra merek untuk mengambil keputusan dalam membeli (Schiffman & Kanuk, 2000). Produk Wardah menciptakan hal unik dari produknya dengan mengusung label penekanan halal dari awal pada produknya (Wardah Beauty). Hal unik yang dimiliki oleh Wardah makin disukai oleh pelanggan karena harga produk yang terjangkau dan kualitas yang bagus, sehingga konsumen melakukan pembelian ulang terhadap produk Wardah. Konsumen dapat menjadi loyal terhadap suatu merek ketika merek tersebut dapat memberikan kepuasan melalui layanan kualitas yang lebih baik, dan mengembangkan citra merek yang baik (Ghafoor, Iqbal, Tariq, & Murtaza., 2012 ). Penelitian terkait loyalitas merek dan citra merek dilakukan oleh Ratri (2007) dan Astuti (2016). Kedua penelitian menyatakan bahwa citra merek memiliki hubungan positif dengan loyalitas merek. Pada penelitian Ratri dan

9 Astuti kesimpulannya menunjukan bahwa semakin baik citra merek akan diikuti dengan meningkatnya loyalitas merek dan bila loyalitas merek meningkat, maka serangan dari pesaing dapat berkurang. Penelitian lainnya mengenai pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek yang dilakukan oleh Rahayu (2015) dam Bastian (2014). Kedua penelitian menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari citra merek terhadap loyalitas merek. Hasil penelitian Rahayu menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara citra merek dan loyalitas merek dan kesimpulan menunjukan bahwa pelanggan akan senang menggunakan maskapai yang berbiaya rendah dan akan merekomendasikannya ke orang lain. Penelitian Bastian menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara citra merek dan loyalitas merek dan citra merek yang terbentuk karena perusahaan mampu memberikan presepsi yang baik kepada konsumennya dan juga menjaga dan mengelola hubungan dengan konsumen ADES. Beberapa penelitian diatas yang menunjukan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh yang positif antara citra merek dengan loyalitas merek, dimana ketika terjadi peningkatan citra merek pada produk maka loyalitas mereknya juga akan meningkat. Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa citra merek sangat penting dimiliki oleh suatu produk. Lalu dapat diketahui bahwa citra merek memiliki hubungan positif dengan loyalitas merek. Hal ini berarti bahwa semakin positif citra merek maka loyalitas merek akan semakin tinggi. Pada penelitian ini akan melihat bagaimana citra merek pada produk Wardah dapat mempengaruhi loyalitas merek sehingga dapat membantu produsen untuk memperhatikan hal-hal

10 yang dapat meningkatkan loyalitas merek. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pengaruh Citra Merek terhadap Loyalitas Merek pada Pengguna Kosmetik Wardah di Kota Padang. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dibuat untuk mempermudah penelitian dan sekaligus menjadi tolak ukur masalah sebagai fokus penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : apakah terdapat pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek pengguna kosmetik wardah di kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap loyalitas merek pengguna kosmetik wardah di kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoretis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai kajian ilmiah dalam Psikologi, khusunya Psikologi Industri dan Organisasi mengenai perilaku konsumen. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada pihak produsen bahwa citra merek merupakan faktor yang diperlukan dalam

11 meningkatkan konsumen yang memiliki loyalitas pada merek, sehingga dapat mendesain pembentukan citra yang lebih baik untuk peningkatan jumlah penjualan produk. 1.5 Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini, sistematika penelitian disusun berdasarkan bab demi bab yang akan diuraikan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : Landasan Teori Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Dalam bab ini juga memuat kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : Metode Penelitian Menjelaskan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, metode analisis data, lokasi penelitian, dan jadwal penelitian.

12 BAB IV : Analisa Hasil dan Pembahasan Menjelaskan mengenai uraian singkat hasil dari penelitian, yaitu analisis deskriptif, uji normalitas, uji linieritas, analisis regresi dan pembahasan mengenai hasil penelitian. BAB V : Penutup Menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dijelaskan dibab sebelumnya, dan juga saran terkait hasil penelitian ataupun untuk peneliti berikutnya.