AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MAROS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN PADA PT. PELNI CABANG TANJUNGPINANG SUSANTI Jurusan Akuntansi FAKULTAS EKONOMI

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian, Tujuan dan Keuntungan Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari hal tersebut adalah semakin ketatnya persaingan antara dunia usaha

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA

Firdaus Hamta Fakultas Ekonomi, UNRIKA Jalan Batu Aji Baru No. 99, Batu Aji, Batam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Bambang Hariadi, 2002:17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER. Untung Sriwidodo Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Sistem Pengendalian Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Sikap bertanggung jawab merupakan syarat mutlak berjalannya suatu

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH EFEKTIVITAS PENERAPAN ANGGARAN TERHADAP PENILAIAN KINERJA PUSAT LABA Studi kasus pada PT. Rahayu Santosa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi dan Karakteristik Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II FUNGSI ANGGARAN DALAM PERUSAHAAN. satuan kuantitatif. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP PENGENDALIAN BIAYA PADA PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA IV CABANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. dengan memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan. Kelangsungan hidup

PENILAIAN KINERJA MANAJER PUSAT BIAYA (Studi Kasus PT. PABELAN SURAKARTA) SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. informasi yang mengacu pada pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Tinjauan Umum Akuntansi Pertanggungjawaban. pertanggungjawaban terdiri dari beberapa elemen inti, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi.hal ini dilakukan. berkembang dan mendapatkan laba yang optimal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DENGAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA PT GOTRANS LOGISTIC CABANG MANADO

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PRODUKSI PADA PDAM KABUPATEN MALANG

BAB II BAHAN RUJUKAN. memiliki ciri khas tersendiri, oleh karena anggaran perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang dihadapi PT. PAL cukup kompleks. Salah satunya adalah terjadi

Andre Mandak, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan dan. pengendalian atas aktivitas perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori Agensi pertama kali dipopulerkan oleh Jensen, Meckling pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, perkembangan dunia semakin luas, persaingan

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PADA UD. SANGGING SERASI, TABANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN PADA BANK SYARIAH DALAM PENGENDALIAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. wewenang pada waktu wewenang tersebut akan dilaksanakan. Menurut Trisnawati

Anggun P. Anik, Evaluasi Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban.

BAB III FUNGSI ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA TEBING TINGGI

AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA MANAJER SYAHRUL RAMBE. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang pusat industrinya sangat banyak, perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Manfaat Dari Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Jika pemisahan fungsi organisasi telah terjadi maka kebutuhan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PADA PT BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE KABUPATEN SIMALUNGUN

BAB II BAHAN RUJUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Lingkup Akuntansi Pertanggungjawaban. 1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin berkembang pesat dilihat dari

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

ANALISIS ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA RANDIK KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan-persaingan antar perusahaan

PUSAT BIAYA PENGERTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, perusahaan profit oriented maupun non-profit

PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA PADA PT. BANK SULUT CABANG TONDANO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), proses adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENERAPAN ANGGARAN PARTISIPATIF PADA PERGURUAN TINGGI SWASTA (Studi Pada Tiga Universitas Swasta Di Daerah Istimewa Yogyakarta)

Jurnal FASILKOM Vol.2 No.2, 1 Oktober 2004 PERAN SISTEM INFORMASI DALAM MEMBUAT ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN LABA

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. biaya telah banyak dibahas dalam buku-buku akuntansi khususnya akuntansi biaya. Menurut pendapat Carter dan Usry (2006 : 33) :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dalam proposisi penelitian ini bertujuan untuk. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

2 kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivtas agar mengetahui

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN DALAM PENILAIAN KINERJA PUSAT PENDAPATAN PADA PT. SIANTAR TOP, Tbk

Transkripsi:

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MAROS Nur Fatwa Basar STIE Tri Dharma Nusantara Makassar Email : nurfatwabasar@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui akuntansi pertanggungjawaban biaya pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros. Jenis data yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Metode analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif yaitu membandingkan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut teori Mulyadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pertanggungjawaban pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah sesuai dengan sistem akuntansi pertanggungjawaban menurut teori Mulyadi. Kata Kunci : Akuntansi Pertanggungjawaban THE ACCOUNTING FOR COST ACCOUNTABILITY AT THE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) IN MAROS REGENCY Nur Fatwa Basar STIE Tri Dharma Nusantara Makassar Email : nurfatwabasar@gmail.com ABSTRACT The purpose of this study was to find out the accounting for cost accountability at the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) in Maros Regency. The types of data used are qualitative and quantitative. Data sources used are primary data and secondary data. The method of analysis in this study is descriptive comparative, that is comparing the accountability accounting system at the office of the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) in Maros Regency with an accountability accounting system according to the Mulyadi theory. The results showed that the accountability accounting system at the office of the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) in Maros Regency was in accordance with the accountability accounting system according to Mulyadi's theory. Key Words : Accounting Responsibility PENDAHULUAN Menimbang dalam rangka usaha peningkatan keserasian pembangunan di daerah diperlukan adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah serta untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan dan kesinambungan pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh, tearah dan terpadu, maka atas dasar pertimbangan di atas, pengaturan tentang pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) 146

sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1974, dipandang perlu untuk di tinjau kembali. Sehubungan dengan itu peranan akuntansi semakin dibutuhkan terutama untuk memperoleh informasi. Peran serta pegawai sangat dibutuhkan dalam mengaktualisasikan peranan akuntansi tersebut sebagai alat pengawasan biaya yang kita kenal dengan akuntansi pertanggungjawaban. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengendalian. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah yang meliputi ekonomi, fisik, sosial budaya, serta pengendalian dan evaluasi serta uraian tugas adalah paparan atau bentangan atas semua tugas jabatan yang merupakan tugas pokok yang dilakukan pemegang jabatan oleh Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Peran serta masyarakat sebagai wujud dari keseriusan masyarakat mengawal jalannya pembangunan perlu didukung dengan tersedianya ruang partisipasi publik dalam memberikan masukan-masukan yang mencerminkan aspirasi masyarakat. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan menggunakan biaya. Biaya yang dibuat merupakan suatu pengarahan perhatian, karena membantu para pegawai untuk memusatkan perhatian pada masalah operasional atau keuangan pada waktu yang lebih awal untuk pengendalian yang lebih efektif. Oleh karena itu, haruslah disusun biaya untuk tiap-tiap tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban, serta laporan pertanggungjawaban dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban. Salah satu cara pegawai untuk mengelolah kantor adalah pengendalian khususnya pengendalian biaya dengan menerapkan Responsibility Accounting. Akuntansi pertanggungjawaban sebenarnya timbul sebagai akibat adanya wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkannya dalam bentuk suatu laporan tertulis berkaitan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang tersebut. Oleh karena itu yang menjadi dasar dibentuknya sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah konsep mengenai pemisahan secara tugas antara wewenang dan tanggung jawab. Oleh karena itu kantor perlu menerapkan akuntansi pertanggungjawaban pada masa yang akan datang dan pada masa kini. Semakin baik peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya pada kantor Bappeda, maka akan semakin baik pula pengendalian biaya, sedangkan pengendalian biaya yang baik akan memudahkan peranan akuntansi pertanggungjawaban dalam kantor sehingga tujuan kantor dapat dicapai. Peneliti melihat bahwa akuntansi pertanggungjawaban merupakan hal yang penting untuk diterapkan karena dapat menunjang pencapaian tujuan kantor. Sehubungan dengan itu peneliti tertarik dengan melakukan suatu penelitian mengenai dengan akuntansi pertanggungjawaban. Hal ini dimaksud untuk mengetahui seberapa jauh akuntansi pertanggungjawaban tersebut telah diterapkan dan sampai seberapa jauh pula akuntansi pertanggungjawaban digunakan sebagai alat pengendalian biaya Realisasi Belanja APBD Kabupaten Maros. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai akuntansi pertanggungjawaban biaya dengan judul Akuntansi Pertanggungjawaban Biaya Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis dapat merumuskan yaitu : apakah akuntansi pertanggungjawaban biaya pada Kantor 147

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah sesuai dengan syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut teori Mulyadi?. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001) adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan pendapatan yang dianggarkan. Pengertian akuntansi pertanggungjawaban menurut Anthony & Govindarajan (2009) yaitu : bagian dari sistem pengontrolan akunting yang merupakan salah satu faktor yang mendukung implementasi strategi. Adapun pengertian akuntansi pertanggungjawaban yaitu : suatu sistem yang mengukur prestasi dari masing-masing pusat pertanggungjawaban berdasarkan informasi yang disampaikan dalam menjalankan pusat-pusat pertanggungjawaban. Lain halnya menurut Simamora (1995) pengertian akuntansi pertanggungjawaban yaitu : bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja keuangan segmen bisnis. Pada intinya, akuntansi pertanggungjawaban mensyaratkan setiap manajer untuk berpartisipasi. Sehingga berdasarkan pendapatpendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem yang membandingkan rencana (anggaran) dengan tindakan (hasil sesungguhnya) dari setiap pusat pertanggungjawaban yang digunakan untuk mengukur kinerja seseorang atau suatu departemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2009), akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting, yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan ukuran kinerja atau bench marking, pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan. Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan mempengaruhi perilaku dalam cara tertentu sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Akuntansi pertanggungjawaban menurut Anthony dan Hermanson (2001) mempunyai tujuan yaitu membebani pusat pertanggungjawaban dengan biaya yang dikeluarkannya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari akuntansi pertanggungjawaban adalah mengadakan evaluasi hasil kerja suatu pusat pertanggungjawaban untuk meningkatkan operasi-operasi perusahaan di waktu yang akan datang. Tujuan dan manfaat akuntansi pertanggungjawaban, Mulyadi (2001) menjelaskan bahwa untuk mengendalikan biaya, dengan cara menggolongkan, mencatat, meringkas, dan menghubungkan langsung dengan pejabat atau orang yang bertanggungjawab atas terjadinya biaya yang dikendalikan olehnya. Manfaat dari akuntansi pertanggungjawaban Mulyadi (2001) adalah : 1. Penyusunan anggaran (jika informasi akuntansi pertanggungjawaban tersebut berupa informasi yang akan datang). 2. Penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban (jika informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa lalu). 3. Pemotivasi manajer pusat pertanggungjawaban (jika informasi akuntansi pertanggungjawaban tersebut berupa informasi masa lalu). Berdasarkan uraian di atas, maka akuntansi pertanggungjawaban bermanfaat terhadap jalannya perusahaan, yaitu masing-masing tingkatan manajemen diharuskan menyusun anggarannya masing-masing kemudian menganalisis, melaksanakan dan 148

melaporkannya. Hal ini dilakukan agar sistem akuntansi pertanggungjawaban dapat berjalan dengan baik dan efektif, serta dapat dimengerti oleh setiap karyawan. Berdasarkan laporan akuntansi pertanggungjawabanakan diketahui apakah rencana yang ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik sehingga jika terjadi penyimpanganpenyimpangan akan dapat diselidiki untuk diketahui hal-hal yang menjadi penyebab dan siapa yang bertanggung jawab untuk memperbaikinya dan dikaitkan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi dengan bersangkutan. Syarat-Syarat Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Menurut Mulyadi (2001), untuk dapat diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban ada lima syarat, yaitu : 1. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan pengaturan garis tanggung jawab dalam satu entitas yang disusun untuk mencapai tujuan bersama orang-orang yang berada pada jajaran garis tersebut. Struktur organisasi dalam akuntansi pertanggungjawaban menunjukkan bahwa tiap-tiap pimpinan jelas atas segala kegiatan yang berada di bawah pengendaliannya. Tanggung jawab timbul karena diberikan wewenang mengalir dari atas ke bawah harus didasarkan pada suatu pengelompokan tanggung jawab manajemen kepada setiap tingkat dalam organisasi perusahaan. 2. Anggaran Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan tujuan atau sasaran dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran. Setelah anggaran disusun dan kemudian dilaksanakan, akuntansi biaya berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada manajemen mengenai konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan rencana kegiatan. Perbandingan dan analisis biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan memberikan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan mereka mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi dari rencana kegiatan, yang pada gilirannya dapat digunakan oleh manajemen sebagai dasar untuk melakukan tindakan koreksi. 3. Penggolongan Biaya Berdasarkan konsep pengendalian biaya, setiap pos biaya pada suatu departemen atas unit organisasi harus diklasifikasikan dan ditentukan secara jelas sebagai biaya terkendali dan biaya tak terkendali pada setiap pusat pertanggungjawaban tertentu. Penentuan secara tegas ini sangat penting terutama dalam pengendalian biaya untuk laporan pelaksanaan, yang di dalamnya membandingkan antara realisasi dengan yang dianggarkan. Laporan tersebut merupakan tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kerja setiap pusat pertanggungjawaban dan manajer yang membawahinya. Masing-masing anggaran yang terpisah harus menetapkan secara jelas yang dapat dikendalikan oleh manajer yang bersangkutan. 4. Sistem Akuntansi Dalam akuntansi pertanggungjawaban, biaya dan pendapatan dikumpulkan dan dilaporkan untuk setiap jenjang manajemen. Agar dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan suatu bagan perkiraan yang diberi kode tertentu yang memuat perkiraan-perkiraan yang ada di neraca maupun pada perhitungan laba-rugi. Proses ini mengakibatkan setiap tingkatan manajemen atau setiap bagian dalam perusahaan yang merupakan pusat pertanggungjawaban akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya. Biaya tersebut harus dipisahkan menjadi biaya terkendali dan tidak terkendali berdasarkan kepentingannya di dalam laporan keuangan dan dalam persiapan pembuatan laporan. 149

5. Sistem Pelaporan Biaya Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan-laporan yang menerangkan hasil dari aplikasi konsep akuntansi pertanggungjawaban yang memegang peranan penting dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan pengawasan atas jalannya operasi perusahaan. Laporan pertanggungjawaban merupakan ikhtisar hasil-hasil yang dicapai oleh seorang manajer bidang pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya selama periode tertentu. Di dalam pengumpulan atau pelaporan biaya, tiap bidang pertanggungjawaban harus dipisahkan antara biaya terkendali dan biaya tidak terkendali. Pusat Pertanggungjawaban Biaya Pusat pertanggungjawaban merupakan salah satu elemen dari suatu struktur sistem pengendalian manajemen. Pusat pertanggungjawaban adalah unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas pusat pertanggungjawabannya (Supriyono, 2000). Sedangkan menurut L. M. Samryn (2001) pusat pertanggungjawaban merupakan suatu bagian dalam organisasi yang memiliki kendali atas terjadinya biaya, perolehan pendapat, atau penggunaan dana investasi. Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007), pusat biaya (cost center) adalah suatu pusat tanggung jawab dimana manajernya bertanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang terjadi di unit tersebut, dan tidak bertanggung jawab dari segi keuangan, untuk laba maupun investasi dari unitnya. Pusat tanggung jawab ini secara finansial hanya bertanggung jawab atas terjadinya biaya. Pusat biaya yang tidak memiliki tanggung jawab untuk memperoleh penghasilan. Dalam pusat biaya seorang manajer diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otorisasi untuk mengambil keputusankeputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Kemampuan dalam mengendalikan biaya sesuai rencana merupakan ukuran kinerja manajer pusat biaya. Pusat pertanggungjawaban biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Pusat Biaya Teknik Menurut Krisna (2006), pusat biaya teknik adalah pusat biaya yang sebahagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik optimal (erat dan nyata) dengan keluarannya. Contoh : departemen produksi dimana masukan dapat diukur dengan biaya, dan keluaran dapat diukur dengan ukuran fisik. Untuk pengendalian pusat biaya teknik dapat ditempuh dengan menggunakan penentuan biaya standar. Efisiensi pusat biaya teknik dinilai atas dasar hubungan antara masukan dan keluarannya, yaitu membandingkan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya standarnya. Jika biaya-biaya sesungguhnya lebih kecil dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya menguntungkan yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bekerja secara efisien. Namun, jika biaya sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya standarnya, maka penyimpangan biaya sifatnya merugikan yang berarti bahwa pusat biaya tersebut bakerja tidak efisien. 2. Pusat Biaya Kebijakan Menurut Krisna (2006), pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang biayanya tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal (erat dan nyata) dengan keluarannya dan tidak dapat atau sulit diukur secara kuantitatif. Departemen administrasi dan umum, SDM, departemen penelitian dan pengembangan, departemen pemasaran merupakan pusat biaya kebijakan dimana biaya yang terjadi ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. Jadi dalam pusat biaya kebijakan sedapat mungkin tugas yang direncanakan telah dilaksanakan dengan biaya yang telah dianggarkan dan tidak ada pengeluaran melampaui anggaran tanpa persetujuan manajemen puncak terlebih dahulu. 150

Pusat biaya kebijakan dapat diukur efektifitasnya dengan cara menilai kontribusinya terhadap tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja manajer pusat administrasi, pusat penelitian dan pengembangan, pusat pemasaran dengan menggunakan laporan pertanggungjawaban biaya yang membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan anggarannya. Selisih atau varian tersebut dapat menguntungkan yang berarti pusat biaya kebijakan tersebut bekerja secara efektif dan tidak mengguntungkan yakni pusat biaya tersebut bekerja secara tidak efektif. Penyusunan Anggaran untuk Pusat Biaya Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran perusahaan berkaitan dengan perencanan dan pengendalian perusahaan. Perencanaan melihat kedepan yaitu menetapkan tindakan tertentu dan pengendalian melihat kebelakang yaitu menilai apa yang telah dihasilkan. Dari perbandingan yang dihasilkan maka dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran. Anggaran (budget) adalah perencanaan keuangan untuk masa depan, anggaran memuat tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Sebelum menyusun anggaran organisasi harus mengembangkan rencana strategis (strategic plan) yaitu mengidentifikasi strategi aktivitas dan operasi masa depan, yang biasanya berjangka lima tahun. Keseluruhan strategi diterjemahkan dalam tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan inilah yang menjadi dasar penyusunan anggaran. Jadi anggaran inilah yang merupakan komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk bekerja sama mewujudkan rencana jangka pendek guna mencapai tujuan jangka panjang. Pada umumnya dalam suatu perusahaan yang telah cukup besar terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran yang terdiri dari komite anggaran, departemen anggaran dan pusat pertanggungjawaban. Komite anggaran adalah suatu unit organisasi yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk. Departemen anggaran adalah unit organisasi yang menangani administrasi anggaran. Sedangkan pusat pertanggungjawaban adalah suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu. Penyusunan anggaran dapat dilakukan secara bottom up yaitu penyusunan anggaran yang dimulai dari manajemen level bawah dan selanjutnya diserahkan ke manajemen atas. Penyusunan anggaran secara bottom up dimulai dari tiap-tiap manajer pada level bawah yang mengajukan anggaran biayanya masing-masing. Rancanganrancangan ini dikombinasikan dan diselaraskan satu sama lain oleh komite anggaran. Komite anggaran kemudian menyampaikan rancangan anggaran final dari tiap-tiap bagian kepada manajemen puncak. Setiap perubahan yang dilakukan terhadap rancangan anggaran tersebut harus dirundingkan dan diberitahukan kepada manajer penyusunan anggaran biaya sehingga menciptakan peran serta dan komitmen mereka dalam menciptakan target. Penyusunan anggaran juga dapat dilakukan secara top down yaitu anggaran yang disusun oleh manajemen puncak untuk manajemen dibawahnya. Penyusunan anggaran pusat biaya dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan klasifikasi pusat biaya, yaitu : 1. Anggaran biaya teknik yaitu, anggaran yang terdiri dari biaya-biaya yang bersifat engineered, yaitu biaya-biaya (input) yang memiliki hubungan yang jelas dengan outputnya. Anggaran biaya teknik digunakan oleh pusat pertanggungjawaban yang outputnya dapat diukur. Penyusunan anggaran ini dimulai dari penentuan besarnya keluaran yang akan dihasilkan oleh pusat biaya teknik yang bersangkutan dalam jangka waktu dan mutu tertentu. Atas dasar 151

keluaran yang akan dihasilkan manajer pusat biaya teknik menyusun anggaran biaya yang efisien untuk menghasilkan keluaran tersebut. Contoh anggaran biaya teknik adalah anggaran untuk bagian produksi. 2. Anggaran biaya kebijakan merupakan anggaran yang terdiri dari biaya-biaya yang bersifat discretionary, yaitu biaya (input) yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan keluaran. Jenis anggaran ini digunakan oleh pusat pertanggungjawaban yang keluarannya (output) tidak bisa diukur. Penyusunan anggaran dimulai dari penentuan volume tugas-tugas atau pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang akan datang. Atas dasar volume tugas yang akan dilaksanakan, selanjutnya manajer pusat biaya kebijakan menyusun anggaran biaya untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut. Contoh anggaran biaya kebijakan adalah anggaran untuk departemen administrasi dan umum. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban Pada perusahaan yang besar di mana kegiatan-kegiatan operasionalnya cukup kompleks dan mempunyai jenis biaya yang tepat dan dapat secara langsung mengidentifikasi dan mengontrol setiap penyimpangan biaya yang terjadi untuk kemudian dipertanggungjawabkan oleh pihak yang seharusnya bertanggung jawab. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban yaitu suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dilakukan sesuai dengan bidang pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar dapat dipilih orang yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya dan penghasilan yang dianggarkan. Menurut Mulyadi (2001), sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem pengumpulan biaya, untuk kepentingan pengendalian biaya, yaitu dengan cara menggolongkan, mencatat, dan meringkas biaya-biaya dalam hubungannya dengan tingkat-tingkat manjemen yang bertanggung jawab. Pengendalian biaya dengan akuntansi pertanggungjawaban dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan orang yang bertanggung jawab terhadap terjadinya biaya tersebut. Di mana setiap pusat pertanggungjawaban menyusun anggaran biayanya masing-masing dengan memperhatikan tujuan perusahaan. Ada lima kondisi untuk dapat menerapkan sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yaitu sebagai berikut (Mulyadi 2001) : 1. Organisasi yang terdiri atas pusat-pusat pertanggungjawaban dan dapat disentralisasikan wewenang di dalamnya. 2. Anggaran biaya yang disusun menurut pusat-pusat pertanggungjawaban. 3. Penggolongan biaya yang sesuai, dapat dikendalikan atau tidaknya biaya oleh pusat pertanggungjawaban. 4. Sistem akuntansi yang disesuaikan dengan struktur organisasi. 5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab. Sistem Pelaporan Pusat Biaya Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan (performance report) adalah sebuah laporan yang umumnya disajikan secara berkala dan mengikuti bentuk yang sudah distandarisir yang dirancang secara khusus untuk mempermudah manajemen melakukan pengendalian intern. Dengan disusunnya laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dapat ditentukan sampai seberapa jauh tujuan dan saran yang direncanakan sebelumnya telah tercapai. Ciri khas dari sebuah laporan pertanggungjawaban pelaksanaan adalah bahwa laporan tersebut dapat menunjukkan varians antara hasil sesungguhnya dan standar yang dianggarkan serta menunjukkan varians yang signifikan yang perlu diteliti secara seksama oleh manajemen untuk menentukan sebab-sebab yang mendasari terjadinya varians. Dalam rangka menilai dan meneliti suatu varian untuk menentukan 152

penyebabnya, beberapa kemungkinan yang harus dipertimbangkan adalah varians tidak material, varian disebabkan kesalahan pelaporan, varian disebabkan keputusan manajemen tertentu, atau varian disebabkan faktor yang tidak dapat dikendalikan tetapi dapat ditentukan. Laporan pertanggungjawaban biaya (cost performance report) merupakan suatu laporan yang digunakan untuk menunjukkan hasil kerja sekaligus sebagai dasar pengukuran kinerja manajer pusat biaya. Laporan ini berisi perbandingan antara jumlah biaya yang dianggarkan dengan realisasinya. Perbedaan antara jumlah yang dianggarkan dengan realisasinya disebut dengan varian (penyimpangan). Dalam pengumpulan biaya yang bertujuan untuk penyusunan laporan pertanggungjawaban, semua biaya yang terjadi disetiap pusat biaya harus dipisahkan antara biaya yang terkendali dengan biaya yang tidak terkendali. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun yang menjadi objek penelitian dalam penulisan ini adalah kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang bergerak dibidang pembangunan daerah yang berlokasi di Kabupaten Maros tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman No 1. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Maret sampai April 2016. Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah : 1. Data kualitatif, yaitu data yang bukan berupa angka-angka. Dalam penulisan ini data kualitatifnya berupa gambaran umum kantor, struktur organisasi, proses kegiatan kantor dan anggaran dasar kantor. 2. Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka. Dalam penulisan ini data kuantitatifnya berupa tentang laporan keuangan selama kurun waktu satu tahun. Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini dapat berupa : 1. Data primer, adalah data yang diperoleh dengan mengadakan pengamatan serta wawancara secara langsung dengan pimpinan dan sejumlah pegawai pada kantor tersebut. Adapun data kantor yang diperoleh adalah prosedur penetapan biaya kantor dan sistem Realisasi Belanja APBD Kabupaten Maros. 2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumendokumen serta data lainnya berupa sejarah kantor, struktur organisasi kantor serta anggaran biaya dan data realisasinya. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data yang digunakan sebagai penunjang pembahasan ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu suatu bentuk penelitian dengan mencari penjelasan dari teori-teori literatur mengenai masalah-masalah yang akan dibahas serta berbagai tulisan yang berkaitan dengan penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung ke kantor terhadap akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya Realisasi Belanja APBD Kabupaten Maros pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros yang diteliti dengan cara mengadakan observasi dan wawancara dengan pihak staf dan pegawai yang berwenang sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. 153

Metode Analisis Untuk menjawab permasalahan penulis menggunakan metode analisis deskriptif kuesioner yang menggambarkan secara mendalam mengenai penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam hal pemenuhan syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi (2001 : 381) sebagai berikut : 1. Struktur Organisasi yang menetapkan secara tegas wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajemen. 2. Anggaran biaya disusun untuk setiap tingkatan manajemen. 3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat dikendalikan tidaknya (control ability) biaya oleh manajemen tertentu dalam operasi. 4. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggung jawab (responsibility reporting). 5. Sistem akuntansi biaya disesuaikan dengan struktur organisasi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Akuntansi Pertanggungjawaban Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros Struktur Organisasi Menurut kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros, struktur organisasi secara jelas telah menggambarkan jenjang wewenang, tanggung jawab, tugas dan kewajiban setiap tingkatan kantor dengan baik. Kantor juga telah merumuskan dengan jelas fungsi-fungsi pokok, tugas dan tanggung jawab unit kerja. Efektivitas organisasi untuk mewujudkan tujuan kantor sangat ditentukan oleh pengorganisasian sumber daya manusia di dalam memanfaatkan sumber daya lain melalui struktur organisasi. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah menyusun struktur organisasi dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggambaran secara jelas pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk tiap tingkatan manajemen dan hubungan kerja antar bagian-bagian dalam kantor. Dengan adanya struktur organisasi memungkinkan keberhasilan program perencanaan dan pengendalian yang ditetapkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka syarat akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di kantor tentang sruktur organisasi sudah memenuhi syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. Anggaran Tujuan penyusunan anggaran pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros adalah untuk mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan masing-masing bagian kantor dalam membiayai seluruh kegiatan pembangunan daerah yang akan dilaksanakan dan sebagai alat bantu bagi pegawai dalam mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap penggunaan dana kantor. Dalam anggaran kantor juga ditetapkan siapa yang akan berperan dalam melaksanakan sebagai aktivitas pencapaian sasaran kantor dan sumber daya yang disediakan lagi bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan tugas. Menurut Mulyadi, dalam akuntansi pertanggungjawaban setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran merupakan gambaran rencana kerja para pegawai yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam penilaian kerjanya. Serta perbandingan dan analisis biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan untuk memberikan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan mereka mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi dari rencana kegiatan. Dengan demikian maka syarat akuntansi pertanggungjawaban yang digunakan 154

di kantor tentang anggaran sudah sesuai dengan syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. Penggolongan Biaya Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) memiliki wewenang sehingga dapat mengendalikan sesuatu yang berada di bawah kewenangannya. Oleh sebab itu, ada atau tidaknya wewenang Kepala SKPD dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap suatu biaya. Biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu biaya terkendali dan biaya tidak terkendali oleh Kepala SKPD tersebut. Pemisahan antara biaya-biaya yang terkendali dengan yang tidak terkendali sangat penting untuk menetapkan pusat pertanggungjawaban yang bertanggung jawab atas realisasi dan penyimpangan dari suatu anggaran. Manajemen dapat mengetahui dimana biaya terjadi dan siapa yang harus bertanggung jawab atas realisasi dan penyimpangan pada anggaran biaya. Dengan mengetahui tempat biaya dan penanggung jawab biaya, manajemen akan lebih mudah mengendalikan biaya. Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah melakukan pemisahan biaya terkendali dan biaya tidak terkendali dengan cukup memadai sehingga dapat untuk mengukur kinerja pegawai yang bersangkutan. Oleh karena itu, maka syarat akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan di kantor tentang penggolongan biaya telah sesuai dengan syarat akuntansi pertanggung jawaban biaya telah sesuai dengan syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. Sistem Akuntansi Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebani dengan biaya yang terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya yang tidak terkendalikan. Kode biaya diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraanperkiraan baik dalam neraca maupun dalam laporan laba rugi. Dalam laporan pertanggungjawaban biaya Kantor Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros sudah memberi kode perkiraan terhadap biaya-biaya yang menjadi pembangunan daerah, sehingga kantor dapat mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan dan mengetahui dimana biaya terjadi serta siapa bertanggung jawab atas realisasi dan penyimpangan pada anggaran biaya dilihat dari daftar rekening. Berdasarkan uraian tersebut maka syarat akuntansi pertanggungjawaban yang digunakan di kantor tentang sistem akuntansi sudah sesuai dengan akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. Sistem Pelaporan Biaya Sistem pelaporan biaya pada kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah menerapkan akuntansi pertanggungjawaban karena laporan pertanggungjawaban sudah dibuat secara berkala dan dilaporkan setiap periode. Isi dari laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk tingkatan manajemen yang terendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang dikendalikan dan terjadi biayanya sendiri. Sehingga dapat dikatakan memenuhi standar akuntansi pertanggungjawaban. Oleh sebab itu, maka syarat akuntansi pertanggungjawaban yang diterapkan dikantor sudah sesuai dengan syarat akuntansi pertanggungjawaban menurut Mulyadi. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti yang telah dikemukakan sebelumnya dan dari hasil analisis peneliti mengenai akuntansi pertanggungjawaban biaya pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten 155

Maros, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan yaitu dari lima syarat peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Maros telah sesuai dengan akuntansi pertanggungjawaban menurut teori Mulyadi. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden rata-rata 77,9 % responden menyetujui pernyataan syarat-syarat akuntansi pertanggungjawaban. Saran Berdasarkan hasil penerapan yang telah dilaksanakan dan telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti dapat memberi saran sebagai berikut : 1. Dalam peranan akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengendalian biaya, yang harus ditingkatkan khususnya dalam penyusunan anggaran biaya, sebaiknya kantor melakukan pemisahan secara jelas antara biaya yang dapat dikendalikan dengan biaya yang tidak dapat dikendalikan untuk memudahkan dilakukannya pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan sekaligus juga untuk tujuan penilaian prestasi setiap pusat pertanggungjawaban. 2. Dalam laporan pertanggungjawaban yang dibuat, disarankan tidak hanya memuat anggaran, realisasi dan selisihnya, tetapi juga melaporkan penyebab terjadinya selisih baik yang menguntungkan maupun merugikan untuk menjadi pertimbangan dalam penyusunan anggaran berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan dan Yunita Anggarini. 2007. Anggaran Bisnis, Cetakan Pertama, Penerbit UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Anthony, R. N. dan Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen, Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat. Aria Weharima. 2005. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Bantu bagi Manajemen dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Biaya Pemasaran (Studi Kasus pada P.T. PLN Unit Bisnis Distribusi Jabar dan Banten). Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama. Athena Adharawati. 2010. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan Anggaran sebagai Alat Pengendalian Biaya (Studi Kasus pada P.T. PELNI Cabang Makassar). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. Hafid, A. R. 2007. Peranan Anggaran Biaya Operasi dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Biaya Operasi. www.google.com. Handrinal Bidang. 2013. Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya pada P.T. Telkomsel Regional Sulawesi dan Papua. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Makassar. Hansen dan Mowen. 2005. Akuntansi Manajemen. Edisi 7. Jakarta : Salemba Empat. Krisna, Armila. 2006. Akuntansi Manajerial, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta. L. M. Samryn. 2001. Akuntansi Manajerial Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi, Edisi ketiga Cetakan Ketiga, Jakarta : Salemba Empat. Simamora, Hendri. 1995. Akuntansi Manajemen, Cetakan Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keenam. Alfabeta, Bandung. Supriyono, R. A. 2000. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 1. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE. 156

. 2005. Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Ketujuh, Penerbit : BPFE, Yogyakarta.. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat.. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen, Jilid 1. Jakarta : Salemba Empat. 157