BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan Penelitian yang dilakukan terhadap 140 pegawai Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini bertujuan untuk untuk menguji pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Perilaku Kewargaan Organisasional dan apakah Komitmen Afektif Organisasional memiliki peran dalam memediasi pengaruh tersebut. Responden diminta mengisi instrumen penelitian berupa kuesioner. Dari keseluruhan kuesioner yang dibagikan, terdapat 108 kuesioner yang kembali dengan lengkap dan dapat diproses lebih lanjut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan : 1. Hasil dari pengujian hipotesis pertama menunjukkan pengaruh positif dan signifikan variabel Kepemimpinan Transformasional pada variabel Perilaku Kewargaan Organisasional. Dengan demikian, hipotesis pertama didukung dan dapat disimpulkan bahwa semakin kuat persepsi pegawai terhadap penerapan kepemimpinan transformasional akan semakin meningkatkan sikap-sikap yang menunjukan perilaku kewargaan organisasional yang dimiliki oleh pegawai. 2. Hasil dari pengujian hipotesis kedua menunjukkan pengaruh positif dan signifikan variabel Kepemimpinan Transformasional pada variabel Komitmen Afektif serta pengaruh positif dan signifikan dari variabel 123
Komitmen Afektif pada variabel Perilaku Kewargaan Organisasional. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua didukung dan dapat disimpulkan bahwa semakin baik persepsi pegawai terhadap penerapan kepemimpinan transformasional akan semakin meningkatkan komitmen pegawai terhadap organisasi secara afektif; serta semakin tinggi komitmen pegawai terhadap organisasi secara afektif akan semakin meningkatkan sikap yang menunjukan Perilaku Kewargaan Organisasional yang dimiliki pegawai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat komitmen pegawai terhadap organisasi secara afektif dapat memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan organisasional. Meskipun demikian, pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada PKO ketika Komitmen Afektif dimasukkan ke dalam model ternyata juga signifikan dan memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Perilaku Kewargaan Organisasional secara total (tanpa di mediasi oleh Komitmen Afektif). Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Komitmen Afektif hanya memediasi sebagian (partially mediated) pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada pada Perilaku Kewargaan Organisasional. 5.2. Implikasi Penelitian ini dapat memberikan beberapa implikasi, baik secara teoritis maupun secara praktis atau manajerial. Seraca teoritis, penelitian ini 124
dapat memberikan implikasi sebagai berikut: hasil dari penelitian memberikan pandangan baru terkait dengan teori-teori mengenai variabel yang terlibat yaitu Kepemimpinan Transformasional, Komitmen Afektif dan Perilaku Kewargaan Organisasional. Hasil penelitian secara jelas menunjukkan bahwa variabel Komitmen Afektif hanya memediasi sebagian (partially mediates), bukan secara penuh pengaruh Kepemimpinan Transformasional pada Perilaku Kewargaan Organisasional. Sedangkan dalam praktiknya atau secara manajerial penelitian ini dapat memberikan pandangan baru yang cukup berharga bagi para pemimpin di tempat penelitian yakni Biro Keuangan Sekretariat Jenderal. Nampak pada hasil penelitian bahwa kepemimpinan transformasional terbukti dianggap penting dan dapat meningkatkan tingkat komitmen pegawai terhadap organisasi dan dengan demikian akan meningkatkan pula perilaku kewargaan organisasional yang ditunjukkan oleh pegawai. Beberapa sikap yang mencerminkan keempat dimensi kepemimpinan transformasional kiranya menjadi penting untuk diterapkan. Penilaian pegawai yag cukup rendah pada beberapa item pertanyaan terkait dengan kepemimpinan transformasional dapat menjadi bahan refleksi terhadap penerapan kepemimpinan transformasional. Implikasi manajerial mungkin dapat diterapkan pada kebijakan kepegawaian (personnel policy) bagi organisasi publik terutama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kepemimpinan merupakan perilaku dan mungkin bukanlah sesuatu yang bisa diatur dengan 125
menggunakan kebijakan umum atau peraturan. Oleh karen itu, proses pembentukan sikap dan perilaku kepemimpinan yang dianggap ideal dapat dimasukkan ke dalam materi diklat (pendidikan dan pelatihan) terutama diklat pimpinan. 5.3. Keterbatasan Beberapa keterbatasan yang dialami dalam pelaksanaan penelitian antara lain adalah Sulit mendapatkan respon kuesioner karena kesibukan responden yang juga merupakan pegawai Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kemendikbud, dan terdapat juga kemungkinan terjadinya Common method bias. Selain itu juga terdapat keterbatasan dimana terdapat perbedaan jika melakukan analisis dengan software lainnya. Penelitian diadakan secara cross sectional antara jangka waktu beberapa bulan, sehingga tidak menggambarkan hasil secara konstan terutama karena adanya pergantian pemimpin di beberapa sub bagian yang akan mempengaruhi pendapat dan sikap para pegawai. Mengenai fokus dari penelitian, terdapat variabel penting lainnya yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini, misal trust (kepercayaan pada atasan), job satisfaction (kepuasan kerja), personal identification (identifikasi personal), motivation (motivasi), goal commitment (komitmen pada tujuan organisasi), work engagement, efficacy (efikasi) and procedural justice (keadilan procedural) (Babock and Stricland, 2010; Piccolo and Colquit, 2006). Inovasi dan change management Terjait dengan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa Affective Organizational Commitment tidak memediasi pengaruh 126
Transformational Leadership pada Organizational Citizenship Behaviour secara penuh. Hasil dari Analisis Mediasi dengan menggunakan Teori Baron & Kenny yang dikembangkan oleh Preacher & Hayes yang dilakukan melalui metode Sobel Test adalah bahwa c ternyata juga signifikan, hanya saja signifikansi yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan C 5.4. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya manusia yang tidak bersifat teknis ataupun administratif yang sebagian besar dilakukan oleh Biro Kepegwaian melalui program dan kebijakan yang diambil. Penerapan manfaat dari hasil penelitian ini lebih kepada sikap kepemimpinan yang ditunjukan oleh kepala dari setiap bagian maupun subbagian yang tentunya akan mempengaruhi komitmen afektif dan perilaku kewargaan organisasional para pegawai. Salah satu hasil dari analisis deskriptif adalah penilaian terendah berada item pertanyaan yang menilai kemampuan pemimpin untuk dapat megenal pegawai sebagai personal yang berbeda satu dengan yang lain. Ada beberapa cara mungkin dapat membentuk pemimpin yang peduli, salah satunya adalah dengan keteladanan. Dimulai dari pimpinan tertinggi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Mendikbud sering menyampaikan mengenai meritokrasi dan bahwa komitmen dan peran seorang pemimpin dalam mendukung 127
keberhasilan suatu perubahan sangatlah penting. Selain itu rasa kepedulian pemimpin dapat pula ditingkatkan dengan lebih banyak mengadakan sharing session secara rutin. Sesi ini tidak melulu harus membahas mengenai pekerjaan namun dapat juga membicarakan mengenai permasalahan-permasalahan yang tengah dihadapi pegawai baik di lingkungan kerja ataupun bukan yang sekiranya dapat menganggu stabilitas dan kenyamanan kerja pegawai atau sekedar bercengkrama. Secara administratif manajerial, di dalam SKP sudah terdapat penilaian mengenai kepemimpinan. Proses penilaian biasanya dilakukan oleh atasan yang lebih tinggi namun terkesan hanya formalitas dan tidak benar-benar mencerminkan yang sebenarnya terjadi. Penilaian tersebut hendaknya dapat dilakukan dengan indikator yang lebih jelas atau mungkin dapat dilakukan sistem penilaian 360 yaitu oleh rekan pegawai dengan level yang sama atau bahkan level yang berada di bawahnya. Dengan adanya instrumen atau indikator penilaian kepemimpinan yang baik dan objektif, diharapkan dapat dijadikan dalah satu pertimbangan dalam rekrutmen atau pengangkatan para pemimpin (dalam hal ini pengangkatan pejabat eselon 4 dan 3). Hal ini akan dapat meminimalkan potensi subyektifitas para pimpinan diatasnya dalam memberikan rekomendasi pengangkatan pimpinan baru bagi Biro Kepegawaian. 128