IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemupukan terhadap Waktu Berbunga dan Produksi

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR TANGGAL I. METODE PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. METODE PENGUJIAN EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan

BAHAN METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

I. PENDAHULUAN. terus bermunculannya berbagai jenis industri yang mengolah bahan baku yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) AKIBAT APLIKASI MAGNESIUM DALAM DOLOMIT PADA TANAH BERKADAR NATRIUM TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN

PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN. Lenny Sri Npriani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

Transkripsi:

16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel Lampiran 1. berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1983), tanah Ultisol dari Desa Cijayanti ini dapat dikategorikan sebagai tanah masam, karena memiliki ph rendah (4,52). C-organik yang terkandung termasuk sedang (2,29%), sedangkan N-total rendah (0,17%). Basa-basa yang dipertukarkan seperti Kalium (K), kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Natrium (Na) termasuk kedalam kategori rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) termasuk kategori rendah juga, yaitu sebesar 15,48%. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, maka secara umum tanah Ultisol dari Desa Cijayanti mempunyai tingkat kesuburan yang relatif rendah. Selain sifat-sifat kimia tanahnya, kondisi yang terlihat dilapang terdapat heterogenitas tanah. Lahan yang digunakan adalah lahan yang baru dibuka, dan masih banyak ilalang yang menghalangi pertumbuhan tanaman jagung. 4.2. Pengaruh Pemupukan terhadap Waktu Berbunga dan Produksi Data hasil pengukuran pengaruh pemupukan kombinasi antara Pupuk Organik Cair (POC) HIS dengan pupuk konvensional berdasarkan analisis ragamnya berpengaruh nyata terhadap waktu berbunga dan produksi jagung (tongkol dengan klobot, tongkol tanpa klobot dan pipilan kering), analisis ragamnnya disajikan pada Tabel Lampiran 7-10 dan hasil uji DMRT terdapat pada Tabel 1. Pada parameter waktu berbunga tanaman jagung, dihasilkan bahwa perlakuan kontrol menunjukan waktu berbunga yang paling lambat dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu 76 hari setelah tanam. Perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 100% tidak berbeda nyata dengan kontrol. Untuk perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 25%, POC HIS 3 l/ha + SKB 50%, POC HIS 3 l/ha + SKB 75%, dan SKB tidak berbeda nyata, karena terlihat pada tabel perlakuan tersebut menunjukan waktu berbunga tanamannya tidak berbeda jauh antara 64 66 hari. Perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75% memiliki waktu berbunga paling cepat, yaitu 64 hari

17 setelah tanam. Diikuti oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 50% dan POC HIS 3 l/ha + SKB 25% (65 hari), lalu SKB (66 hari). Pada parameter panen tongkol dengan klobot, terlihat bahwa perlakuan kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 25%, namun kontrol memiliki hasil panen yang terendah, yaitu 3,80 ton/ha. Perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75%, POC HIS 3 l/ha + SKB 50%, dan SKB tidak berbeda nyata. Hasil panen tongkol dengan klobot yang tertinggi dihasilkan oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75%, yaitu 8,39 ton/ha, diikuti oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 50% (7,98 ton/ha), lalu perlakuan SKB (7,40 ton/ha), SKB (5,81 ton/ha) dan terakhir POC HIS 3 l/ha + SKB 25% (5,34 ton/ha). Hasil yang diperoleh dari parameter panen tongkol tanpa klobot, tidak berbeda jauh dengan hasil panen tongkol dengan klobot. Perlakuan kontrol memiliki hasil yang terendah, yaitu 2,743 ton/ha. Hal tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 100% dan POC HIS 3 l/ha + SKB 25%. Namun, berbeda nyata dengan perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 50% dan POC HIS 3 l/ha + SKB 75%. Hasil panen tertinggi tetap dimiliki oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75% yaitu sebesar 6,26 ton/ha, diikuti oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 50% (6,04 ton/ha), lalu SKB (5,57 ton/ha), perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 100% (4,09 ton/ha) dan terakhir perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 25% (3,93 ton/ha). Tabel 1. Pengaruh Pemupukan terhadap Waktu berbunga, Hasil Panen Tongkol dengan Klobot, Tongkol Tanpa Klobot dan Pipilan Kering Jagung Perlakuan Waktu Berbunga (hari) Tongkol plus Klobot (ton/ha) Panen tanpa klobot (ton/ha) Pipilan kering (ton/ha) Kontrol 76 a 3,80 c 2,74 c 0,71 d Standar Konvensional Baku (SKB) 66 b 7,40 a 5,57 ab 1,82 bc POC HIS 3 l/ha + SKB 100 % 72 a 5,81 b 4,09 abc 1,58 bc POC HIS 3 l/ha + SKB 75 % 64 b 8,39 a 6,26 a 2,60 a POC HIS 3 l/ha + SKB 50 % 65 b 7,98 a 6,04 ab 2,11 ab POC HIS 3 l/ha + SKB 25 % 65 b 5,34 bc 3,93 bc 1,34 c Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% Pada parameter pipilan kering juga sama dengan kedua parameter diatas. Perlakuan kontrol memiliki hasil panen pipilan kering terendah, yaitu 0,71 ton/ha,

18 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan SKB, POC HIS 3 l/ha + SKB 100%, dan POC HIS 3 l/ha + SKB 25% saling tidak berbeda nyata. Perlakuan yang hasil panen pipilan kering tertingi dihasilkan oleh perlakuan POC HIS 3 L/ha + SKB 75%, yaitu 2,60 ton/ha. Diikuti oleh POC HIS 3 l/ha + SKB 50% (2,11 ton/ha), lalu SKB (1,82 ton/ha), POC HIS 3 l/ha + SKB 100% (1,58 ton/ha) dan terakhir perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 25% (1,34 ton/ha). Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pengurangan dosis pupuk konvensional hingga 50% ditambah POC HIS dengan dosis 3 l/ha mampu meningkatkan produksi tanaman jagung varietas Bisma. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kandungan bahan humik (humic subsbtance) didalam pupuk organik cair. Menurut Goenadi dan Sudharama (1998) bahwa fungsi asam humat yang terkandung di dalam bahan humik sangat nyata di dalam serapan hara tanaman, sehingga memungkinkan dosis pupuk yang diperlukan nyata lebih kecil dibandingkan pupuk konvensional. Produksi (ton/ha) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 y = -1.068x 2 + 5.415x - 0.446 R² = 0.997 y = -1.304x 2 + 6.704x - 0.095 R² = 0.995 y = -0.447x 2 + 2.360x - 0.637 R² = 0.919 POC + SKB 25 % POC + SKB 50 % POC + SKB 75 % POC + SKB 100 % Tongkol + Klobot Tongkol tanpa Klobot Pipilan % Dosis SKB Gambar 1. Kurva produksi Jagung pada Beberapa Kombinasi antara pupuk Konvensional dengan Pupuk Organik Cair (POC) HIS Dari Gambar 2 terlihat bahwa peningkatan dosis pupuk konvensional hingga 100% ditambah POC HIS dengan dosis 3 l/ha tidak diiringi dengan kenaikan hasil produksi baik pada paremater tongkol dengan klobot, tongkol tanpa klobot, dan pipilan kering. Hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya dosis kombinasi maksimum untuk perlakuan pupuk konvensional dengan penambahan POC HIS dicapai di antara dosis SKB 25 100%. Persamaan regresi kuadratik untuk parameter tongkol dengan kelobot pada keempat kombinasi pupuk

19 konvensional ditambah POC HIS adalah Y = -0,095+6,704x-1,304x 2 (R = 0,995) sehingga didapat dosis maksimum pupuk konvensional sebesar POC HIS 3 l/ha + SKB 63%, sedangkan untuk parameter tongkol tanpa klobot kuadratik Y = -0,446+5,415x-1,068x 2 (R = 0,997) dengan dosis maksimum 63,5% sedangkan untuk pipilan kering persamaan regresi kuadratiknya adalah Y = -0,637+2,360x -0,447x 2 (R = 0,919) dengan dosis maksimum pupuk konvensional sebesar POC HIS 3 l/ha + SKB 63%. Penghematan pupuk konvensional yang digunakan pada dosis 63% adalah sekitar 37% dari dosis standar konvensional baku. Jika di hitung efisiensi dari dosis maksimum tersebut terhadap dosis konvensional 100%, dihasilkan bahwa efisiensi pemupukan dengan POC HIS 3 l/ha + SKB 63% dua kali lipat dari pemupukan konvensional 100%. Tingkat produksi belum mencapai tingkat produksi varietas BISMA, hal tersebut diduga karena potensi/ sifat tanahnya masih rendah. Menurut Irianto et al. (1993) tanggap tanaman terhadap konsentrasi asam humik optimum yang diberikan berbeda-beda, pemberian melebihi batas optimum akan menimbulkan efek negatif bagi tanaman. Selain itu kemungkinan disebabkan oleh adanya sangga tanah yang terbatas, dimana penambahan dosis pupuk tidak selalu diikuti oleh kenaikan hasil tanaman. Menurut Lingga (1995) respon tanaman akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai dengan dosis dan cara yang tepat. Pemberian pupuk yang berlebihan akan berpengaruh terhadap rusaknya lingkungan seperti tanah menjadi keras, tekstur dan stuktur tanah menjadi kurang baik yang berdampak terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. 4.3. RAE terhadap Bobot Pipilan Kering Untuk menilai efektivitas pupuk baru, beberapa peneliti menggunakan Relative of Agronomic Effectiveness (RAE) sebagai dasar penelitiannya (Moersidi et al., 1983; Hardjono, 1987 dalam Risska Ayu S, 2006). Pada dasarnya RAE tersebut adalah perbandingan pengaruh pupuk yang diuji terhadap pupuk standar yang biasa digunakan oleh petani, dimana persamaannya adalah :

20 RAE = Pr oduksiperlakuanx Pr oduksikontrol Pr oduksis tan dar Pr oduksikontrol x 100 % Dalam hal ini pupuk standar yang digunakan adalah pupuk dalam bentuk Urea, KCl, dan MOP yang biasa digunakan para petani, sedangkan pupuk yang diuji efektivitasnya adalah Pupuk Organik Cair (POC) HIS. Variabel atau parameter yang digunakan untuk menghitung nilai RAE adalah panen pipilan kering jagung. Nilai RAE dan hasil uji DMRT pemberian POC HIS terhadap panen pipilan kering disajikan pada Tabel 2, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 7. Tabel 2. Nilai RAE dan Panen Pipilan Kering Perlakuan Pipilan kering (ton/ha) RAE (%) Kontrol 0,711 d 0,00 SKB 1,823 bc 100,00 POC HIS 3l/ha + SKB 100 % 1,576 bc 77,79 POC HIS 3l/ha + SKB 75 % 2,598 a 169,68 POC HIS 3l/ha + SKB 50 % 2,106 ab 125,48 POC HIS 3l/ha + SKB 25 % 1,337 c 56,28 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda DMRT pada taraf 5% Berdasarkan Tabel 2, menunjukan bahwa nilai RAE tertinggi diperoleh pada perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75% (169,68%), kemudian diikuti oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 50% (125,48%), POC HIS 3 l/ha + SKB 100% (77,79%), dan POC HIS 3 l/ha + SKB 25% (56,28%). Urutan nilai RAE tersebut sesuai dengan nilai hasil uji lanjut panen pipilan kering, karena hasil yang tertinggi terdapat pada perlakun POC HIS 3 l/ha + SKB 75%. Semakin tinggi persentase RAE, maka pupuk tersebut akan semakin efektif. Berdasarkan nilai RAE tersebut berarti, dosis pupuk yang efektif untuk tanaman jagung adalah pada POC HIS 3 l/ha yang dikombinasikan dengan pupuk konvensional 50-75%, dan dosis yang memiliki efektivitas tinggi adalah kombinasi POC HIS 3 l/ha + SKB 75%.

21 4.4. Kadar Hara Tanaman Jagung Hara atau nutrient adalah zat yang diserap tanaman untuk makanannya, dan unsur hara juga merupakan keperluan utama bagi pertumbuhan tanaman. Hara yang diserap dapat dalam bentuk molekul dan ion. Unsur-unsur yang diserap dalam bentuk molekul diantaranya N, P, K, Ca, Mg dan lainnya. Unsur hara makro seperti N, P dan K digunakan untuk membangun bagian tanaman. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman sangat bervariasi. Kadar dan serapan unsur hara essensial tanaman pangan berbeda dengan tanaman buah-buahan dan tanaman sayur-sayuran serta tanaman industri. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman jagung berbeda dengan tanaman padi, kacang tanah dan kedelai. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada jerami atau bagian vegetatif berbeda dengan pada biji atau bagian generatif. Data hasil pengukuran pengaruh pemupukan terhadap kadar hara daun bendera tanaman jagung berdasarkan analisis ragamnya tidak berpengaruh nyata terhadap kadar hara, analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 11-15. Hasil rata-rata pengukuran kadar hara N, P, K, Ca dan Mg tanaman disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Hara Tanaman Jagung 11 MST Kadar Hara Tanaman No Perlakuan N P K Ca Mg..%... 1 Kontrol 2,07 a 0,52 a 1,63 a 0,14 b 0,29 a 2 Standar Konvensional Baku 2,40 a 0,54 a 2,45 a 0,24 ab 0.33 a 3 POC HIS 3 l/ha + SKB 100% 2,58 a 0,55 a 1,80 a 0,25 ab 0,30 a 4 POC HIS 3 l/ha + SKB 75% 2,51 a 0,58 a 1,68 a 0,27 a 0,42 a 5 POC HIS 3 l/ha + SKB 50% 2,46 a 0,52 a 1,60 a 0,19 ab 0,37 a 6 POC HIS 3 l/ha + SKB 25% 2,35 a 0,41 a 1,90 a 0,18 ab 0,38 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda DMRT pada taraf 50% Berdasarkan Tabel 3, perlakuan kombinasi antara Pupuk Organik Cair (POC) HIS dengan pupuk konvensional menyebabkan kadar hara dalam tanaman berbeda-beda, namun memiliki nilai yang tidak berbeda jauh. Secara keseluruhan, kadar hara dalam tanaman yang terkecil dimiliki oleh perlakuan kontrol, hal

22 tersebut mungkin disebabkan tidak adanya perlakuan pemupukan sehingga kadar haranya kecil. Kadar hara N tertinggi dimiliki oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 100% yaitu 2,58%, untuk kadar hara P, Ca dan Mg nilai tertinggi dimiliki oleh perlakuan POC HIS 3 l/ha + SKB 75% dengan nilai masing-masing P 0,58%, Ca 0,27%, dan Mg 0,42%. Sedangkan untuk kadar hara K nilai tertinggi dimiliki oleh perlakuan SKB (konvensional 100%), yaitu 2,45%. 3,00 (% ) 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Kontrol Konvensional SKB 100 % + POC SKB 75 % + POC SKB 50 % + POC SKB 25 % + POC 0,00 N P K Ca Mg Unsur Ha ra Gambar 2. Diagram Batang Pengaruh Kombinasi Pemupukan antara POC HIS dengan pupuk konvensional terhadap Kadar Hara Tanaman Jagung 3,00 2,50 Kadar Hara (%) 2,00 1,50 1,00 N P K Ca Mg 0,50 0,00 Kontrol SKB POC+SKB 100% POC+SKB 75% POC+SKB 50% POC+SKB 25% Perlakuan Gambar 3. Grafik Kadar Hara Tanaman Jagung pada Perlakuan Percobaan Berdasarkan Gambar 2, terlihat jelas bahwa kadar hara Ca dalam tanaman jagung memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan kadar hara lainnya,

23 dan kadar hara N yang tertinggi. Pada Gambar 3, terlihat bahwa nilai kadar hara yang perbedaannya signifikan antar perlakuan adalah pada kadar hara K, sedangkan yang lainnya perbedaan antar perlakuan tidak berbeda jauh, itu terlihat pada bentuk grafik yang landai. Hasil analisis kadar hara tanaman jagung pada Tabel 3, jika dibandingkan dengan kisaran kadar hara tanaman jagung menurut kisaran Jones et al., 1991 (Tabel Lampiran 6) nilai yang diperoleh sudah memenuhi kisaran kecukupan dan dapat meningkatkan produksi. 4.5. Korelasi antara Produksi dengan Kadar Hara Tanaman Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif. Jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif. Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya variabel X mempengaruhi variabel Y secara

24 sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil data korelasi antara produksi jagung dengan kadar hara tanaman jagung disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa antara produksi dan kadar hara tanaman ada suatu hubungan atau ketergantungan. Pada keseluruhan nilai koefisien korelasi, kadar hara Ca dan K memiliki korelasi yang tidak searah dengan seluruh variabel produksi, karena bernilai negatif. Untuk kadar hara lainnya seperti N, P dan Mg berkorelasi positif dengan variabel produksi, dan yang paling erat korelasinya adalah hara N, karena nilai koefiennya yang tinggi. Peningkatan kadar hara N, P, dan Mg dalam tanaman akan meningkatkan produksi tanaman jagung. Walaupun terdapat korelasi yang positif antara parameter produksi dan kadar hara N, P dan Mg, namun pengaruhnya masih tidak nyata. Tabel 4. Nilai koefisien Korelasi antara Produksi Jagung dengan Kadar Hara Tanaman Jagung (n= 6) Variabel Unsur Hara N P K Ca Mg Produksi Tongkol dengan Klobot 0,708 0,481 0,067-0,028 0,374 Produksi Tongkol tanpa Klobot 0,666 0,481 0,067-0,028 0,374 Produksi Pipilan Kering 0,768 0,516-0,067-0,062 0,408 4.6. Analisis Usaha Tani Hasil ringkasan analisis usaha tani disajikan pada Tabel 5 dan rincian biaya detail disajikan pada Tabel Lampiran 16. Keuntungan usaha tani berasosiasi dengan produksi tinggi, dimana keuntungan maksimal akan dicapai bilamana produksi dan harga jual tinggi. Kriteria kelayakan pada analisis usaha tani adalah dengan menggunakan R/C (Revenue/Cost) Rasio yang membandingkan antara jumlah penerimaan/pendapatan dengan jumlah biaya. Bila nilai R/C lebih dari 1, maka usaha tersebut dapat dikatakan layak, atau dengan kata lain tidak akan mengalami kerugian karena penerimaan melebihi biaya total.

25 Berdasarkan hasil analisis usaha tani didapatkan bahwa hanya kontrol yang mengalami kerugian atau dapat dikatakan tidak layak. Secara umum perlakuan yang menggunakan kombinasi antara Pupuk Organik Cair (POC) HIS dengan pupuk konvensional tidak mengalami kerugian sehingga usaha tersebut dapat dikatakan layak. Dari beberapa kombinasi POC HIS + SKB maka nilai R/C dan keuntungan terbesar terdapat pada POC HIS 3 l/ha + SKB 75% sebesar 1,87 dan mendapat keuntungan sebesar 0,87 dari modal dilihat dari B/C Rasio. Hasil analisis usaha tani pada Tabel 5 memberikan gambaran yang jelas tentang manfaat ekonomis dari penggunaan POC HIS. Penggunaan POC HIS dapat menghemat pupuk konvensional hingga 50%. Dengan penghematan ini petani dapat memperoleh laba tertinggi hingga Rp 4 juta/ha/musim, atau meningkat Rp. 2,5 juta/ha/musim daripada praktek pemupukan konvensional. Nilai R/C yang dicapai oleh POC HIS kemungkinannya dapat lebih tinggi apabila diusahakan pada lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi.

26 Tabel 5. Analisis Usaha Tani Perlakuan Tetap Biaya Variabel Total Biaya Pendapatan Keuntungan R/C (Rp).. Kontrol 3.139.000 89.200 3.228.200 2.488.079 740.121* 0,77-0,23 Rasio B/C Rasio Kelayakan SKB 3.139.000 2.062.200 5.201.200 6.381.065 1.179.865 1,23 0,23 Layak POC HIS 3 l/ha + SKB 100 % 3.139.000 2.091.600 5.230.600 5.518.380 287.780 1,06 0,06 Layak POC HIS 3 l/ha + SKB 75 % 3.139.000 1.728.000 4.867.000 9.094.622 4.227.622 1,87 0,87 Layak POC HIS 3 l/ha + SKB 50 % 3.139.000 1.253.300 4.392.300 7.373.707 2.981.407 1,68 0,68 Layak POC HIS 3 l/ha+ SKB 25 % 3.139.000 789.600 3.928.600 4.679.806 751.206 1,19 0,19 Layak Keterangan : * Mengalami kerugian besar Pendapatan berdasarkan harga jual pipilan kering Rp. 3.500/kg Harga POC HIS Rp. 20.000/liter Tidak Layak 26