BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita atau Gross National

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

Info Singkat Kemiskinan dan Penanggulangan Kemiskinan

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan perwujudan dari kebijakan pemerintah pusat untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat di daerah dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian daerah. Arti penting dari kedua dasar hukum tersebut adalah desentralisasi fiskal, di mana pemerintah daerah diberikan keleluasaan dan kewenangan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya demi mencapai kesejahteraan masyarakatnya. Idealnya, apabila hasil desentralisasi dapat meningkatkan kebijakan ekonomi di tingkat daerah, efek kumulatif dari peningkatan kebijakan tersebut harus dapat meningkatkan kinerja perekonomian negara secara keseluruhan (Pepinsky dan Wihardja, 2010). Pelaksanaan desentralisasi fiskal akan memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian suatu daerah jika diikuti oleh kondisi finansial yang memadai. Pembangunan adalah suatu proses multidimensi yang meliputi struktur sosial, kelembagaan nasional, percepatan ekonomi, pemerataan pendapatan, dan pengentasan kemiskinan, di mana proses tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat ( Todaro dan Smith, 2012: 17 26). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi salah satu prioritas suatu negara, yang merupakan salah satu indikator keberhasilan. 1

Menurut Mankiw (2013 : 205), ekonomi yang dihitung dari produk domestik bruto adalah rangkuman aktivitas ekonomi suatu masyarakat selama periode waktu tertentu. Indonesia sebagai negara berkembang, lebih menitikberatkan pada aspek sumber daya manusia dan ekonomi untuk mencapai kinerja perekonomian yang stabil dan berkelanjutan untuk memicu pada aspek kehidupan lainnya, demi mencapai tujuan bernegara seperti yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian dari ekonomi nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan alokasi sumberdaya nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai bagian dari pemerintahan negara bertujuan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian daerah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, kabupaten/kota untuk bertindak sebagai penggerak, sedangkan pemerintah provinsi sebagai bertindak koordinator. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta, untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kinerja perekonomian dalam wilayah tersebut (Ar syad, 2010: 374). Menurut Swinburn et al. (2006), untuk membangun perekonomian daerah yang kuat, pemerintah dan masyarakat harus melakukan proses kerjasama yang baik untuk memahami sifat dan struktur 2

perekonomian daerah, serta melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada daerah itu. Secara umum ekonomi juga bertujuan untuk mencapai kinerja perekonomian yang cukup tinggi, meningkatkan standar hidup masyarakat melalui pemerataan distribusi pendapatan, akses layanan kesehatan, dan kualitas pendidikan. Adanya ekonomi bisa jadi akan mendorong meningkatnya kinerja perekonomian, begitu pula sebaliknya. Tingginya kinerja perekonomian akan memperlancar proses ekonomi (Haryanto, 2012). Pada umumnya, daerah difokuskan pada ekonomi melalui usaha kinerja perekonomian yang berkaitan dengan peningkatan produksi barang dan jasa yang diukur melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita, serta manusia untuk mencapai taraf hidup yang layak yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pencapaian dari kinerja perekonomian akan mendorong pemerintah daerah untuk melakukan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro, 2014 : 171 174). Di samping kinerja perekonomian, manusia juga merupakan tujuan dari ekonomi daerah. Apabila masyarakat dalam suatu daerah telah mencapai taraf hidup yang layak, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi, akan dapat mempengaruhi kinerja perekonomian daerah tersebut dengan meningkatkan kemampuan dalam hal kreativitas, inovasi, dan produktifitas (Ranis et al. 2000). 3

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan kinerja perekonomian dan manusia, untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di daerah bersangkutan. Provinsi Jawa Timur yang merupakan provinsi dengan jumlah pemerintahan daerah terbanyak, yaitu 29 kabupaten dan 9 kota, akan menjadi obyek dalam penelitian ini. Alasan pemilihan Provinsi Jawa Timur sebagai obyek penelitian, adalah sebagai berikut. 1. Memiliki nilai PDRB terbesar kedua setelah DKI Jakarta. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi 2009 2013 (milyar Rupiah) Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 Aceh 32.219,09 33.103,08 34.704,82 36.487,88 38.012,97 Sumatera Utara 111.559,22 118.718,90 126.587,62 134.461,51 142.537,12 Sumatera Barat 36.683,24 38.862,14 41.293,35 43.925,82 46.640,24 Riau 93.786,24 97.735,60 102.665,96 106.298,73 109.073,14 Jambi 16.274,91 17.471,69 18.963,52 20.373,53 21.979,28 Sumatera Selatan 60.452,94 63.859,14 68.008,50 72.095,88 76.409,76 Bengkulu 7.859,92 8.339,75 8.878,82 9.464,83 10.052,31 Lampung 36.256,30 38.389,90 40.858,94 43.526,87 46.123,35 Kep. Bangka Belitung 10.270,11 10.884,95 11.592,89 12.257,11 12.905,01 Kepulauan Riau 38.318,83 41.075,86 43.809,83 46.796,68 49.667,22 DKI Jakarta 371.469,50 395.622,44 422.242,25 449.805,42 477.285,25 Jawa Barat 303.405,25 322.223,82 343.193,56 364.752,40 386.838,84 Jawa Tengah 176.673,46 186.992,99 198.270,12 210.848,42 223.099,74 DI Yogyakarta 20.064,26 21.044,04 22.131,77 23.308,56 24.567,48 Jawa Timur 320.861,17 342.280,76 366.983,28 393.662,85 419.428,45 Banten 83.453,73 88.552,19 94.198,17 99.992,41 105.856,07 Bali 27.290,95 28.882,49 30.757,78 32.804,38 34.787,96 Nusa Tenggara Barat 18.874,40 20.072,64 19.533,26 19.318,51 20.417,22 Nusa Tenggara Timur 11.920,60 12.546,82 13.252,31 13.969,78 14.746,06 Kalimantan Barat 28.756,88 30.328,70 32.141,38 34.007,56 36.075,10 4

Tabel 1.1 Lanjutan Kalimantan Tengah 17.657,79 18.805,68 20.078,09 21.420,48 22.999,68 Kalimantan Selatan 29.051,63 30.675,43 32.552,60 34.413,31 36.196,22 Kalimantan Timur 105.564,94 110.953,45 115.489,85 120.085,76 121.990,49 Sulawesi Utara 17.149,62 18.376,82 19.735,47 21.286,58 22.872,16 Sulawesi Tengah 16.207,60 17.624,17 19.230,92 21.007,97 22.979,40 Sulawesi Selatan 47.326,08 51.199,90 55.093,74 59.718,50 64.284,43 Sulawesi Tenggara 10.768,58 11.653,91 12.698,12 14.020,35 15.040,86 Gorontalo 2.710,74 2.917,49 3.141,46 3.383,82 3.646,55 Sulawesi Barat 4.239,46 4.743,66 5.233,06 5.704,33 6.112,65 Maluku 3.993,14 4.251,36 4.509,17 4.861,35 5.111,31 Maluku Utara 2.812,04 3.035,65 3.230,05 3.445,50 3.656,30 Papua Barat 7.286,98 9.361,36 11.890,14 13.780,12 15.061,52 Papua 23.138,44 22.400,09 21.207,82 21.436,17 24.616,65 Sumber : BPS, 2014 2. Realisasi perolehan PAD terbesar ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Menurut Provinsi 2009 2013 (juta Rupiah) Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 Aceh 6.042.468 6.967.815 7.610.320 9.180.143 10.111.367 Sumatera Utara 3.212.559 3.885.636 4.958.482 7.201.840 8.481.872 Sumatera Barat 2.026.240 1.920.971 2.071.161 2.922.582 3.145.714 Riau 3.231.912 4.346.845 5.440.441 6.847.315 6.597.232 Jambi 1.353.900 1.640.186 2.078.807 2.654.694 2.446.375 Sumatera Selatan 2.397.686 3.224.160 3.963.985 5.223.884 5.768.315 Bengkulu 914.358 1.000.861 1.166.982 1.562.525 1.687.045 Lampung 1.742.387 2.091.684 2.527.991 3.742.004 4.410.730 Kep. Bangka 804.845 848.025 1.193.497 1.384.938 1.541.665 Belitung Kepulauan Riau 1.459.000 1.853.590 1.876.879 2.473.412 2.456.886 DKI Jakarta 19.251.894 23.025.987 28.297.361 35.379.180 41.525.337 Jawa Barat 7.785.890 9.742.188 11.053.860 16.878.129 16.651.602 Jawa Tengah 5.696.660 6.626.317 7.547.670 11.694.480 11.930.237 DI Yogyakarta 1.286.067 1.374.205 1.604.911 2.171.734 2.286.855 Jawa Timur 7.827.695 9.980.545 11.493.376 15.543.040 15.286.013 Banten 2.436.096 3.139.438 3.755.614 5.413.705 5.718.700 Bali 1.902.228 2.237.707 2.662.077 3.633.134 3.568.393 NTB 1.173.506 1.272.218 1.689.351 2.242.817 2.492.622 5

Tabel 1.2 Lanjutan NTT 1.023.506 1.088.071 1.324.470 2.241.542 2.342.342 Kalimantan Barat 1.577.891 1.778.927 2.202.217 2.932.913 3.247.135 Kalimantan Tengah 1.367.412 1.555.426 1.921.945 2.514.031 2.501.735 Kalimantan Selatan 2.109.411 2.279.776 3.148.043 4.381.611 4.369.706 Kalimantan Timur 5.348.926 7.044.557 9.817.100 11.886.471 11.500.000 Sulawesi Utara 1.023.349 1.158.671 1.365.705 1.834.908 1.915.749 Sulawesi Tengah 1.052.333 1.177.610 1.410.594 1.962.393 2.139.536 Sulawesi Selatan 2.175.750 2.564.076 3.110.567 4.433.963 5.022.565 Sulawesi Tenggara 1.030.720 1.055.174 1.288.980 1.811.984 1.898.244 Gorontalo 561.187 593.415 697.576 933.170 1.038.201 Sulawesi Barat 554.241 610.378 718.871 959.030 1.090.246 Maluku 1.008.730 952.661 1.138.187 1.436.645 1.557.387 Maluku Utara 685.771 695.829 936.792 1.196.746 1.326.442 Papua Barat 2.822.594 3.407.803 3.699.884 3.873.388 4.253.303 Papua 6.012.822 5.661.736 6.227.545 7.462.045 8.184.736 Sumber : BPS, 2014 3. Memiliki nilai IPM di bawah rata-rata nasional, bahkan di bawah beberapa provinsi di luar pulau Jawa, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi dan Nasional 2009 2013 Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013 Aceh 71,31 71,70 72,16 72,51 73,05 Sumatera Utara 73,80 74,19 74,65 75,13 75,55 Sumatera Barat 73,44 73,78 74,28 74,70 75,01 Riau 75,60 76,07 76,53 76,90 77,25 Jambi 72,45 72,74 73,30 73,78 74,35 Sumatera Selatan 72,61 72,95 73,42 73,99 74,36 Bengkulu 72,55 72,92 73,40 73,93 74,41 Lampung 70,93 71,42 71,94 72,45 72,87 Kep. Bangka Belitung 72,55 72,86 73,37 73,78 74,29 Kepulauan Riau 74,54 75,07 75,78 76,20 76,56 DKI Jakarta 77,36 77,60 77,97 78,33 78,59 Jawa Barat 71,64 72,29 72,73 73,11 73,58 Jawa Tengah 72,10 72,49 72,94 73,36 74,05 Yogyakarta 75,23 75,77 76,32 76,75 77,37 Jawa Timur 71,06 71,62 72,18 72,83 73,54 Banten 70,06 70,48 70,95 71,49 71,90 Bali 71,52 72,28 72,84 73,49 74,11 Nusa Tenggara Barat 64,66 65,20 66,23 66,89 67,73 6

Tabel 1.3 Lanjutan Nusa Tenggara Timur 66,60 67,26 67,75 68,28 68,77 Kalimantan Barat 68,79 69,15 69,66 70,31 70,93 Kalimantan Tengah 74,36 74,64 75,06 75,46 75,68 Kalimantan Selatan 69,30 69,92 70,44 71,08 71,74 Kalimantan Timur 75,11 75,56 76,22 76,71 77,33 Kalimantan Utara - - - - 74,72 Sulawesi Utara 75,68 76,09 76,54 76,95 77,36 Sulawesi Tengah 70,70 71,14 71,62 72,14 72,54 Sulawesi Selatan 70,94 71,62 72,14 72,70 73,28 Sulawesi Tenggara 69,52 70,00 70,55 71,05 71,73 Gorontalo 69,79 70,28 70,82 71,31 71,77 Sulawesi Barat 69,18 69,64 70,11 70,73 71,41 Maluku 70,96 71,42 71,87 72,42 72,70 Maluku Utara 68,63 69,03 69,47 69,98 70,63 Papua Barat 68,58 69,15 69,65 70,22 70,62 Papua 64,53 64,94 65,36 65,86 66,25 Indonesia (BPS) 71,76 72,27 72,77 73,29 73,81 Sumber : BPS, 2014 Hal yang menarik untuk digarisbawahi adalah bahwa dengan besarnya nilai PAD dan PDRB, ternyata nilai IPM Provinsi Jawa Timur bahkan berada di bawah provinsi lain di luar pulau Jawa yang nilai PAD dan PDRB-nya lebih rendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis bagaimana pengaruh dari variabel kinerja perekonomian dan desentralisasi fiskal manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2009 2013. 1.2 Keaslian Penelitian Terdapat beberapa studi terdahulu dengan topik yang sama. Beberapa studi terkait topik desentralisasi fiskal, kinerja perekonomian, dan manusia yang menjadi acuan adalah pada Tabel 1.4. 7

Tabel 1.4 Daftar Penelitian Terdahulu No. PENELITI TAHUN TUJUAN METODE HASIL 1. Simanjuntak dan Mukhlis 2. Conceicao dan Kim 2015 Meneliti hubungan antara dana perimbangan, keuangan daerah, dan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Timur tahun 2008 2011 2014 Meneliti pengaruh asimetris dari fluktuasi ekonomi manusia pada 200 negara di dunia tahun 1980 2009 3. Jumadi et al. 2013 Menganalisis pengaruh dari penerapan desentralisasi fiskal ekonomi daerah dan manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2007 2011 Regresi Partial Least Square (PLS) Regresi data panel Structural Equation Modelling (SEM) Kemandirian keuangan berpengaruh positif Indeks Pembangunan Manusia (IPM), akan tetapi struktur belanja pemerintah berpengaruh negatif IPM Periode akselerasi ekonomi berpengaruh signifikan meningkatnya kualitas manusia, sedangkan deselerasi ekonomi berpengaruh signifikan merosotnya kualitas manusia Desentralisasi fiskal berpengaruh signifikan positif manusia 8

Tabel 1.4 Lanjutan 4. Saputra 2013 Meneliti pengaruh desentralisasi fiskal ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota berdasarkan provinsi di Indonesia Tahun 2005 2011 5. Suwandi dan Warokka 2013 Meneliti pengaruh desentralisasi fiskal dan dana otonomi khusus ekonomi, tenaga kerja, kemiskinan, dan kesejahteraan pada Provinsi Papua tahun 2001 2009 6. Afzal et al. 2010 Menganalisis hubungan antara manusia, ekspor, dan ekonomi di Pakistan tahun 1970 2009 Regresi Analisis Jalur (Path Analysis) Regresi Analisis Jalur (Path Analysis) Autoregressive Distributed Lag (ARDL) Desentralisasi fiskal berpengaruh negatif dan signifikan ekonomi, namun berpengaruh positif dan signifikan kesejahteraan masyarakat Desentralisasi fiskal dan dana otonomi khusus secara tidak langsung mempengaruhi ekonomi, tenaga kerja, penurunan jumlah penduduk miskin, dan kesejahteraan sosial PDB riil berpengaruh signifikan dalam meningkatkan nilai ekspor riil dan manusia dalam jangka pendek ataupun jangka panjang, namun akumulasi modal insani dan nilai ekspor riil tidak dapat meningkatkan PDB riil dalam jangka pendek 7. Mehmood dan Sadiq 2010 Meneliti dampak desentralisasi fiskal manusia di Pakistan tahun 1979 2009 Regresi time series dan data panel Desentralisasi fiskal pada aspek pendapatan dan belanja pemerintah berpengaruh signifikan positif manusia di Pakistan 9

Tabel 1.4 Lanjutan 8. Ghosh 2006 Meneliti hubungan dua arah antara ekonomi dan manusia pada negara bagian di India tahun 1981 2001 9. Habibi et al. 2003 Meneliti dampak desentralisasi fiskal manusia bidang kesehatan dan pendidikan pada provinsi di Argentina 1970 1994 10. Ranis et al. 2000 Meneliti hubungan dua arah antara ekonomi dan manusia pada seluruh negara di dunia tahun 1960 1992 Regresi data panel Regresi data panel Regresi time series Belanja sosial pemerintah berpengaruh positif signifikan angka harapan hidup dan angka melek huruf Pendapatan pajak berpengaruh signifikan positif manusia bidang kesehatan dan pendidikan PDB per kapita, penurunan jumlah penduduk miskin, alokasi belanja rumah tangga, proporsi belanja sosial pemerintah, dan tingkat pendidikan wanita berpengaruh signifikan manusia Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa penelitian ini mengklasifikasikan hubungan antara kinerja perekonomian dan desentralisasi fiskal manusia yang dibagi dalam masing-masing komponen. Pembagian komponen tersebut adalah komponen kesehatan, pendidikan, dan daya beli. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Timur memiliki nilai PDRB 10

terbesar kedua setelah DKI Jakarta, yaitu pada tahun 2013 sebesar Rp 1.136.326.870.000.000,00 ( atas dasar harga berlaku), dan Rp 419.428.450.000.000,00 ( atas dasar harga konstan), namun nilai IPM di bawah rata-rata nasional, bahkan di bawah beberapa provinsi di luar pulau Jawa yang memiliki nilai PDRB lebih rendah seperti pada tabel 1.3. Variabel yang diduga mempengaruhi manusia adalah kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi. Oleh sebab itu, perlu diteliti bagaimana pengaruh dari variabelvariabel tersebut manusia berdasarkan komponen kesehatan, pendidikan, dan daya beli di Provinsi Jawa Timur. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian yang muncul berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia bidang kesehatan pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013? 2. Bagaimana pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia bidang pendidikan pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013? 3. Bagaimana pengaruh dari kinerja perekonomian daerah, desentralisasi fiskal, dan jumlah penduduk miskin pemerataan pendapatan dan daya beli 11

masyarakat pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut. 1. Menganalisis pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia bidang kesehatan pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. 2. Menganalisis pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia bidang pendidikan pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. 3. Menganalisis pengaruh dari kinerja perekonomian daerah, desentralisasi fiskal, dan jumlah penduduk miskin pemerataan pendapatan dan daya beli masyarakat pada 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 12

1. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur dalam hal penyusunan program dan kebijakan terkait manusia dan ekonomi. 2. Sebagai referensi bagi kegiatan akademis, dalam penelitian selanjutnya terkait kinerja perekonomian daerah, desentralisasi fiskal, dan manusia. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehingga dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. 1.7 Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilaksanakan adalah 38 kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur. Fokus utama dalam penelitian ini adalah menguji pengaruh dari kinerja perekonomian daerah dan desentralisasi fiskal manusia berdasarkan komponen kesehatan, pendidikan, dan daya beli. Model yang akan digunakan dalam penelitian kali ini akan diuji menggunakan analisis regresi data panel. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bab, yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan 13

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, yang terdiri dari landasan teori, kajian penelitian terdahulu, serta hipotesis dan model penelitian. Bab III Metodologi Penelitian, yang berisi tentang metode penelitian, metode analisis data, dan uji instrumen penelitian. Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan, yang berisi tentang deskripsi data, uji instrumen penelitian, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan, implikasi kebijakan, dan keterbatasan penelitian. 14