BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah adalah salah satu sumberdaya air yang sangat potensial yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Airtanah merupakan salah satu komponen dalam peredaran air di bumi yang dikenal sebagai daur hidrologi, yaitu sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka airtanah dikategorikan sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbarui. Meskipun demikian, hal ini tidak serta merta menjadikan airtanah dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi airtanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitasnya (Putranto dan Kusuma, 2009). Sebagian besar masyarakat di Indonesia memanfaatkan airtanah sebagai sumber air bersih utama untuk memenuhi kebutuhannya. Pada dasarnya airtanah memiliki kualitas yang lebih baik dibanding air permukaan karena letaknya berada di bawah permukaan tanah sehingga tingkat kontaminasi dan kontak dengan udara bebas lebih rendah. Namun demikian, letaknya yang berada di bawah permukaan tanah dengan pergerakan yang lambat menyebabkan airtanah sangat rawan mengalami pencemaran. Apabila sudah tercemar, airtanah relatif sulit dipulihkan kembali dibanding air permukaan. 1
Menurut Sudarmadji dkk (2013), kondisi kualitas airtanah antara satu daerah dengan daerah lain tidak sama karena dipengaruhi oleh faktor alami dan faktor buatan. Faktor alami adalah kondisi yang secara alami dimiliki oleh daerah tersebut, hal ini terkait dengan iklim, geologi/batuan, dan vegetasi. Sementara itu, faktor buatan lebih kepada aktivitas manusia. Faktor manusia memberikan dampak paling besar terhadap kondisi kualitas air dalam jangka waktu singkat. Semua aktivitas manusia akan mengahasilkan limbah yang dapat secara langsung mempengaruhi kualitas airtanah. Hasil aktivitas manusia yang memberikan dampak buruk secara langsung bagi kualitas air dapat berupa limbah industri, limbah pertanian, limbah domestik maupun pencemaran lainnya. Permasalahan utama yang dihadapi oleh sumberdaya airtanah dewasa ini adalah penurunan kualitas airtanah untuk keperluan domestik. Salah satu penyumbangnya adalah pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat serta arus urbanisasi yang semakin melaju sebagai efek samping perkembangan kota yang pesat. Pertambahan jumlah penduduk yang pesat pada suatu permukiman menyebabkan peningkatan kebutuhan air bersih dan jumlah air limbah domestik yang dihasilkan. Menurut Adji dkk (2013), perkembangan areal permukiman memungkinkan adanya pencemaran yang berasal dari air limbah domestik. Hal ini menjadikan eksistensi airtanah yang memiliki kuantitas dan kualitas layak dikonsumsi akan semakin terbatas. Jika ditinjau dari sisi kualitas, adanya indikasi pencemaran airtanah akan menyebabkan penipisan pada cadangan air bersih, yang kemudian menyebabkan kerawanan airtanah. 2
Daerah urban seperti Kota Yogyakarta memiliki potensi kerawanan airtanah, salah satunya adalah permukiman lembah Sungai Code. Berkembangnya wilayah tepian sungai sebagai wilayah permukiman berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup yang salah satunya adalah pencemaran airtanah. Daerah tersebut dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas domestik seperti permukiman, peternakan, perkantoran dan pertokoan. Permukiman lembah Sungai Code di Kota Yogyakarta merupakan wilayah permukiman padat dengan perkiraan jumlah penduduk tahun 2014 mencapai 139.828 jiwa (BPS Kota Yogyakarta, 2015). Dengan jumlah penduduk yang sedemikian banyak, maka wilayah ini menghadapi kecenderungan gangguan kualitas airtanah akibat jumlah air limbah domestik yang tinggi. Sarana pengolahan limbah domestik pada wilayah tersebut pada umumnya masih menggunakan sistem on-site dengan tingkat teknologi sederhana seperti septic tank dan sumur resapan. Hal ini menunjukkan indikasi terjadinya kontak antara air limbah domestik dengan airtanah masih cukup besar. Menurut OTA (1984), salah satu sumber pencemar yang dapat menurunkan kualitas airtanah adalah sumber yang berasal dari tempat yang dirancang untuk menampung, mengolah dan mengalirkan suatu zat atau substansi. Indikasi pencemaran airtanah ini diperburuk oleh tingkat kepadatan permukiman dan penduduk yang tinggi yang didukung oleh kondisi hidrogeologis seperti muka airtanah yang dangkal dan karakteristik material batuan yang porus. Dengan luas lahan yang terbatas, masyarakat cenderung membuat bak penampungan (septic tank) tidak jauh dari sumur yang menjadi sumber air minum dan air bersih. Hal ini 3
yang turut memberikan kontribusi kontaminasi ke dalam airtanah terlebih jika konstruksi bak penampungan yang ada dibuat tidak sesuai dengan standar. Belum tersedianya layanan sanitasi lingkungan yang memadai pada semua wilayah permukiman lembah Sungai Code akan berdampak buruk terhadap kualitas airtanah, di mana dampak yang lebih serius dapat menyebabkan munculnya vektor penyakit pada manusia. Permukiman merupakan lingkungan terdekat manusia dalam melakukan berbagai aktivitas yang menghasilkan air limbah domestik. Menurut Purnama (2007), air limbah domestik merupakan sumber utama pencemar yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi pada airtanah. Berdasarkan uraian kondisi di atas maka penting kiranya dilakukan suatu kajian mengenai status tingkat pencemaran airtanah pada permukiman di lembah Sungai Code Kota Yogyakarta sebagai salah satu upaya dalam pengelolaan lingkungan. 1.2. Permasalahan Penelitian Permukiman lembah Sungai Code merupakan salah satu wilayah di Kota Yogyakarta yang menujukkan gejala-gejala perkembangan wilayah urban yang semakin pesat. Perkembangan ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang berdampak terhadap meluasnya daerah permukiman di lembah sungai. Berkembangnya suatu wilayah dan meningkatnya tingkat kepadatan penduduk membawa konsekuensi yang serius terhadap kualitas airtanah. Hal ini berkaitan langsung dengan adanya pembuangan air limbah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas masyarakat, terutama air limbah domestik ke dalam bak-bak 4
penampungan (septic tank) yang berada di dalam tanah. Dengan adanya akumulasi zat atau substansi pencemar pada bak penampungan tersebut, maka risiko terjadinya pencemaran airtanah cukup tinggi. Namun demikian, kondisi tersebut tidak diikuti dengan peningkatan pengelolaan lingkungan yang memadai terutama perbaikan sanitasi lingkungan terkait pengolahan air limbah domestik. Berdasarkan hasil studi EHRA Kota Yogyakarta Tahun 2012 oleh Kelompok Kerja Sanitasi Kota Yogyakarta, beberapa daerah yang termasuk dalam wilayah permukiman lembah Sungai Code memiliki tingkat risiko sanitasi sedang dan sangat tinggi. Masalah pencemaran airtanah sangat tergantung pada kondisi alami dan kondisi non alami (manusia). Kondisi alami adalah kondisi yang secara alami dimiliki oleh daerah tersebut. Ditinjau dari aspek geologi, Kota Yogyakarta memiliki karakteristik material batuan yang porus berupa material pasiran sehingga zat pencemar dapat menyebar dengan cepat dan mencapai jarak yang jauh. Kurniawan (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa arah aliran airtanah di Kota Yogyakarta bergerak relatif dari utara ke selatan searah dengan kemiringan lereng. Hal ini akan dapat berpengaruh terhadap arah penyebaran polutan di dalam airtanah. Menurut Adji dkk (2013), dengan adanya kondisikondisi tersebut, maka segala proses hidrologi akan saling mempengaruhi dengan cepat. Konsekuensinya adalah segala bentuk input berupa polutan akan dapat berpengaruh besar dalam kondisi kualitas airtanah. Kondisi non alami adalah kondisi lingkungan yang tidak terjadi secara alami melainkan dibuat oleh manusia, seperti sanitasi lingkungan. Kepadatan 5
permukiman dan jumlah penduduk yang tinggi dapat menimbulkan beberapa implikasi, antara lain menyebabkan kerapatan antar bangunan yang tinggi dan luas pekarangan rumah yang menjadi sempit akibat lahan banyak digunakan untuk pemukiman. Hal ini mempengaruhi letak tangki septik yang berdekatan dengan sumur yang menjadi sumber air minum dan air bersih masyarakat setempat. Pada umumnya sebagian besar masyarakat Kota Yogyakarta masih mengunakan sarana pengolahan air limbah domestik dengan tingkat teknologi sederhana seperti bak penampungan. Berdasarkan kondisi tersebut, risiko tercemarnya airtanah oleh air limbah domestik di daerah penelitian cukup tinggi, terlebih ditunjang oleh faktor hidrogeologi yang telah diilustrasikan sebelumnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut ini. (1) Bagaimanakah sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas airtanah yang terdapat di daerah penelitian? (2) Bagaimanakah status tingkat pencemaran airtanah di daerah penelitian? (3) Bagaimanakah strategi pengelolaan lingkungan hidup untuk menjaga kualitas airtanah di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini. (1) Menentukan sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas airtanah yang terdapat di daerah penelitian; 6
(2) Menentukan status tingkat pencemaran airtanah di daerah penelitian; (3) Merumuskan strategi pengelolaan lingkungan untuk menjaga kualitas airtanah di daerah penelitian. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini. (1) Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian yang sejenis khususnya terkait masalah pencemaran airtanah di wilayah permukiman lembah sungai; (2) Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tingkat pencemaran airtanah di daerah penelitian sebagai upaya pemeliharaan dan pemanfaatan airtanah pada permukiman lembah Sungai Code, dan (3) Sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam memformulasi kebijakan terkait pengelolaan lingkungan untuk menjaga kualitas airtanah bagi pemerintah daerah. 1.5. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu mengenai pencemaran airtanah pada kawasan permukiman sudah pernah dilakukan. Putuhena (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh permukiman terhadap kualitas air sumur gali di Kota Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode survei dan analisis laboratorium, dengan 7
penentuan sampel secara stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sumur gali di daerah penelitian ada yang tercemar, dan ada yang memenuhi baku mutu air minum. Parameter kualitas airtanah yang tercemar adalah kekeruhan, amoniak, zat organik dan Escherichia coli, sedangkan TDS, ph, nitrat dan nitrit memenuhi baku mutu air minum. Faktor dominan yang mempengaruhi kualitas airtanah di daerah penelitian adalah jarak sumur dengan sumber pencemar. Kosasih dkk (2009) melakukan penelitian mengenai kualitas airtanah di Kecamatan Tebet Jakarta Selatan ditinjau dari pola sebaran Escherichia coli. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode survei dan analisis laboratorium, dengan penentuan sampel secara cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah Escherichia coli dipengaruhi oleh kedalaman sumur dan jarak tangki septik terhadap sumur gali. Pola persebaran Escherichia coli pada daerah penelitian semakin meningkat ke arah Kelurahan Manggarai. Salah satu faktor penyebabnya adalah aliran airtanah di Jakarta Selatan yang menuju ke arah utara dan timur sehingga pergerakan Escherichia coli akan mengikuti arah aliran airtanah tersebut. Adji dkk (2013) melakukan penelitian mengenai analisis potensi pencemaran airtanah bebas di kawasan gumuk pasir Parangtritis. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan antara metode survei dan analisis laboratorium, dengan penentuan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pencemaran secara umum berasal dari aktivitas manusia yang menghasilkan limbah domestik, pertanian dan perternakan. 8
Kualitas airtanah di daerah penelitian menunjukkan adanya pencemaran, mulai dari tingkat ringan hingga sedang. Unsur pencemar yang paling signifikan melebihi ambang batas baku mutu adalah fosfat, coli tinja dan total coliform. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada lokasi, parameter kualitas air yang digunakan, serta metode penelitiannya. Penelitian ini dilakukan pada permukiman lembah Sungai Code Kota Yogyakarta. Parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran airtanah oleh air limbah domestik adalah temperatur, TDS, ph, BOD, COD, ammonia (NH3), besi (Fe), fosfat (PO4), dan total coliform. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling yang didasarkan arah aliran airtanah dan potensi sumber pencemar. Analisis data menggunakan pendekatan secara kualitatif. Penentuan status tingkat pencemaran airtanah menggunakan metode Indeks Pencemaran. Berikut pada Tabel 1.1 disajikan rangkuman rincian penelitian terdahulu terkait pencemaran airtanah pada kawasan permukiman yang dapat dijadikan sebagai referensi sekaligus perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini. 9
Tabel 1.1. Berbagai Penelitian tentang Kajian Kualitas Airtanah di Kawasan Permukiman PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL Jusmy Dolvis Putuhena (2004) Pengaruh Permukiman Terhadap Kualitas Air Sumur Gali di Kota Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman 1) Mengetahui karakteristik airtanah pada sumur gali. 2) Mengetahui kualitas airtanah pada sumur gali untuk mendukung pemanfaatannya sebagai sumber air minum. 3) Mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi kualitas airtanah. Penentuan sampel dilakukan secara stratified random sampling. Sampel diuji di laboratorium untuk parameter fisika, kimia dan biologi. Hasil analisis dibandingkan dengan baku mutu air minum, kemudian dipetakan dan dianalisis secara keruangan. 1) Secara umum sumur gali di daerah penelitian ada yang tercemar, dan ada yang memenuhi baku mutu air minum. 2) Parameter kualitas air sumur gali yang tercemar adalah kekeruhan, amoniak, zat organik dan bakteri koli, sedangkan TDS, ph, nitrat dan nitrit memenuhi baku mutu air minum 3) Faktor dominan yang mempengaruhi kualitas airtanah di daerah penelitian adalah jarak sumur dengan sumber pencemar. Bileghan Nas dan Ali Berktay (2010) Groundwater Quality Mapping in Urban Groundwater Using GIS 1) Mengetahui dan mengevaluasi kualitas airtanah di Kota Konya, Turki. 2) Menentukan distribusi spasial parameter kualitas airtanah seperti ph, konduktivitas listrik (EC), Cl -, SO 4 2-, kesadahan, dan NO 3 -. ArcGIS 9.0 dan ArcGIS Geostatistical Analyst digunakan untuk menghasilkan berbagai peta tematik, dan ArcGIS Spatial Analyst digunakan untuk menghasilkan peta akhir kualitas airtanah. 1) Peta akhir kualitas airtanah menunjukkan bahwa pada bagian barat daya Kota Konya memiliki kualitas airtanah yang optimum. 2) Secara umum kualitas airtanah menurun dari selatan ke utara kota. Sebesar 5,03% (2,51 km 2 ) dari total daerah penelitian berada dalam kategori tingkat kualitas airtanah optimum. 3) Memetakan kualitas airtanah di daerah penelitian dengan menggunakan software GIS. Teknik interpolasi Kriging digunakan untuk memperoleh distribusi parameter spasial kualitas airtanah. 10
PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL Fitri Iswinayu (2010) Hubungan Pola Persebaran Permukiman dengan Pencemaran Kualitas Airtanah di Daerah Aliran Sungai Bedog Daerah Istimewa Yogyakarta 1) Menganalisis kualitas airtanah pada daerah permukiman DAS Bedog. 2) Menganalisis hubungan pola persebaran permukiman dengan kualitas airtanah. 3) Merumuskan arahan strategi pengelolaan airtanah. Metode yang digunakan adalah gabungan antara metode survei dan analisis laboratorium untuk memperoleh kualitas airtanah. Penentuan sampel airtanah menggunakan teknik purposive sampling. Data kualitas airtanah yang diperoleh dianalisis dengan metode tabulasi silang. 1) Parameter NH 3 tidak memenuhi baku mutu pada 10% daerah penelitian. Sementara itu, keseluruhan (100%) daerah penelitian tercemar oleh bakteri koli tinja. 2) Kepadatan permukiman di daerah penelitian mempengaruhi kualitas airtanah. 3) Memadukan aspek ekonomi dan ekologi agar tercipta sistem pengelolaan lingkungan yang terintegrasi guna memelihara keseimbangan dan keberlanjutan sumberdaya airtanah. Doni Prakasa Eka Putra (2011) Evaluation of Groundwater Chemistry on Shallow Aquifer of Yogyakarta City Urban Area 1) Memberikan informasi mengenai kualitas airtanah 2) Menentukan distribusi spasial kualitas airtanah seperti ph, EC, Cl-, SO 4-2, kesadahan, dan NO 3-3) Mememetakan kualitas airtanah di daerah penelitian dengan GIS Membandingkan data kimia airtanah Kota Yogyakarta terdahulu (tahun 1980) dengan data terbaru. Untuk menunjukkan perbedaan kandungan nitrat dalam airtanah, dibuat peta distribusi kandungan nitrat. Evaluasi pengaruh kepadatan penduduk terhadap kandungan nitrat dalam airtanah menggunakan grafik tipe XY (scatter). Kimia airtanah dangkal pada akuifer atas Kota Yogyakarta mengalami perubahan seiring waktu karena dampak air limbah perkotaan dari sistem sanitasi on-site yang tidak layak. Sebagai aikibatnya, airtanah pada daerah yang sangat padat (urban) mengandung nitrat yang sangat tinggi dibandingkan dengan daerah sub-urban. 11
PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL Riastika, M (2012) Pengelolaan Airtanah Berbasis Konservasi di Recharge Area Boyolali (Studi Kasus Recharge Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah) 1) Mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang terdapat di recharge area Boyolali. 2) Memberikan alternatif pengelolaan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode survei digunakan untuk memperoleh fakta-fakta yang terjadi di daerah penelitian. Metode analisis data berupa analisis kuantitatif spasial untuk data-data yang didapatkan secara spasial, dan analisis kualitatif pada.pada datadata deskriptif yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan. 1) Permasalahan yang ada di daerah penelitian adalah aktivitas penambangan bahan galian C yang tidak terkendali dan pola tanam yang memotong kontur oleh warga setempat. 2) Rekomendasi alternatif pengelolaan airtanah di daerah penelitian antara lain: (i) penetapan zona penambangan bahan tambang golongan C; (ii) pembuatan sumur resapan; (iii) mengendalikan penggunaan airtanah; (iv) meningkatkan kapasitas imbuhan airtanah; (v) mencegah pencemaran airtanah; dan (vi) memulihkankan kualitas air yang telah tercemar. T. N. Adji, D. Wicaksono, dan M. F. N. Said (2013) Analisis Potensi Pencemaran Airtanah Bebas di Kawasan Gumuk Pasir Parangtritis 1) Mengkaji karakteristik sumber pencemar yang berasal dari keberadaan permukiman dan pariwisata. 2) Mengkaji tingkat potensi pencemaran dengan keberadaan permukiman dan pariwisata. 3) Mengkaji agihan pencemaran dari keberadaan permukiman dan pariwisata. Penentuan sampel airtanah dilakukan dengan metode purposive sampling. Kualitas airtanah diperoleh dari analisis laboratorium, dan ditampilkan ke dalam tabel crosstab antara unsur pencemar dengan penggunaan lahan. Data DHL yang diperoleh diolah menjadi peta flownet DHL sehingga dapat dianalisis agihan pencemaran. 3) Potensi pencemaran secara umum berasal dari aktivitas manusia yang mengasilkan limbah domestik, pertanian dan peternakan. 4) Kualitas airtanah di daerah penelitian menunjukkan adanya pencemaran, mulai dari tingkat ringan hingga sedang. Unsur pencemar yang paling signifikan melebihi ambang batas baku mutu adalah fosfat, coli tinja dan total coliform. 5) Aliran tanah menunjukkan distribusi airtanah yang bersifat lokal. 12
PENULIS JUDUL TUJUAN METODE HASIL Rohaini, G (2016) Analisis Potensi Airtanah dan Pengelolaan yang Berkelanjutan di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak 1) Menganalisis potensi airtanah 2) Mengetahui pola penyebaran dan arah aliran airtanah 3) Menentukan strategi yang dapat dilakukan untuk pengelolaan yang berkelanjutan sebagai upaya konservasi airtanah Metode penelitian ini termasuk penelitian eksploratif, dalam pengumpulan datanya menggunakan metode survei dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Strategi pengelolaan lingkungan dirumuskan menggunakan metode SWOT berdasarkan wawancara langsung dan kueisoner kepada responden. 1) Kondisi geologi mendukung untuk dijadikan sebagai kawasan potensial airtanah. 2) Pola konfigurasi akuifer airtanah dangkal mengikuti pola kontur topografi, tetapi kualitasnya tidak mengikuti pola tersebut. Geometri dan pola konfigurasi akuifer airtanah dalam mengikuti pola stratigrafi dan struktur geologi, demikian pula dengan kualitasnya. 3) Arahan strategi pengelolaan lingkungan antara lain: (i) peningkatan fasilitas sumber air tanah dangkal dan fasilitas sanitasi lingkungan yang sehat; dan (ii) penyuluhan sadar lingkungan dan pemanfaatan lahan kepada masyarakat. Noveriza Agrista Risky (2017) Kajian Status Tingkat Pencemaran Airtanah di Lembah Sungai Code dan Sekitarnya di Kota Yogyakarta 1) Menentukan sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas airtanah yang terdapat di daerah penelitian; 2) Menentukan status tingkat pencemaran airtanah. 3) Merumuskan strategi pengelolaan lingkungan hidup untuk menjaga kualitas airtanah Sumber pencemar dianalisis berdasarkan hasil identifikasi penggunaan lahan dan informasi pola penggunaan airtanah, serta sanitasi lingkungan. Status tingkat pencemaran airtanah ditentukan melalui metode Indeks Pencemaran. Strategi pengelolaan lingkungan dirumuskan berdasarkan hasil analisis data serta perpaduan seluruh informasi. 1) Pencemaran di lembah Sungai Code secara umum berasal dari aktivitas manusia yaitu kegiatan domestik dan pertanian. 2) Status tingkat pencemaran airtanah menunjukkan hampir keseluruhan sampel air di titik pengamatan tergolong cemar ringan. Fosfat diketahui jauh melebihi standar baku mutu air bersih di setiap titik pengamatan. 3) Arahan strategi pengelolaan lingkungan antara lain: pengembangan jaringan air limbah terpusat atau komunal, dan perbaikan sarana pengolahan air limbah yang berasal dari usaha/industri, bengkel, dan sejenisnya. 13