BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini PT Medco E&P Indonesia memiliki beberapa wilayah kerja di Cekungan Sumatera Selatan, salah satunya adalah Area Musi dan Lematang. Secara administrastif, area tersebut masuk ke dalam Provinsi Sumatera Selatan dan secara geologi meliputi Tinggian Purba Musi dan Subcekungan Lematang yang dibatasi oleh Tinggian Kuang di bagian timur, Sub-cekungan Saung Naga di selatan, Sub-cekungan Pigi-Linggau di bagian barat, dan Patahan Lematang di bagian utara. Kegiatan eksplorasi telah dimulai dari awal tahun 1980-an hingga saat ini. Sebagian besar minyak dan gas yang ditemukan di Musi, Lematang dan sekitarnya berasal dari reservoar karbonat, sebagian kecil lainnya diproduksi dari Batupasir Palembang dan Talang Akar dan rekahan batuan dasar. Lapangan minyak dan gas telah banyak ditemukan di daerah ini, meskipun demikian pola penyebaran minyak dan gas bumi tersebut belum diketahui dengan baik. Jenis hidrokarbon yang ditemui di daerah ini juga masih acak baik komposisi gas, minyak maupun gas non-hidrokarbon (IHS, 2014). Hal ini menyebabkan meningkatnya ketidakpastian ketika dilakukan penilaian terhadap resiko nilai ekonomi dari suatu prospek. Hadirnya komposisi gas non hidrokarbon (CO 2 ) cukup tinggi hanya di beberapa sumur adalah contoh ketidakseragaman pola penyebaran jenis hidrokarbon. Salah satu proses dalam system minyak dan gas bumi yang berperan dalam penyebaran minyak dan gas bumi adalah proses migrasi. Oleh karena itu diperlukan studi lebih lanjut mengenai pola migrasi minyak dan gas bumi dari batuan induk hingga sampai di reservoar. Untuk mengetahui asal minyak dan gas bumi yang ditemukan di daerah penelitian, beberapa studi telah dilaksanakan antara lain korelasi antar minyak bumi dan batuan induk. Hasil studi tersebut menunjukan bahwa sebagian besar 1
minyak dan gas bumi di daerah ini dihasilkan dari batuan induk Formasi Talang Akar dan Lemat (Robinson, 1987 dan Rashid, dkk., 1998). Meskipun demikian, proses migrasi dan pemerangkapan hidrokarbon di daerah ini belum dijelaskan secara rinci. Penelitian lain menunjukan bahwa endapan serpih laut dan serpih karbonat dari fase post-rift juga dapat berkontribusi terhadap akumulasi yang ditemukan (Sarjono dan Sardjito, 1989 dan Rashid, dkk., 1998). Pemodelan cekungan yang dilaksanakan sebelumnya mengacu kepada kerangka litostratigrafi yang ada (Beicip, 2007). Pemodelan tersebut mengacu kepada deskripsi batuan sesuai dengan kolom listostratigrafi dengan penamaan menggunakan nama formasi (Formasi Lemat, Talang Akar, Baturaja, Gumai, Air Benakat, Muara Enim, dan Kasai). Pemodelan tersebut menganggap hanya sikuen syn-rift yang mampu menghasilkan minyak dan gas bumi sedangkan sikuen post-rift dianggap tidak mampu berperan sebagai batuan induk dalam system minyak dan gas bumi. Studi lain yang telah dikerjakan yaitu perubahan interpretasi marker yang semula berdasarkan litostratigrafi menjadi berdasarkan kronostratigrafi (Moorley, 2009). Hasil studi ini merubah penamaan marker dari penamaan litostratigrafi (nama formasi) menjadi marker umur absolut berdasarkan analisis biostratigrafi kuantitatif. Nama marker tersebut adalah marker Seq25, Seq 22, Seq 17, Seq 15, Seq 13, Seq 10 dan Seq 5 merujuk kepada umur dalam juta tahun dari tiap-tiap marker tersebut. Sebagai akibat studi tersebut maka akan terjadi perubahan lokasi marker secara kedalaman dan korelasi antar marker sumur. Sebagai tindak lanjut dari studi Moorlye tersebut, maka Yudho dkk., (2012) membuat studi lebih lanjut dengan melakukan korelasi sumur-sumur hasil studi Moorley dengan sumur-sumur lainnya dan menyebarkannya menggunakan data seismik dan analisis biostratigrafi. Dari studi tersebut didapatkan korelasi marker dan peta bawah permukaan yang lebih mutakhir. Pemodelan cekungan adalah suatu metode yang digunakan untuk menghitung potensi sistem minyak dan gas bumi di suatu daerah. Pemodelan cekungan memodelkan proses geologi yang terjadi di suatu cekungan yang 2
bersifat dinamis atau berubah sepanjang waktu geologi (Hantschel dan Kauerauf, 2009). Pemodelan tersebut digunakan untuk memperkirakan waktu pematangan batuan induk, jumlah dan tipe hidrokarbon yang dihasilkan batuan induk, waktu serta arah migrasi dan proses pemerangkapan hidrokarbon. Saat ini sudah ditemukan suatu cara dalam pemodelan cekungan untuk memisahkan kontribusi masing-masing fasies dalam sistem minyak dan gas bumi secara keseluruhan. Adanya fasilitas tersebut memudahkan untuk memodelkan genesa minyak dan gas bumi yang terperangkap di reservoar. Dengan perubahan korelasi dari litostratigrtafi menjadi kronostratigrafi dan untuk mengetahui proses migrasi maka perlu adanya pemutakhiran pemodelan cekungan di daerah penelitian. 1.2. Rumusan Masalah Pemodelan cekungan yang dilaksanakan sebelumnya belum mampu memisahkan kontribusi tiap-tiap fasies batuan induk terhadap akumulasi minyak dan gas bumi di reservoar. Dengan memisahkan kinetik antar lapisan diharapkan mampu menghitung kontribusi tiap-tiap fasies batuan induk. Kinetik yang digunakan dalam pemodelan selama ini mengacu kapada penelitian yang dilakukan di cekungan lain. Dengan adanya data kinetik batuan induk dari beberapa lokasi di cekungan Sumatra Selatan diharapkan mampu menghasilkan pemodelan cekungan yang lebih baik. Hadirnya kelompok minyak bumi yang dihasilkan dari serpih laut dan serpih karbonatan dari fase pos-rift memberikan indikasi perlunya memasukan serpih post-rift ke dalam kelompok batuan induk dalam pemodelan cekungan. Adanya perubahan model interpretasi dan kebutuhan untuk mengurangi resiko pengeboran maka perlu dibuat pemodelan cekungan. 3
1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pemodelan cekungan untuk mengetahui: 1. Tingkat dan waktu kematangan batuan induk fase syn-rift (Sikuen-25, Sikuen-22) dan fase post-rift (Sikuen-17) di Sub cekungan Lematang dan Sub cekungan Saung Naga. 2. Waktu dan pola migrasi minyak dan gas bumi dari masingmasing batuan induk. 3. Pengaruh pola migrasi dan pemerangkapan hidrokarbon di Sub Cekungan Lematang dan Saung Naga terhadap pola penyebaran minyak dan gas bumi di Tinggian Musi dan sekitarnya. 1.4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Cekungan Sumatera Selatan khususnya secara geologi berada di Tinggian Musi yang dikelilingi oleh Sub Cekungan Lematang, Sub Cekungan Saung Naga, dan Sub Cekungan Pigi (Gambar 1). Secara geografis, lokasi tersebut terletak di Kabupaten Lahat, Musi Rawas, Empat Lawang dan Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. Gambar 1. Lokasi Penelitian berada di wilayah kerja PT Medco E&P Indonesia (Beicip, 1985). 4
1.5. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada studi sistem minyak dan gas bumi secara regional dan pemodelan cekungan untuk mengetahui potensi sistem minyak dan gas bumi di tinggian Musi dan sekitarnya. Genesa minyak bumi merupakan asal dari minyak dan gas bumi yang merujuk kepada sikuen penghasil dan lokasi area yang terdapat batuan induk yang matang. Data geokimia yang digunakan adalah hasil analisis laboratorium berupa data kualitas dan kematangan batuan induk. Marker dan horizon yang digunakan dalam pemodelan cekungan adalah hasil interpretasi menggunakan konsep kronostratigrafi. Istilah sikuen yang digunakan merujuk kepada paket sedimen dengan yang diendapkan pada selang waktu tertentu yang dapat berisi interval batuan induk, reservoir, maupun batuan tudung dan untuk tujuan pemodelan maka dibuat menjadi sublayer dalam pemodelan cekungan. 1.6. Luaran Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan luaran-luaran meliputi: 1. Penampang kematangan batuan induk sepanjang sejarah cekungan. 2. Penampang migrasi minyak dan gas bumi. 3. Peta kematangan batuan induk berdasarkan hasil pemodelan cekungan 4. Peta pola migrasi hidrokarbon. 5. Peta pola penyebaran lapangan minyak dan gas bumi. 1.7. Peneliti Terdahulu 1.7.1. Van Gorsel (1985) Van Gorsel (1985) mendeskripsikan mengenai Formasi Lemat dan Talang Akar. Formasi Lemat dideskripsikan hanya tersebar di daerah rendahan pada lingkungan alluvial, sungai hingga danau sebagai produk vulkaniklastik. Formasi Talang Akar diendapkan di lingkungan delta. Adanya kontrol pergerakan pemekaran cekungan yang bersamaan dengan 5
pengendapan menyebabkan dapat dijumpai ketidak selarasan di bagian atas Formasi Talang Akar pada beberapa tempat saja. 1.7.2. Beicip (1985) Beicip (1985) mengeluarkan hasil studi mengenai evolusi cekungan di Indonesia bagian barat serta distribusi lapangan minyak dan gas bumi dengan tipe-tipe reservoarnya. Dalam laporan tersebut disertakan penjelasan mengenai kerangka struktur, litostratigrafi dan petroleum sistem yang bekerja. Batuan induk yang dapat menghasilkan minyak dan gas bumi yaitu batuan induk dari Formasi Gumai, Talang Akar dan Lemat. 1.7.3. Robinson (1987) Robinson (1987) mengelompokan batuan induk menjadi batuan induk dari endapan danau (berasosiasi dengan awal pemekaran cekungan), endapan deltaik dan endapan serpih laut. Kelompok ini juga dicocokan dengan adanya analisis biomarker dari beberapa contoh minyak bumi. 1.7.4. Sarjono dan Sardjito (1989) Sarjono dan Sardjito (1989) melakukan penelitian kualitas dan tingkat kematangan batuan induk pada beberapa sumur di subcekungan Palembang Selatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Formasi Lemat, Talang Akar, Baturaja, dan Gumai merupakan batuan induk yang baik. Akan tetapi Formasi Gumai belum matang untuk menghasilkan minyak dan gas bumi. 1.7.5. Rashid dkk. (1998) Rashid dkk.,(1998) membagi minyak dari kelompok deltaik menjadi kelompok fluvial dan kelompok serpih laut. Kelompok serpih laut dapat dibagi lagi menjadi kelompok serpih laut dan serpih karbonat. Penelitian ini menunjukan secara positif bahwa endapan post-rift mampu menghasilkan minyak bumi. 1.7.6. Moorley (2009) Moorley (2009) menyusun kembali stratigrafi di cekungan Sumatra Selatan berdasarkan analis sikuen biostratigrafi. Hasil dari studi tersebut 6
berupa adanya penamaan baru untuk masing-masing sikuen dan menggantikan penamaan litostratigrafi yang sebelumnya digunakan. Pada beberapa lokasi masih dijumpai adanya kemiripan antara maker litostratigrafi dan kronostratigrafi, tetapi di tempat lain menunjukan adanya perbedaan. 1.7.7. Yudho dkk. (2012) Yudho dkk., (2012) melakukan studi pemetaan regional berdasarkan sikuen yang disusun oleh Moorley (2009). Selain itu pemodelan cekungan juga dilaksanakan untuk mengetahui awal pembentukan hidrokarbon tanpa melihat lebih detail efek terhadap penyebaran lapangan minyak dan gas bumi. 1.8. Manfaat dan Keaslian Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam memberikan gambaran penyebaran serpih yang mampu dan telah berperan sebagai batuan induk dalam sistem minyak dan gas bumi. Dalam bidang eksplorasi, penelitian diharapkan mampu memetakan daerah yang memiliki resiko rendah dalam hal migrasi hidrokarbon dan sekaligus memiliki resiko tinggi terhadap kandungan gas non-hidrokarbon. Dengan memasukan serpih post-rift ke dalam kelompok batuan induk, diharapkan muncul play baru maupun mendukung prospek yang telah ada. Beradasarkan kajian pustaka, rumusan masalah, rangkuman peneliti terdahulu, penambahan data yang digunakan dalam penelitian, serta kesimpulan penelitian yang menyebutkan waktu pembentukan hidrokarbon secara lebih terukur dan pengelompokan area drainase migrasi hidrokarbon di tinggian Musi maka penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya. 7