BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Secara Geografis Wilayah Kelurahan Tanggi Kiki merupakan salah satu wilayah Desa yang ada di Kecamatan Sipatana, yang baru dimekarkan dari Kelurahan Tapa pada Tahun 2011. Kecamatan Sipatana memiliki luas 10.221 km dan terletak dibagian ujung barat ibukota Kabupaten Gorontalo. Batas wilayah di Kelurahan Tanggi Kiki, Kecamatan Sipatana, Kota Gorontalo adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Bulotadaa Timur Kecamatan Sipatana Sebelah Selatan : Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah Sebelah Timur : Kelurahan Dulomo Selatan Kecamatan Kota Utara Sebelah Barat : Kelurahan Tapa Kecamatan Sipatana. Kelurahan ini masih merupakan kelurahan mudah dijangkau, kelurahan ini masih jauh dari adanya polusi udara, sehingga kesegaran udara dan keadaan tanah belum terkontaminasi dengan pencemaran, baik pencemaran lingkungan maupun udara, kelurahan ini bisa digolongkan sebagai kelurahan yang masih mempunyai tingkat kesuburan tanah yang masih tinggi. 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo mempunyai jumlah penduduk 2.239 Jiwa terbagi atas jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 1.054 jiwa dan perempuan 1.185 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jumlah keluarga sebesar 602 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang. Keadaan penduduk Kelurahan Tanggi Kiki berdasarkan tingkat pendidikan dan lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo 2013. No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
1 2 3 4 5 Belum Pernah Sekolah/Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Sarjana 163-102 108 247 40 24,69-15,45 16,37 37,42 6,07 Jumlah 660 100 Sumber : Monografi Kelurahan Tanggi Kiki, 2012 Kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan ternyata masih kurang, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1. Dari Tabel 1 tersebut di ketahui, bahwa jumlah penduduk yang SLTA menduduki posisi pertama dengan jumlah terbanyak yaitu 247 orang (37,42%). Belum pernah bersekolah/tidak tamat SD menduduki posisi kedua dengan jumlah 163 orang (24,69%), dan tingkat pendidikan sarjana merupakan tingkat pendidikan yang memiliki persentase paling sedikit hanya sebanyak 40 orang atau 6,07 %. B. Identitas Petani Responden Identitas petani responden mengambarkan kondisi atau keadaan serta status orang tersebut. Identitas seorang responden akan sangat membantu dalam proses penelitian karena dapat memberikan informasi tentang keadaan usahataninya terutama dalam peningkatan produksi usahataninya. Ketrampilan petani dalam menjalankan usahatani tentu sangat bervariasi, baik sebagai jurutani maupun sebagai manager. Hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan kegiatan usahataninya, petani dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan luas lahan, dan kondisi tempat tinggal Identitas petani responden selengkapnya sebagai berikut : 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan, bekerja, dan cara berfikir. Semakin muda umur seorang petani maka relatif muda menerima teknologi baru yang dianjurkan dibandingkan petani yang berumur tua. Hal ini disebabkan karena petani yang masih muda berani menanggung resiko. Selain itu juga bila ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam meningkatkan produktivitas. Berdasarkan
teori kependudukan menyatakan bahwa usia produktif seseorang berada pada kisaran 15 tahun hingga 56 tahun. Dimana pada usia tersebut kemampuan berfikir dan bekerja seseorang relatif produktif. Identitas petani responden berdasarkan umur ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013. No Kelompok Umur ( Tahun ) Jumlah Responden (Orang ) Persentase ( % ) 1. 2. 3. 0 15 15 60 >60-40 - - 100 - Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan Tabel 2 diatas, menunjukan bahwa umur Petani responden yang belum produktif pada kategori 0-15 dengan jumlah 0%, sedangkan umur petani yang produktif 15-60 tahun bejumlah 40 orang atau 100%, dan umur petani yang tidak produktif dengan jumlah 0%. Pada umumnya kategori usia responden dalam penelitian ini tergolong usia produktif, sehingga responden merasa mudah menerima teknologi baru dan mampu mengembangkannya karena kemampuan fisik petani sangat besar, sehingga sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas usahataninya. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah di tempuh oleh petani responden mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan formal adalah pendidikan yang pernah ditempuh oleh petani responden mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan petani responden menggambarkan daya pikir petani dalam mengelola usahataninya. Sehingga tingkat pendidikan petani responden juga merupakan salah satu variabel yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Berdasarkan data yang diperoleh menujukan bahwa pendidikan responden bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo 2013. Tanggi Kiki No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase
1. 2. 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi ( Orang ) ( % ) 18 45 12 30 9 22,5 1 2,5 Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013. Berdasarkan Tabel 3, diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden rata-rata umumnya SD berjumlah 18 orang atau 45%, sedangkan pendidikannya SMP berjumlah 12 orang atau 30%, yang tingkat SMA berjumlah 9 orang atau 22,5%, Perguruan Tinggi berjumlah satu orang atau 2,5%. Tingkat pendidikan Di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana yang masih rendah, responden kurang pengetahuannya dalam peningkatan usahatani pada sistem tanaman padi sawah sehingga berpengaruh pada pola pikir responden dalam menghadapi suatu permasalahan di lapangan. Tingkat pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang menetukan keberhasilan dalam usahatani selain didukung oleh pengalaman dalam usahatani. 3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani sebagai kepala keluarga merupakan orang yang bertanggung jawab atas segala kejadian dalam rumah tangganya serta berusaha untuk memenuhi kebutuhan dari semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya hidupnya oleh petani sampel. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga petani akan termotivasi untuk bekerja memperoleh pendapatan yang besar agar dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Berdasarkan data diatas bahwa jumlah sampel menurut tanggungan keluarga dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Jumlah Tanggungan keluarga di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013. No. Jumlah Tanggungan Jumlah Petani (orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 0-3 4-5 6-7 7 24 9 17,5 60 22,5 Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 4. menunjukkan adanya variasi jumlah tanggungan keluarga petani responden yaitu antara 0 7 jiwa dengan jumlah tanggungan keluarga tertinggi yaitu 4 5 jiwa sebanyak 24 jiwa
yang memiliki persentase 60%. Dari 40 petani responden, yang paling rendah jumlah tanggungan keluarga yaitu 17,5% dengan jumlah tanggungan 0 3 jiwa sebanyak 7 jiwa. Banyaknya tanggungan keluarga petani sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana sangat mempengaruhi pendapatan bagi petani. 4. Pengalaman Berusahatani Dalam pengalaman berusahatani merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan usahatani. Dimana semakin lama berusaha tani maka semakin banyak yang didapatkan. Semakin banyak pengalaman yang di dapatkan maka petani tersebut memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengelola usahataninya. Pengalaman berusahatani pada petani sampel dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Petani Padi Sawah Menurut Pengalaman Berusahatani di Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Kelurahan Tanggi No Pengalaman Berusahatani Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 2. 3. 1-15 16-20 21-35 3 9 28 7,5 22,5 70 Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 5. Menunjukan bahwa lama usahatani petani sampel yaitu kisaran kurang 15 tahun sebanyak 3 orang atau 7,5%, lama pengalaman berusahatani kisaran 16-20 sebanyak 9 orang atau 22,5%, sedangkan kisaran 21-35 sebanyak 28 orang atau 70%. Lama usahatani menggambarkan kemampuan petani responden dalam mengelola usahatani padi sawah. Pengelolaan usahatani mencakup perencanaan proses budidaya, panen, pemasaran, bahkan melihat permasalahan yang sering terjadi sehingga dapat menekan resiko kegagalan. C. Deskripsi Usahatani Padi Sawah Petani Sampel
Keadaan pertanian di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana khususnya pertanian untuk tanaman padi sawah selama ini menunjukan hasil yang baik dengan potensi luas sawah yang dikelolah responden sebesar 1,2 ha. jenis pengairan yaitu irigasi teknis dan frekuensi penanaman sebanyak dua kali dalam setahun, luas tersebut memberikan produksi mencapai 7.546 Kg per panen. Dalam melakukan proses budidaya tanaman padi, langkah awal yang dilakukan adalah mempersiapkan lahan, yaitu membersihkan lahan dari gulma dan hama, upaya yang dilakukan adalah menyemprotkan obat hama dan obat rumput ke lahan budidaya. Penyemprotan ini dilakukan 2 hari sebelum tanam. Pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, trektor atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Petani di Kelurahan Tanggi Kiki disaat penanaman menggunakan bibit varietasnya bibit Ciheran, Maykonga, Impari dan 64 dan rata-rata pemakaian yaitu bibit dengan rata-rata 106.65 Kg. Pemeliharaan tanaman padi meliputi pemupukan, penyiangan dan penyemprotan obatobatan. Setiap pemupukan selalu bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan didalam tanah. Petani Kelurahan Tanggi Kiki mengunakan pupuk yang bermacam-macam yaitu Urea, Organik, Npk Pelangi, Npk Ponska, Super Ponspa 36, pengunaan Pupuk Organik rata-rata/petani 306 Kg, Pupuk Urea rata-rata 133 Kg, Pupuk Npk Ponska memiliki rata-rata 147 Kg, sedangkan Pupuk Npk Pelangi rata-ratanya 208 Kg dan Super Ponspa 36 dengan rata-rata 118 Kg setiap petani. Selain pemupukan pemeliharaan terhadap tanaman padi adalah melakukan penyiangan. Penyiangan ini dilakukan beberapa hari setelah pemupukan pertama. Pada lahan ini petani tersebut tidak mengeluarkan biaya untuk pengairan sawahnya. Pengairan dilakukan petani menggunakan saluran air dari Irigasi Tapa atau rumah tangga dari perumahan sekitar. Pekerjaan pemberantas hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida dapat tumbuh lebih baik dan hasilnya memuaskan. Petani di Kelurahan Tanggi Kiki menggunakan bermacam-macam obat-obatan yang berbeda merek dan rata-rata pemakaiannya yaitu obat Arifo
dengan rata-rata 33 ml, Drusban rata-rata 33 ml, Aladin 80 ml, sedangkan Logran dengan ratarata 68 ml. Salah satu produksi yang terpenting adalah ketersediaan tenaga kerja, karena tanpa tenaga kerja petani tidak akan melakukan pengolahan sampai panen. Hal ini menggambarkan bahwa prospek dan potensi pengembang usahatani padi sawah yang berpihak kepada masyarakat lokal yang ada di Kelurahan Tanggi Kiki dan menjadi peluang yang besar khususnya bagi petani padi sawah. Dalam pengelolaan padi sawah petani memerlukan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja ini digunakan untuk melakukan proses produksi dari tahap pengolahan lahan sampai panen yang dibayar dengan upah Rp 50.000 perhari. Untuk pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan I, II dan III, pemberantas hama dan penyakit menggunakan tenaga kerja keluarga. Kegiatan saat panen, petani menyewa tenaga kerja luar keluarga dan upah panen berbentuk gabah bukan uang tunai. D. Analisis Pendapatan. Analisis pendapatan di gunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan dan penerimaan yang di peroleh petani padi sawah dan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah, Biaya usahatani tanaman padi sawah yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Pendapatan diperoleh dari selisih penerimaan dan biaya. Penerimaan adalah hasil kali antara jumlah produksi dan harga komoditi. 1. Biaya Usahatani Biaya Usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah dalam satu kali musim tanam. Biaya usahatani terbagi atas biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dipakai dalam satu kali proses produksi. dimana biaya-biaya ini meliputi pajak lahan, penyusutan alat, dan upah tenaga kerja dalam keluarga. Secara lengkap biaya tetap yang dikeluarkan petani sampel dalam usahatani tanaman padi sawah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya Tetap Tanaman Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013 No Jenis Biaya Tetap Nilai (Rp) Nilai/Ha Persentase (%) 1 Penyusutan alat 127.657 106.380,83 5,69
2 3 Pajak Lahan Biaya Tenaga Kerja dalam keluarga 100.855 2.016.768 84.045,00 1.680.640,00 4,49 89,82 Total Biaya 2.245.280 1.764.685,83 100 Sumber : Data Diolah, 2013 Tabel 6, menunjukan total dari biaya tetap petani padi sawah sampel sebesar Rp 2.245.280 atau Rp. 1.764.685,83/ha, Nilai biaya yang paling besar dalam biaya tetap adalah Upah tenaga kerja dalam keluarga yaitu Rp 2.016.768 (89,82%). penyusutan alat sebesar Rp. 127.657 (5,69%) dan pajak lahan sebesar Rp. 100.855 (4,49%). Biaya tenaga kerja keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional dengan jumlah HKSP, dimana upah minimum adalah Rp.50.000/hari. Penyusutan alat diperoleh dari nilai baru yang dikurangi nilai sekarang dibagi lama pemakaian. Dalam mengelola tanah petani sangat membutuhkan peralatan untuk membantu selama proses produksi mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen. Petani padi sawah biasanya juga menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk mengelola tanaman padi yang dijalankan, tenaga kerja tersebut digunakan untuk pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemberantas hama dan panen. Tenaga kerja tersebut rata-rata terdiri dari pria dimana tenaga kerja pria dalam satu hari dinyatakan dalam 1 HKSP (Hari Kerja Setara Pria). Biaya Variabel adalah biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan. Contoh biaya variabel adalah untuk sarana produksi, meliputi bibit, pupuk, obat-obatan. Total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Biaya Variabel Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013 No Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp) 1. Bibit 271.950 2. Pupuk Organik 152.947 3. Pupuk Anorganik 2.009.140 4. Obat-Obatan 1.473.083 5. TK Luar Keluarga 10.685.460 6. Upah Panen 1.839.360 Nilai Biaya/Ha (Rp) 226.625,00 127.455,89 1.674.283,33 1.227.569,16 8.904.550,00 1.532.800,00 Persentase (%) 1,66 0,94 12,22 8,96 65,03 11,19 Total Biaya Variabel 16.431.940 13.693.283,32 100 Sumber : Data Diolah, 2013
Dari Tabel 7, menunjukan total biaya keseluruhan untuk biaya variabel dalam satu masa produksi adalah sebesar Rp. 16.431.940 atau Rp 13.693.283,32/Ha. Pupuk sangat penting bagi petani padi untuk mengelola tanaman padi sawah karena pupuk membantu proses pembuahan, pupuk juga bisa memberikan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman dan memperbaiki struktur tanah. Petani padi sawah banyak menggunakan pupuk organik dan anorganik, dimana banyak para petani padi menggunakan pupuk organik, setiap pembelian pupuk organik petani padi mengeluarkan biaya sebesar Rp. 152.947/Kg atau mencapai rata-rata 0,94% dari biaya total, dan para petani juga menggunakan pupuk anorganik padi sawah mengeluarkan biaya Rp 2.009.140/Kg dengan mencapai rata-rata 12,22%, Petani padi sawah juga mengunakan bibit dan Pembelian bibit mengeluarkan biaya Rp. 271.950/kg atau mencapai rata-rata 1,66%. Selain pupuk petani padi sawah menggunakan Obat-obatan dengan mengeluarkan biaya Rp. 1.473.083/Kg atau mencapai rata-rata senilai 8,96%. selain tenaga kerja keluarga petani padi sawah juga menggunakan biaya tenaga kerja luar keluarga, tenaga kerja ini dibayar dengan upah tertentu. Biasanya petani padi sawah ini menyewa tenaga kerja luar keluarga untuk pengolahan tanah, penanaman, pemupukan I, pemupukan II, penyiangan pemupukan III pemberantas hama dan panen. Tapi itu tergantung sawahnya mengunakan petani yang hanya untuk di sewa. Maka biaya yang dikelurkan oleh petani untuk menyewa tenaga kerja luar keluarga dengan rata-rata 65,03% atau sebesar Rp. 10.685.460 dan upah panen mengeluarkan biaya Rp 1.839.360 atau mencapai rata-rata 11,19% dalam upah panen ini tidak di bayar secara uang tunai, tapi hanya dibayar dalam sistem bagi hasil dalam setiap panen yang di dapat. Berdasarkan perhitungan dari masing-masing biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel, maka dapat dihitung total biaya keseluruhan yang dikeluarkan oleh petani padi sawah sampel selama proses produksi, yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya Total Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Sipatana Kota Gorontalo, 2013 Kecamatan No Jenis Biaya Nilai (Rp) Nilai /Ha Persentase (%) 1 Biaya Tetap 2.245.280 1.871.066,66 12,03 2 Biaya Variabel 16.431.940 13.693.283,33 87,97 Total Biaya 18.677.220 15.564.349,99 100 Sumber : Data Diolah, 2013
Dari Tabel 8 diatas, menunjukan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani padi sawah sampel selama satu kali musim tanam adalah Rp 2.245.280 atau Rp. 1.871.066,66/Ha dan petani padi sawah sampel mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp 16.431.940 atau Rp 13.693.283,33/ ha, sehingga diperoleh total biaya yang dikeluarkan petani padi sawah sampel sebesar Rp. 18.677.220 atau Rp. 15.564.349,99/ Ha. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa biaya usahatani padi sawah di Kecamatan Sipatana terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel dengan demikian hipotesis 1 terbukti bahwa struktur biaya pada usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. 2. Penerimaan dan Keuntungan Padi Sawah Penerimaan merupakan nilai uang yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga komoditi, sedangkan pendapatan bersih selisih merupakan antara penerimaan yang diterima oleh petani dengan biaya usahatani. Nilai penerimaan dan pendapatan bersih usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Penerimaan dan Keuntungan Rata-rata dari Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013 No Uraian Nilai (Rp) Nilai/Ha 1 Penerimaan 57.349.600 47.791.333,33 2 Biaya Total 18.677.220 15.564.350,00 Pendapatan Bersih (1-2) 38.672.380 32.226.983,33 Sumber : Data Diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 9 diatas, menggambarkan penerimaan dan keuntungan usahatani padi sawah di Kelurahan Tangigi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. Total biaya usahatani padi sawah untuk satu kali musim tanam mencapai Rp 18.677.220 atau Rp 15.564.350/Ha dan penerimaan sebanyak Rp 57.349.600 atau Rp 47.791.333,33/Ha sehingga pendapatan yang diperoleh petani sebesar Rp 38.672.380 atau Rp 32.226.983,33/Ha dimana rata-rata luas lahan 1,2 ha. Tabel 10. Biaya Total, Penerimaan dan Keuntungan Rata-rata dari Usahatani Padi Sawah Sampel di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo, 2013 Uraian Rata-rata/Petani (Rp) Rata-rata/Ha (Rp)
A. Biaya-Biaya 1. Biaya Tetap 2. Biaya Variabel Total Biaya B. Penerimaan C. Pendapatan Bersih Sumber : Data Diolah, 2014 2.245.280 16.431.940 18.677.220 57.349.600 38.672.380 1.871.066,66 13.693.283,33 15.564.349,99 47.791.333,33 32.226.983,33 Pada Tabel 10 terlihat hasil analisis pendapatan usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana. Hasil penelitian menunjukan total biaya sebesar Rp 18.677.220 atau Rp 15.564.349,99/ha dimana struktur biaya terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 16.431.940 atau Rp 13.693.283,33/ha dan biaya tetap sebesar Rp 2.245.280 atau1.871.066,66/ha. Tabel 10 juga menunjukan penerimaan usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki sebesar RP 57.349.600 atau Rp 47.791.333,33/ha sehingga diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 38.672.380 atau Rp 32.226.983,33/ha, dengan rata-rata luas lahan 1,2 ha berarti pendapatan yang diperoleh oleh petani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki selama satu kali musim tanam cukup besar dan menguntungkan. E. Analisis R/C Ratio Analisis R/C Ratio untuk melihat kelayakan dari usahatani padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki hasil perhitungan R/C Ratio dapat dilihat sebagai berikut : Berdasarkan perhitungan di atas terlihat nilai R/C Ratio adalah 3,07. Berdasarkan kriterianya nilai R/C Ratio 1 dapat disimpulkan bahwa padi sawah di Kelurahan Tanggi Kiki Kecamatan Sipatana Kota Gorotalo berada pada posisi menguntungkan. Nilai tersebut memberikan arti bahwa setiap pengeluaran sebesar satu rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 3,07 dengan demikian usahatani padi sawah layak dikembangkan. Dengan demikian hipotesis 2 terbukti bahwa usahatani padi sawah menguntungkan dan layak dikembangkan.