KONDISI KETENAGAKERJAAN 2018

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015


AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

POTRET KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI BENGKULU TRIWULAN I TAHUN 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

BERITA RESMI STATISTIK

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. 07 November 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2016

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

DATA DINAMIS PROVINSI JAWA TIMUR TRIWULAN IV BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

Transkripsi:

KONDISI KETENAGAKERJAAN 2018 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara Konferensi Pers FMB 9 Jakarta, 8 November 2018

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Publikasi Februari Publikasi Agustus Sampel 50 ribu rumah tangga 200 ribu rumah tangga Tingkat estimasi Hanya sampai tingkat provinsi Hingga tingkat kabupaten/kota Tujuan Menangkap fenomena musim panen Menangkap fenomena di luar masa panen SAKERNAS pertama kali dilaksanakan pada tahun 1976. Data Agustus lebih baik jika digunakan untuk menggambarkan kondisi tahunan. Hasil data Agustus terlihat lebih tinggi daripada Februari karena: 1. Masa tahun ajaran selesai, sehingga banyak lulusan sekolah masuk angkatan kerja dan belum terserap pasar kerja. 2. Bukan masa panen besar sehingga terjadi perpindahan yang besar ke kelompok bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja cenderung lebih kecil. 3. Secara matematis, TPT akan membesar karena penyebut dalam rumus (angkatan kerja) berkurang banyak, meskipun jumlah pengangguran menurun. Oleh karena itu, pembandingan harus merujuk angka pada periode yang sama. Catatan: Definisi yang digunakan berdasarkan konsep internasional (International Conference of Labour Statisticians) ke-13 tahun 1983. 2

121.87 114.63 7.24 122.38 114.82 7.56 125.44 118.41 7.03 128.06 121.02 7.04 131.01 124.01 7.00 Juta Orang Pengangguran: Tingkat pengangguran berhasil diturunkan seiring meningkatnya jumlah angkatan kerja baru 140 6.5% 120 100 80 60 5.94% 6.18% 5.61% 5.50% 5.34% 6.0% 5.5% 5.0% Pencapaian 2018 Target 2019 40 20-2014 2015 2016 2017 2018 Angkatan Kerja Pekerja Pengangguran Terbuka TPT 4.5% 4.0% Lebih tinggi 0,04 poin di atas target RKP 2018 yang sebesar 5,0 5,3% Tahun 2019, target TPT 4,8-5,2% Penurunan ini dicapai dengan penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,6 2,9 juta orang. Lapangan kerja formal diharapkan menyerap angkatan kerja berpendidikan SMA ke atas di sektor bernilai tambah tinggi. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus 3

Juta orang Pertumbuhan Ek. (%) Pertumbuhan Ekonomi dan Penciptaan Kesempatan Kerja 8 7 6 5.17 5.4 5.2 Target dan Realisasi Penciptaan Kesempatan Kerja (Juta orang) 5 5.03 5.06 5.0 10.00 9.38 4 3 4.78 3.59 2.61 2.99 4.8 2 1 0 0.71 0.52 0.58 0.19 0.04 2015 2016 2017 2018 Tambahan KK Kesempatan Kerja per 1% Pertumbuhan Ekonomi TW 3 Pertumbuhan Ekonomi Tw3 4.6 4.4 Target 2015-2019 Realisasi 2015-2018 Penciptaan kesempatan kerja melebihi target RKP dan RPJMN 2015-2019. Jumlah penciptaan lapangan kerja 2016-2018: 9,38 juta (2016: 3,59 juta; 2017: 2,61 juta; 2018: 2,99 juta). Rata-rata pertumbuhan kesempatan kerja selama 5 tahun terakhir sebesar 1,99%. Pertumbuhan rendah pada 2015 disebabkan oleh: (1) Pelemahan USD memukul impor bahan baku yang berpengaruh pada terpukulnya sektor industri; (2) Pengurangan jumlah pekerja yang cukup besar pada sektor pertanian (pindah ke sektor jasa). Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus dan Data Pertumbuhan Ekonomi Tw 3 (2010=100), BPS 4

TPT (%) 1.48 1.37 Bali 3.27 3.01 3.21 3.16 3.62 3.20 3.30 3.26 3.02 3.35 3.81 3.43 3.74 3.51 3.78 3.65 3.32 3.72 3.87 3.86 4.00 3.99 4.23 4.01 4.28 4.03 4.33 4.06 4.39 4.23 4.36 4.26 4.77 4.50 4.57 4.51 5.33 4.77 5.54 5.22 5.61 5.34 5.58 5.55 5.60 5.56 6.22 6.20 NTT Sulbar Papua Sultra DI Yogyakarta Sulteng Bengkulu Kep. Bangka NTB Jambi Jawa Timur Kalteng Gorontalo Lampung Sumsel Kalbar Kalsel Jawa Tengah Maluku Utara Kalut Sulsel Sumbar Sumut Riau 7.14 6.24 6.49 6.30 6.57 6.36 6.91 6.60 7.18 6.86 7.16 7.12 DKI Jakarta Papua Barat Aceh Kaltim Kaltara Kepri 9.29 Maluku 7.27 8.22 8.17 9.28 8.52 Jawa Barat Banten 5 Pengangguran Berdasarkan Wilayah 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 - Terendah: Bali, NTT, Sulbar 2017 2018 Tertinggi: Banten, Jabar, Maluku Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus

6 Provinsi dengan TPT Tertinggi BANTEN TPT Banten menurun dari 9,28% menjadi 8,52%. Ekonomi Banten Triwulan III tumbuh 5,89% dengan kontribusi sektor industri manufaktur yang besar. Sektor ini menarik banyak pendatang dengan keterampilan tidak sesuai kebutuhan industri. Kendala lain adalah tingginya upah minimum. MALUKU TPT Maluku menurun signifikan dari 9,29% menjadi 7,27%. Ekonomi Maluku Triwulan III tumbuh 6,34%, ditopang oleh sektor jasa administrasi pemerintahan dan jasa keuangan (penyerap lapangan kerja tertinggi, setelah pertanian. TPT desa dan kota menurun, tetapi TPT perkotaan masih jauh lebih tinggi dibanding perdesaan. TPT Jabar menurun dari 8,22% menjadi 8,17%. JAWA BARAT Ekonomi Jabar Triwulan III tumbuh 5,2 % (kontribusi terbesar: sektor informasi dan komunikasi, real estate, serta akomodasi dan makan minum). Penciptaan lapangan kerja terjadi di sektor akomodasi dan makan minum, industri manufaktur, perdagangan, dan transportasi. TPT perdesaan meningkat 1,22 poin, tetapi TPT perkotaan turun 0,49 poin. Lapangan usaha banyak berkembang di daerah perkotaan. Kendala lain adalah tingginya upah minimum.

Juta orang Pengangguran Berdasarkan Wilayah Penganggur Berdasarkan Desa-Kota TPT Berdasarkan Desa-Kota 5 4.68 4.65 8% 7% 7.12% 7.31% 6.60% 6.79% 6.45% 4 4.26 4.34 6% 5% 4% 4.81% 4.93% 4.51% 4.01% 4.04% 3 2.98 2.88 2.69 3% 2% 2.39 1% 2 2014 2015 2016 2017 0% 2014 2015 2016 2017 2018 Perkotaan Pedesaan Perkotaan Pedesaan PERKOTAAN 6,45% PERDESAAN 4,04% Dibandingkan setahun yang lalu, TPT di perkotaan mengalami penurunan sebesar 0,34 poin, sedangkan TPT perdesaan meningkat sebesar 0,03 poin. Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah pekerja di sektor pertanian yang menyusut. Para pekerja di desa yang keluar dari sektor pertanian namun belum memperoleh pekerjaan baru menjadi beban pengangguran di perdesaan. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus 7

Juta orang Lapangan Kerja di Sektor Pertanian, Industri dan Jasa Proporsi Pekerja Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha Tambahan Pekerja Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha 60 50 40 30 20 10 0 52.69 53.84 54.98 56.26 56.59 34.00 32.88 31.90 29.68 28.79 13.31 13.29 13.12 14.05 14.62 2014 2015 2016 2017 2018 4 3 2 1 0-1 -2-3 3.29 2.99 2.08 1.47 1.13 1.42 0.02 0.29 0.00-0.22-1.22-1.85 Pertanian Industri Pengolahan Jasa & lainnya Pertanian Industri Pengolahan Jasa & Lainnya 2015 2016 2017 2018 Penciptaan kesempatan kerja terjadi di sektor jasa. Proporsi lapangan kerja sektor jasa terus meningkat, sedangkan pertanian berkurang. Proporsi lapangan kerja sektor industri pengolahan stagnan di antara 13%-15%. Selama 2015-2018 sektor jasa menyerap 9,77 juta pekerja, sedangkan industri hanya 2,99 juta orang. Transformasi struktural tenaga kerja terjadi dari sektor pertanian ke sektor jasa. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus, diolah 8

Lapangan Kerja Formal dan Informal 65% 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% Pekerja Formal dan Informal 59.38% 57.75% 57.60% 57.03% 56.84% 40.62% 42.25% 42.40% 42.97% 43.16% 2014 2015 2016 2017 2018 Formal Informal Proporsi lapangan kerja formal terus meningkat. Lapangan kerja formal adalah mereka dengan status buruh/pegawai/karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Pada 2014, proporsi lapangan kerja formal mulai di atas 40%, dan meningkat perlahan. Tahun 2018 proporsi lapangan kerja formal mencapai 43,16% atau 53,5 juta orang (Target RKP 2019: 48%). Rekomendasi kebijakan: Dorong investasi padat pekerja dan formalisasi UMKM. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus 9

Juta orang Setengah Penganggur 50 8.45% 8.48% 9% 40 7.58% 7.55% 8% 30 6.62% 7% 20 10 9.68 9.74 8.98 9.14 8.21 6% 5% 0 2014 2015 2016 2017 2018 Setengah Penganggur / Pengangguran Terpaksa % Terhadap Total Pekerja 4% Proporsi Setengah Penganggur Terus Menurun Definisi Setengah Penganggur: Bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. Karakteristik setengah penganggur: Berpendidikan rendah, tinggal di perdesaan dan bekerja di kegiatan informal. Proporsi setengah penganggur 2018: 6,62% (8,21 juta orang), turun dari 8,45% di 2014. Rekomendasi Kebijakan: Penciptaan lapangan kerja di perdesaan melalui program pengembangan ekonomi lokal, termasuk infrastruktur perdesaan (dengan memanfaatkan Dana Desa). Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus 10

Juta pekerja 53.96 20.35 18.58 10.52 2.96 8.26 50.83 20.70 19.81 10.84 3.09 9.56 49.97 21.36 20.41 12.17 3.42 11.09 50.98 21.72 21.13 12.59 3.29 11.32 50.46 22.43 22.34 13.68 3.46 11.65 11 Pendidikan Pekerja 60 50 40 30 20 10 0 2014 2015 2016 2017 2018 SD SMP SMA SMK Diploma Universitas Lapangan kerja masih didominasi oleh pekerja berpendidikan SMP ke bawah. Pekerja berpendidikan maksimal SMP ke bawah masih 58,77% atau 72,88 juta orang. Rekomendasi Kebijakan: 1. Perbaiki produktivitas kerja melalui pendidikan dan pelatihan kejuruan, dan pengembangan kewirausahaan. 2. Dorong industri manufaktur padat pekerja. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus

Tingkat Pendidikan Penganggur TPT Berdasarkan Pendidikan 14% 12% 10% 11.24% 9.55% 12.65% 10.32% 11.11% 11.41% 11.24% 8.72% 8.29% 7.95% 8% 6% 4% 2% 0% 3.04% 2.74% 2.88% 2.62% 2.43% 2014 2015 2016 2017 2018 SD SMP SMA SMK Diploma Universitas Nasional Tingkat pengangguran terbuka lulusan SMK masih tertinggi jika dibandingkan dengan lainnya. TPT pencari kerja lulusan SMK sebesar 11,24%. Besarnya TPT tersebut disusul oleh lulusan SMA. Penyebab utamanya adalah lulusan SMA/SMK belum memiliki keahlian yang dibutuhkan di pasar kerja. TPT lulusan universitas yang naik menunjukkan masih ada mismatch antara keahlian lulusan dengan kebutuhan. Rekomendasi Kebijakan: Terus perbaiki kapasitas dan kualitas SMK, termasuk guru, dan perbaikan kurikulum. Perbaikan peralatan lembaga diklat kejuruan. Program link & match dengan dunia industri. Sumber: Publikasi Sakernas periode Agustus, diolah 12

13 Strategi untuk Pengurangan Pengangguran Lulusan SMK Peningkatan kerja sama dengan dunia usaha Penguatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi Peningkatan sertifikasi lulusan SMK Penguatan pendidikan kewirausahaan di SMK Pengembangan bidang keahlian SMK. Penyelarasan kurikulum SMK dengan kebutuhan industri. Pemagangan siswa dan guru di industri. Penugasan instruktur ke SMK. Peningkatan kompetensi guru dan pendidik vokasi. Peningkatan penguasaan bahasa asing, dan peningkatan pendidikan karakter (soft skill) siswa SMK. Peningkatan prasarana dan sarana SMK. Pengendalian ijin pembangunan SMK yang tidak memenuhi standar mutu, dan bidang keahlian baru yang tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Pengembangan kebijakan pengelolaan keuangan untuk SMK dalam pengembangan unit produksi dan teaching factory. Penguatan lembaga sertifikasi kompetensi. Sinkronisasi sistem sertifikasi di sektor pendidikan dengan di sektor ketenagakerjaan. Pengenalan kurikulum kewirausahaan. Kerja praktik kewirausahaan.

14 2018 8,3 dari 10 laki-laki adalah AK sedangkan perempuan hanya 5,2 dari 10. Partisipasi Perempuan dalam Angkatan Kerja Selama 20 tahun TPAK cenderung stagnan. Rata-rata TPAK laki-laki 84%, perempuan 50%. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 2014 2015 2016 2017 2018 TPAK Laki-laki (%) TPAK Total (%) TPAK Perempuan (%) Sumber: Sakernas Periode Agustus Meskipun TPAK perempuan secara umum stagnan, partisipasi perempuan berpendidikan tinggi dalam pekerjaan yang baik cenderung meningkat, sedangkan yang berpendidikan rendah terutama di perdesaan cenderung masuk lapangan kerja informal. Perempuan berpotensi untuk memberikan kontribusi yang lebih besar kepada perekonomian Indonesia. Jika TPAK perempuan dinaikkan menjadi 64% (sama seperti Thailand), maka akan terdapat 20 juta angkatan kerja semi-skilled dan skilled baru. 82.69 67.26 51.88

Juta Rupiah 15 Kesenjangan Upah Buruh Membaik 4 3 2 1 2.12 2.18 1.64 1.86 2.76 2.99 3.06 2.19 2.30 2.40 0 2014 2015 2016 2017 2018 Laki-laki Perempuan Sumber: Sakernas Periode Agustus Laki-Laki Rp3.064.920 Perempuan Rp2.398.674 Tahun 2018 pertumbuhan upah buruh perempuan adalah 4,3% sedangkan laki-laki sebesar 2,3%. Upah tertinggi buruh laki-laki terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp4,68 juta, sedangkan upah terendah pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp2,03 juta. Upah tertinggi buruh perempuan terdapat pada sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp4,42 juta, sedangkan upah terendah pada sektor jasa lainnya sebesar Rp1,29 juta.

16 Alokasi Anggaran Pengembangan Vokasi Kementerian/ Lembaga Peruntukan Anggaran 2018 RAPBN 2019 Kemdikbud Teaching factory, SMK dual system, pengembangan SMK mendukung kemaritiman,pariwisata, ketahanan pangan, ruang praktik siswa dan peralatan pendidikan, sertifikasi kompetensi, kewirausahaan, kompetensi guru, layanan kursus dan pelatihan *dalam Rp Miliar 5.586,3 3.414,87 Kemristekdikti Revitalisasi politeknik; pengembangan prodi untuk kebutuhan industri 511,1 365,0 Kementerian Tenaga Kerja Pelatihan, pemagangan, sertifikasi, pelatihan kewirausahaan, peningkatan sarpras BLK 450,0 2.950,0 Kementerian Perindustrian Teaching factory/industry dan diklat sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi dan kompetensi) di SMK 683,4 2324,0 Kementerian Pariwisata Akademi/Sekolah Tinggi/Politeknik Pariwisata 728,0 1.105,1 Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan, pemagangan tenaga kesehatan 1.750,0 1.750,0 Kementerian Perhubungan Pendidikan dan pelatihan perhubungan darat, laut, udara dan perkeretaapian 4.251,0 3559,4 Kementerian Kelautan dan Perikanan Politeknik Kelautan Perikanan/Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan 550,0 469,4 Kementerian ESDM Politeknik/Sekolah Tinggi, Akademi bidang ESDM 109,8 185,0 Kementerian Pertanian Politeknik pembangunan pertanian, SMK-PP, Peningkatan kualitas dosen dan guru, Sarpras (Polbangtan) 406,5 688,1 BATAN Penyiapan lulusan dengan keahlian ketenaganukliran (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir) 52,8 33,8 Bantuan Operasional Sekolah (BOS) SMK* DAK Penugasan (SMK) Operasional SMK, dan pemenuhan pembelajaran siswa, serta peningkatan mutu 6.767,2 6.767,2 Ruang praktek siswa (RPS), peralatan praktik utama/praktik produksi, Laboratorium, ruang kelas baru (RKB) 1.713,6 2.308,2 Total Pembiayaan Pendidikan Vokasi 23.559,70 25.920,07

17 Kesimpulan (1/2) Tingkat pengangguran terbuka pada 2018 telah berhasil diturunkan menjadi 5,34%. Secara absolut turun 40 ribu orang. Penciptaan lapangan kerja 2018 (2,99 juta orang) melampaui target tahunan Pemerintah. Secara kumulatif antara 2015-2018 telah tercipta 9,38 juta lapangan kerja. Target RKP 2019 sebanyak 2,6 2,9 juta. Kondisi ketenagakerjaan menunjukkan bahwa kendala terbesar yang dihadapi Indonesia bersumber dari: (1) Terbatasnya keahlian (skill) angkatan kerja; dan (2) Ketidakcocokan (mismatch) antara kebutuhan dengan ketersediaan tenaga kerja.

Kesimpulan (2/2) Peningkatan kualitas dan keahlian angkatan kerja masih menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Beberapa kebijakan yang ditempuh: a) Pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi, dan pemagangan pekerja di industri; b) Pengembangan program link and match dengan dunia industri dengan dukungan informasi pasar kerja; c) Pengembangan ekonomi lokal di perdesaan; d) Peningkatan investasi padat pekerja dan formalisasi UMKM; e) Perluasan cakupan dan skema perlindungan sosial bagi pekerja. 18

19 TERIMA KASIH

20 LAMPIRAN

Profil SMK (1/2) Sumber: BNSP 2017 21

22 Profil SMK (2/2) Seiring dengan bertambahnya akses layanan, siswa SMK meningkat sekitar 250.000 siswa/tahun; Namun demikian, penambahan jumlah siswa masih terkonsentrasi pada bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa, Bisnis dan Manajemen, serta Teknologi Informasi dan Komunikasi. Perlu ditingkatkan minat siswa pada bidang-bidang yang mendukung sektor unggulan.