, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB III LANDASAN TEORI

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DI GUNUNG BATUR, WEDIOMBO, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DI YOGYAKARTA

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS BERDASARKAN ANALISIS PETROGRAFI CONTO INTI PEMBORAN DAERAH ARINEM, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

BAB V PENGOLAHAN DATA

ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH GUNUNG BULEUD, DESA GARUMUKTI, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

KETERDAPATAN BAHAN GALIAN GALENA DI DAERAH CIGEMBLONG, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN

Zona Alterasi Berdasarkan Data Bor Daerah Arinem, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

GEOLOGI, ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH CIURUG DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

TIPE ENDAPAN EPITERMAL DAERAH PROSPEK BAKAN KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

GEOLOGI DAN TIPE MINERALISASI ENDAPAN EMAS-PERAK EPITHERMAL PADA DAERAH PINUSAN, KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR.

ALTERASI LAPANGAN SARIDI, KABUPATEN DOMPU

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

POTENSI ENDAPAN EMAS SEKUNDER DAERAH MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

ZONA POTENSI MINERALISASI VEIN KUBANG CICAU, PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

HALAMAN PENGESAHAN...

KARAKTERISTIK ALTERASI DAN MINERALISASI EMAS PADA SISTEM EPITERMAL PROSPEK RANDU KUNING, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

ALTERASI DAN MINERALISASI PADA BATUAN PORFIRI ANDESIT DAN PORFIRI GRANODIORIT DI DAERAH CIGABER DAN SEKITARNYA, KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI DWI RACHMAWATI NIM :

BAB II TATANAN GEOLOGI

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, 20 Desember Penyusun III

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 6-7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-6 Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada, Desember 2013

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

PARAGENESA MINERAL BIJIH SULFIDA DAERAH CINANGSI, KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

ALTERASI HIDROTERMAL PADA LAPANGAN PANAS BUMI DAERAH GUNUNG RINGGIT, PROVINSI SUMATERA SELATAN

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten. (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI )

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TATANAN GEOLOGI

INTERPRETASI ZONA STRUKTUR DAN ALTERASI BERDASARKAN GEOFISIKA IP DI DAERAH NIRMALA, BOGOR, JAWA-BARAT

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL DAN MINERALISASI DAERAH PENELITIAN

PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

Saumi Rahmawati*, Hadi Nugroho*, Dian Agus Widiarso*, dan Okky Verdiansyah** (corresponding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

Ciri Litologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

POSITRON, Vol. VII, No. 1 (2017), Hal ISSN: ( print )

KONTROL STRUKTUR JALUR MINERALISASI EMAS PADA URAT-URAT KUARSA DI BAWAH TANAH LEVEL 600 M 500 M DI PERTAMBANGAN EMAS PONGKOR, JAWA BARAT

GEOLOGI DAN ALTERASI HIDROTERMAL DAERAH BANTAR KARET DAN SEKITARNYA, KECAMATAN NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

I. ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB V SINTESIS GEOLOGI

Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

IDENTIFIKASI AWAL MINERALISASI LOGAM TIPE EPITERMAL BERDASARKAN STUDI UBAHAN HIDROTHERMAL DAN TEKSTUR URAT DAERAH KALIGONO, KECAMATAN KALIGESING, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH Faisal Sangaji 1,2* Fadri Wowa 1,2, Idhar Joisangaji 1,2, MGS Dwiki Nugraha 1,2, Satyawan Dana 1,2 Hengki Potoboda 2 1Kulonprogo Research Study 2Jurusan Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta *corresponding author: faisalsangaji.geoista@gmail.com ABSTRAK Pegunungan Kulon Progo merupakan kawasan jalur vulkanisme purba berumur Oligo-Miosen yang terdiri atas perselingan breksi vulkanik, lava dan setempat intrusi. Hasil dari aktivitas vulkanisme purba ini kemudian di sebagian tempat menyisakan jejak-jejak berupa adanya batuan alterasi dan mineralisasi logam yang salah satunya berada di daerah Kaligono, Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode pemetaan geologi dan analisis laboratorium berupa analisis petrografi dan mineragrafi. Dari hasil pemetaan ditemukan lava andesit, intrusi andesit dan batugamping terumbu sebagai penyusun litologinya. Struktur geologi yang berkembang berupa sesar geser dekstral berarah barat timur dan barat laut-tenggara yang mengakomodasi jalur keluarnya intrusi disertai kehadiran mineralisasi logam. Alterasi yang dijumpai di daerah penelitian yaitu silisifikasi, argilik dan propilitik. Mineralisasi pada daerah penelitian terjadi pada urat karbonat dan kuarsa. Tekstur urat yang ditemui berupa massive carbonate-silica dan lattice bladed quartz. Asosiasi mineral bijih yang terbentuk adalah pirit, magnetit dan kalkopirit. Berdasarkan analisis mineralogi ubahan batuan samping dan tekstur urat kuarsa diinterpretasikan mineralisasi yang terjadi di daerah penelitian merupakan tipe endapan epitermal sulfidasi rendah yang terbentuk di zona chalcedonic superzone. Kata kunci : Kaligono, Epitermal, Tekstur Urat 1. Pendahuluan Daerah Kaligono merupakan bagian dari Khuluk Jonggrangan (Harjanto, 2008) yang berada di bagian tengah Pegunungan Kulon Progo. Pada daerah Kaligono dijumpai indikasi mineralisasi logam yang berhubungan dengan kegiatan proses hidrotermal dari sisa kegiatan vulkanisme purba. Dengan adanya indikasi mineralisasi hidrotermal di daerah ini, maka perlu dilakukan studi lebih lanjut terhadap endapan mineral logam tersebut terutama keberadaan, karakter mineralisasi dan proses pembentukannya serta hubungan dengan kondisi geologi di sekitar daerah penelitian. Geomorfologi regional daerah ini termasuk dalam zona Pegunungan Kulon Progo yang berada di bagian tengah. Terdapat beberapa formasi yang membentuk daerah penelitian dari yang paling tua yaitu Formasi Kebobutak yang terdiri dari lava andesit, breksi autoklastik dan breksi andesit kemudian diterobos oleh batuan beku andesit dan dasit. Selanjutnya secara tidak selaras menumpang di atasnya Formasi Jonggrangan yang terdiri dari batugamping koral dan batupasir gampingan (Raharjo dkk., 1995). Terdapat tiga fase tektonik yang mempengaruhi pembentukan daerah Kulon Progo. Pengangkatan pada Oligosen Awal Akhir yang mengaktifkan vulkanisme, penurunan pada Miosen Awal Tengah, dan pengangkatan kembali pada Pliosen Pleistosen. 1138

Struktur geologi yang berperan yaitu berupa sesar geser pada daerah penelitian yang berarah baratlaut - tenggara dan barat - timur yang berjenis dekstral. Gaya pembentuk struktur tersebut relatif berarah utara selatan. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada daerah penelitian berupa pemetaan geologi, pemetaan zonasi alterasi hidrothermal dan pengambilan sampel untuk analisis laboratorium. Analisis laboratorium meliputi analisis mineralogi dan alterasi bijih. Analisis mineralogi menggunakan sayatan tipis petrografi dan sayatan poles mineragrafi untuk mengetahui jenis batuan dan mineral bijih yang terkandung. 3. Data 3.1 Geologi Daerah Penelitian Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi tiga yaitu lava andesit berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal yang kemudian secara setempat diterobos oleh batuan beku andesit dan selanjutnya batugamping terumbuyang menumpang secara tidak selaras berumur Miosen Akhir. Struktur geologi yang membentuk daerah penelitian adalah tiga sesar geser dekstral, sesar geser dekstral Kali Gono 1 berarah barat timur terbentuk lebih dahulu kemudian selanjutnya dipotong oleh sesar geser dekstral Kali Gono 2 dan 3 berarah baratlaut tenggara. Sesar geser dekstral Kaligono 1 dan 2 memfasilitasi munculnya setempat retas andesit dan sebagai channel way fluida hidrotermal pembawa mineralisasi. Mineralisasi utama terjadi pada lava andesit dan retas andesit. Pada peta geologi daerah penelitian menunjukkan arah orientasi kehadiran urat berarah relatif barat - timur dan baratlaut tenggara searah dengan struktur geologi pengontrol mineralisasi (Gambar 1). 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi Bijih Alterasi yang terbentuk pada daerah penelitian adalah silisifikasi, argilik dan propilitik (Gambar 2). Alterasi silisifikasi merupakan alterasi yang terpengaruh oleh fluida hidrotermal karena dekat dengan sumber keluarnya fluida hidrotermal (Gambar 6) dicirikan oleh kehadiran silika (kuarsa) yang melimpah dengan tektur masif dan sangat sedikit dijumpai kehadiran mineral lempung. Batuan induk (host rock) alterasi yang dijumpai di lapangan adalah andesit dengan pelamparan sekitar 4 % dari daerah penelitian. Endapan mineral logam yang terbentuk yaitu magnetit (Fe2O3) kalkopirit (CuFeS2) - pirit (FeS2) hematit (Fe2O3). Tekstur massive silica minor vuggy silica dijumpai dalam bentuk batuan yang sudah tersilisifikasi dengan intensitas sedang - kuat dengan lebar antara 2 mm 1,5 meter. Alterasi ini pada daerah penelitian terbentuk pada temperatur 200-300 o C (Tabel 1). Zonasi alterasi berikutnya yaitu argilik yang dicirikan oleh kehadiran kaolinite, illite, silica yang cukup masif (Gambar 8). Batuan induk (host rock) alterasi ini yaitu lava andesit dengan pelamparan sekitar 86 % dari daerah penelitian. Kenampakan singkapan alterasi argilik di lapangan yaitu batuan berwarna putih kuning kecoklatan dan relatif lunak. Dijumpai kehadiran urat dengan panjang 2-10 meter dan ketebalan 2 mm 10 cm, memiliki orientasi berarah baratlaut tenggara dengan disseminated pyrite dan minor chalcopyrite. Alterasi argilik pada daerah penelitian terbentuk setempat mengikuti struktur pada temperatur 200-225 o C (Tabel 2). Zonasi alterasi propilitik merupakan zona terluar yang berkembang di daerah penelitian. Alterasi propilitik di lapangan dicirikan berwarna abu-abu kehijauan dengan kehadiran mineral klorit, epidot, karbonat, smektit dan serisit (Gambar 7). Alterasi propilitik 1139

pada daerah penelitian terbentuk pada temperature 200-250 o C. Batuan induk berupa lava andesit yang teralterasi propilitik lemah hingga kuat (Tabel 3). Berdasarkan beberapa analisa paragenesa mineral logam, baik berdasarkan suhu pembentukan dan bentuk kontak antar mineral, dapat diketahui bagaimana urutan pembentukan seluruh mineral logam dan kisaran suhu pembentukan mineralisasi pada daerah penelitian. Urutan mineralisasi bila diurutkan dari yang pertama terbentuk hingga yang paling akhir yaitu : magnetit (Fe2O3) - kalkopirit (CuFeS2) - pirit (FeS2) hematit (Fe2O3) (Tabel 4). 4.2 Interpretasi Data Urat Urat pada daerah penelitian memiliki karakteristik urat yang relatif serupa. Urat-urat pada area ini memiliki arah dominan baratdaya timurlaut sebagian berarah barat-timur dan setempat berarah baratlaut - tenggara. Tipe urat di daerah penelitian berupa veinlet kuarsa dengan dominasi veinlet karbonat dan dijumpai setempat dalam bentuk brecciated serta stockwork. Tekstur yang ditunjukkan relatif sama, yaitu massive hingga lattice bladed. Tekstur ini mengindikasikan adanya pengendapan larutan hidrotermal yang homogen sehingga menimbulkan kenampakan massive dan dijumpai lattice bladed quartz menunjukkan indikasi boiling conditions yang menyebabkan mineral kalsit tergantikan oleh mineral kuarsa. 4.3 Tipe dan Model Endapan Berdasarkan data pemetaan zonasi dan karakter alterasi beserta tektur urat yang berkembang di daerah penelitian dapat disimpulkan bahwa tipe endapan mineral logam merupakan endapan epitermal tipe sulfidasi rendah dengan fluida relatif netral. Mengacu model endapan epithermal sulfidasi rendah Buchanan (1981) berdasarkan dominasi keterdapatan tekstur dan mineral penyusun mengindikasikan zona pembentukan vein pada daerah penelitian terletak di zona chalcedonic superzone bagian atas yaitu crystalline carbonate hingga bladed carbonate (Gambar 10). Aspek yang paling mengontrol terjadinya mineralisasi adalah adanya struktur geologi berupa sesar geser dekstral yang berarah barat timur dan baratlaut - tenggara. Meruntut pada korelasi umur satuan geologi regional, proses geologi yang dapat diidentifikasi di daerah penelitian berawal sejak Oligosen Akhir hingga Miosen Awal menghasilkan lava andesit lalu diterobos oleh andesit yang difasilitasi oleh sesar yang terbentuk bersamaan proses vulkanisme dan selanjutnya pada Miosen awal secara tidak selaras diendapkan batugamping terumbu. Sesar ini diperkirakan sebagai channelway larutan hidrotermal yang membawa mineralisasi bijih di daerah penelititan. 5. Kesimpulan Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh satuan lava andesit, intrusi andesit dan satuan batugamping terumbu dengan struktur geologi berupa kekar dan tiga sesar geser dekstral diperkirakan. Sesar berarah relatif barat timur dan baratlaut tenggara. Struktur sesar inilah merupakan faktor pengontrol proses pembentukan alterasi hidrotermal dan mineralisasi bijih. Alterasi yang berasosiasi dengan endapan epitermal sulfidasi rendah tersebut yaitu silisifikasi, argilik, dan propilitik. Mineral penciri alterasi yaitu klorit, epidot, kalsit, mineral lempung (illit, smektit) dan kaolinit, illite, silica serta silica, clay. Mineralisasi bijih yang terbentuk yaitu magnetit (Fe2O3) kalkopirit (CuFeS2) - pirit (FeS2) hematit (Fe2O3). 1140

Berdasarkan data pemetaan dan analisis mineralogi ubahan batuan samping serta tekstur urat dapat disimpulkan bahwa tipe endapan emas hidrotermal di daerah penelitian berupa endapan epitermal tipe sulfidasi rendah. Penelitian ini masih sangat awal sehingga direkomendasikan untuk melakukan penelitian detail seperti beberapa aspek geokimia dan genetik endapan untuk kegiatan eksplorasi lebih lanjut. Acknowledgements Ucapan terima kasih kepada teman-teman MGEI SC IST AKPRIND Yogyakarta dan HMTG GAIA serta kontributor dan kolega yang terlibat di dalam penyelesaian riset ini. Daftar Pustaka Corbett, G,J., T.M. Leach. (1996). Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure, alteration, and mineralization. A workshop presented for the Society of Exploration Geochemists at Townville, 145pp. Craig, J. R., Vaughan, D. J. (1981). Ore Microscopy and Ore Petrography. John Willey & Sons, Inc. New York. Harjanto, A. (2008). Magmatisme Dan Mineralisasi Di Daerah Kulon Progo Dan Sekitarnya Jawa Tengah.Disertasi Program Studi Teknik Geologi ITB Pirajno, Franco. (1992). Hydrothermal Mineral Deposits. Berlin: Springer-Verlag Rahardjo,W., Sukandarrumidi, Rosidi,H.M.D. (1995). Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, ed.2, Pusat Penelitian danpengembangan Geologi, Bandung. Reyes,A. G., dan Giggenbach, W. F. (1992). Petrology and fluid chemistry of magmatichydrothermal systems in the Phillipines, In : Y.K. Kharaka dan A. S. Maest (Editors) Water rock Interaction. Proceedings of the 7 th International Sympossium on Water- Rock Interaction, Park City, USA, Balkema, Rotterdam, pp, 1341-1344 van Bemmelen, R. W. (1970). The Geology of Indonesia vol. II, Economic Geology, Martinus Nijhoff, The Haque Williams, H., Turner, F.J., and Gilbert, C.M. (1954). Petrography. an Introduction to the Study of Rocks in Thin Sections. W.H. Freeman and Company. New York. 1141

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Kali Gono dan sekitarnya, Kaligesing, Purworejo Gambar 2. Peta Alterasi Daerah Kali Gono dan sekitarnya, Kaligesing, Purworejo 1142

Gambar 3. Sayatan tipis petrografi lava andesit menunjukkan sebagian mafic minerals telah terubah menjadi serisit Gambar 4. Sayatan tipis petrografi andesit menunjukkan kehadiran kuarsa yang mulai melimpah 1143

Gambar 5. Sayatan poles mineragrafi yang menunjukkan kenampakan mineral magnetit, kalkopirit dan pirit Gambar 6. Singkapan yang telah tersilisifikasi kuat pada area di sekitar intrusi andesit. Dijumpai juga kehadiran pyrite dan minor chalcopyrite mengisi rekahan. 1144

Gambar 7. Singkapan lava andesit yang teralterasi propilitik dengan intensitas sedang dan mineral klorit, epidot sebagai mineral penciri yang nampak pada sampel setangan serta dijumpai juga kehadiran veinlet-veinlet karbonat. Gambar 8. Singkapan lava andesit yang teralterasi argilik sedang hingga kuat dengan mineral kaolinite, illite sebagai mineral penciri. Dijumpai oxidized quartz vein dengan tekstur massive-lattice bladed. 1145

Gambar 9. Singkapan andesit yang teroksidasi kuat dengan kehadiran hematite, chalcedonic quartz dan disseminated pyrite 1146

Gambar 10. Model pendekatan endapan mineral logam daerah penelitian (Modifikasi dari Buchanan, 1981) Tabel 1. Temperatur Kestabilan Mineral Alterasi Argilik Daerah Penelitian (Modifikasi dari Reyes, 1992) Tabel 2. Temperatur Kestabilan Mineral Alterasi Argilik Daerah Penelitian (Modifikasi dari Reyes, 1992) Tabel 3. Temperatur Kestabilan Mineral Alterasi Propilitik Daerah Penelitian (Modifikasi dari Reyes, 1992) Tabel 4. Paragenesis mineral logam daerah penelitian 1147

1148