PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMPN 3 PAMEKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PENERAPAN MODEL CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN MEDIA KONKRET

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

Kata Kunci: Keaktifan, Model Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi TANDUR

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi item soal N : Banyaknya peserta tes X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total

Minarlin Listiani 12. Guru SDN 2 Tamansari Situbondo

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENINGKATAN BERFIKIR KREATIF MELALUI CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SDN GRABAGAN TULANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Energi Panas di Kelas IV SD Inpres Siuna

YUNICA ANGGRAENI A

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dirancang dengan menggunakan metode penelitian tindakan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

ZULFA SAFITRI A54F100040

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV SDN Santigi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

Oleh: Parliyah SDN 3 Watuagung, Watulimo, Trenggalek

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD Negeri 2 Wombo

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

PENINGKATAN MOTIFASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PLUS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, desain penelitian ini

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMPN 3 PAMEKASAN Suci Harjanti Guru IPA SMPN 3 Pamekasan Email: suci.harjanti1@gmail.com Abstrak: Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperbaiki proses pembelajaran dan secara khusus penelitian ini bertujuan: untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan. Subyek penelitian ini adalah kelas IXC yang berjumlah 37 siswa. Dari analisis data menunjukkan bahwa guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik sehingga kegiatan pembelajaran berjalan efektif. Pada siklus 1 nilai partisipasi siswa yang masuk katagori baik dan sangat baik mencapai 80,50%, sedangkan pada siklus 2 mencapai 97,22%. Dengan demikian partisipasi siswa meningkat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 16,72%. Hasil belajar siswa juga meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 hasil ulangan harian mencapai rata-rata 64,17 dan ketuntasan klasikal 72,22%. Pada siklus 2, hasil ulangan harian mencapai rata-rata 68,61 dengan ketuntasan klasikal 80,55%. Peningkatan hasil belajar terlihat dari nilai rata-rata klasikal sebesar 4,44 dan ketuntasan klasikal sebesar 8,33%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan Kata Kunci: Pembelajaran Kontekstual, Partisipasi, Hasil Belajar IPA. PENDAHULUAN Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya diartikan sebagai belajar pengetahuan alam yang telah dideskripsikan orang, tetapi belajar IPA (sains) adalah belajar bagaimana orang mempelajari benda dan gejala alam secara nyata. Siswa tidak hanya menerima informasi tentang produk sains yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, dan prinsip saja tetapi peserta didik perlu terlibat secara aktif melakukan proses ilmiah untuk menemukan fakta dan membangun konsep (Susanto, 2002). Mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang erat hubungannya dengan situasi dunia nyata. Oleh karena itu pembelajaran kontekstual sangat tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2003: 4). Menurut Wartono dkk., (2004) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja. Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi dkk., 2004). Filosofi konstruktivisme (constructivism) mengatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyongkonyong. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengerjakan sendiri dan membangun sendiri pemahamannya. Pada pembelajaran berbasis penemuan (inquiry), siswa didorong untuk belajar dengan sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, sehingga memacu siswa untuk ingin tahu. Dengan demikian menurut Slavin (1997) dalam Corebima (2002) siswa memiliki pengalaman untuk melakukan kegiatan-kegiatan (penelitian-penelitian) yang memungkinkan ia menemukan sendiri konsep-konsep yang akan dipelajari. Kunci 34

35 INTERAKSI, Volume 13, No 1, Januari 2018, hlm 34-43 dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri. Di dalam pembelajaran kontekstual guru menggunakan teknik bertanya (questioning) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, keterampilan berpikir siswa serta mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas atau di luar kelas. Masyarakat belajar (learning community) memiliki pengertian orang yang terkait dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih mendalam. Dalam kelompok belajar semua anggota memiliki kesempatan yang sama untuk bekerjasama membangun pengetahuannya. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya dan tidak ada pihak yang merasa paling tahu dalam komunikasi. Pemodelan (modeling) merupakan proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukannya satu-satunya model tetapi model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau orang lain. Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa yang lalu. Pada akhir pembelajaran guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Strategi penilaian autentik (authentic assessment) membutuhkan siswa menggunakan, menerapkan pengetahuan dan keterampilan membuat produk atau mendemonstrasikan belajarnya. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa 1 2 3 4 menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses dan dengan berbagai cara. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksud antara lain: penilaian kinerja (performance assessment), observasi sistematik (systematic observation), portofolio (portofolio) dan jurnal sains (journal) Dengan mencermati tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual tersebut di atas maka berarti pembelajaran kontekstual dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif baik fisik maupun mental. Dan apabila partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPA meningkat, dapat diprediksi bahwa hasil belajar IPA siswa akan meningkat. Melalui logika berfikir terebut maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan melalui pembelajaran kontekstual. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis penelitian tindakan kelas yang berupa penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan. Sedangkan subyek penelitiannya adalah siswa kelas IX C. Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah: 1) data hasil penerapan pembelajaran kontekstual yang diperoleh dari hasil pengamatan observer terhadap guru (peneliti) yang menggunakan lembar observasi. Skor 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup, 1 = kurang. Data penerapan pembelajaran kontekstual dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan skor ratarata. Hasil skor rata-rata penerapan pembelajaran kontekstual guru diinterprestasikan sebagaimana terdapat dalam tabel konversi berikut: Tabel 1. Kriteria Penerapan Pembelajaran Kontekstual No Skor rata-rata Kriteria 1-1,75 Kurang (K) 1,76-2,51 Cukup (C) 2,52-3,27 Baik (B) 3,28-4,00 Sangat Baik (SB) Data tentang partisipasi siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan observer terhadap guru (peneliti) yang menggunakan (Sumber : Adaptasi dari Depdiknas, 2004) lembar observasi.. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang diamati meliputi: bekerja dalam kelompok,

Harjanti, Penerapan Pembelajaran Konstektual 36 mengerjakan tugas sesuai perintah, dan bertanya/menjawab/mengajukan ide. Kriteria Penilaian : tidak melakukan semua kriteria partisipasi diberi skor 0; melakukan satu kriteria partisipasi diberi skor 1; melakukan dua kriteria partisipasi diberi skor 2; Tabel 2. Kriteria Penilaian Interval nilai Kriteria 0,0 25 Kurang 25,1 50 Cukup 50,1 75 Baik 75,1 100 Sangat baik Partisipasi siswa dalam belajar dikatakan telah memenuhi indikator keberhasilan, jika, terdapat 80% siswa yang mendapatkan kategori baik dan sangat baik hal ini disebut ketuntasan klasikalnya mencapai 80%). Indikator keberhasilan yang kedua adalah terjadi peningkatan partisipasi siswa dari siklus pertama ke siklus kedua.; 3) data hasil belajar adalah data ulangan harian IPA yang diperoleh melalui tes. Analisis data hasil ulangan harian siswa menggunakan kriteria persentase ketuntasan belajar individual dan ketuntasan klasikal. Seorang siswa disebut tuntas belajarnya jika telah mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Dan hasil belajar siswa secara klasikal dikatakan tuntas jika telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80 % dari siswa yang telah tuntas secara induvidu dan selain itu harus terjadi peningkatan ketuntasan klasikal dari siklus pertama ke siklus kedua, selain itu analisis data hasil belajar juga memperhatikan adanya peningkatan nilai rata rata ulangan harian dari siklus pertama ke siklus kedua HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Rencana Tindakan 1 Pada siklus 1 materi pelajaran yang akan dibahas adalah konsep kelangsungan hidup makhluk hidup. Rencana tindakannya adalah sebagai berikut: a) menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan; b) membagi siswa dalam kelompok kecil yang beranggotakan 6 s.d 7 siswa; c) menyiapkan instrumen penelitian yang berupa: lembar observasi dan perangkat evaluasi hasil belajar (tes) ; dan c) mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan observer. melakukan semua kriteria partisipasi, tapi tidak sempurna diberi skor 3; dan melakukan semua kriteria partisipasi, dan sempurna diberi skor 4. Hasil penghitungan diinterpretasi seperti pada tabel berikut ini: Pelaksanaan Tindakan 1 Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Oktober 2017. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 X 40 menit dan pertemuan kedua berlangsung pada hari Selasa tanggal 10 Oktober 2017 selama 2 X 40 menit. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan pada pertemuan pertama diisi kegitan yang berupa: mengecek pengetahuan awal siswa memberikan motivasi, dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran selama 5 menit Setelah kegiatan itu dilanjutkan dengan kegiatan inti, Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompok belajar yang telah ditentukan. Guru meminta siswa membaca LKS dan buku lain yang relevan. Guru melakukan presentasi kelas menjelasksn materi pelajaran tentang adaptasi dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mengerjakan. Guru membimbing siswa dalam pengamatan, pencatatan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan kegiatan. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas. Pada saat pembentukan kelompok siswa agak rebut dan ramai. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit.

37 INTERAKSI, Volume 13, No 1, Januari 2018, hlm 34-43 Pada Kegiatan penutup, guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan dan mengumpulkannya. Guru meminta siswa melanjutkan kegiatan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan penutup berlangsung selama 5 menit. Pertemuan kedua berlangsung 2 X 40 menit. Pada Kegiatan pendahuluan, guru mengecek kesiapan siswa untuk melanjutkan kegiatan pertemuan sebelumnya. Guru menyampaikan kembali tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi. Kegiatan pendahuluan berlangsung sekitar 5 menit. Pada kegiatan inti guru meminta siswa berada dalam kelompok belajar yang telah ditentukan seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa melanjutkan kegiatan yang belum selesai. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan kegiatan tentang seleksi alam. Guru meminta masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit. Pada kegiatan penutup guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan dan dikumpulkan. Guru memberi tugas pada siswa dengan meminta siswa mengelompokkan tumbuhan yang ada di sekitar rumahnya berdasarkan cara perkembangbiakannya. Kegiatan penutup berlangsung sekitar 5 menit. Pada pertemuan kedua ini kondisi siswa tidak terlalu ribut. Guru pengajar mulai bisa mengendalikan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hampir seluruh siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa telah membuat kesimpulan berdasarkan pikirannya sendiri. Ulangan harian dilaksanakan pada pertemuan berikutnya dan berlangsung selama 1 X 40 menit pada pertemuan berikutnya. Sebelum ulangan siswa diberi kesempatan belajar selama 10 menit. Observasi 1 Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik dengan skor rata-rata 3,00. Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil secara maksimal dan memenuhi seluruh aspek yang diamati. Aspek yang masih perlu perbaikan antara lain: kemampuan memotivasi siswa, kemampuan mengarahkan siswa untuk membangun sendiri pemahamannya, Pengamatan dan penilaian terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan observer. Pada siklus 1 ini tidak semua siswa antusias mengikuti pelajaran. Ada beberapa siswa yang pasif dan tergantung pada teman kelompoknya. Suasana kelas masih terlihat ramai dan ada siswa yang berpindah tempat menuju kelompok lain. Guru cukup berusaha membimbing semua siswa dalam kerja kelompok tetapi belum berhasil secara maksimal. Ada beberapa siswa yang merasa bingung dalam melakukan pengamatan, pencatatan data, dan membuat kesimpulan. Nilai partisipasi siswa mencapai hasil sebagai berikut: ketuntasan klasikal mencapai 80,5% dan rata-rata klasikal mencapai 72,92. Siklus 1 diakhiri dengan pengambilan data hasil belajar dengan dilaksanakan ulangan harian yang hasilnya mencapai nilai rata-rata kelas 64,17 dan ketuntasan belajar klasikal 72,22%. Analisis dan Refeksi 1 Berdasarkan hasil observasi dan penilaian selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha tampil dengan baik dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kontekstual, namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki antara lain: guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan dalam kegiatan kelompok guru kurang membimbing seluruh kelompok sehingga tidak semua siswa terlibat dalam kegiatan terutama pada pertemuan pertama. Hal ini disebabkan karena jumlah siswa yang terlalu besar dalam masing-masing kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut, pada siklus berikutnya guru harus berusaha memberi

Harjanti, Penerapan Pembelajaran Konstektual 38 bimbingan yang merata pada semua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak diperhatikan dan semua siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Rencana Tindakan 2 Berdasarkan hasil analisis dan refleksi siklus 1, maka rencana tindakan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: a) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); b) menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS); c) menyusun perangkat evaluasi hasil belajar; dan d) menyiapkan gambar-gambar tumbuhan dan buku penunjang Pelaksanaan Tindakan 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 terbagi menjadi 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2017. Pertemuan pertama berlangsung selama 2 X 40 menit. Pertemuan kedua 2 X 40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Oktober 2017. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan kegiatan pendahuluan antara lain : guru mengecek pengetahuan awal siswa, memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan pendahuluan berlangsung selama 5 menit. Pada kegiatan Inti, guru meminta siswa berada dalam kelompok belajar yang telah ditentukan seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa membaca LKS yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya dan buku lain yang relevan. Guru melakukan presentasi kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan LKS. Guru membimbing siswa dalam pengamatan, pencatatan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan kegiatan. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas. Kegiatan inti berlangsung selama 70 menit. Pada kegiatan penutup, guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan dan mengumpulkannya. Guru memberi tugas pada siswa dengan meminta siswa membaca perkembangbiakan pada hewan. Kegiatan penutup berlangsung selama 5 menit. Siswa tertib dan tidak begitu ramai saat pembentukan kelompok. Guru mengingatkan kembali pada siswa bahwa saat kerja kelompok, semua siswa dalam kelompok harus saling bekerja sama. Begitu juga saat kegiatan diskusi kelompok dan diskusi kelas agar semua siswa terlibat secara aktif, baik dalam mengajukan pertanyaan maupun jawaban. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan kegiatan dan penarikan kesimpulan. Guru berusaha membimbing semua kelompok. Semua siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Pada pertemuan kedua, melaksanakan kegiatan pendahuluan antara lain: guru mengecek pengetahuan awal, memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran lanjutan dari tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama. Pada Kegiatan inti, guru meminta siswa berada dalam kelompok belajar yang telah ditentukan seperti pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa membaca LKS yang telah diberikan dan buku lain yang relevan. Guru melakukan presentasi kelas dan dilanjutkan dengan tanya jawab. Guru meminta masing-masing kelompok menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan cara perkebangbiakan pada hewan. Guru membimbing siswa dalam pengamatan, pencatatan data, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan. Guru membimbing masing-masing kelompok berdiskusi dalam menyelesaikan kegiatan. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja dan meminta kelompok lain menanggapinya. Guru memberikan umpan balik dalam kegiatan diskusi kelas Pada Kegiatan penutup, guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya jawab secara lisan. Guru meminta siswa membuat kesimpulan dan mengumpulkannya. Guru memberi tugas pada siswa dengan meminta siswa mengelompokkan hewan yang ada di sekitar rumahnya masing-masing ke dalam cara

39 INTERAKSI, Volume 13, No 1, Januari 2018, hlm 34-43 perkembangbiakannya masing-masing. Ulangan harian berlangsung selama 40 menit pada pertemuan berikutnya. Observasi 2 Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan dan penilaian terhadap guru dan siswa. Pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kontekstual. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran kontekstual secara keseluruhan telah berlangsung dengan baik dengan rata-rata 3,02. Dalam kegiatan pembelajaran guru telah memenuhi seluruh aspek pembelajaran kontekstual. Hal ini terjadi karena guru telah mampu menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Guru telah melakukan bimbingan yang menyeluruh pada semua kelompok. Nilai partisipasi siswa mencapai 97,22% untuk ketuntasan klasikal dan rata-rata klasikal mencapai 79,86. Adapun hasil belajar siswa yang berupa nilai ulangan harian mencapai rata-rata 68,61 dengan ketuntasan klasikal 80,55% Analisis dan Refeksi 2 Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 dan siklus 2 ditemukan bahwa, pelaksanaan pembelajaran kontekstual mata pelajaran IPA telah berhasil dengan katagori baik (B) dan mengalami peningkatan dari siklus 1 dengan nilai 3,00 ke siklus 2 dengan nilai 3,02. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut : 3.02 3.015 3.01 3.005 3 2.995 2.99 skor sikliu 1 siklus 2 Gambar 1 Diagram Batang Pengelolaan Pembelajaran Kontekstual pada siklus 1 dan 2 Nilai partisipasi siswa juga meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hal itu bisa dilihat hasil ketuntasan klasikal dan rata-rata nilai klasikalnya. Pada siklus 1 ketuntasan klasikalnya 80,50%, pada siklus 2 meningkat menjadi 97,22, sedangkan nilai rata-rata klasikal dari 72,92 pada siklus 1, menjadi 79,86 pada siklus 2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 100 80 60 40 20 0 Ketuntasan Rata-rata siklus 1 siklus 2 Gambar 2 Diagram Batang Partisipasi Belajar Siswa pada siklus 1 dan 2 Hasil belajar siswa dari nilai ulangan harian juga meningkat rata-ratanya dan ketuntasan dari siklus 1 ke siklus 2.. Pada siklus 1 hasil ulangan harian mencapai ratarata 64,17 dan ketuntasan klasikal 72,22%. Pada siklus 2 nilai ulangan harian mencapai rata-rata 68,61 dengan ketuntasan klasikal 80,55%. Peningkatan hasil belajar terlihat

Harjanti, Penerapan Pembelajaran Konstektual 40 dari nilai rata-rata klasikal sebesar 4,44 dan ketuntasan klasikal sebesar 8,33%. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut: 100 80 60 siklus 1 siklus 2 40 20 0 rata-rata ketuntasan Gambar 3. Diagram Batang Hasil Ulangan Harian pada siklus 1 dan 2 PEMBAHASAN Pengelolaan Pembelajaran Dalam kegiatan pembelajaran, guru telah melakukan pengelolaan pembelajaran dan sudah berjalan dengan baik. Terlihat guru teiah melaksanakan semua aspek pembelajaran kontekstual dengan baik. Pada siklus 1 beberapa siswa belum memahami tugas mereka dalam kelompokkelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru secara menyeluruh sehingga sebagian siswa bersifat pasif. Tetapi sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat saat siswa mengerjakan tugas dalam kelompoknya masing-masing. Alokasi waktu yang tersedia pada rencana pembelajaran sudah cukup tepat, dimana guru telah melakukan transisi efisiensi pada saat membentuk kelompok sehingga waktu yang tersedia cukup, walaupun ada beberapa siswa yang agak ribut. Pada siklus 2 guru telah lebih mampu mengelola pembelajaran dengan baik dan siswa tampak sudah bisa beradaptasi dengan pembelajaran kontekstual. Guru telah mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan bimbingan guru merata pada semua kelompok. Hanya sebagian kecil saja siswa yang terlihat pasif dalam kegiatan pembelajaran baik pada saat kerja kelompok maupun pada saat mengerjakan tugas. Pengaturan waktu sudah sangat baik sehingga KBM berjalan sesuai skenario. Pada siklus 2 ini guru telah mampu mengatasi segala hal yang menghambat kegiatan belajar mengajar dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada beberapa aspek yang dirasa masih kurang. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran berlangsung baik, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan kpembelajaran berlangsung secara efektif. Partisipasi Siswa Partisipasi siswa terlihat meningkat dari siklus I ke siklus 2 sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Pada siklus 1 nilai partisipasi siswa mencapai hasil sebagai berikut: ketuntasan klasikal mencapai 80,5% dan rata-rata klasikal mencapai 72,92. Pada siklus 2 nilai partisipasi siswa mencapai 97,22% untuk ketuntasan klasikal dan ratarata klasikal mencapai 79,86. Peningkatan ini terjadi karena siswa mulai terbiasa dalam kegiatan pembelajaran kontekstual. Sebagian besar siswa telah ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru pengajar telah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan memenuhi seluruh aspek dalam kegiatan pembelajaran. Komponen pembelajaran kontekstual yang berupa masyarakat belajar telah mampu meningkatkan partisipasi siswa. Dalam kelompok belajar terjadi tutor sebaya, dimana siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah dalam membuat kesimpulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nur dkk. (2000) bahwa pembelajaran dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar bermanfaat bagi siswa antara lain: meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perberdaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih

41 INTERAKSI, Volume 13, No 1, Januari 2018, hlm 34-43 kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi belajar lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Komponen-komponen pembelajaran kontekstual seperti melakukan inkuiri dan konstruktivisme membuat siswa mampu melakukan pengamatan untuk menemukan inti sari dari kegiatan pembelajaran dan mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis penemuan, siswa didorong untuk belajar dengan sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, sehingga memacu siswa untuk ingin tahu. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (1997) dalam Corebima (2002) yang mengatakan bahwa siswa memiliki pengalaman untuk melakukan kegiatan-kegiatan (penelitianpenelitian) yang memungkinkan ia menemukan sendiri konsep-konsep yang akan dipelajari. Lebih lanjut Corebima (2002) mengatakan bahwa belajar akan lebih bermakna jika siswa mengerjakan sendiri dan membangun sendiri pemahamannya Pembelajaran kontekstual telah mampu membuat siswa mudah memahami materi pelajaran. Pembelajaran kontekstual yang diterapkan guru dengan baik dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, sehingga siswa mudah mengambil inti sari dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan pengamatan, pencatatan data, dan pengolahan data bersama-sama dalam suatu kelompok membuat siswa mudah mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pelajaran mudah diterima oleh siswa, sehingga siswa bisa membuat kesimpulan dari materi yang mereka terima sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Wartono dkk., (2004) pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual diartikan sebagai pembelajaran yang terjadi didalam hubungan yang dekat dengan pengalaman nyata. Dengan demikian siswa akan lebih mudah mencari dan membuat kesimpulan dari materi yang mereka pelajari dengan menggunakan kalimat mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhadi dkk. (2004) bahwa pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan dan pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat hubungan yang dekat dengan pengalaman nyata. Meningkatnya partisipasi siswa juga disebabkan guru telah mampu memberikan bimbingan yang merata pada seluruh siswa agar terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hasil Belajar Siswa Ulangan harian digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa hasil belajar siswa meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Pada siklus 1 hasil ulangan harian mencapai rata-rata 64,17 dan ketuntasan klasikal 72,22%. Pada siklus 2 nilai ulangan harian mencapai rata-rata 68,61 dengan ketuntasan klasikal 80,55%. Peningkatan hasil belajar terlihat dari nilai rata-rata klasikal sebesar 4,44 dan ketuntasan klasikal sebesar 8,33%. Peningkatan ini terlihat dari terjadinya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar, prosentase ketuntasan belajar klasikal dan nilai rata-rata kelas. Hal ini disebabkan hampir seluruh siswa dapat memahami konsep yang diajarkan guru, karena siswa mulai terbiasa belajar bersama dalam kelompok. Disamping itu sebagian besar siswa telah ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran dan guru pengajar mulai berhasil mengelola kegiatan pembelajaran, dimana guru telah mampu memotivasi siswa untuk belajar. Sesuai dengan pendapat Nur (2001) bahwa motivasi belajar siswa merupakan unsur penting dari pengajaran efektif yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan, dengan kata lain kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan

Harjanti, Penerapan Pembelajaran Konstektual 42 pembelajaran memiliki peranan yang amat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Lebih lanjut Nur dkk. (2000) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar bermanfaat bagi siswa antara lain: meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perberdaan individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi belajar lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Pembelajaran kontekstual memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan sebanyakbanyaknya dengan menemukan sendiri pengetahuan yang diperlukan. Sesuai dengan pendapat Semiawan (1992) bahwa pembelajaran sains harus memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif di dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti siswa harus diarahkan agar dapat berinteraksi secara langsung dengan lingkungan belajarnya. Biarkan siswa membangun sendiri pengetahuannya secara individual maupun bekerja sama dengan teman dalam kelompok belajar melalui kegiatan nyata. Jika siswa diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri, maka mereka akan merasakan getaran pikiran, perasaan, dan hati Peningkatan hasil belajar siswa juga disebabkan karena pembelajaran kontekstual memberikan rasa senang pada siswa, membuat siswa aktif, belajar saling membantu antar siswa, dan siswa semakin bergairah. Hal ini sesuai dengan pendapat Coberima (2002) bahwa pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik antara lain: kerja sama, saling menunjang, menyenangkan (tidak membosankan), belajar DAFTAR PUSTAKA Corebima, D. 2002. Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas. Nur, M. 2000. Strategi startegi Belajar, Surabaya Program Pasca Sarjana Unesa. dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis, guru kreatif. Peningkatan hasil belajar siswa juga disebabkan karena pembelajaran menjadi semakin bermakna karena dalam kegiatan pembelajarn siswa dihadapkan pada dunia nyata siswa dengan menggunakan sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar. Pembelajaran seperti ini merupakan ciri khas pembelajaran kontekstual. Sesuai dengan pendapat Wartono dkk., (2004) bahwa pembelajaran kontekstual merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang berusaha membantu guru mengkaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan, sebagai berikut: 1. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan partisipasi belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan 2. Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IX SMPN 3 Pamekasan Saran Ada beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain: 1. Agar guru dan siswa tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran maka dapat dikembangkan berbagai strategi pembelajaran 2. Dalam pembelajaran kontekstual pembentukan kelompok perlu disiapkan terlebih memenuhi standar pembentukan kelompok kooperatif. 3. Pembelajaran kontekstual dapat digunakan pada materi atau pokok bahasan lain. Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya: Program Pasca Sarjana Unesa. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

43 INTERAKSI, Volume 13, No 1, Januari 2018, hlm 34-43 dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Semiawan, C dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta: Gramedia Widiasarana, Indonesia. Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Universitas Negeri Malang. Malang: Tim Pelatih Proyek PGSM.. 1999. Penelilian Tindakan Kelas (Classroom Action Research.). Jakarta: Depdikbud. Wartono, dkk. 2004. Model-model Pengajaran Dalum Pembelajaran Sains, Depdiknas: Jakarta.