BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 P. Nasoetion, Pemanasan Global dan Upaya-Upaya Sedehana Dalam Mengantisipasinya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir menjadi penyedia makanan dan habitat seperti finfish, kerang, mamalia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

PENGARUH GENANGAN BANJIR ROB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG.

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis serta kaya akan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI

KERUGIAN FISIK DAN NONFISIK RUMAHTANGGA PESISIR AKIBAT BANJIR PASANG DI KELURAHAN KAMAL MUARA, PENJARINGAN JAKARTA UTARA SRIHUZAIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim mengacu pada variasi signifikan variabel pada iklim

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

KERANGKA PEMIKIRAN. teoritis, hipotesis penelitian dan kerangka pemikiran operasional. Konsep yang

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

DAMPAK BENCANA BANJIR PESISIR DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAPNYA DI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA PENDEK TUGAS AKHIR NILA ARDHYARINI HAYUNING PRATIWI L2D

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

Buku 1 EXECUTIVE SUMMARY

Tujuan. Keluaran. Hasil. Manfaat


BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah :

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

Tabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

UNIVERSITAS DIPONEGORO POLA KETAHANAN AKTIVITAS EKONOMI PADA KAWASAN RAWAN BENCANA ROB DAN BANJIR TAHUNAN DI KOTA LAMA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat diprediksi secara pasti. Dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim, yang sekarang menjadi isu global, merupakan ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

KAJIAN BENTUK ADAPTASI TERHADAP BANJIR DAN ROB BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH DAN AKTIVITAS DI KELURAHAN TANJUNG MAS

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Kapasitas Adaptasi terhadap Kerentanan dan Bencana Perubahan Iklim di Tambak Lorok Kelurahan Tanjung Mas Semarang

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

POTENSI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT GENANGAN BANJIR DAN ROB DI KOTA SEMARANG POTENTIAL ECONOMIC LOSSES DUE TO TIDAL INUNDATION DAN FLOOD AT SEMARANG CITY

Guruh Krisnantara Muh Aris Marfai Abstract

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis dan rentan mengalami perubahan baik karena proses alami maupun karena campurtangan manusia (Sunarto,2004) sehingga proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengelolaannya perlu diperhatikan secara seksama untuk mencegah terjadinya dampak negatif pada masa yang akan datang. Marfai, dkk. (2011) mengungkapkan bahwa tingginya dinamika yang terjadi di wilayah pesisir berdampak terhadap perkembangan kota-kota pesisir, yakni dalam kehidupan maupun pembangunan. Wilayah pesisir pada satu sisi memiliki kekayaan sumberdaya yang melimpah, akan tetapi pada sisi yang lain juga terdapat kerentanan yang cukup tinggi yaitu kerusakan akibat bahaya dan bencana alamiah maupun buatan manusia seperti banjir rob, angin topan, gelombang badai, erosi, salinitas, polusi, dll (Parvin, et al., 2008). Marfai & King (2008a) mengungkapkan bahwa salah satu fenomena yang menjadi perhatian global terkait dengan wilayah pesisir pada abad ini dan bahkan pada masa yang akan datang adalah dampak sea level rise (kenaikan muka air laut) oleh akibat pemanasan global. Dampak dari kenaikan muka air laut tersebut seperti erosi, banjir pasang air laut (rob) pada area topografi yang landai, intrusi air laut yang berdampak pada penurunan kualitas air permukaan dan air tanah, dan meningkatnya intensitas banjir (The National Academies, 2001). Penduduk yang tinggal di wilayah dengan topografi landai memiliki tingkat kerentanan paling tinggi terhadap kenaikan muka air laut (Marfai & King 2008a; 2008b; Sulma, 2012). Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC, 2007) menyatakan bahwa kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat di wilayah pesisir. Beberapa 15

dampak yang ditimbulkan adalah intrusi air laut, banjir rob yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan hilangnya lahan-lahan pertanian. Kenaikan muka air laut menjadi ancaman serius di wilayah pesisir apabila tidak dilakukan mitigasi sedini mungkin. Hal ini karena banyak kotakota besar maupun kecil yang ada di berbagai belahan dunia berada di wilayah pesisir. Meehl, et al.,2007 (dalam Chang, dkk. 2013) mengungkapkan bahwa 23% penduduk dunia tinggal dalam radius 100 kilometer dari bibir pantai dan berada di bawah 100 meter dari atas permurkaan air laut. Keadaan ini menggambarkan adanya ancaman terhadap wilayah yang berbatasan langsung dengan pantai sehingga isu yang berkaitan dengan wilayah pesisir semakin menarik serta relevan untuk dikaji sehingga hasilnya dapat diaplikasikan untuk mengurangi bahkan mencegah ancaman tersebut. Skenario terhadap kenaikan muka air laut (SLR) sudah dilakukan oleh banyak peneliti di berbagai negara. Hasil yang diperoleh mengindikasikan adanya ancaman yang serius terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat wilayah pesisir apabila tidak dilakukan mitigasi dan adaptasi seperti pembangunan pemecah ombak, reklamasi lahan, pembuatan dyke, dll. Abdullah & Abdallah (2015) melakukan penelitian di Kanada dengan menggunakan skenario SLR 1 meter, 2 meter, 3 meter, dan 4 meter. Hasil skenario 4 meter menunjukkan hampir setengah dari luas wilayah (46%) tergenang, sejauh 363 kilometer dari pantai tergenang air laut dan sebanyak 89.000 penduduk harus pindah ke tempat yang aman. Pramanik (2015) melakukan skenario yang sama di Mumbai, India. Skenario dengan SLR 4 meter menunjukkan 78,86 kilometer daerah perkotaan tergenang permanen. Skenario kenaikan muka ait laut dan land subsidence terhadap dampak banjir rob sebelumnya juga pernah dilakukan di Kota Semarang, Indonesia oleh Marfai (2004) dan Marfai & King (2008a; 2008b). Skenario SLR antara 64 centimeter sampai 126 centimeter di Afrika dengan tanpa ada upaya adaptasi diproyeksikan mengakibatkan sebanyak 16-27 16

juta orang terkena banjir setiap tahun dan kerugian antara 5-9 milyar U$ pada tahun 2100 (Hinkel, dkk., 2011). Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 81.000 kilometer juga tidak terlepas dari permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir. Salah satu kota pesisir di Indonesia yang mengalami permasalahan serius terkait dengan pesisir adalah Kota Semarang. Fenomena yang menjadi perhatian di pesisir Kota Semarang dalam beberapa dekade terakhir adalah masalah banjir pasang air laut (rob). Pantai yang landai (elevasi permukaan tanah tidak jauh lebih tinggi dari pasang laut tertinggi) membuat pesisir Kota Semarang rentan terjadi banjir rob (Marfai, et al., 2008, Marfai & King, 2008a; 2008b). Banjir rob menjadi salah satu fenomena yang begitu mengancam di wilayah pesisir Kota Semarang baik secara fisik maupun sosial ekonomi (Marfai & King, 2008b). Beberapa penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa faktor yang mengakibatkan banjir pasang air laut adalah faktor penurunan muka tanah (land subsidence) dan faktor kenaikan muka air laut (SLR). Kenaikan muka air laut akibat dari pemanasan global menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir pasang air laut (rob) di Kota Semarang meskipun pengaruhnya tidak begitu signifikan dibandingkan dengan faktor penurunan muka tanah (Marfai & King, 2008a, 2008c; Gumilar,dkk., 2009; Wirasatriya, 2009; Marfai, et al., 2011, Nugroho, 2016). Akan tetapi, dengan akumulasi waktu yang panjang, maka faktor kenaikan muka air laut akibat pemanasan global akan semakin mempengaruhi besaran banjir pasang air laut pada masa yang akan datang (Marfai, et al., 2011; 2013). Gumilar, dkk. (2009) dengan mengggunakan GPS dan sipat datar menyebutkan bahwa fenomena penurunan muka tanah di wilayah pesisir Kota Semarang menjadi penyebab utama terjadinya banjir rob. Penurunan muka tanah diprediksi akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi 17

dan pembangunan perkotaan. Kombinasi antara kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah di wilayah pesisir serta proses urbanisasi yang terus terjadi semakin memperparah dampak yang ditimbulkan banjir rob baik pada aspek sosial, ekonomi, infrastruktur fisik, lingkungan, maupun kesehatan. Kementerian Lingkungan Hidup, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa dampak yang timbul oleh ancaman kenaikan muka air laut sangat tergantung pada tingkat bahaya serta tingkat kerentanan di suatu wilayah, yakni sangat terkait dengan kondisi pemanfaatan wilayah pesisir, fisiografi, morfologi, demografi dan sosial-ekonominya, termasuk kemampuan manusia untuk beradaptasi terhadap bahaya tersebut. Jumlah kerugian yang ditimbulkan oleh banjir pasang air laut antara wilayah pesisir yang satu dengan lainnya mungkin akan berbeda, tergantung pada kedalaman banjir, penggunaan lahan, dan kosentrasi pelaksanaan pembangunan yang ada di wilayah tersebut. Gumilar, dkk. (2009) menyatakan bahwa banjir rob mengakibatkan kerugian ekonomi yang meliputi kerugian ekonomi langsung (direct economic losses) seperti kerusakan pada bangunan dan fasilitas-fasilitas umum, serta kerugian ekonomi tak langsung (undirect economic losses) seperti guncangan pada dunia bisnis, berkurangnya pendapatan, dan meningkatnya pengeluaran sektor publik, dan juga kerugian yang ditanggung individu dan rumahtangga. Hal yang senada diungkapkan oleh beberapa peneliti. Yusuf (2005) mengungkapkan bahwa dampak dari bahaya banjir rob tidak hanya berkaitan dengan masalah fisik, akan tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Bahaya dari banjir ini diantaranya adalah kerusakan infrastuktur jalan dan permukiman, terkontaminasinya lingkungan yang membahayakan kesehatan, terganggunya aktivitas sosial ekonomi berupa transportasi dan komunikasi, dan rusaknya lahan pertanian (Yusuf, 2005; Dewi, 2007; Marfai & King, 2008b; Harwitasari, 2009). Dampak banjir rob terhadap kualitas air minum juga dirasakan oleh 18

masyarakat Kota Semarang (Harwitasari, 2009; Widiyana, 2014). Hampir setengah dari responden mengalami berbagai dampak pada kualitas air minum mereka, khususnya perubahan warna air. Banjir juga mempengaruhi kesehatan masyarakat. Berbagai penyakit yang ditimbulkan adalah demam, diare, gatalgatal, penyakit kuning, malaria (Marfai & King 2008a; Harwitasari, 2009). Pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait tentunya tidak hanya tinggal diam dalam menanggapi permasalahan banjir pasang air laut ini. Berbagai adapatasi dan mitigasi sudah dilakukan untuk mengurangi dampak dan bahkan mencegah terjadinya banjir rob ini seperti pembuatan poldersystem, dykesystem, peninggian bangunan rumah, peninggian lantai rumah bahkan hingga reklamasi lahan pantai (Marfai, 2004; Dewi, 2007; Marfai et al., 2007; Marfai & King, 2008d; Harwitasari, 2009; Septriadi, 2012). Akan tetapi, fenomena banjir rob masih terjadi di pesisir Kota Semarang sampai saat ini. Permasalahan ini memerlukan kajian lebih dalam terkait dengan efektivitas strategi adapatasi dan mitigasi yang sudah dilakukan dalam mereduksi dan bahkan mencegah terjadinya banjir rob. Fokus dari penelitian ini adalah mengkaji efektivitas strategi adaptasi dan mitigasi, baik yang dilakukan oleh rumahtangga, organisasi masyarakat dan pemerintah dalam upaya mereduksi dampak bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang sehingga dapat diberikan arahan mitigasi pada masa yang akan datang. Pengukuran efektivitas ini diawali dengan menginventarisasi strategi adaptasi dan mitigasi yang digunakan dalam mereduksi dampak banjir. Selanjutnya, efektivitas strategi adaptasi dan mitigasi diukur dengan menggunakan skala Likert menurut persepsi masyarakat terhadap keberhasilannya dalam mereduksi dampak dan ancaman banjir pasang air laut (rob) baik terhadap aspek fisik, sosial, lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. Wilayah kajian yang dipilih adalah empat kelurahan yang secara administratif berada di Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur, dan 19

Gayamsari. Alasan pemilihan keempat kelurahan ini adalah karena dampak banjir pasang air laut (akibat penurunan muka tanah maupun kenaikan muka air laut) yang terjadi di kelurahan tersebut merupakan yang paling parah dibanding kelurahan lainnya di pesisir Kota Semarang (Marfai & King 2008a). Empat kelurahan seperti yang disebutkan di atas adalah Bandarharjo, dan Tanjung Mas yang berada di Kecamatan Semarang Utara serta Kelurahan Kemijen di Semarang Timur, dan Kelurahan Tambakrejo yang secara administratif berada di Kecamatan Gayamsari. Selain itu, infrastruktur transportasi serta aktivitas perekonomian yang penting juga terdapat di kelurahan ini seperti pelabuhan, stasiun kereta, terminal dan juga kegiatan industri. 1.2. Perumusan Masalah Fenomena banjir pasang air laut (rob) yang terjadi di pesisir Kota Semarang akibat penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut (tabel 1.1) telah membawa dampak negatif dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat pesisir baik pada aspek ekonomi, sosial, fisik, lingkungan, dan kesehatan (Yusuf, 2005; Dewi, 2007; Marfai & King, 2008b; Harwitasari, 2009; Yuniartanti, 2013; Widiyana, 2014; Nugroho, 2016). Kerugian pada aspek ekonomi misalnya adalah meningkatnya pengeluaran sektor publik, terganggunnya dunia bisnis, hilangnya lahan pertanian dan tambak yang berdampak pada berkurangnya pendapatan masyarakat. Pada aspek sosial telah mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat. Dampak banjir rob pada aspek fisik adalah terjadinya kerusakan pada bangunan permukiman, dan fasilitas-fasilitas umum. Sementara itu, dampak banjir pasang air laut pada aspek lingkungan dan kesehatan misalnya adalah menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah akibat intrusi air laut serta timbulnya masalah kesehatan pada masyarakat seperti demam, diare, malaria, dan sebaginya. 20

Tabel 1.1 Dampak banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang No Peneliti Lokasi Dampak 1 Yusuf (2005) Kota Semarang Banjir rob mengakibatkan hilangnya lahan pertanian, tambak dan juga kerusakan pada infrastruktur fisik seperti jalan, dan bangunan 1 Dewi, 2007 Kota Semarang Banjir berdampak pada aspek sosial, fisik, ekonomi, dan kesehatan 2 Gumilar (2009) Kota Semarang Banjir membawa kerugian pada ekonomi, dan juga pada kerusakan infrastruktur, yaitu terganggunya kegiatan ekonomi pada saat terjadi banjir dan kerusakan pada sarana dan prasana umum 3 Marfai & King, 2008b 4 Harwitasari, 2009 Kota Semarang Banjir memberikan dampak pada mata pencaharian masyarakat, khusunya lahan tambak yang semakin menurun luasannya dan juga lahan pertanian yang tidak dapat digunakan lagi akibat terendam air pasang laut Kota Semarang Banjir memberikan dampak pada aspek lingkungan, dan kesehatan seperti kualitas air permukaan dan air tanah yang semakin menurun serta timbulnya berbagai masalah kesehatan pada masyarakat seperti gatal-gatal, diare, malaria, demam pada saat terjadi banjir 5 Yuniartanti, 2013 Kota Semarang Terdapat dampak banjir rob pada aspek matapencaharian masyarakat pada sektor perikanan dan kelautan dari tahun 1980, 1990, 2000, dan 2010-2013. Dampak yang terjadi, yaitu menurunnya kuantitas pelaku perikanan dan juga produksi hasil perikanan. Bahkan seperti Kelurahan Bandarharjo (Semarang Utara), Randangurut, dan Karangayar (Tugu) telah kehilangan produksi dan hasil perikanan hingga 100% dari tahun 19980 hingga 2010-2013. 6 Widyana, 2014 Kota Semarang Terdapat dampak genangan banjir rob pada kualitas air tanah di kedalaman sumur < 50 centimeter (akuifer bebas), yaitu terjadinya perubahan warna air menjadi keruh, berbau, dan rasa payau atau asin Sumber: Diolah dari beberapa hasil penelitian sebelumnya 21

Berbagai macam strategi adaptasi dan mitigasi sedang dan sudah dilakukan rumahtangga, pemerintah dan masyarakat seperti pembuatan saluran/dam di sekitar rumah, membuat dyke system, polder system, pemecah ombak, meninggikan lantai rumah, menambah lantai rumah, meninggikan jalan bahkan hingga melakukan reklamasi lahan. Namun, upaya-upaya tersebut belum secara sepenuhnya mampu mereduksi dan menghilangkan dampak dan bahaya yang ditimbulkan banjir pasang air laut. Buktinya adalah fenomena banjir pasang air laut masih tetap terjadi hingga saat di beberapa titik lokasi di pesisir Kota Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa belum efektifnya adaptasi dan mitigasi yang dilakukan. Strategi adaptasi dan mitigasi dikatakan efektif apabila hasil dari strategi tersebut mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan ancaman yang ada. Permasalahan banjir pasang air laut yang terjadi di pesisir Kota Semarang masih relevan dan menarik untuk dikaji terkait dengan beberapa hal seperti dampak yang diakibatkan banjir, faktor penyebab banjir, karakteristik banjir (kedalaman, frekuensi, durasi) pada tahun 2006 dan 2016, tingkat ancaman/risiko banjir sampai tahun 2016, bentuk strategi adaptasi dan miitgasi yang dilakukan, efektivitas strategi adaptasi dan mitigasi, karaktersitik banjir pada masa yang akan datang (2026-2036), dan rumusan model arahan mitigasi yang sesuai diterapkan di pesisir Kota Semarang pada masa yang akan datang. Pemilihan periode waktu tahun 2006 dan 2016 adalah dengan asumsi bahwa dalam jangka waktu sepuluh tahun tersebut (perencanaan dan pembangunan diantara jangka menengah dan panjang) telah banyak terjadi perubahan yang dapat dianalisis terkait dengan penanganan banjir pasang air laut di pesisir Kota Semarang. Pertimbangan lainnya adalah akurasi data yang terkumpul dari persepsi (ingatan) responden dalam jangka waktu tersebut diasumsikan adalah tinggi karena selisih waktu yang digunakan tidak terlalu panjang (Nazir, 2013). 22

Efektivitas dalam penelitian ini mengarah pada tingkat keberhasilan strategi adaptasi dan mitigasi yang dilakukan rumahtangga, masyarakat, maupun pemerintah. Bentuk strategi adaptasi dan mitigasi yang dilakukan dinilai efektif apabilai nilai efektivitasnya berada pada skor antara median (nilai tengah) hingga nilai maksimum berdasarkan pengukuran dengan skala Likert. Hasil pengukuran terhadap nilai efektivitas dari tiap bentuk strategi adaptasi dan mitigasi yang dilakukan menjadi salah satu kriteri/pertimbangan dalam merumuskan model arahan mitigasi bahaya banjir pasang air laut di pesisir Kota Semarang. Terdapat sebanyak sepuluh bentuk strategi adaptasi dan mitigasi yang dipilih untuk dianalisis dan dikaji lebih dalam, yaitu poldersystem, peninggian rumah, peninggian jalan, perbaikan saluran, pengerukan sedimen/sungai, tanggul laut, peninggian tanggul sungai, pompanisasi, dan penutupan/membendung sungai secara permanen dalam mereduksi dampak dan bahaya yang ditimbulkan banjir pasang air laut sesuai dengan penilaian terhadap persepsi. Alasan memilih sepuluh bentuk adaptasi tersebut adalah karena diasumsikan telah mampu mewakili bentuk adaptasi yang dilakukan baik rumahtangga, masyarakat, maupun pemerintah. Selain itu, pemilihan bentuk adaptasi yang hanya bersifat struktural (pembangunan fisik) didasarkan pada kemudahan pengukuran maupun pemetaan efektivitas strategi adaptasi dan mitigasi karena wujud dari adaptasi tersebut bisa dilihat secara kasat mata di lapangan. Secara sederhana, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi adaptasi dan mitigasi bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang 2. Bagaimana efektivitas strategi adapatasi dan mitigasi bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang? 23

3. Bagaimana arahan mitigasi bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang? 1.3. Tujuan Penelitian Ada tiga hal pokok yang menjadi tujuan penelitian ini sesuai dengan penjabaran dari rumusan permasalahan penelitian dalam bentuk pernyataan, yaitu sebagai berikut ini : 1. Mengidentifikasi strategi adaptasi dan mitigasi bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang 2. Menganalisis efektivitas strategi adaptasi dan mitigasi bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang 3. Menganalisis arahan strategi mitigasi yang sesuai terhadap bahaya banjir pasang air laut (rob) di pesisir Kota Semarang pada masa yang akan datang 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk Pemerintah Daerah - Menjadi salah satu refrensi dan masukan bagi kegiatan rencana pembangunan di pesisir Kota Semarang, khusnya berkaitan dengan arahan mitigasi terhadap bahaya banjir pasang air laut/rob. 2. Untuk masyarakat Kota Semarang - Penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi yang bermanfaat untuk masyarakat mengenai bahaya banjir pasang air laut (rob) terhadap aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat. 3. Untuk pengembangan Ilmu Geografi - Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu refrensi yang baik dalam pengembangan ilmu geografi terkait dengan wilayah pesisir, banjir pasang air laut/rob dan mitigasi bencana. 24