BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menyiapkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemahaman terhadap informasi yang diterimanya dan pengalaman yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang amat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nur aini Dwiandini, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakikat Pemahaman Pemahaman secara konsepsional merupakan bagian dari upaya mengenal dan dapat melakukan sesuatu melalui perbuatan yang dilakukan secara proaktif. Untuk dapat lebih memahami tentang pengertian pemahaman, dipaparkan beberapa pendapat antara lain: menurut W.J.S Poerwodarminto (dalam Hidayat, 2009:1) pemahaman berasal dari kata Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Dan belajar adalah upaya memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha mencari dan menemukan makna atau pengertian. Berkaitan dengan hal ini Murshell (dalam Hidayat, 2009:1) mengatakan: Isi pelajaran yang bermakna bagi siswa dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan. Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah: a) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni pemahaman diartikan mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan. 8

b) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat menggunakan fakta Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan. c) Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara produktif Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang lainnya, kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkat, yaitu: a) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsipprinsip dalam bentuk seperti mempelajari. b) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya berupa kemampuan memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. c) Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi yang kongkret dan situasi baru. d) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke dalam struktur yang baru. e) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. f) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Hidayat (2009:2) mengemukakan bahwa pemahaman adalah manifestasi dari hasil belajar, misalnya anak didik dapatmenjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Lebih lanjut Hidayat (2009:2) mengemukakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori: a. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. b. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian. c. Tingkat ketiga (tingkat tertinggi) adalah pemahaman ekstrapolasi tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya. Terkait dengan pemahaman belajar Menurut Chaplin, (dalam Winataputra, 2007:23) bahwa pengertian pemahaman belajar atau pemahaman belajar adalah : Pemahaman belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil

dari kecakapan kepandaian, keahlian dan pemahaman di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi (1992: 159). Pendapat Chaplin (dalam Winataputra, 2007:23)di atas mengandung pengertian bahwa pemahaman itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Pemahaman belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (2008 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian pemahaman belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (2006 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai pemahaman belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan pemahaman belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu. Winataputra (2007:45) berpendapat bahwa pemahaman belajar adalah pemahaman anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pemahaman adalah suatu bentuk pemahaman yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran.

2.1.2 Pengertian Metode Karyawisata Sebagai salah satu kompomem pengajaran, metode, menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagfai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Sudrajat (2008:1) mengemukakan bahwa penggunaan metode karyawisata dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah. 2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. 4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung. 6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Hendra (2007:2) mengemukakan bahwa melalui karyawisata, para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu metode pembelajaran, karyawisataberakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi pribadi metode ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui metode ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok sosial yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi sosial, metode karyawisata memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi sosial, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian melalui metode ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilainilai demokratis.

Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa penggunaan metode karyawisata dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis materi yang menjadi focus pembelajaran, serta memungkinkan terjadinya hubungan yang harmonis antara peserta didik dalam proses karywisata. 2.1.3 Hakikat Pembelajaran IPA Samatowa (2007:15) mengemukakan bahwa IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan untuk mencari model pembelajaran IPA yang efektif sehingga pembelajaran IPA berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Mata pelajaran IPA merupakan suatu mata pelajaran yang secara khusus membahas tentang fenomena yang terjadi di alam. Terkait dengan istilah Samatowa (2004:45) mengemukakan bahwa: Kata IPA merupakan singkatan kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya Ilmu Pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Banyak peristiwa yang terjadi di alam kita ini. Tidak semuanya atau belum semuanya termasuk kedalam ilmu yang kita sebut IPA. Masih banyak yang belum diketahui manusia bahkan lebih banyak yang tidak diketahui daripada yang diketahui. Pengetahuan manusia tentang alam ini terbatas adanya. Tetapi manusia terus menerus untuk memahami alam ini lebih baik daripada yang diketahui sekarang. Ahli-ahli mendefinisikan IPA dengan berbagai cara. Ada mendefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian kebendaan

dan didasarkan pada umunya atas hasil observasi pengamatan, experimen dan induksi. Ada pula yang mendefiniskan IPA sebagai Susunan teratur pengetahuan yang diperoleh manusia, termasuk cara-cara mengembangkan pengetahuan itu dan ukuran atau cara menguji kebenaran ilmu itu. Di dalam IPA termasuk pemahaman dan pengendalian alam yang kiranya akan berguna atau mungkin akan berguna bagi manusia. Ada pula yang mendefinisikan demikian IPA ialah apa yang dilakukan oleh para ahli IPA. Hadisubroto (dalam Samatowa, 2007:15) mengemukakan bahwa pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Oleh karenanya pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu diberikan secara langsung sehingga bermakna bagi anak. Dalam pembelajaran IPA setiap guru harus menyadari proses berpikir yang dimiliki anak serta tahapan perkembangannya. Samatowa (2007:16) mengklasifikasi perkembangan berpikir dedukatif, kritis sebagai berikut: (1) saat ini para pendidikan IPA telah memperkenalkan penggunaan pendekatan daur belajar untuk mengajarkan IPA. Daur belajar mengikuti pola tertentu sebagai model setelah Piaget dan pakar lainnya mendeskripsikan perkembangan konsep. Strategi ini terdiri atas tiga tahap yang berbeda yaitu; (a) tahap eksplorasi, (b) tahap pengenalan konsep, (c) tahap penerapan konsep. (2) Eksplorasi yaitu anak mengalami mengindera obyek secara langsung. Pada langkah ini anak memperoleh informasi baru yang adakalanya bertentangan dengan konsep yang telah dimilikinya. (3) Generalisasi yaitu menarik kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman) yang tampaknya bertentangan dengan yang telah dimiliki anak. (4) Dedukasi yaitu mengaplikasikan konsep yang baru (generalisasi) itu pada situasi dan kondisi baru.

Pembelajaran IPA modern diaktualisasikan dengan menggunakan pendekatan observasi ilmiah. Observasi ilmiah dilakukan dengan dengan menggunakan prinsip induktif sebagai berikut: (1) observasi dan pengumpulan fakta-fakta, (2) analisis dan klasifikasi fakta-fakta, (3) penurunan generalisasi secara induktif dari fakta-fakta, (4) pengujian selanjutnya dari generalisasi. Dalam Permendiknas No 21 Tahun 2010 tentang Standar Isi (2010 :484) dijelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sudjana, (2006:3) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sangat memerlukan analisis tentang berbagai konsep yang sebelumnya perlu diadakan observasi awal secara ilmiah sehingga menghasilkan konsep IPA yang dapat dipahami semua siswa. 2.14 Peningkatan Pemahaman Siswa Tentang Pengaruh Energi Panas Dalam Kehidupan Sehari-Hari Melalui Metode Karyawisata Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam penggunaan metode karyawisata maka sangat diperlukan strategi pengelolaan yang tepat. Dalam pengelolaan metode karyawisata di SD perlu mengacu pada tahapan pengelolaan sebagai berikut: 1. Perencanaan metode karyawisata Sumber belajar IPA dapat menjadi sumber belajar pembelajaran yang efektif jika diadakan perencanaan yang jelas tentang mekanisme dan prosedur persiapan pemanfaatan, atau yang berhubungan dengan proses pembuatannya. Perencanaan pembuatan sumber belajar pembelajaran IPA dilakukan, jika sekolah dipandang mampu untuk mengadakannya serta biaya yang digunakan tidak terlalu mahal. Hal penting lainnya bahwa pembuatan sumber belajar tersebut dipandang sangat perlu karena sumber belajar tersebut belum tersedia di sekolah dan dibutuhkan guna memberi pemahaman yang baik terhadap konsep pembelajaran yang disajikan. Dalam perencanaan pembuatan sumber belajar ini, dirancang besar biaya yang akan digunakan, waktu yang diperlukan untuk bekerja, serta tingkat kontribusi

keuangan sekolah serta sumber keuangan lainnya yang menunjang pembuatan metode karyawisata tersebut. Sebagai sarana yang dapat meletakkan cara berpikir konkret dalam kegiatan pembelajaran, maka rencana pengembangan sumber belajar pembelajaran harus dilakukan oleh guru. Guru dapat merencanakan dan mengembangkan metode karyawisata sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kegiatan perencanaan yang tepat dengan memahami kondisi psikologis siswa, tujuan, metode, dan kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua unsur ini akan sangat mendukung perencanaan metode karyawisata. 2. Pengorganisasian metode karyawisata Pengorganisasian metode karyawisata berhubungan erat dengan kegiatan pemilihan dan penggunaan sumber belajar pembelajaran yang akan digunakan dalam membelajarkan IPA. Terkait dengan pemilihan sumber belajar pembelajaran Sudjana (dalam Djamarah dan Zain, 2002:14) mengemukakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penggunaan sumber belajar pembelajaran, yakni: (1) menentukan jenis sumber belajar dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu sumber belajar manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan, (2) menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat. Artinya, perlu memperhitungkan apakah penggunaan sumber belajar itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan siswa, (3) menyajikan sumber belajar yang tepat. Artinya, teknik dan metode penggunaan sumber belajar dalam

pembelajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada, (4) menempatkan atau memperlihatkan sumber belajar pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar sumber belajar digunakan, tentunya tidak terus menerus memperlihatkan. Sudirman (dalam Slameto, 2007:2) bahwa prinsip pemilihan dan penggunaan sumber belajar pembelajaran dibagi ke dalam tiga kategori sebagai berikut: (1) tujuan pemilihan yaitu memilih sumber belajar yang digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas, (2) karakteristik sumber belajar pembelajaran, yaitu memahami karakteristik berbagai sumber belajar pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan sumber belajar pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis sumber belajar pembelajaran secara bervariasi, (3) alternatif pilihan, yaitu memilih sumber belajar pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan sumber belajar mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa sumber belajar yang dapat diperbandingkan. Dalam formulasi yang lain Winataputra (2003:5-27) mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber belajar pembelajaran antara lain: (1) Perencanaan mengajar, sumber belajar harus dipilih disesuaikan dengan perencanaan dan kurikulum, (2) Sasaran belajar, sumber belajar yang dipilih harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, (3) Tingkat keterbacaan sumber belajar,

maksudnya apakah sumber belajar pembelajaran tersebut sudah memenuhi syaratsyarat teknis, seperti kejelasan gambar dan hurufnya, pengaturan warna, ukuran, dan sebagainya, (4) Situasi dan kondisi, misalnya situasi dan kondisi tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran seperti: ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, cahayanya. Bisa juga keadaan siswa seperti, jumlah siswa, minat dan motivasi belajarnya, (5) Objektivitas, maksudnya harus terhindar dari pemilihan sumber belajar yang didasari kesenangan pribadi semata. 3. Pengawasan Terhadap metode karyawisata Terhadap metode karyawisata yang biasanya berbentuk lingkungan maupun alat peraga lainnya, perlu diadakan pengawasan secara kontinu untuk memastikan bahwa seluruh metode karyawisata tetap berada dalam kondisi baik. Perlunya pengawasan terhadap metode karyawisata, terutama di maksudkan agar metode karyawisata tidak mudah hilang serta memudahkan dalam mengontrol tingkat kelayakannya untuk digunakan dalam proses pembelajaran. 4. Penilaian Terhadap metode karyawisata Penilaian terhadap sumber belajar pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaannya. Untuk menilai keefektifan penggunaan metode karyawisata perlu mengacu pada kriteria tertentu. Yusuf (dalam Dimyati dan Mudjiono,2009:2) mengemukakan bahwa penilaian terhadap metode karyawisata dilaksanakan dengan mempergunakan kriteria by process. Dalam hal ini empat hal yang dinilai terkait dengan pemanfaatan sumber belajar pembelajaran

tersebut adalah: (1) penggunaan dan ketrampilan guru dalam memanfaatkan komponen Lingkungan SD dalam proses pembelajaran, (2) Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, seperti keterlibatan dalam melaksanakan tugas baik mandiri maupun kelompok, (3) suasana kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, (4) perhatian dan minat siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Di samping hal-hal di atas maka beberapa aspek yang dipandang perlu diperhatikan dalam penilaian sumber belajar IPA adalah sebagai berikut: (1) tingkat efektifitas pemanfaatan sumber belajar dengan pencapaian tujuan pembelajaran, (2) tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran melalui penggunaan sumber belajar pembelajaran, (3) keuntungan-keuntungan yang diperoleh melalui metode karyawisata, (4) kendala-kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan metode karyawisata, (5) semangat dan antusiasme belajar siswa dengan menggunakan sumber belajar pembelajaran. Hendriani (2006:2) Dengan inovasi guru dalam bentuk kemampuan untuk mengembangkan metode karyawisata yang dilaksanakan secara intensif diharapkan mampu memperkaya perbendaharaan alat peraga IPA yang ada di SD. Untuk itu guru diharapkan memiliki komitmen yang tinggi untuk terus menerus mengembangkan sumber belajar pembelajaran IPA di sekolah dasar.

2.1.5 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian tentang peningkatan pemahaman belajar siswa dalam mata pelajaran IPA telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu diantaranya: Hidayat 2010. Dalam penelitiann yang berjudul penerapan metode karyawisata dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa pada materi gaya siswa kelas V SDN 1 Bantimurung Sulawesi selatan, menyimpulkan bahwa pemahaman belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode karyawisata. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan pemahaman belajar siswa menjadi 80% atau 16 dari 20 siswa yang ada di kelas V SDN 1 Bantimurung Sulawesi selatan. Terkait temuan tersebut maka disarankan agar pemahaman belajar siswa hendaknya ditingkatkan dengan menggunakan metode karyawisata. 2.1.6 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah Jika digunakan metode karyawisata maka pemahaman terhadap materi pengaruh energi panas dalam kehidupan seharihari pada siswa kelas III SDN 1 Tabongo Timur Kecamatan Tabongo akan meningkat. 2.1.7 Indikator Keberhasilan Adapun yang menjadi indikator kinerja keberhasilan dari penelitian ini adalah jika digunakan metode karyawisata maka pemahaman terhadap materi pengaruh energi panas dalam kehidupan sehari-hari, dari 6 siswa (30%) menjadi 16 anak

(80%) dari 20 siswa yang ada di Kelas III SDN 1 Tabongo Timur Kecamatan Tabongo.