PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENALARAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INFORMATION SEARCH

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB II. Kajian Teoretis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PEER LESSON

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SYNERGETIC TEACHING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 LUBUK ALUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

mengelola informasi dan ditambah dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK BISNIS BERISIKO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT.

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY (PENEMUAN)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta 2), 3) Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

Keywords: Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Learning Outcomes

ABSTRAK. Kata kunci : Pertukaran Kelompok dengan Kelompok, Hasil Belajar Matematika

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK DAN TAKTIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X MIA SMAN 8 PADANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELASVIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

Nurazizah *), Rahima **), Dewi Estetikasari **)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA N 5

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE FIRING LINE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIIISMPN17 PADANG

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

keywords: students understanding of mathematical concepts, technique kancing gemerincing, quiz

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI HIMPUNAN

1. Pengertian Strategi : Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara sempit dan pengertian secara luas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

BAB V PEMBAHASAN. mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika

Keywords: Problem Based Learning, Technique Business of Beresiko, Mathematics Learning Outcome

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN PEMBELAJARAN AKTIF TIPE BELAJAR BERAWAL DARI PERTANYAAN TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 27 PADANG

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

Keywords: Everyone Is A Teacher Here (ETH) Strategy, Mathematics Selflearning, Mathematics Learning Achievement

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRACK. > then reject H 0 so it can be concluded understanding of mathematical concepts by

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENALARAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Egi Septya, Rina Febriana, Hafizah Delyana STKIP PGRI Sumatera Barat tferiatna@gmail.com Submitted: 23-07-2017, Reviewed:08-09-2018, Accepted: 27-11-2018 Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa yang rendah pada kelas VIII SMPN 31 Padang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penalaran komunikasi matematis siswa menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan scientific lebih baik daripada penalaran komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan rancangan penelitian random terhadap subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 31 Padang Tahun Pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 8 kelas. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk esai. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa penalaran komunikasi matematis siswa menerapkan model pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan scientific lebih baik dari pada penalaran komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific. Kata kunci: kemampuan penalaran komunikasi matematis, pembelajaran Discovery Learning PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dimuat dalam kurikulum pendidikan, hendaknya tidak hanya menjadi sesuatu yang dipelajari tetapi dapat diaplikasikan dalam kahidupan sehari-hari. Matematika merupakan mata pelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir logis, kritis, dan sistematis. Pembelajaran matematika juga melatih kemampuan siswa dalam bernalar dan mengembangkan aktivitas kreatif. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan gagasan dan pemecahan masalah juga dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika untuk itu matematika perlu dipahami secara mendasar. Sehubungan dengan hakekat belajar matematika yaitu belajar konsep-konsep yang saling terkait, maka pemahaman konsep-konsep matematika perlu dibangun secara konstruktif dan menjadi dasar dalam memahami matematika untuk menuju pada kemahiran matematika. Siswa dilatih cara bernalar, mengembangkan kreativitas, 27

LEMMA mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi matematis secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya dan dapat mengembangkan berpikir kreatif siswa, salah satunya adalah pembelajaran penemuan. Dalam kurikulum 2013 metode penemuan merupakan metode yang sangat ditekankan dalam proses pembelajaran, seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah perlu diterapkan pembelajaran berbasis discovery learning. Observasi yang dilakukan pada tanggal 4 September sampai 6 September di SMPN 31 Padang, ditemukan beberapa masalah yang terjadi di dalam pembelajaran matematika. Masalah yang ditemukan ialah kurangnya rasa percaya diri siswa untuk mengemukakan pendapat. Siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran dikelas. Jika siswa tidak mengerti dengan materi yang diajarkan mereka malu untuk bertanya kepada guru, padahal pada saat pembelajaran guru telah memberikan contoh yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian pada latihan yang diberikan oleh guru untuk melihat kemampuan siswa, dapat dilihat dari soal yang diberikan oleh guru hanya sebagian kecil siswa yang mengerti dengan bentuk soal yang diberikan, banyak diantaranya yang tidak mengerti dengan bentuk soal yang diberikan oleh guru. Kurangnya rasa tanggung jawab siswa terhadap latihan yang mereka buat juga memicu ketidakefektifan proses pebelajaran. Hasil wawancara dengan guru matematika, dalam proses pembelajaran guru jarang menerapkan metode diskusi kelompok namun telah menerapkan tata cara mengajar sebagaimana yang ada didalam kurikulum 2013, namun siswa masih kurang menggunakan kemampuannya berfikir mandiri dan lebih menunggu materi dari gurunya. Sehingga jika diberikan latihan siswa lebih cenderung untuk mencontek tanpa ingin mengerjakan secara mandiri. Dan juga, proses pembelajaran masih terlihat hanya satu arah, dengan begitu komunikasi siswa dengan guru tidak terjalin dengan baik. Hal ini mengakibatkan siswa kurang memiliki keberanian dalam menghadapi pelajaran dan mencari tahu mengenai materi pelajaran. Siswa belum dapat menginterpretasikan berbagai masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematis serta tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan, rumus, maupun defenisi dalam 28

matematika. Kebanyakan siswa memberikan jawaban akhir dari suatu permasalahan dari pada penyelesaian atau pembahasan yang jelas terhadap beberapa solusi. Hasil wawancara bersama siswa diketahui bahwa salah satu permasalahan yang sering dihadapi siswa saat belajar siswa merasa kesulitan dalam memahami apa yang diketahui dari soal dan mengungkapkan kembali ke dalam bentuk matematika. Salah satu solusi dari permasalahan di atas adalah dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Hosnan (2014: 280) mengungkapkan bahwa Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Wilcox (Slavin, 1977) dalam Hosnan (2014: 281) menyatakan bahwa Dalam pembelajaran dengan penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Model pembelajaran yang menitikberatkan pada proses membangun pengetahuan dinamakan model penemuan atau discovery learning. Kata penemuan sebagai metode pembelajaran merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajar tersebut siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru dalam dirinya melalui eksperimen. Menurut Bruner (Lefrancois, 1999, p.209) belajar penemuan merupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh individu dan dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik. Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman dengan melakukan eksperimen-eksperimen untuk menemukan sendiri konsep-konsep baru. Sedangkan Lefrancois menyatakan bahwa belajar penemuan sebagai suatu pembelajaran yang mana siswa tidak disuguhi materi dalam bentuk akhir tetapi lebih diutamakan agar siswa mengorganisir dalam diri mereka. Karakteristik yang paling penting dalam pembelajaran penemuan adalah pengurangan keterlibatan dan pengaturan guru. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk membangun pengetahuannya. Mendukung pendapat Lefrancois, Balim (2009, p.2) menyatakan bahwa belajar penemuan merupakan suatu proses pembelajaran yang mengutamakan belajar aktif, berorientasi pada proses, menemukan sendiri, dan bersifat reflektif. Dalam hal ini siswa melakukan proses belajar dengan aktif, melakukan kegiatan menemukan 29

LEMMA konsep-konsep atau prinsip-prinsip secara mandiri sehingga siswa akan lebih memahami secara konseptual. Belajar dengan penemuan hasilnya bertahan lama dalam memori siswa karena siswa terlibat secara langsung dalam proses pembentukan pengetahuan itu melalui pengalaman-pengalaman yang dilakukannya. Disamping itu, siswa menjadi terbiasa menghadapi masalah dan berusaha untuk mencari solusinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa pendekatan discovery memudahkan transfer dan penahanan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan motivasi (Lefrancois, 2000, p.209). Namun demikian siswa tidak dilepaskan begitu saja untuk menemukan sendiri konsepkonsep atau prinsip-prinsip matematika. Siswa dengan kemampuan matematika yang rendah membutuhkan pembelajaran penemuan secara eksplisit. Hal ini sesuai dengan pendapat Carnow, Snow, dan Meyer (Woolfolk, 2007, p.354) yang mengemukakan bahwa belajar dengan penemuan kurang efektif bagi siswa dengan kemampuan rendah. Meyer (Alfieri, 2011, p.1) menyatakan bahwa belajar penemuan secara eksplisit memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan belajar penemuan tanpa bantuan. Hal ini berarti belajar penemuan tanpa bantuan tidak membantu siswa menemukan pemecahan masalah. Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Sabri (2007: 26) mengemukakan langkah-langkah operasional model discovery learning yaitu sebagai berikut : 1) Simulation Guru mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. 2) Problem Statement Peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi permasalahan yang dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang diajukan. 3) Data collection Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini. Siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, melakukan wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. 4) Data processing 30

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diklasifikasi, ditabulasi, bahkan bila perlu di hitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. 5) Verification Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, terbukti atau tidak. 6) Generalization Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, siswa belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Pembelajaran Discovery Learning mempunyai banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa. Menurut Roestiyah (dalam sari, 2016) keuntungan Discovery Learning dalam mengatasi rendahnya penalaran komunikasi matematis yaitu : 1) siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) dapat membangkitkan kegairahan belajar pada siswa, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing, 4) membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri, 5) siswa akan dapat mentransfer pengetahuan ke dala berbagai konteks, 6) strategi pembelajaran berpusat pada siswa tidak pada guru, 7) guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu bila diperlukan. Menurut Hosnan (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Discovery learning ini sangat baik digunakan juga karena anak juga dapat belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapinya. Permasalahan yang akan dibahas adalah apakah kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa yang menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan pendekatan scientific lebih baik daripada kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific pada siswa kelas VIII SMPN 31 Padang. 31

LEMMA METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan di atas telah dilakukan penelitian eksperimen pada tanggal 11 Januari sampai dengan 1 Februari 2018 dengan rancangan penelitiannya random terhadap subjek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 31 Padang Tahun Pelajaran 2017/2018. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak, terpilih kelas VIII.8 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.3 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian ini adalah tes akhir berupa soal esai yang mengandung indikator kemampuan penalaran komunikasi matematis yaitu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, gambar, dan diagram; mengajukan dugaan melalui pemilihan rumus atau definisi; menarik kesimpulan dari pernyataan; menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi. Soal tes akhir diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba soal dilakukan di kelas VIII.5 SMPN 17 Padang pada tanggal 25 Januari 2018. Setelah dilakukan analisis soal uji coba diperoleh r11 = 0,833 sedangkan rtabel = 0,404 berarti soal reliabel karena r11 > rtabel artinya instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Teknik analisis data dalam pengujian hipotesis menggunakan uji t karena kedua sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini telah dilakukan melalui sebuah penelitian, dan penelitian yang relevan dilakukan oleh Riska Novia Sari (2014) dengan judul Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing dalam jurnal Pendidikan Matematika Universitas Kepulauan Riau, 3-6.. Hasil penelitian Riska Novia Sari (2014) menunjukan bahwa kemampuan penalaran dan komunikasi matematis peserta didik lebih baik daripada pemahaman konsep matematis peserta didik yang menerapkan pembelajaran konvensional, sehingga hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen juga lebih baik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning lebih baik dari pada kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran scientific di kelas VIII SMPN 31 Padang. Pengujian hipotesis 32

menggunakan uji t satu pihak. Berdasarkan analisis diperoleh thitung = 2,38 sedangkan ttabel = 1,67, maka hipotesis yang diajukan diterima. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan guru mengecek kehadiran siswa, menyiapkan siswa secara psikis dan fisik, menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang harus dicapai serta guru memberikan apresiasi dan motivasi kepada siswa serta menginstruksikan kepada siswa langkah langkah pembelajaran yang dilaksanakan (discovery learning). Pada awal proses pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Dibutuhkan waktu yang banyak untuk menertibkan siswa dalam pembagian kelompok karena siswa masih sulit untuk diatur. Dan juga karena siswa belum paham dengan pelaksanaan model pembelajaran discovery learning ini jadi guru harus ekstra dalam menjelaskan tahap-tahap pembelajaran. Didalam proses mengerjakan LKPD ada beberapa kelompok yang masih belum serius dalam mengerjakannya terlihat masih ada anggota kelompok yang mengobrol dengan teman sekelompoknya. Adapun LKPD yang diberikan pada masing-masing kelompok sudah dapat dikerjakan dengan baik namun masih ada kekurangannya. Adapun tahap-tahap model pembelajaran Discovery Learning yaitu tahap Stimulation. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk membaca buku paket yang telah disediakan kemudian guru meminta siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dipelajari. Selanjutnya guru memberikan gambaran awal mengenai materi yang terdapat dikehidupan nyata. Selanjutnya, pada tahap problem statement guru meminta siswa untuk mengidentifikasi masalah yang telah diberikan Kemudian Data Collection, pada tahap data collection guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Pada setiap kelompok guru memberikan lembar kerja peserta didik (LKPD). Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber (data collection). LKPD merupakan alat bantu untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal siswa. Setelah melakukan data coleection siswa lanjut melakukan data processing. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengolah informasi yang telah didapat, sehingga siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang materi lingkaran. Tahap Verification, selanjutnya, guru memastikan setiap anggota kelompok memahami tentang suatu konsep yang telah di temukan. Alternatif kegiatan yang bisa dilakukan yaitu siswa diarahkan untuk menjawab latihan yang terdapat didalam LKPD. Kemudian siswa melakukan tahap terakhir yaitu Generalization. Pada tahap ini guru 33

LEMMA dan siswa secara bersama untuk menyimpulkan permasalahan yang sudah terpecahkan. Berdasarkan LKPD yang telah dikerjakan, siswa dapat menunjukkan unsur-unsur lingkaran, serta siswa juga mampu menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang dipelajari. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan penalaran komunikasi matematis siswa secara umum sudah baik. Berikut ini contoh lembar jawaban tes akhir siswa. yang berkemampuan tinggi pada kelas eksperimen terlihat pada Gambar 1. Gambar 1. Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Gambar 1 untuk soal no 3b dengan indikator menentukan luas juring, siswa yang berkemampuan tinggi pada kelas eksperimen sudah menjawab dengan benar. Gambar 2. Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa Kelas Kontrol Gambar 2 untuk soal no 3b dengan indikator menentukan luas juring siswa kemampuan tinggi pada kelas kontrol menjawab dengan sedikit kekurangan dimana siswa salah memasukan besar sudut pusat, sehingga jawaban yang diberikan belum lengkap. Berdasarkan pembahasan hasil kerja siswa dan hasil tes akhir, terlihat bahwa siswa sudah mampu dalam menjawab permasalahan yang diberikan serta mampu menemukan konsep dari materi yang dipelajari. Selain itu, berdasarkan analalisis data diperoleh bahwa skor nilai rata-rata tes akhir siswa dari kelas eksperimen lebih tinggi daripada skor nilai rata-rata tes akhir siswa dari kelas kontrol. Selanjutnya berdasarkan uji hipotesis dikatakan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning terhadap penalaran komunikasi 34

matematis lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran scientific. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning terhadap self efficacy dan penalaran komunikasi matematis siswa lebih baik daripada hasil belajar metematika siswa dengan menerapkan pembelajaran scientific pada siswa kelas VIII SMPN 31 Padang. DAFTAR PUSTAKA Alfieri, L., et al. (2011). Does discovery-based instruction enhance learning?. Journal of Educational Psychology 2011, Vol. 103, No. 1, 1 16 Alisuf, Sabri. 2007. PsikologiPendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. Balim, A. G. (2009). The effects of discovery learning on students success and inquiry learning skills. Journal of Educational Research, Issue 35, Spring 2009, 1-20. Hosnan.2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia. Lefrancois, G.R. (1999). Psychology for teaching (10th ed). Belmont: Wadsworth. Riska Novia Sari. 2014. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Kepulauan Riau, 3-6. Woolfolk, A., (2007). Educational Psychology (10th ed). Boston: Pearson Education. 35