73 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atas rumusan masalah ditambah dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengaruh Ojek Online terhadap Ojek Konvensional/Ojek Pangkalan dalam Persaingan Usaha Ditinjau dari Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Adanya Ojek Online mempunyai pengaruh positif maupun negatif yaitu: a. Dampak positifnya antara lain, keberadaan ojek online akan semakin membantu segala aktivitas masyarakat dengan adanya berbagai fiture yang ditawarkan oleh Gojek yaitu Go-Ride, Go-Food, Go-Send, Go-Mart, dan Go- Box yang tidak ditawarkan oleh perusahaan penyedia transportasi lain seperti Uber dan GrabBike. Selain itu keberadaan juga memunculkan adanya berbagai inovasi dibidang teknologi yang semakin berkembang dan canggih mengikuti arus perkembangan jaman di era serba digital seperti saat ini. b. Dampak negatifnya yaitu memicu timbulnya persaingan usaha tidak sehat antara ojek online dengan ojek pangkalan. Dari segi persaingan usaha ojek online menerapkan sistem jual rugi atau yang biasa disebut Predatory
74 Pricing. Pada awal peluncuran aplikasi ojek online menetapkan tarif flat yaitu jauh dekat Rp 10.000, -, namun setelah itu para pelaku usaha ojek online menaikkan tariff tiap tahunnya. Kenaikan tarif untuk Go-Jek per tanggal 1 April 2017 menaikkan tarif yang tadinya untuk 7 KM pertama dikenakan tariff Rp 8.000,- menjadi perjalanan lebih dari 2 KM dikenakan tarif Rp 2.000,- per kilometernya. Grabbike menaikkan tarif dari yang tadinya Rp 1.500,- per kilometer menjadi Rp 1.750, - per kilometer ditambah 10% (sepuluh persen). Sedangkan kenaikan tarif untuk uber yaitu yang tadinya Rp 1.000,- per kilometer menjadi Rp 1.500,- per kilometer. Dengan adanya Undang-undang Anti Monopoli memberikan perlindungan hukum bagi pelaku usaha (competitor) agar semua usaha dapat berjalan tanpa menimbulkan ketimpangan sosial dan menciptakan persaingan usaha yang sehat seperti tercantum dalam penjelasan Undang-undang Anti Monopoli. 2. Cara Mengatasi Permasalahan Hukum yang Terjadi pada Ojek Online terhadap Ojek Konvensional/Ojek Pangkalan Dari segi persaingan usaha ojek online menerapkan sistem jual rugi atau yang biasa disebut Predatory Pricing. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya penerapan harga berdasarkan per kilometer. PT Go-Jek mempunyai batas minimal ongkos pembayaran untuk konsumen yaitu pada 7 Km pertama konsumen akan dikenakan biaya Rp 8.000,- (delapan ribu rupian) setelah itu perkilometer selanjutnya dikenakan biaya Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah). Pada
75 Grabbike penentuan tarifnya yaitu untuk 7 KM pertama perkilometer dikenakan biaya Rp 1.750, - (jam sibuk) dan Rp 1.500, - (jam non-sibuk) ditambah 10% (sepuluh persen). Sedangkan untuk Uber Motor, biaya perjalanan diperhitungkan sesuai jarak yaitu Rp 1.250 per km untuk 12 km pertama dan Rp 2.000 per km setelah 12 km dengan biaya dasar Rp1.000 dengan tarif minimum Rp 5.000,- serta tarif untuk pembatalan order juga Rp 5.000,-. 1 Penetapan harga tersebut dikatakan lebih murah dibandingkan ojek konvensional/ojek pangkalan yang menentukan harga berdasarkan jauh dekat tujuan dan bersifat fluktuatif. Terdapat 2 (dua) cara untuk mengatasi permasalahan yang terjadi antara ojek online dan ojek konvensional yaitu dari sisi hukum dan kebijakan pemerintah itu sendiri. Dari segi hukum permasalahan tersebut dapat diajukan ke KPPU atas laporan pelaku usaha yang merasa dirugikan. KPPU mulai melakukan pemeriksaan (dalam hal ini pemeriksaan pendahuluan) jika terjadi salah satu dari hal-hal sebagai berikut: a. Atas inisiatif Komisi Pengawas sendiri apabila ada dugaan telah terjadinya pelanggaran Undang-undang Anti Monopoli; b. Atas laporan tertulis dari pihak yang merasa dirugikan; c. Atas laporan tertulis dari setiap orang yang mengetahui atau patut diduga telah terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Anti Monopoli. 1 Anonim, https://www.uber.com/id/blog/update-biaya-perjalanan-ubermotor/, diakses pada tanggal 7 Oktober 2017 pukul 19.15.
76 Dengan adanya laporan tersebut KPPU dapat menerapkan sanksi administratif yaitu pidana denda bagi pelaku usaha yang dianggap melakukan persaingan usaha tidak sehat. Putusan KPPU apabila tidak ada yang keberatan bersifat mengikat dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan tersebut dimintakan penetapan oleh Pengadilan Negeri untuk eksekusi. Sedangkan dari segi pemerintah lebih menerima perkembangan teknologi yang semuanya diatur dalam sebuah aplikasi karena pemerintah juga memikirkan investasi untuk negara. Keutungan yang dapat diterima ketika kita mengikuti perkembangan teknologi yaitu adanya kemudahan di berbagai sektor baik sektor transportasi ataupun sektor pemerintahan lainnya. Pemerintah meminta kerjasamanya dari para tukang ojek konvensional agar para tukang ojek konvensional/pangkalan bisa mengikuti perkembangan teknologi yang nantinya akan menguntungkan bagi dirinya dalam memperoleh penumpang. Adanya konflik yang terjadi antara ojek online dan ojek konvensional akan menjadi perhatian bersama yang harus direspon melalui regulasi yang telah dipersiapkan oleh Kementerian Perhubungan, sehingga bisa tercipta transportasi yang berkeadilan, responsif dan dapat diakses oleh masyarakat serta terjamin keselamatan dan pelayanannya. Kementerian Perhubungan ingin memberikan pelayanan kepada seluruh kalangan masyarakat serta ingin memberikan ruang usaha yang baik dan kondusif kepada seluruh masyarakat. Namun sejak adanya desentralisasi, pemerintah daerah dapat membuat aturan mengenai larangan adanya ojek online yang dinilai dapat mematikan usaha ojek pangkalan seperti yang telah terjadi di Solo dan Yogyakarta.
77 B. Saran 1. Perlu adanya payung hukum untuk pelaku usaha di bidang transportasi roda dua mengingat adanya beberapa konflik yang telah terjadi antara ojek online terhadap ojek konvensional. Seperti ketika adanya konflik antara minimarket dan pasar tradisional yang pada akhirnya dibentuk aturan bahwa pendirian minimarket harus jauh dari pasar tradisional. Urgensi dari pengaturan trasnportasi roda dua yaitu untuk menyeimbangkan kebutuhan antara ojek online dengan ojek konvensional agar tidak terjadi ketimpangan sosial bahkan mematikan usaha ojek konvensional. 2. Diperlukan adanya kerjasama dari para pelaku usaha ojek konvensional untuk dapat mengikuti perkembangan arus teknologi khususnya penggunaan transportasi berbasis aplikasi. Dengan adanya globalisasi, tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat lebih cenderung memilih sesuatu yang instan, efektif dan harga terjangkau.