Volume 1 Nomor 1, November 2017, 17-22 Available online at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/pgsd PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN PKN SD (STUDI PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA) Lisnawati Rusmin 1,a), Asuban 2 1 Dosen FKIP Universitas Halu Oleo Kendari, Jl. H.E.A. Mokodompit Kendari 93232, Indonesia 2 Alumni Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Halu Oleo, Jl. H.E.A Mokodompit, Kendari, 93232, Indonesia a) e-mail: lisnawati_rusmin@yahoo.com Abstrak. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa, mengetahui aktivitas belajar siswa, dan mengetahui performansi guru melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe snowball throwing pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V/A SD Negeri 09 Poasia melalui desain penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar, aktivitas siswa, dan performansi guru. Peningkatan ini dilihat dari perolehan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 73,50 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 60%, pada siklus II perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 96,50 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal sebesar 100%. Perolehan hasil observasi aktivitas siswa siklus I sebesar 78,76% meningkat pada siklus II menjadi 80,83%. Skor performansi guru pada siklus I sebesar 74,48 meningkat pada siklus II menjadi 90,12 Kata Kunci: kooperatif, snowball throwing, hasil belajar Abstract. The purpose of this study is to improve students' learning outcomes, to know the learning activities of students, and to know the performance of teachers through the implementation of cooperative learning model with "snowball throwing type" in elementary school students. This research was conducted in class V / a SD Negeri 09 Poasia through class action research design. The results showed an increase in learning outcomes, student activities, and teacher performance. This increase is seen from the acquisition of grade point average in the first cycle of 73,50 with classical learning mastery level equal 60%, in second cycle the acquisition of grade average value increased to 96.50 with classical learning mastery level equal to 100%. Obtaining result of observation activity of student of first cycle equal to 78,76% increase in second cycle become 80,83%. Score of teacher performance in first cycle equal to 74,48 increase in second cycle become 90,12. Keywords: cooperative, snowball throwing, learning outcomes Journal Of Basication: Jurnal Pendidikan Dasar, 2017
(Studi Peningkatan Hasil Belajar Siswa)-18 Lisnawati Rusmin, Asuban Pendahuluan Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien, oleh karena itu guru dituntut harus memiliki kemampuan kompetensi pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi beberapa komponen yakni: (1) pemahaman terhadap peserta didik, (2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, (3) penilaian hasil belajar dan (4) pengembangan peserta didik. Diantara komponen-komponen dalam kompetensi pedagogik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran sangat menentukan suasana belajar yang efektif dan efisien serta ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2012) Penentuan model dan metode atau strategi pembelajaran yang tidak tepat dalam proses pembelajaran berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal. Kondisi ini seperti yang terjadi pada siswa kelas Va SD Negeri 09 Poasia pada materi berorganisasi. Pada tahun pelajaran 2015/2016 rata-rata hasil ulangan harian siswa pada materi berorganisasi adalah 62. Dari 20 jumlah siswa secara keseluruhan, siswa yang tuntas berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar 60% dan siswa yang belum tuntas berjumlah 8 orang atau sebesar 40%. Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa masih berada di bawah standar KKM yang ditetapkan di sekolah yaitu minimal 80% siswa memperoleh nilai 73. Fenomena rendahnya hasil belajar PKn di sekolah ini, khususnya siswa kelas Va SD Negeri 09 Poasia jika tidak diatasi dengan cepat akan berdampak buruk bagi keberhasilan sekolah pada umumnya dan siswa pada khususnya. Oleh karena itu, peneliti bersama guru bermaksud mengatasi persoalan tersebut dengan melakukan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada kelas Va SD Negeri 09 Poasia. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nursida (2015) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Materi Globalisasi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Teposua Kabupaten Kolaka Utara. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 14 siswa atau sebesar 66,7% dan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 7 siswa atau sebesar 33,3% dengan nilai rata-rata 68,8. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas adalah 18 siswa atau sebesar 85,7% dan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 3 siswa atau sebesar 14,3% dengan nilai rata-rata 73,8. Aktivitas mengajar guru siklus I pertemuan pertama sebesar 70,59% sedangkan pertemuan kedua sebesar 82,35% dan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 93,33% dan pertemuan kedua sebesar 100%. Aktivitas belajar siswa Siklus I pertemuan pertama sebesar 64,29% sedangkan pertemaun kedua sebesar 82,35%, dan pada siklus II pertemuan pertama sebesar 92,86% sedangkan pertemuan kedua sebesar 100%. Disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Kajian Pustaka Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu, prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Slavin (1994) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompokkelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa untuk bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana Journal Of Basication: Jurnal Pendidikan Dasar, 2017
(Studi Peningkatan Hasil Belajar Siswa)-19 Lisnawati Rusmin, Asuban keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Ismail, (2008) snowball throwing berasal dari dua kata yaitu snowball dan throwing. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan throwing berarti melempar, jadi snowball throwing adalah melempar bola salju. Pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran snowball throwing merupakan model pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Dalam pembuatan kelompok, siswa dapat dipilih secara acak atau heterogen. Hal ini diungkapkan oleh para ahli berikut ini. Menurut Suprijono, (2011) snowball throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana murid dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian masingmasing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masingmasing murid membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke murid lain yang masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. Devi (2011) model pembelajaran snowball throwing melatih murid untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilemparlemparkan kepada murid lain. Murid yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Model snowball throwing (melempar bola) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. Metode ini bertujuan untuk memancing kreatifitas dalam membuat soal sekaligus menguji daya serap materi yang disampaikan oleh ketua kelompok. Karena berupa permainan, Siswa harus dikondisikan dalam keadaan santai tetapi tetap terkendali tidak ribut, kisruh atau berbuat onar. Langkah langkah model snowball throwing menurut Aqib (2013) adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2. Guru membentuk kelompok-kelompok, 3. Memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 4. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, 5. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, 6. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit, 7. Setelah siswa dapat satu bola/pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, 8. Evaluasi, dan 9. Penutup. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di kelas Va SD Negeri 09 Poasia. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelasva SD Negeri 09 Poasia. Jumlah siswa sebanyak 20 orang, masing-masing terdiri dari 10 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Desain penelitian terdiri dari:(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi dan evaluasi (observation and evaluation), (4) refleksi (reflection). Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru kelas Va SD Negeri 09 Poasia. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai akhir hasil belajar, ketuntasan belajar klasikal dan menentukan performansi guru (Suparno, 2008).
(Studi Peningkatan Hasil Belajar Siswa)-20 Asuban, Lisnawati Rusmin Peneliti telah menetapkan indikator keberhasilan hasil belajar siswa sebagai berikut: (1) rata-rata kelas minimal 73; (2) Persentase tuntas belajar klasikal minimal 80% (minimal siswa yang memperoleh nilai =73 sebanyak 80%). Selain hasil belajar, aktivitas siswa juga menjadi patokan keberhasilan suatupenelitian tindakan kelas. Jika keberhasilan hasil belajar merupakan keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif maka keberhasilan hasil aktivitas siswa merupakan keberhasilan pembelajaran pada ranah afektif sekaligus psikomotorik. Peneliti menetapkan indikator keberhasilan pada aktivitas siswa sebagai berikut: (1) Ketidakhadiran siswa maksimal 10%; (2) Persentase ketercapaian tiap aspek mencapai 80%; (3) Persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 80%.Performansi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain aktivitas siswa, performansi guru juga harus mendapat perhatian sehingga perlu adanya observasi yang dilakukan oleh teman sejawat. Seorang guru atau peneliti dikatakan berhasil melaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwingapabila telah memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dan Pembahasan Aktivitas siswa selama pembelajaran menunjukkan persentase yaitu, pertemuan 1 sebesar 78,3%, pertemuan 2 sebesar 78,5%, dan pertemuan 3 sebesar 79,5%. Dari ketiga pertemuan tersebut didapatkan persentase ratarata sebesar 78,76%. Jika dilihat dari indikator keberhasilan yaitu 80% maka hasil aktivitas siswa belum bisa dikatakan berhasil, hasil yang didapatkan belum maksimal karena masih ada beberapa aspek yang belum berhasil. Berikut ini aspek-aspek dalam aktivitas siswa yang belum berhasil atau mencapai indikator keberhasilan 80%: (1) Menyampaikan pendapat dengan persentase rata-rata 73,75%. Menurut peneliti, ketidakberhasilan aspek ini dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Siswa masih terbiasa dengan metode ceramah yang dilakukan guru sebelumnya sehingga membuat mereka kurang aktif mengutarakan pendapatnya. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketidakberhasilan dalam aspek ini ialah dengan membiasakan siswa berbicara. Membiasakan siswa berbicara dilakukan dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka kepada mereka. Upaya yang baik supaya mereka mampu mengutarakan pendapatnya secara individu ialah dengan menunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mau berbicara sendiri dan siswa yang lain mendengarkan. Melalui kebiasaan tersebut diharapkan siswa akan terbiasa untuk aktif mengemukakan pendapatnya. (2) Menyimak penjelasan materi dari ketua kelompok dengan persentase ratarata 77,5%. Ketidakberhasilan aspek ini disebabkan sebagian siswa kurang menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh ketua kelompoknya. Siswa cenderung hanya ingin melihat materi yang ada di buku sehingga pada saat ketua kelompok menyampaikan materi mereka menjadi kurang bersemangat. Tindakan yang sebaiknya dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah guru memberikan peringatan bahwa sebelum melihat materi yang ada di buku terlebih dahulu mendengarkan materi yang akan disampaikan oleh ketua kelompok. Ketua kelompok juga harus menyampaikan materi dengan dengan tegas sehingga anggotanya fokus terhadap penjelasan materi oleh ketua kelompok; (3) Keterampilan merotasi pertanyaan dengan persentase rata-rata 77,5%. Menurut peneliti, ketidakberhasilan aspek ini dikarenakan siswa kurang krtitis dalam mamahami materi sehingga membuat mereka kesulitan dalam membuat pertanyaan. Langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi ketidakberhasilan dalam aspek ini ialah dengan membiasakan siswa membuat pertanyaan. Upaya yang baik supaya mereka mampu membuat pertanyaan secara individu ialah dengan menunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan siswa yang lain menjawab. Melalui kebiasaan tersebut diharapkan siswa akan terbiasa untuk aktif dalam mengkritik materi yang disampaikan. Nilai performansi guru sebesar 74,48. Hasil perolehan tersebut belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80%. Ketidakberhasilan tersebut disebabkan adanya beberapa aspek yang belum optimal dalam pelaksanaannya. Adapun aspek tersebut ialah: (1) Kegiatan membentuk kelompok. Aspek ini mendapat persentase keberhasilan 50% karena pembentukan kelompok pada saat pembelajaran kacau. Siswa belum mampu
(Studi Peningkatan Hasil Belajar Siswa)-21 Lisnawati Rusmin, Asuban membentuk kelompok sendiri. Di antara mereka ada yang masih memilih-milih dalam mencari teman kelompoknya. Pada siklus II nanti guru sebaiknya menggunakan teknik menghitung dalam membentuk kelompok sehingga pembentukan kelompok dapat berjalan secara efektif; (2) Menangani pertanyaan dan respon siswa. Aspek ini mendapat persentase keberhasilan 50% karena guru terlalu fokus dalam penyampaian materi sehingga pertanyaan spontan dari siswa kurang diperhatikan. Sesi tanya jawab yang seharusnya dilakukan pada tahap konfirmasi kurang efektif karena siswa tidak terbiasa bertanya pada waktu khusus. Siswa lebih suka bertanya secara spontan. Pada siklus II nanti guru sebaiknya menanggapi pertanyaan siswa yang spontan tersebut dan mengarahkan siswa agarmenyimpan pertanyaannya untuk disampaikan pada saat sesi tanya jawab; (3) Membangkitkan kesadaran tentang nilai, moral, pancasila, dan kewarganegaraan. Aspek ini mendapat persentase keberhasilan sebesar 50%. Aspek ini kurang berhasil karena guru belum menyajikan konflik moral yang memancing pendapat siswa tentang sikap yang harus mereka lakukan dalam menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat. Guru sebaiknya menyajikan permasalahan dilematis yang sering terjadi di masyarakat dan meminta siswa memberi tanggapan terhadap permasalahan tersebut; (4) Peka terhadap kesalahan berbahasa siswa. Seperti aspek sebelumnya, aspek ini juga mendapat persentase keberhasilan sebesar 50%. Hal tersebut dikarenakan guru kurang peduli dengan pendapat siswa yang bersifat spontan. Guru membiarkan siswa berpendapat dengan bahasa mereka yang masih seadanya. Pada siklus II nanti guru harus memberi perhatian lebih terhadap reaksi siswa yang bersifat spontan dan mengarahkan mereka supaya dapat berpendapat secara sopan dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I dapat diketahui perolehan tes yang mengukur hasil belajar dan aktivitas siswa. Perolehan tes yang mengukur hasil belajar menunjukkan bahwa dalam tes formatif nilai rata-rata kelas sebesar 78,50 dan persentase ketuntasan belajarnya mencapai 60%. Kriteria yang ditentukan adalah rata-rata nilai 73 dengan persentase tuntas klasikal 80%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada siklus I secara keseluruhan memang sudah tuntas, namun masih ada 8 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Kasus tersebut bisa terjadi karena guru kurang memperhatikan kondisi siswa secara keseluruhan. Setelah guru menyelidiki ternyata 8 siswa tersebut memang belum terlalu memahami materi yang di sampaikan oleh guru atau ketua kelompok sehingga mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Terutama dalam menajawab soal yang diberikan oleh guru saat tes siklus. Contoh kasus yaitu soal yang berupa menyebutkan tiga hal penting dalam memilih sebuah organisasi, dari 8 siswa tersebut mereka hanya menuliskan 1 atau 2 dari tiga jawaban yang benar dan dari soal yang lain pula terkadang mereka hanya mengosongkan lembar jawaban dengan prinsip bahwa lebih baik dikosongkan dari pada di isi lalu jawaban tersebut salah. Kata mereka Kan malu kalau dilihat oleh pak guru Melihat kasus tersebut, seharusnya guru memberikan perhatian yang lebih terhadap 8 siswa tersebut dengan memberikan bimbingan supaya dapat memahami materi yang disampaikan. Guru jangan hanya memperhatikan siswa secara klasikal tetapi juga secara individual sehingga kekurangan siswa dapat diidentifikasi dan dicarikan solusi.
(Studi Peningkatan Hasil Belajar Siswa)-22 Asuban, Lisnawati Rusmin Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan performansi guru, aktivitas dan hasil belajar siswa siswa kelas V a SD Negeri 09 Poasia pada pembelajaran PKn materi Berorganisasi. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan perolehan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan performansi guru. Hasil belajar pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang mencapai indikator keberhasilan = 75% sebanyak 12 dari 20 siswa atau tuntas belajar belajar klasikal mencapai 60% dengan nilai rata-rata 78,50. Pada siklus II tuntas belajar klasikal mencapai 100% dengan nilai rata-rata 96,50. Ini berarti tingkat ketuntasan belajar klasikal siklus II mengalami peningkatan dari ketuntasan belajar klasikal siklus I. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil observasi aktivitas siswa rata-rata mencapai 78,76%, namun ada beberapa aspek yang belum mencapai indikator keberhasilan 80%. Performansi guru juga meningkat dan mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus I nilai performansi guru 74,48 sehingga belum mencapai indikator keberhasilan 80, sedangkan pada siklus II nilai performansi guru meningkat menjadi 90,12 sehingga dapat mencapai indikator keberhasilan Daftar Pustaka Nursida, 2015. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing dalam Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Materi Globalisasi Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Teposua Kabupaten Kolaka Utara. FKIP. UHO. Kendari. Suparno, Paul. 2008. Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: Grasindo Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: BP. Dharma Bhakti. Sigalingging, Hamonangan. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (civic education). Semarang: Universitas Negeri Semarang press. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional (Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pengajaran di Era Otonomi Daerah). Bandung: Alfabeta.