BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Cinta Tanah Air a. Pengertian Cinta Tanah Air Perasaan cinta sebenarnya mengandung unsur kasih dan sayang terhadap sesuatu, timbul dari dalam hati untuk memelihara, membela, melindungi tanah air. Cinta tanah air menurut Suyadi (2013: 9) yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawanan bangsa lain yang dapat merugikan bangsa. Senada dengan Daryanto (2013: 139) Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada siswa sejak usia dini agar dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya, misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin, dengan menghormati bendera Merah putih, menyayikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Pancasila. Pentingnya sebuah lagu kebangsaan, dan sebagai identitas dari negara, agar dapat mengingatkan kembali betapa pentingnya cinta terhadap negara. 7

8 Cinta tanah air dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sikap atau perilaku seseorang mencerminkan rasa cinta terhadap bangsa yang dimiliki. Rasa tersebut ditunjukan dengan kesetiaan, kepedulian, bangga yang tinggi terhadap bangsa Indonesia. Cinta tanah air sebaiknya ditanamkan pada warga negara sejak dini. b. Indikator Cinta Tanah Air Indikator keberhasilan sekolah, kelas dan siswa. Said (2010: 27) menyatakan bahwa indikator cinta tanah air termuat dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa cinta tanah air. Indikator tersebut dapat berhasil jika diterapkan dengan baik diantaranya: Tabel 2.1 Indikator keberhasilan sekolah dan kelas No Nilai Indikator 1 Cinta Tanah Air Indikator Sekolah 1. Menggunakan produk buatan dalam negeri 2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar 3. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia Indikator kelas 1. Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia 2. Menggunakan produk buatan dalam negeri. Indikator Siswa 1. Melaksanakan upacara bendera Merah Putih 2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya 3. Mengucap pancasila dan UUD

9 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup. Belajar menurut Slameto (2012: 2) yaitu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dari perubahan tingkah laku. Belajar yang dikemukakan Djamarah (2008: 13) adalah serangkaian jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku diperoleh dari hasil pengalaman dalam proses belajar. Pengalaman individu dengan lingkungannya dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Trianto mengemukakan (2011: 72) pengalaman individu diperoleh dari hasil interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam berpendapat, berdiskusi, membantu bertukar pikiran dengan teman, yang pada akhirnya membuat pemikiran lebih baik. Oleh karena itu, seharusnya guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman

10 nyata dan dapat terlibat langsung dengan alat dan media. Peran guru sangat penting untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar. Guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi, agar siswa dapat membangun pengetahuan dari pengalaman individu dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa. Teori yang mendukung dan sesuai dengan model pembelajaran drama yaitu teori penahapan perkembangan kognitif piaget dalam Susanto (2015: 77), diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Usia tersebut ditunjukkan dengan siswa sudah mulai memahami materi, siswa mampu berpikir sistematis mengenai benda dan peristiwa yang nyata, erat kaitannya dengan bermain sesuai dengan karakteristik usia siswa sekolah dasar. Pengertian belajar dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa, suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan baru. Belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan interaksi dengan lingkungan antara individu dengan individu lain.

11 b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi merupakan salah satu hasil yang diperoleh dari usaha. Kata prestasi menurut Arifin (2013: 12) berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar berbeda halnya dengan hasil belajar. Prestasi belajar lebih mengarah pada hasil yang didapat dari pengetahuan, sedangkan hasil lebih mengarah pada pembentukan watak siswa. Prestasi pada dasarnya hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas dalam berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Hamdani (2011: 138) berpendapat bahwa prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes yang cocok. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam betuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini berupa angka, huruf, serta tindakan yang dicapai tiap siswa dalam waktu tertentu.

12 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dikemukakan oleh Ahmadi (2013: 138) digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) diantaranya adalah: 1) faktor jasmaniah, 2) faktor psikologis, 3) faktor kematangan fisik maupun psikis, 4) faktor lingkungan spiritual dan faktor dari luar (ekstern) diantaranya adalah: 1) faktor sosial, 2) faktor budaya, 3) faktor lingkungan fisik. Melaksanakan pendidikan dengan baik harus memperhatikan kondisi fisik yang meliputi penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. Kondisi psikis pula harus diperhatikan, yang diperoleh dari faktor kecerdasan dan kecakapan nyata. Faktor tersebut saling mendukung dan saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. 3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan dari sejumlah ilmu-ilmu sosial. Istilah IPS dikemukakan Barr et al dalam Andriani (2014: 25) dapat diartikan sebagai integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang mencakup ekonomi, sejarah, geografi, hukum, politik, sosiologi, antropologi, filosofi, dan psikologi. Materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa khususnya siswa sekolah dasar yang bertujuan agar menjadi warga negara yang baik dan dapat berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan.

13 Pendidikan IPS sangat penting diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Pendidikan IPS di SD dikemukakan oleh Susanto (2013: 143) yaitu bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Pembelajaran IPS di SD seharusnya lebih menekankan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan dari berbagai permasalahan yang terdapat di sekitar siswa. Permasalahan yang terdapat di lingkungan siswa dapat dikaji dalam pendidikan IPS. Pendidikan IPS dikemukakan oleh Etin (2007: 15) adalah usaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga menjadikan paham dengan lingkungan sosial masyarakat. Guru sebaiknya memotivasi siswa agar aktif, kreatif, terhadap berbagai permasalahan dan mampu memberikan solusi pemecahannya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki guru. IPS dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu yang mengajarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. IPS terkait dengan peran manusia atau tingkah laku dan kebutuhan manusia di dalam lingkungan masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

14 4. Materi Pokok Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Materi pokok perjuangan mempertahankan kemerdekaan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh 2.4 Menghargai perjuangan pejuang dan masyarakat dalam para tokoh dalam mempersiapkan dan mempertahankan mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan Sumber: Silabus Kelas V SD N 2 Cilongok 5. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran digunakan guru untuk keberhasilan belajar. Menurut Trianto (2010: 6) model pembelajaran merupakan perencanaan yang digunakan sebagai pedoman. Penerapan model yang tepat dan sesuai dengan prosedur akan memudahkan siswa untuk memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, danmenerapkan konsep yang dipelajari. Berdasarkan hal tersebut soswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, dan aktif. b. Model pembelajaran drama Drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Menurut Hasanudin (2009: 2-3) kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Konsepsi drama adalah peniruan atau

15 tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas, menghasilkan kalimat yang menunjukan bahwa drama bukanlah dianggap sesuatu yang serius. Demikian drama sebagai salah satu aliran sastra seharusnya dipahami bahwa di dalamnya terkandung nilai kebenaran dan keseriusan, bukan sekedar permainan. Menurut Asmara (1983: 23) drama hanya suatu bentuk tiruan atau menyajikan suatu aktion, atau suatu salinan asli dari kehidupan nyata yang dicobakan, penonton atau pembaca harus mau menerima persoalan dalam bentuk imajinasi. Model pembelajaran drama dilaksanakan berdasarkan landasan pikiran, bahwa sangatlah mungkin menciptakan proses ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Pembelajaran drama dapat mendorong siswa menggambarkan perasaannya dan bahkan melepaskannya. Proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Pembelajaran drama sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri di dunia sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Pembelajaran drama siswa dapat belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses pembelajaran drama dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna

16 sebagai sarana bagi siswa untuk menggali perasaan, memperoleh inspirasi, dan pemahaman yang berpengaruh pada sikap cinta tanah air, mendalami materi pelajaran khususnya materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan cara pembelajaran drama. c. Prosedur Pembelajaran Drama Keberhasilan model pembelajaran melalui pembelajaran drama tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti dengan analisis, dan persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata. Prosedur pembelajaran drama menurut Uno (2009: 26) ada Sembilan langkah meliputi: (1) Pemanasan, (2) Memilih siswa untuk memerankan tokoh drama, (3) Menyiapkan pengamat, (4) Menata panggung atau tempat untuk pembelajaran drama dan membahas teks skenario, (5) Memainkan peran, (6) Diskusi dan evaluasi. Langkah pertama, pemanasan. Guru memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Langkah kedua, memilih siswa untuk memerankan tokoh drama. Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siswa yang akan memainkannya. Guru memilih siswa

17 yang sesuai untuk memainkan peran atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan dan mendeskripsikan peran-perannya. Berdasarkan hal tersebut menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Langkah ketiga, menyiapkan pengamat. Guru menunjuk kelompok secara berurutan sebagai pengamat, bertugas untuk mengamati dan menilai kelompok yang sedang memerankan drama di depan kelas. Langkah keempat, Menata panggung atau tempat untuk pembelajaran drama dan membahas teks skenario. Guru dan siswa mendiskusikan dan membahas tempat yang akan digunakan dalam pembelajaran drama, dan membahas perlengkapan yang akan digunakan dalam pementasan drama. Penataan panggung atau tempat dapat dilakukan dengan sederhana yaitu dengan membahas teks skenario yang menggambarkan urutan permainan drama. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilaksanakan, karena intinya bukan pada kemewahan panggung akan tetapi proses pembelajaran drama itu sendiri. Langkah kelima, permainan drama dimulai. Permainan drama dilaksanakan sesuai teks skenario. Pada awalnya siswa masih kesulitan dalam memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya dilakukan. Bahkan ada siswa yang memainkan peran bukan perannya. Guru membimbing siswa untuk tidak menyimpang jauh dari alur yang ada di teks skenario.

18 Langkah keenam, guru bersama siswa mendiskusikan permainan drama yang sudah ditampilkan dan melakukan evaluasi terhadap peran yang dilakukan oleh siswa. Usulan perbaikan muncul seperti siswa meminta untuk berganti peran, atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah, akan tetapi apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Laela Astutu, Ali Imron, dan Abdul Ngalim (2013) dengan judul Implementasi Keaktoran Dengan Teknik Bemain Drama Rendra Pada Pembelajaran Drama Kelas XI MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran drama Rendra dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama, pembelajaran drama terbukti dapat diterapkan dan melatih siswa untuk memerankan tokoh drama dengan efektif. Dengan demikian model pembelajaran drama Rendra dapat dipilih sebagai model unggulan yang dapat mengantarkan siswa mempunyai kemampuan memerankan tokoh drama. Penelitian lain oleh Melyani Sari Sitepu (2015) dengan Judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pembelajaran drama Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Yogyakarta. Hasil postes (data akhir) pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai rerata prestasi IPS adalah 20,22. Nilai terendah 17 dengan frekuensi 2 siswa dan

19 nilai tertinggi 23 dengan frekuensi 4 siswa. Nilai yang banyak diperoleh (modus) siswa adalah 21 dan 23. Hasil postes (data akhir) pada kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi IPS adalah 17.15. nilai terendah 12 dengan frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi 21 dengan frekuensi 2 siswa. Nilai yang banyak diperoleh (modus) siswa adalah 17 dan 18. Perolehan rerata prestasi IPS pada data awal maupun data akhir pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa perolehan rerata prestasi IPS kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Penelitian di atas dapat dijadikan acuan dan sumber untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran drama dalam meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang, diketahui bahwa kondisi awal siswa menunjukkan adanya rasa cinta tanah air kurang dalam pembelajaran, terlihat pada saat mengikuti upacara bendera setiap hari senin, siswa kurang menghormati bendera merah putih, kurang hafal dalam menyayikan lagu Indonesia raya, kurang hafal mengucap pancasila dan Undang-Undang Dasar. Kebiasaan tersebut menjadikan siswa kurang memahami dan memaknai upacara bendera. Kondisi ini perlu diatasi agar siswa dapat mengetahui dan mengenal bangsa Indonesia.

20 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri 2 Cilongok. Hanya sedikit siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dari pada bertanya atau mengemukakan pendapat, sehingga suasana pembelajaran menjadi pasif. Hal ini dikarenakan materi yang terlalu banyak, siswa bosan dengan model yang diterapkan oleh guru. Oleh karena itu, siswa kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajar yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal. Model pembelajaran drama dijadikan solusi menginovasi model pembelajaran untuk meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran drama menurut Laela Astuti, Ali Imron, Abdul ngalim (2013) menghasilkan pembelajaran melalui pembelajaran drama siswa dapat belajar aktif, melatih siswa untuk memerankan tokoh drama sesuai dengan teks skenario. Alur kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi awal siswa: 1. Rasa cinta tanah air siswa kurang. 2. Prestasi belajar IPS siswa masih kurang. Penerapan model pembelajaran drama Kondisi akhir siswa: 1. Rasa cinta tanah air yang meningkat. 2. Prestasi belajar IPS siswa meningkat. Siklus I Siklus II Gambar 2.1 Kerangka berpikir

21 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran drama dapat meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan SD Negeri 2 Cilongok, kecamatan Cilongok.