BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ternak yang terdiri dari PK 30,29%, LK 6,5%, kadar abu 7,64%, NDF 11,4%,

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

I. PENDAHULUAN. ruminansia adalah ketersedian pakan yang kontiniu dan berkualitas. Saat ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Nenas merupakan anggota dari famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan karena keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh

PAKAN, NUTRIEN DAN SISTEM ANALISIS KIMIA

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

I. PENDAHULUAN. Pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilakukan jika hanya

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman

SUPARJO Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Univ. Jambi PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah berasal dari afrika tropis, memiliki ciri-ciri umum berumur

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aneka Limbah Pisang. - Daun Pisang. Alternatif Bahan Pakan Ternak Ruminansia pada Musim Kemarau

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. ANALISIS PROKSIMAT (Proximate Analysis)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Sesuai dengan trend global, saat ini banyak produk pangan yang berlabel kesehatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelor Tanaman kelor (Moringa oleifera) mengandung nutrien yang baik untuk ternak yang terdiri dari PK 30,29%, LK 6,5%, kadar abu 7,64%, NDF 11,4%, ADF 8,49%, lignin 1,8%, cellulose 4,01%, tanin 3,12 mg/g dan total polifenol 2,02% (Moyo dkk., 2011). Kelor (Moringa oleifera, Lam) memiliki potensi sebagai sumber galactogogeus yaitu senyawa yang mampu memacu produksi susu dan telah terbukti pada manusia karena memiliki 26 macam antioksidan serta mengandung asam amino esensial lengkap dengan komposisi ideal menurut standar gizi dari FAO (Makkar dan Becker, 1996). Daun tanaman kelor dapat digunakan untuk meningkatkan sistem imunitas melawan infeksi dalam tubuh (Badawi dkk., 2014). Tanaman kelor selain mengandung protein yang tinggi juga mengandung iron yang merupakan zat besi, pottasium atau disebut jugaa dengan kalium dan multivitamin yang bagus untuk pertumbuhan dan produksi susu bagi ternak. Daun tanaman kelor dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan protein karena rendahnya kandungan NDF sehingga sintesis protein mikrobia di dalam rumen meningkat (Nouman dkk., 2014). Daun kelor dapat meningkatkan kecernaan BK dan SK serta memperbaiki kondisi lambung (Soetanto dkk., 2011).

5 Tanaman kelor kaya akan kandungan protein sehingga dapat digunakan sebagai alternatif campuran konsentrat pada pakan kambing. Faktor yang mempengaruhi kandungan nutrien pada tanaman kelor adalah iklim, umur tanaman, proporsi tanaman yang digunakan, prosedur pengeringan (Sultana dkk., 2015). 2.2. Metode In Vitro In vitro merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui sistem pencernaan ruminal dan postruminal (Cortes dkk., 2009). Metode in vitro memiliki 2 tahap proses (Sanchez dkk., 2006). Penelitian secara in vitro dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh proses fermmentasi di rumen (Hess dkk., 2008). Kecernaan yang sebenarnya dapat dilihat dari ketersediaan pakan yang dapat dicerna oleh ternak maupun enzim mikrobia, ketersediaan pakan untuk mikrobia rumen atau enzim pencernaan dapat dilakukan di laboratorium secara in vitro (Van Soest, 1984). Keberhasilan analisis in vitro dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu larutan buffer, suhu fermentasi, derajat keasaman (ph), sumber inokulum, periode fermentasi, cara mengakhiri fermentasi dan prosedur analisis (Sunarso dkk., 1987). 2.3. Bahan Kering Mikroba rumen selama inkubasi akan mendegradasi bahan yang mudah terdegradasi sehingga laju degradasinya tinggi. Degradasi BK digunakan sebagai indikator untuk menentukan kualitas pakan karena nilai degradasi menunjukkan

6 banyaknya zat nutrien dalam bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (Oduro dkk., 2008). Hijauan pakan mempunyai keterbatasan karena kandungan serat, selulosa dan hemiselulosa yang berikatan dengan lignin sehingga kecernaannya menjadi rendah (Zulkarnain dkk., 2014). Kehilangan BK dapat dipengaruhi oleh sumber cairan rumen, waktu inkubasi, umur tanaman dan jenis tanaman (Grant dkk., 1974). Bahan pakan dapat lebih mudah dicerna apabila mengandung zat nutrien yang mudah dicerna, zat nutrien dalam pakan akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam proses fermentasi (Wahyuni dkk., 2014). Komponen yang tersedia dan mudah dicerna terdiri atas karbohidrat terlarut, pati, asam-asam organik, protein dan pektin (Van Soest, 1984). Kecernaan BK dapat dijadikan salah satu indikator untuk menentukan kualitas suatu pakan, semakin tinggi kecernaan BK maka akan semakin banyak zat nutrien yang dapat dicerna oleh ternak (Suardin dkk., 2014). Degradasi BK dan BO digunakan sebagai indikator untuk menunjukkan banyaknya nutrien dalam bahan pakan yang dapat dimanfaatkan ternak (Marhaeniyanto dan Susanti, 2014). Laju kecernaan dapat dipengaruhi oleh jenis pakan, umur tanaman, tingkat lignifikasi dan waktu inkubasi di dalam rumen (Zulkarnain dkk., 2014). 2.4. Acid Detergent Fiber (ADF) Acid Detergent Fiber yaitu komponen dinding sel yang meliputi selulosa, lignin dan silika (Wahyuni dkk., 2014). Dinding sel kulit tanaman mengalami pengerasan disebabkan oleh lignin sehingga serat tanaman dan dan protein

7 dinding sel sulit untuk dicerna oleh ternak (McDonald dkk., 2002). Kandungan ADF yang rendah dapat dipengaruhi oleh tingginya kandungan hemiselulosa dan sebagian protein sehingga kandungan ADS (acid detergent soluble) meningkat (Anam dkk., 2012). Ikatan lignoselulosa terdapat dua macam yaitu kristalisasi dan amorphous, ikatan kristalisasi akan lebih sulit untuk dicerna. Ikatan antara lignin dan komponen serat akan menghambat laju degradasi sehingga kecernaannya menjadi rendah (Van Soest, 1984). Semakin tinggi kandungan komponen dinding sel yaitu hemiselulosa, selulosa dan lignin maka akan semakin rendah kecernaannya (Zulkarnain dkk., 2014). Hemiselulosa memiliki kemampuan untuk delignifikasi sehingga lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa (Van Soest, 1984). Daun kelor dan daun lamtoro memiliki kandungan selulosa dan lignin yang hampir sama, kandungan selulosa daun kelor 2,85% sedangkan daun lamtoro 3,62% dan kandungan lignin daun kelor 3,92% daun lamtoro 4,77% (Aye dan Adegun, 2013). Lignin merupakan suatu polimer yang sulit untuk diurai, lignin bekerja dengan cara berikatan dengan hemiselulosa dan selulosa dalam dinding sel (Yu dkk., 2017). Kecernaan dipengaruhi oleh ketersediaan selulosa yang terlignifikasi (Van Soest, 1984). Variasi kandungan ADF pada tanaman dapat berbeda karena beberapa faktor yaitu kondisi iklim, umur tanaman dan lama waktu bagi tanaman untuk mencapai fase generatif/dewasa (Moyo dkk., 2011).

8 2.5. Nitrogen Nitrogen merupakan bagian dari protein yang dapat berada di isi sel yang bersifat mudah dicerna maupun yang terikat oleh dinding sel yang bersifat sulit dicerna (Sniffen dkk., 1992). Senyawa N yang terikat oleh dinding sel akan terbentuk sebagai N-ADF yang dapat menurunkan kecernaan protein (Tallbot dan Treseder, 2012). Daun kelor memiliki kandungan selulosa 2,85% sedangkan daun lamtoro 3,62% (Aye dan Adegun, 2013). Nitrogen pada dinding sel merupakan komponen struktural sehingga lebih diproteksi dari degradasi enzimatis (Krishnamoorthy dkk., 1982). Degradasi protein tergantung pada tipe protein yang berhubungan dengan komponen pada tanaman (dinding sel dan isi sel) (Muscato dkk., 1983). Nitrogen yang berikatan dengan lignin merupakan nitrogen yang tidak dapat larut sehingga sulit ddicerna oleh ternak (Licitra dkk., 1996). Adanya senyawa sekunder pada daun kelor menyebabkan pakan lebih terlindung dari degradasi mikroba di dalam rumen (Marhaeniyanto dan Susanti, 2014). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman dapat mempengaruhi tingkat degradasi protein dan peningkatan retensi N di dalam rumen dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Myint dkk., 2010). Degradasi N dipengaruhi oleh jumlah N yang terkandung dalam pakan, semakin tinggi retensi N dalam pakan maka semakin tinggi efisiensi penggunaan protein (Kikemolo dkk., 2014).

9 Kecernaan protein dipengaruhi oleh kandungan serat kasar atau ADF pada pakan (Simanihuruk dkk., 2005). Kandungan nitrogen tersedia yang tinggi dapat menurunkan kandungan selulosa maupun lignin (Balabanli dkk., 2010).