Pengembangan Bahan Ajar Fisika Bermuatan Lifeskill untuk Siswa SMA



dokumen-dokumen yang mirip
Profil Analisis Kebutuhan Pembelajaran Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA

PF-38: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA

PENGEMBANGAN MODUL MATERI FUNGI BERBASIS HASIL PENELITIAN UNTUK SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Pengembangan Modul Praktikum Mekanika Model Inkuiri

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PROYEK MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK KELAS X SMA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH TEORI MEDAN

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

PENGEMBANGAN MODUL EXPERIENTIAL LEARNING YANG DIARAHKAN UNTUK STRATEGI THINK TALK WRITE PADA MATERI SISTEM SARAF

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 3 (1), 1-5 (2017)

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (research and development). Metode penelitian dan

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS 3D PAGEFLIP PROFESSIONAL PADA MATERI MODEL ATOM HIDROGEN MATA KULIAH FISIKA ATOM DAN INTI

Analisis kebutuhan siswa terhadap pembelajaran fisika berbasis inkuiri di sekolah menengah atas

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA DASAR BERBASIS KONSTRUKTIVITAS PADA MATERI DINAMIKA

ARTIKEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR DESAIN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN SENI RUPA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Matematika OLEH :

PEMBAHASAN PETA KONSEP KETERAMPILAN UNTUK PENULISAN BUKU SD, SMP, DAN SMA. Disusun Oleh : Prof. Dr. Arifah A. Riyanto, M.Pd.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil dari pedoman siswa mengenai aspek buku-buku pegangan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL. oleh,

Pengembangan Buku Referensi Berbasis Multi Representasi dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Kalor dan Termodinamika

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PBL (problem based learning)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS POTENSI LOKAL KERAJINAN GERABAH KASONGAN YOGYAKARTA PADA MATERI USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Oleh: Drs.NANA DJUMHANA M.Pd PRODI PGSD FIP UPI

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER MATERI RUANG-n EUCLIDES.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

Oleh: Nur Khoiri 2, Susilawati 3

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) UNTUK SISWA SMP/MTs KELAS VIII

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CAR) Dwiyanto Djoko Pranowo, M.Pd

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBANTUAN KOMPUTER (CAI) FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING FISIKA SISWA KELAS X

PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TEKNIK LABORATORIUM II UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS SAINTIFIK 5M DENGAN PANDUAN MIND MAP PADA MATERI KOLOID

Mahardika Intan Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

PENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR DAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN CHEMOENTREPRENEURSHIP (CEP)

PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN DENGAN LKS MENGGUNAKAN LANGKAH 5M UNTUK PEMBELAJARAN BIOLOGI SISTEM REGULASI MANUSIA KELAS XI SMAN 1 PAKEL TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PUZZLE CARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS BERBASIS PROYEK TERHADAP PENGEMBANGAN LIFE SKILL MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS Inquiry dan Local material MATERI POKOK SISTEM KOORDINASI KELAS XI IPA 2 MA NEGERI PRAMBON NGANJUK

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MODEL E-LEARNING BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PADA POKOK PEMBELAJARAN ALJABAR DI SMP

Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 01, Juli 2017 E-ISSN:

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 5E Pada Materi Ekologi Kelas X SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

MODEL PEMBELAJARAN GUIDE INQUIRY PADA PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR I ABSTRAK

EduSains Volume 2 Nomor 1 ISSN IMPLEMENTASI AWAL PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS LIFESKILL DI SMA KOTA SEMARANG

VALIDASI PENGEMBANGAN MODUL FISIKA DASAR BERBASIS PROBLEM BASED INSTRUCTION UNTUK MAHASISWA STKIP PGRI SUMATERA BARAT

IMPLEMENTASI WhatsApp MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA POKOK BAHASAN PENGENALAN KOMPONEN ELEKTRONIKA

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR TEMATIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KELAS 1 SEKOLAH DASAR Oleh: Srikandi Octaviani 1 STKIP PGRI METRO

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keywords: scientific approach, constructivist, Environmental Education, module.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERMUATAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY SOCIETY (SETS) POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS UNTUK SISWA SMA/MA KELAS X

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

B. Model Pengembangan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and development/r&d) yang mengacu pada model

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

PENGEMBANGAN MODUL SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, AND INTELLEGENT

Transkripsi:

Susilawati, Nur Khoiri Pendidikan Fisika IKIP PGRI Semarang Surat-e: susilawati.physics@gmail.com Penelitian ini menjelaskan pengembangan bahan fisika berbasis lifeskill pada kelas XI semester gasal. Bahan disusun untuk membekali siswa dalam memahami pelan fisika yang terintegrasi dengan kecakapan hidup. Kecakapan hidup yang terintegrasi dalam buku fisika ini meliputi kecakapan pribadi, sosial, akademis dan vokasional. Buku fisika ini menyajikan beberapa aktivitas fisik dan mental siswa. Aktivitas yang memberikan pengalaman bagi siswa meliputi tugas pendahuluan materi, tugas diskusi, tugas eksperimen dan tugas proyek. Metode penelitian ini menggunakan metode research and development ( R & D ). Subjek penelitian ini melibatkan tim MGMP fisika SMA kota Semarang, sebagai tim validator bahan dari praktisi pembelan di SMA dan tim validator ahli pendidikan fisika. Penelitian ini terdiri dari tahapan persiapan perangkat pembelan, tahap pelaksanaan penyusunan bahan fisika dan tahapan evaluasi untuk menganalisis kekurangan dan kelebihan bahan guna perbaikan bahan fisika berbasis lifeskill sesuai dengan kebutuhan siswa dan tuntutan masyarakat. Hasil penelitian ini menghasilkan buku fisika bermuatan lifeskills khususnya keterampilan kewirausahaan yang layak digunakan oleh siswa SMA. Kata kunci: bahan, lifeskill, keterampilan kewirausahaan, pembelan fisika I. Pendahuluan Tuntutan perkembangan terapan pengetahuan dan teknologi pada saat ini mengarah pada persaingan global dan mengupayakan persediaan energi terbarukan. Untuk kondisi tersebut, kecakapan hidup siswa sekolah menengah harus dilatih dalam proses pembelan. Mengingat pelan fisika merupakan pelan yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menyajikan berbagai aktivitas scientific. Dalam memfasilitasi siswa sekolah menengah dibutuhkan keterampilan-keterampilan yang membekali siswa tersebut untuk mampu mempertahankan eksistensi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat (Danish, 1997). Siswa sekolah menengah membutuhkan pengakuan tentang keberadaan dirinya. Oleh karena itu, bahan yang menyajikan materi fisika terintegrasi dengan aktivitas kecakapan hidup sangat penting untuk membekali siswa sekolah menengah dalam mempersiapkan kehidupan masa depan yang cemerlang. Beberapa alasan perlunya mengintegrasikan lifeskill dalam pembelan fisika, yaitu: (1) kegiatan eksperimen dan demonstrasi menjadi kegiatan dominan dalam proses pembelan fisika; (2) Pemecahan masalah menjadi tujuan pembelan dan pengalaman bel yang harus dimiliki siswa; (3) banyak konsep dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep pembelan. Hasil wawancara dengan guru Sekolah Menengah Atas di kota semarang diperoleh informasi bahwa lifeskill memberikan makna dan nilai guna dalam mempeli fisika. Lifeskill secara implementatif melatih siswa untuk mempunyai jiwa kepemimpinan, keterampilan kewirausahaan dan mempunyai kepribadian yang baik dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat. Ada beberapa keluhan dari guru SMA di kota mengenai persiapan dan pelaksanaan pembelan fisika yang bermuatan lifeskill yaitu sangat membutuhkan waktu yang lebih untuk merencanakan proses pembelan. Oleh karena itu, ketika bahan fisika disusun secara kolaboratif oleh praktisi pendidikan maka memungkinkan disambut dengan hangat oleh guru-guru SMA di kota Semarang. Berdasarkan data hasil studi pendahuluan kebutuhan lifeskill terintegrasi dengan pembelan fisika diperoleh tanggapan dari guru-guru fisika MGMP fisika kota Semarang. Kebutuhan siswa pada masing-masing JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2014 Susilawati, Nur Khoiri 63

keterampilan antara lain terhadap kecakapan personal mencapai 89%. Kebutuhan siswa akan kecakapan sosial mencapai 85%. Kebutuhan siswa akan kecakapan vokasional mencapai 77%. Kebutuhan siswa akan kecakapan akademis mencapai 86% (Susilawati, 2013). Dalam proses pembelan, penyajian bahan menjadi kompetensi utama seorang guru dalam mendesain aktivitas dan kemampuan berpikir seperti apa yang harus dikuasai siswa (Dick, 1990). Dalam bahan, guru telah memastikan sejauh mana tingkat kesiapan siswa dalam pencapaian tujuan dan pengalaman bel (Blanchard, 1991). Untuk menambah pengalaman siswa, guru harus selalu aktif dan kreatif berperan sebagai fasilitator yang inspiratif. Bahan merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan bel meng dikelas (Goudas, 2006). Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis (cetak) maupun bahan tidak tertulis (non cetak/online). Bahan yang termasuk sumber informasi, alat dan teks yang diperlukan guru dalam menyajikan materi dan keterampilan yang harus dimiliki siswa (Yin, 2003). Sumber informasi materi dan kegiatan ini terdiri dari seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa untuk bel (Levin, 2008). Beberapa asumsi tentang arti penting kedudukan bahan khususnya, rancangan pembelan pada umumnya, yaitu: membantu bel secara perorangan; (2) memberikan keleluasaan penyiapan pembelan jangka pendek dan jangka panjang; (3) rancangan bahan yang sistematis memberikan pengaruh yang besar bagi perkembangan sumber daya manusia secara perorangan; (4) memudahkan pengelolaan proses bel meng secara sistematis; dan (5) memudahkan bel (Harijanto, 1997). Sebagai fokus pembelan, bahan mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan pembelan yang akan dicapai, memotivasi siswa untuk bel, mengantisipasi kesulitan siswa, menyajikan banyak latihan dan rangkuman. II. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian R & D (Research and Development). Penelitian R & D digunakan untuk mendesain produk atau prosedur yang teruji secara sistematis di lapangan, dievaluasi dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria efektivitas, kualitas atau kemiripan dengan suatu standar (Gall, 2003). Pegembangan bahan fisika melalui tahapan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan bahan fisika berbasis lifeskill yang diharapkan mampu membekali siswa untuk mendapatkan dan melatih kecakapan hidup siswa sekolah menengah. Alur penelitian ini melalui serangkaian tahapan penelitian seperti pada Gambar 1. Potensi, Kebutuhan Perangkat Validasi Buku Analisis Kebutuhan Analisis Kurikulum tahap awal buku Uji coba & Revisi Temuan dan rekomendasi Analisis bahan alat penilaian Validasi Buku Gambar 1. Tahapan Penelitian Bahan Ajar Teknik pengumpulan data terdiri dari lembar validasi buku fisika berbasis lifeskill dan lembar wawancara. analisis kebutuhan dan potensi siswa dilakukan dengan observasi. Analisis kurikulum dan analisis bahan fisika dilakukan dengan kegiatan telaah kurikulum dan buku fisika. kegiatan selanjutnya mengembangkan bahan fisika berbasis lifeskill. Setelah dilakukan penyusunan buku fisika kelas XI semester I dilakukan validasi terhadap buku tersebut. Adapun tahapan penyusunan berikut pengembangan bahan seperti Gambar 2. Teknik analisis data dilakukan dua tahapan yaitu, pertama: analisis data hasil wawancara dilakukan analisis deskriptif kualitatif untuk mendapatkan informasi mengenai kecakapan hidup yang harus dimunculkan pada setiap konsep fisika dan aktivitas pembelan. Kedua, analisis JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2014 Susilawati, Nur Khoiri 64

lembar validasi bahan fisika dianalisis dengan perhitungan prosentase sebagai berikut: 86% - 100% : sangat baik/ sangat tinggi 76% - 85% : baik/ tinggi 66% - 75% : cukup/ sedang 56% - 65% : kurang/ rendah 0% - 55% : sangat kurang/ sangat rendah Merumuskan tujuan pembelan Melakukan analisis pembelan Menyusun rencana kegiatan siswa Menyusun rencana pembelan Menulis bahan Uji kelayakan bahan Gambar 2. Proses penyusunan bahan berbasis lifeskill III. Hasil dan Pembahasan Analisis kurikulum dilakukan untuk mengidentifikasi materi esensial dan materi yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Analisis kurikulum dengan menjabarkan kompetensi dasar, indikator, materi pelan, dan kegiatan pembelan. Analisis kurikulum dilakukan bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan pengalaman bel siswa. Sumber bel diidentifikasi melalui kegiatan wawancara. berdasarkan hasil wawancara diperoleh prosentase sebesar 75% siswa bel dari buku paket yang digunakan oleh guru. Prosentase sebesar 80% siswa bel dari lembar kerja siswa (LKS). Prosentase siswa yang menggunakan media internet sebagai sumber bel sebesar 56%. Penggunaan jurnal penelitian sebagai sumber bel sebanyak 2%. Penggunaaan surat kabar dan majalah sebagai sumber bel sebanyak 5%. Data penggunaan sumber bel dan motivasi bel siswa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Wawancara Penggunaan Sumber Bel dan Motivasi Bel Siswa Motivasi No. Sumber Bel Prosentase Bel 1. Buku Paket Sedang 75 2. Lembar Kerja Siswa Tinggi 80 3. Media Edukasi Online Tinggi 56 4. Jurnal, Artikel ilmiah Rendah 2 5. Surat Kabar Rendah 5 Berdasarkan hasil observasi di sekolah mitra praktik pengalaman lapangan (PPL) rata-rata sekolah menggunakan Lembar Kerja Siswa sebagai bahan yang utama. Sedangkan buku paket digunakan sebagai sumber ketika ditemukan konsep yang sulit dikuasai oleh siswa. Selain itu, buku paket digunakan apabila ada soal-soal latihan yang memerlukan penjelasan lebih luas dan penjelasan tersebut tidak ditemukan di lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa mempunyai prosentase tertinggi sebagai bahan, karena lembar kerja siswa menjadi pegangan wajib bagi siswa pada sebagian besar sekolah. Lembar kerja siswa memberikan lembar isian yang harus dilengkapi oleh siswa. Untuk melengkapi isian ini, siswa harus memahami konten materi. Selain itu, terdapat Lembar Kegiatan Siswa yang berisi rangkaian kegiatan ilmiah untuk mendapatkan data berdasarkan hasil pengamatan maupun hasil praktikum. Buku paket merupakan buku yang wajib dimiliki oleh siswa sebagai anjuran dari guru dan orang tua siswa untuk sumber bel. Buku paket disusun oleh tim-tim profesional, orang yang secara praktis menekuni bidang tersebut. Buku paket fisika disusun oleh guru fisika yang profesional secara praktis atau ahli fisika. Buku paket bersumber dari buku teks dan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Buku teks memberikan konten materi yang teruji kebenarannya. Kurikulum memberikan panduan pokok-pokok materi yang harus dijabarkan secara detail dan pemahaman yang mendalam oleh penulis. Artikel ilmiah sebagai sumber bahan yang aktual (mutakhir). Artikel ilmiah memberikan hasil pemikiran dan hasil penelitian yang relevan dengan bidangnya masingmasing, terutama di bidang pendidikan. Bahan yang bersumber dari artikel ilmiah tlah di judgment kebenaran konten materi, sistematika dan kedalaman materi. Akan tetapi, motivasi penggunaan sumber dan media pembelan terbesar adalah saran dan contoh dari guru. Pada umumnya, guru meng dan menyelenggarakan pembelan dengan menggunakan buku paket dan LKS sebagai sumber bel. Siswa tidak pernah didampingi dan diberi pengarahan untuk mencari artikel ilmiah dan mencari pengetahuan bersumber pada artikel ilmiah. Sehingga penggunaan artikel ilmiah sebagai bahan mempunyai prosentase yang paling rendah. Sumber terbitan berkala seperti surat kabar memberikan kabar terkini mengenai perkembangan sains dan teknologi. JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2014 Susilawati, Nur Khoiri 65

Sumber pengetahuan yang berasal dari surat kabar memberikan pengetahuan dengan penyajian bahasa yang mudah dimengerti. Surat kabar hanya digunakan siswa sekedar untuk mengisi waktu luang dan ada beberapa siswa yang benar-benar senang membaca. Surat kabar belum menjadi bagian dari sumber bahan yang digunakan oleh guru dan siswa di sekolah. Hasil validasi ahli (praktisi pendidikan) Hasil validasi oleh praktisi pembelan fisika menunjukkan bahwa bahan berbasis lifeskill memenuhi dalam hal kebenaran content dan kebutuhan siswa. Prosentase rata-rata setiap indikator penilaian ahli dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis setiap indikator validasi bahan prosentase kelayakan untuk berdasarkan penilaian praktisi mencapai 84,25%. Indikator validasi bahan meliputi: (1) isi yang disajikan dengan kelayakan 85%; (2) bahasa dengan kelayakan 87%; (2) struktur modul dengan kelayakan 90%, dan (4) organisasi materi dengan kelayakan 75%. Sedangkan hasil penilaian berdasarkan uji ahli mencapai 81%. Indikator validasi bahan meliputi: (1) isi yang disajikan dengan kelayakan 80%; (2) bahasa dengan kelayakan 83%; (2) struktur modul dengan kelayakan 82%, dan (4) organisasi materi dengan kelayakan 80%. Isi yang disajikan dalam bahan fisiska berbasis lifeskill meliputi tugas pendahuluan materi, tugas diskusi, tugas eksperimen dan tugas proyek. Rangkaian penugasan ini untuk membimbing siswa mengembangkan kecakapan pribadi, sosial, akademis dan vokasional. Gambar 3. Prosentase Rata-rata Setiap Indikator Penilaian Ahli Berdasarkan hasil analisis rata-rata deskriptor penilaian ahli di atas dapat dijabarkan dalam beberapa indikator, pertama indikator isi yang disajikan (content) antara lain: (1) materi disajikan secara sistematis (80%); (2) merupakan materi/tugas yang esensial (83%); (3) masalah yang diangkat sesuai dengan tingkat kognisi siswa (85%); (4) setiap kegiatan yang disajikan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa (87%); (5) kegiatan yang disajikan dapat menumbuhkan motivasi (90%); dan (6) penyajian dilengkapi dengan gambar dan ilustrasi (85%). Berdasarkan isi yang disajikan, materi disampaikan secara urut mulai dari ilustrasi yang sederhana sampai pada kegiatan pemecahan masalah. Materi yang disajikan hanya materi yang esensial saja sehingga materi tidak terlalu banyak. Masalah yang disajikan lazimnya berasal dari pengalaman sehari-hari siswa SMA. Kegiatan yang disajikan dalam bahan diawali dengan rangkaian pertanyaan yang membuat siswa termotivasi untuk mencari jawabannya. Ilustrasi dan gambar yang menarik mengupayakan penjelasan konsep secara fisis. Kedua, indikator bahasa, antara lain: (1) penggunaan bahasa sesuai dengan EYD (90%); (2) bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi siswa (86%); (3) bahasa yang digunakan komunikatif (88%); (4) kalimat yang digunakan jelas dan mudah dimengerti (83%); (5) kejelasan petunjuk atau arahan (90%). Bahasa yang digunakan dalam bahan ini sangat membimbing siswa untuk dapat bel mandiri dengan mengikuti petunjuk di setiap kegiatan yang disajikan. Ketiga, indikator struktur modul, antara lain: (1) organisasi penyajian secara umum (92%); (2) tampilan umum menarik (89%); (3) keterkaitan yang konsisten antara bahasa dan materi (91%). Keempat, indikator organisasi materi, antara lain: (1) cakupan materi (70%); (2) kejelasan dan urutan materi (75%); dan (3) ketepatan materi dengan kompetensi inti (81%). Berdasarkan tampilan modul, penyajian yang digunakan sudah familiar digunakan oleh bahan yang biasa digunakan siswa. Tampilan yang menarik dan bahasa yang mudah dipahami sangat relevan dengan penyampaian materi. Organisasi materi yang meliputi cakupan materi, urutan materi, dan ketepatan materi dengan kompetensi inti direkomendasikan oleh praktisi pembelan telah memenuhi standar buku paket yang dapat menuntut pembelan siswa. Beberapa masukan mengenai bahan yang digunakan yaitu mengenai kompetensi vokasional sebaiknya dimunculkan setiap konsep bahasan. Warna dan ilustrasi contoh dalam kehidupan sehari-hari diajukan sebagai bahan diskusi. Setiap latihan soal hendaknya diberikan tuntunan jawaban. Menurut Spillane et al bahan harus disajikan untuk membantu siswa dalam mencari pengalaman bel secara mandiri (Spillane, 2004). JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2014 Susilawati, Nur Khoiri 66

IV. Kesimpulan Bahan fisika berbasis lifskill ini layak digunakan dalam pembelan fisika. kelayakan dapat dlihat dari hasil penilaian validator baik dari praktisi pendidikan maupun uji ahli mengenai isi yang disajikan, aspek bahasa yang digunakan, struktur modul dan organisasi materi. Bahan ini dinyatakan mampu memenuhi perkembangan tuntutan terapan pengetahuan dan teknologi yang mengarah pada persaingan global. Pada bahan ini terdapat kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademis dan kecakapan vokasional yang harus dilatih pada siswa Sekolah Menengah Atas. Kecakapan tersebut tertuang dalam aktivitas yang diberikan berupa pengalaman bermakna bagi siswa meliputi tugas pendahuluan materi, tugas diskusi, tugas eksperimen dan tugas proyek. Susilawati & Khoiri, N., Analisis Kebutuhan Pembelan Fisika Berbasis Lifeskill Bagi Siswa SMA Kota Semarang, Prosiding 1st Diponegoro Physics Conference, ISBN 978-602-18940-1-9, Semarang, November 2013 Yin, R. K., Case study research: Design and methods, Sage, 2003 Ucapan Terima Kasih Penelitian ini dilaksanakan dengan dana penelitian desentralisasi hibah bersaing DIKTI tahun anggaran 2013-2014. Penelitian ini dilaksanakan di program studi pendidikan fisika dan bekerjasama dengan MGMP Fisika kota Semarang. Pelaksanaan penelitian ini mendapat pengarahan dan monitoring dari LPPM IKIP PGRI Semarang. Produk bahan pada penelitian ini di telaah oleh validator dari praktisi dan ahli pendidikan fisika. Kepustakaan Blanchard, J. (2002). Teaching and targets: Self-evaluation and school improvement. London: RoutledgeFalmer. Danish, S.J., & Nellen, V.C., New roles for psychologists: Teaching life skills, Quest, 1997. Dick W & Carey, L. (1990). The Systematic Design of Instructional. Third Edition. USA: Harper Collins Publisher Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R., Educational Research an Education Seventh Edition, Pearson Education, Inc, 2003 Goudas, et al, The Effectiveness of Teaching a Life Skills Program in a Physical Education Context, European Journal of Psychology of Education, vol. 4, 2006, pp. 429-438 Harijanto, M., Pengembanagan Bahan Ajar untuk Peningkatan Kualitas Pembelan Program Pendidikan Pembelan Sekolah Dasar, Didaktika, vol. 2, 2007, pp. 216-226. Levin, B., How to change 5000 schools: A practical and positive approach for leading change at every level. Cambridge University Press: 2008. Spillane, J., Halverson, R., & Diamond, J., Towards a theory of leadership practice: A distributed perspective, Journal of Curriculum Studies, vol. 36, no. 1, 2004, pp. 3 14. JRKPF UAD Vol.1 No.2 Oktober 2014 Susilawati, Nur Khoiri 67