BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan sesorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap sesorang. Pendidikan yang baik terbentuk dari pola dan sistem pendidikan yang baik pula. Sistem dan pola pendidikan yang baik terwujud dengan kurikulum yang baik. Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum dalam setiap pembelajaran menyadari peran penting bahasa sebagai wahana untuk menyebarkan pengetahuan dari seseorang ke orangorang lain. Penerima akan dapat menyerap pengetahuan yang disebarkan tersebut hanya bila menguasai bahasa yang dipergunakan dengan baik, dan demikian juga berlaku untuk pengirim. Ketidaksempurnaan pemahaman bahasa akan menyebabkan terjadinya distorsi dalam proses pemahaman terhadap pengetahuan. Apa pun yang akan disampaikan pendidik kepada peserta didiknya hanya akan dapat dipahami dengan baik oleh kedua belah pihak.

2 Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa dan satu apresisasi. Keempat keterampilan berbahasa itu adalah menulis, berbicara, membaca, dan menyimak. Sedangkan apresiasi adalah mengapresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Keempat aspek keterampilan tersebut terdiri atas materi kebahasaan dan kesastraan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP/ MTs materi sastra tidak diajarkan secara terpisah tetapi menyatu dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan alokasi waktu empat jam pelajaran dalam 40 menit setiap minggu. Kenyataannya seiring dengan perkembangan waktu pembelajaran sulit dilakukan karena adanya beberapa kendala. Kendala-kendala ini dapat berasal dari siswa sendiri maupun dari seorang guru itu sendiri. Misalnya terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai oleh siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu, beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama, termasuk parahnya lagi kurangnya pemahaman guru terhadap kurikulum. Bahasa merupakan alat komunikasi. Berbahasa terjadi karena adanya interaksi sosial seseorang terhadap orang lain. Namun, tidak setiap orang dapat berinteraksi secara spontanitas. Terkadang seseorang melakukan kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan dalam berbahasa ini terbagi menjadi dua, yakni kesalahan dalam ucapan atau tulisan. Keterampilan berbahasa bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata, atau kegiatan menghafal melainkan hanya dapat

3 diraih dengan melakukan kegiatan berbahasa. Dalam pembelajaran itu, ada empat aspek keterampilan yang harus dikuasai, ada keterampilan menyimak/mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Semua aspek keterampilan tersebut memiliki ranah sendiri-sendiri. Namun, keempat keterampilan tersebut selalu berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah, siswa dibekali untuk dapat berkomunikasi dengan baik, terutama dalam hal menulis. Namun, kenyataannya selama ini para siswa merasa kesulitan dalam membuat suatu tulisan sehingga malas dalam mengikuti pembelajaran menulis. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator perlu dikedepankan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru harus mencari suatu metode yang memudahkan siswa dalam membuat suatu tulisan. Oleh karena itu, berbagai metode perlu diterapkan, seperti metode langsung, metode komunikatif, metode konstruktivistik, dan sebagainya. Namun disamping kendala-kendala itu tadi mestinya dapat diantisipasi dengan adanya kreativitas, inovasi, dan pengembangan bahan ajar, terutama dilakukan oleh seorang guru. Dengan demikian, pembelajaran ini tidak terhambat yang nantinya juga akan merugikan peserta didik. Kegiatan menulis merupakan hal yang menakutkan bagi seorang peserta didik. Karena disamping kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, juga minimnya petunjuk pembelajaran tentang menulis, baik itu contoh, atau petunjuk teknis dalam mengarang sebuah tulisan.

4 Dalam arti sederhana, menulis atau mengarang itu berarti mencoret-coret dengan alat tulis pada lembaran kertas, papan tulis atau pada alat sejenisnya. Dalam hal ini, menulis tersebut belum tentu menghasilkan tulisan atau karangan yang teratur dan mengandung suatu kesatuan ide atau tujuan yang ingin dicapai, tetapi kegiatan itu hanya sekedar penyaluran gerakan motoris tangan dalam bentuk coreng-moreng yang tidak teratur, seperti yang terlihat pada kebiasaan anak-anak kecil. Pembelajaran keterampilan menulis termasuk kategori sulit. Kesulitan itu bukan hanya dialami oleh siswa, tetapi juga pelaksanaan pembelajaran oleh guru. Ada anggapan bahwa keterampilan menulis hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja. Tidak semua orang dapat memiliki keterampilan tersebut, begitulah anggapan itu menjadi pegangan. Akibatnya, menulis benarbenar dianggap sulit dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulis dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit dikuasai sekalipun oleh seorang penutur asli. Dibutuhkan proses belajar dan latihan yang terus menerus sistematik, dan penuh kedisiplinan agar dapar menulis dengan baik. Disamping itu berlatih, untuk dapat menulis dengan baik diperlukan juga pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang

5 harus ditempuh dalam kegiatan menulis. Jadi ada dua hal yang diperlukan untuk mencapai keterampilan menulis yakni pengetahuan kebahasaan untuk dapat menyusun tulisan dan waktu berlatih untuk menulis yang cukup, termasuk dalam menulis sebuah naskah drama. Terkait dengan penguasaan keterampilan menulis siswa di SMP, sejatinya setiap guru sudah menggunakan lebih dari satu metode, baik metode ceramah, tanya jawab, tugas, dan diskusi, guru sudah menggunakan media, baik media langsung berupa lingkungan alam sekitar dan alat peraga berupa gambar. Namun, ternyata cara yang dilakukan guru belum juga bisa membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Siswa mempelajari teori tentang drama tetapi tidak bisa mengaplikasikannya teori tersebut ke dalam kegiatan menulis teks drama, sedangkan guru masih terkendala dengan waktu pembelajaran Bahasa Indonesia yang cukup terbatas, namun semua materi harus tersampaikan sesuai tuntutan dari kurikulum. Akibatnya, siswa masih kesulitan menemukan ide, menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai EYD, merangkai kalimat, mengembangkan imaginasi dan kalimat untuk membentuk sebuah cerita. Kesulitan yang dialami guru yaitu merasa kesulitan mengembangkan keberanian siswa untuk menulis, dan guru belum menemukan bahan ajar yang tepat untuk pembelajaran menulis naskah drama. Pembelajaran dalam menulis naskah drama lebih menekankan pada pembelajaran apresiasi yaitu manganalisis unsur instrinsik drama, dan teori tentang naskah drama. Hal ini menyebabkan keterampilan siswa dalam menulis cerita drama kurang terlatih sehingga kemampuan menulis drama menjadi rendah. Dalam kegiatan

6 pembelajaran menulis drama, masih banyak pula yang dijumpai siswa yang kesulitan untuk memulai menulis ide naskah drama, yang mana penyebabnya itu karena terbatasnya sumber belajar untuk pembelajaran menulis cerita drama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga termasuk kendala dalam pembelajaran sastra. Kita lupa bahwa kesuksesan seorang artis tidak terlepas dari orang-orang yang bekerja di balik layar. Kita lupa bagaimana artis dapat memerankan peran sehebat itu karena arahan sutradara dan kerja sama crew film/ teater yang solid. Dan kita enggan pula mencari tahu siapa yang menuliskan cerita drama (film) tersebut sehingga penonton dibuat penasaran, emosi, kita dibuat berkecamuk, dan terngiang-ngiang selalu ceritanya. Dari hasil studi pendahuluan dan juga pengalaman peneliti selama ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah meskipun guru selama ini sudah berusaha untuk membantu dan mendampingi siswa dalam proses menulis dan juga telah menerapkan berbagai metode pembelajaran. Pembelajaran menulis teks naskah drama yang dilakukan oleh pendidik selama ini masih memisahkan antara pengetahuan formal peserta didik tantang menulis teks naskah drama dengan pengalaman sehari-hari peserta didik, sehingga peserta didik berasumsi bahwa pembelajaran menulis teks naskah drama tidak mempunyai hubungan dengan materi yang diajarkan. Materi bahan ajar yang disajikan tersebut tidak pernah dikaitkan dengan objek-objek atau kejadian-kejadian aktual di lingkungan sekitar yang akrab dengan kehidupan

7 peserta didik. Pembelajaran materi bahan ajar yang disajikan berupa teori, sebagai akibatnya peserta didik tidak dapat membuat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan akan digunakan, dengan demikian, peserta didik menjadi tidak tertarik/ berminat dalam pembelajaran menulis teks naskah drama, atau bahakan peserta didik akan mengatakan kalau menulis teks naskah drama itu sangatlah sulit. Oleh karena itu, untuk menjadikan pembelajaran menulis teks naskah drama lebih diminati, mudah, dan menyenangkan, tentunya tidak lepas dari pengalaman dan lingkungan hidup siswa sehari-hari. Dengan mengacu pada kondisi yang yang terjadi dalam pembelajaran menulis di SMP penting dilakukan terobosan dalam upaya yang lain untuk mengatasi permasalahan ini. Peneliti melihat perlunya jembatan yang mampu menghubungkan berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran. Jika guru merasakan beban materi yang cukup banyak dengan waktu yang sebenarnya cukup, tapi masih saja terdapat kesulitan dalam menyusun sebuah teks drama langsung jadi oleh peserta didik, sehingga pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan menyampaikan teori dan tanya jawab tanpa banyak melakukan kegiatan praktik di mana di sisi lain siswa merasa selama ini mereka tidak punya cukup waktu untuk berlatih, maka perlu dikembangkan sebuah cara yang mampu menjembatani kondisi tersebut. Peneliti merasa perlu dan penting untuk mengembangkan bahan ajar yang dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menulis teks

8 naskah drama, meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa pada kompetensi dasar menulis kreatif naskah drama. Pengembangan bahan ajar ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar lebih mandiri secara terbimbing atau tertuntun terutama dalam kegiatan menulis kreatif naskah drama, sehingga jika guru merasa siswa memiliki keterbatasan waktu untuk melakukan praktik menulis kreatif naskah drama di kelas, mereka bisa melakukan dengan bantuan bahan ajar atau modul yang disusun sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan untuk pembelajaran menulis kretif naskah drama adalah bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran mandiri, agar siswa dapat melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan dugaan, mengumpulkan data, dan menyimpulkan sendiri, yang nantinya kesemuanya ini juga dari, oleh, dan untuk mereka sendiri selaku peserta didik. Jadi salah satu hal yang dapat diharapkan untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar menulis kreatif naskah drama peserta didik SMP Negeri 1 Ajibarang adalah dengan menggunakan bahan ajar berupa modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual adalah modul menulis kreatif naskah drama yang komponen pembelajarannya dikaitkan dengan objek-objek di sekitar kehidupan peserta didik.

9 Pembelajaran berbasis proyek adalah merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang ada. Siswa dengan kemampuan berpikir secara kritis dan analisis cenderung akan lebih mampu menemukan suatu hal yang baru dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dilakukan guru dengan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai bagian dari keluarga maupun masyarakat. Salah satu bentuk inovasi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar (modul) menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. Pengembangan tersebut penting dilakukan karena di dalamnya terdapat kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik umtuk belajar menemukan, menggali kemampuan yang mereka miliki dengan bimbingan guru. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar (modul). Berdasarkan pada permasalahan dalam menulis kreatif naskah drama tersebut di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan pengembangan bahan ajar (modul) menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontektual pada siswa SMP khususnya kelas VIII.

10 B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kebutuhan bahan ajar menurut guru dan siswa yang dikembangkan untuk pembelajaran menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIIII? 2. Bagaimanakah pengembangan prototype / kelayakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual pada SMP kelas VIIII? 3. Bagaimanakah respon ahli dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan? 4. Apakah bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang dikembangkan efektif? C. Tujuan Pengembangan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Merumuskan kebutuhan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual menurut guru dan siswa di SMP Kelas VIIII. 2. Mengembangkan prototype/ kelayakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIIII.

11 3. Mengetahui repon ahli dan siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah dikembangkan. 4. Mengetahui keefektifan penggunaan bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual pada siswa SMP kelas VIIII. D. Manfaat Penelitian Pengembangan 1. Manfaat Teoretis a. Bahan ajar menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual di SMP kelas VIII dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran khususnya pengembangan kompetensi dalam menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia di SMP. 2. Manfaat Praktis a. Guru 1) Hasil penelitian ini menawarkan salah satu alternatif bahan ajar untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP. 2) Memberi solusi kesulitan bahan ajar bahasa Indonesia sesuai kurikulum.

12 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif. b. Siswa 1) Terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. 2) Menumbuhkan kreativitas dan inivatif siswa dalam menyikapi masalah di sekitarnya. 3) Tumbuhnya rasa empati dan partisipasi aktif dalam membantu masyarakat untuk mengatasi masalah yang ada di sekitar siswa. 4) Melatih siswa agar terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. c. Penulis 1) Dapat mengetahui keefektifan bahan ajar yang dikembangkan. 2) Menambah wawasan penulis. 3) Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman menyusun bahan ajar sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa, guru, dan sekolah. d. Peneliti Berikutnya 1) Menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar penelitian berikutnya. 2) Dapat memperluas dan mendalami penelitian sejenis pada masa mendatang baik dari aspek substansi maupun desain penelitian. e. Pengambil Kebijakan Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai alternatif bahan ajar dan sumber informasi untuk menemukan bahan ajar yang tepat, sesuai dengan kurikulum.

13 E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk pengembangan dalam penelitian ini berupa modul. Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Produk pengembangan berupa modul menulis kreatif naskah drama yang berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2016) yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Modul menulis kreatif naskah drama ini secara garis besar berisi: judul/ identitas, pendahuluan, peta konsep, petunjuk balajar, materi pembelajaran, altihan-latihan, evaluasi (dalam bentuk proyek), rubrik penilaian, dan LKS, yang diharapkan dapat menjadi bahan ajar mandiri bagi siswa di luar kelas dan dapat membantu siswa memcahkan permasalahan terkait dengan penulisan kreatif naskah drama malaui interaksi dengan lingkungannya agar lebih mudah menemukan dan mengembangkan ide menulsinya. F. Pentingnya Pengembangan Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pembalajaran menulis di sekolah adalah perbaikan proses pembelajaran menulis. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses pembelajaran menulis harus berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran menulis adalah prosedur atau tahap-tahap kegiatan belajar

14 mengajar yang dilakuakan oleh siswa dan guru dengan penekanan pada penciptaan kondisi belajar menulis untuk mencapai kompetensi dasar menulis yang ditentukan dengan pembelajaran berpusat pada siswa dan pemanfaatan media belajar. Pengembangan bahan ajar menulis kreatif naskah drama ini dilatarbelakangi karena pada umumnya siswa belum belum mampu membuat tulisan atau karangan, apalagi pembelajaran menulis ini dilakukan pada siswa SMP kelas VIII, tentu dalam pembelajarannya ini mengalami kesulitan dalam menulis sebuah kreatif naskah drama sebagai salah satu kompetensi yang harus mereka kuasai dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kesulitan ini disebabkan (a) kurangnya minat dan pemahaman siswa terhadap aktivitas menulis, (b) kurangnya aktivitas siswa dalam melakukan penjelajahan terhadap tulisan melalui membaca atau menyimak secara langsung, (c) kurangnya kesempatan umtuk mengidentifikasi unsur-unsur tulisan dalam diskusi kelompok, (d) kurangnya kesempatan siswa mendemonstrasikan atau menuliskan karyanya secara langsung dan mendikusikannya dengan teman-teman dan guru, (e) kurangnya kesempatan siswa untuk memperbaiki kembali karyanya, dan (f) kurangnya pengakuan hasil kerja keras siswa dari teman-teman dan guru. Akibatnya (a) siswa mengalami kesulitan menuangkan pikirannya dan perasannya dalam tulisan, (b) siswa sulit memunculkan ide, (c) siswa sulit mengembangkan ide menjadi tulisan jadi, (d) siswa sulit mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan jadi, dan (e) siswa sulit memanfaatkan

15 berbagi pengalaman dengan teman sejawat maupun guru dalam belajar menulis. Padahal dengan bekal menulis, siswa diharapkan dapat menambah bekal dan rasa percaya diri untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Oleh karena itu diperlukan sebuah langkah strategis untuk menjembatani kondisi ini salah satunya adalah dengan membuat bahan ajar (modul) menulis kreatif naskah drama yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa belajar mandiri namun tetap terbimbing dalam melakukan praktik menulis kreatif naskah drama, sehingga alasan keterbatasan waktu dan muatan materi yang banyak dapat teratasi dengan siswa dapat mempelajari modul yang dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pengembangan mengembangan modul menulis kreatif naskah drama yang mudah dan menyenangkan bagi peserta didik menjadi sangat diperlukan. Modul ini diberi nama Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual. G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan 1. Asumsi Asumsi dalam penelitian dan pengembangan modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yaitu; (1) Modul pembalajaran menulis kreatif naskah drama sampai saat ini belum dikembangkan, (2) Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual ini diharapkan dapat digunakan di SMP

16 khususnya di SMP Muhammadiyah Ajibarang, sebagai pilihan penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran menulis kreatif naskah drama yang sesuai dengan Kurikulum, (3) Di SMP Negeri 1 Ajibarang sebagai sekolah percontohan belum menggunakan modul pembelajaran menulis kreatif naskah drama. 2. Keterbatasan Pengembangan Penelitian pengembangan ini, menghasilkan produk bahan ajar berupa modul. Namun demikian, dalam pengembangannya modul ini memiliki keterbatasan pengembangan. Adapun keterbatasannya yaitu (1) modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual dikembangkan dari salah satu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, (2) Modul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual dinilai oleh ahli materi, isi, bahasa, guru bahasa Indonesia, dan guru TIK untuk memberi masukan, (3) madul menulis kreatif naskah drama berbasis proyek dengan pendekatan kontekstual yang telah peneliti kembangkan sebagai produk penelitian pengembangan diimplementasikan di SMP Negeri 1 Ajibarang pada kelas VIII. H. Definisi Istilah Untuk memberikan kejelasan arti dan menhindari penafsiran yang salah pada istilah yang digunakan dalam judul dan rumusan masalah, maka diberikan batasan-batasan iatilah atau definisi istilah sebagai berikut :

17 1. Pengembangan Pengembangan adalah proses penyusunan bahan ajar (modul) yang memenuhi kriteria mudah, menyenangkan, praktis, dan efektif. Model pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah ada 10 langkah namun demikian, menurut Borg and Gall kesepuluh langkah penelitian itu dapat disederhanakan menjadi lima langkah utama yaitu (1) Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan, (2) Mengembangkan produk awal, (3) Validasi ahli dan revisi, (4) Uji coba lapangan skala kecil dan revisi poduk, dan (5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. 2. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan komponen pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai bahan belajar bagi siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. 3. Modul Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat seperangkat penglaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu pserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran,, materi/ substansi belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi

18 sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing. 4. Menulis Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. 5. Naskah Drama Naskah adalah karangan yang masih ditulis dengan tangan. Drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan. 6. Berbasis Proyek Projek Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai media. 7. Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa yang memperoleh pengetahuan dan keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang sangat penting, karena dengan pembelajaran bahasa anak memiliki keterampilan dan kemahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perihal karakter dan implementasi kurikulum, membuat para pemerhati pendidikan berpikir serta berupaya memberikan konstribusi yang diharapkan dapat bermakna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendekatan pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, pendekatan pembelajaran juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu cirri pembeda antara manusia dengan mahluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

memahami unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen.

memahami unsur-unsur yang membangun sebuah cerpen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran cerpen (cerita pendek) yang dilakukan dengan benar dapat menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuankemampuan-kemampuan tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan di mana siswa dapat menuangkan ide atau gagasan kreatif dan imajinasinya ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 0 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR STUDY) DI NDAYU PARK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2008 / 2009 SKRIPSI

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari keterampilan menulis sastra. Keterampilan menulis naskah drama tidak datang dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi sosial. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik terdiri empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaannya keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat penting. Kualitas kinerja atau mutu guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. Produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu kegiatan untuk menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis merupakan suatu proses.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses yang cukup panjang. Menulis memerlukan adanya pengetahuan, waktu dan pengalaman. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tentu diperlukan demi pembinaan manusia (siswa) yang cerdas, jujur, berdisiplin,

BAB 1 PENDAHULUAN. tentu diperlukan demi pembinaan manusia (siswa) yang cerdas, jujur, berdisiplin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diberlakukannya Kurikulum 2013, pengembangan berbagai kompetensi tentu diperlukan demi pembinaan manusia (siswa) yang cerdas, jujur, berdisiplin, dan berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis karya sastra tidak akan lepas dari metode ajar yang digunakan guru di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan suasana

Lebih terperinci

YUNICA ANGGRAENI A

YUNICA ANGGRAENI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI TEKNIK MODELING DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 1 ULUJAMI TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Karena pendidikan memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Kita dapat menyatakan pendapat, perasaan, gagasan yang ada di dalam pikiran terhadap orang lain melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA merupakan mata pelajaran dengan konsep pembelajaran alam yang mempunyai hubungan erat dan luas dengan kehidupan manusia. IPA berhubungan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dan strategis dalam proses komunikasi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA SMP ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII A di SMP Muhammadiyah 8 Surakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS V MADRASYAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH TEMPURSARI, NGAWEN, KLATEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 17 BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Dialog Sederhana Dalam KTSP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dan Pembelajaran merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan belajar dan pembelajaran dapat digambarkan dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Di era informasi sekarang ini kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai empat keterampilan berbahasa yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap bangsa karena melalui pendidikan warga negara akan siap dalam menghadapi setiap perubahan dan perkembangan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI SISWA KELAS III SDIT AR-RISALAH SURAKARTA TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut.

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan bahasa yang digunakan dalam kelompok terebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang bersifat individu juga sebagai makhluk yang bersifat sosial. Sebagai makhluk sosial manusia cendrung hidup berkelompok, misalnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yang diberikan kepada para siswa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun yang termasuk perangkat program pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun harkat dan martabat suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan kepada siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) bahkan di universitas juga diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di

BAB I PENDAHULUAN. membangun rasa percaya diri, dan sarana untuk berkreasi dan rekreasi. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Bahasa Indonesia terdiri dari dua aspek pembelajaran, yaitu: aspek kebahasaan atau gramatikal dan aspek kesusastraan. Aspek kebahasaan mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit karena siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING SISWA KELAS X AK 1 SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR TAHUN DIKLAT 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Dan salah satu hal yang menentukan kualitas pembelajaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang

Lebih terperinci

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran berbahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan pengajaran keterampilan-keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilan-keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini haruslah disadari benar, terutama oleh guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit untuk dipahami. Pentingnya belajar matematika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting. Bukan tanpa alasan matematika diberikan di semua jenjang pendidikan. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan suatu daerah bahkan bangsa. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi, mengingat bahasa merupakan sarana komunikasi dalam masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan pengembangan penalaran. Karya sastra adalah wujudnya sastra. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk mengungkapkan ide, pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berfikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP perlu diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara

Lebih terperinci