PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN TRIKOKOMPOS DI DESA SUNGAI BOKOR KALIMANTAN SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TEKNOLOGI MIKOTRIDERM BERBASIS 3 in 1 DALAM PEMBIBITAN KARET RAKYAT

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 30, Nomor 2 April Juni 2015

PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI MEDIUM PERBANYAKAN Trichoderma harzianum DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN CABAI

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

JAMUR AKAR PUTIH (JAP) PADA KOMODITI CENGKEH TRIWULAN II DI WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA. Effendi Wibowo, SP dan Yudi Yulianto, SP

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

DINAMIKA POPULASI Trichoderma PADA SISTEM BUDIDAYA LOKAL PADI DI LAHAN RAWA ABSTRAK

Logista Vol. 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN:

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. PENDAHULUAN. Pisang Cavendish merupakan komoditas pisang segar (edible banana) yang

TEKNIK PRODUKSI KOMPOS. Bio-TRIBA BT1. (Bahan aktif, Bacillus pantotkenticus dan Trichoderma lactae)

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Karet. Budidaya Karet

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA M E D A N

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

F1-35 PENINGKATAN PRODUKSI DAN APLIKASI BAHAN AKTIF PENGENDALI JAMUR FITOPATOGEN PADA TANAMAN KAKAO. Peneliti Utama : Rofiq Sunaryanto

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

I. PENDAHULUAN. Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Kedelai dapat dikonsumsi langsung atau dalam bentuk olahan seperti

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

3 METODE PENELITIAN 3.1 Survei Limbah Organik Susu Bubuk 3.2 Penelitian Lapang

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

SEBARAN PENYAKIT AKAR PUTIH BEBERAPA CENDAWAN ANTAGONIS. Oleh A

SKRIPSI OLEH: NENY YANTI SIREGAR AGROEKOTEKNOLOGI - HPT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro SKRIPSI OLEH : NI MAL HAMDI BM AGROEKOTEKNOLOGI

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

PENDAHULUAN. (Nicotiana tabacum L) merupakan tembakau yang terbaik di dunia dalam hal kualitas

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

KEDAULATAN PANGAN INDONESIA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

*Corresponding author : ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

KEMAMPUAN Trichoderma spp. DALAM PENGENDALIAN Patogenitas Rhizoctonia solani PADA TANAMAN KEDELAI

I b M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT DESA SIDO MULYO KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

JAP PADA TANAMAN KARET

BAB III MATERI DAN METODE. melalui penerapan solarisasi tanah dan aplikasi agen hayati Trichoderma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

68 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal

EFEKTIVITAS AGENS ANTAGONIS TRICHODERMA SP PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH TERHADAP PENYAKIT LAYU TANAMAN TOMAT

ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Uji Antagonis Trichoderma sp. Terhadap Fusarium sp. Secara In Vitro (Metode Dual Kultur)

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Zaida FAIRUZAH, Cici Indriani DALIMUNTHE, KARYUDI, 1 3. Soleh SURYAMAN dan Wiwik E. WIDHAYATI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI KOMBINASI JAMUR ENDOFIT DAN BAKTERI RIZOSFIR DALAM MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG RHIZOCTONIA DI LAHAN PASANG SURUT TIPE D

I. PENDAHULUAN. dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena itu,

Transkripsi:

PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN TRIKOKOMPOS DI DESA SUNGAI BOKOR KALIMANTAN SELATAN Mariana dan Ismed Setya Budi Prodi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat Email : mariana@ulm.ac.id ABSTRAK Karet merupakan sumber penghasilan utama bagi pekebun di Desa Sungai Bokor. Selain berprofesi sebagai pekebun karet, juga sebagai peternak kambing ettawa. Namun Kotoran kambing menjadi polusi dan tidak dimanfaatkan. Hal ini sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media aplikatif dari Trichoderma menjadi produk Trichokompos. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah melatih dan mendampingi pekebun dan peternak untuk teknologi produksi Trikokompos. Kegiatan ini diawali dengan metode penyuluhan yaitu tentang penyakit karet, kompos dan Trikokompos. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan yang telah disepakati antara pelaksana dan mitra berlangsung yang dalam 2 (dua) tahap. Tahap I adalah pelatihan penyediaan kultur murni Trichoderma indigenous dan pembuatan starternya. Tahap ini dilatihkan dan didampingi oleh Tim pelaksana. Tahap II dilaksanakan oleh Mitra yang dilatihkan dan didampingi oleh Tim pelaksana, yaitu produksi massal Trikoberas, kompos dan Trikokompos. Hasil dari kegiatan ini adalah pekebun dan peternak memahami tentang penyakit karet dan kompos serta Trikokompos..Mitra telah berhasil memproduksi Trikokompos sebanyak 750 kg. Setelah kegiatan Intensitas penyakit Jamur Akar Putih di kebun karet di desa Sungai Bokor sudah menurun sekitar 50%. Kata kunci : Penerapan teknologi sederhana, Trikokompos, Karet. PENDAHULUAN Karet merupakan sumber penghasilan utama bagi pekebun di Desa Sungai Bokor. Pada perkebunan rakyat pengelolaan tanaman tidak seperti layaknya Perusahaan Besar yang mempunyai kemampuan lebih untuk hal tersebut. Di Kalimantan Selatan perkebunan karet didominasi oleh kebun rakyat. Total luas area perkebunan karet adalah seluas 262.295 Ha, meliputi : Perkebunan Rakyat : 235.826 Ha (90,08%), Perkebunan Besar Negara : 13.025 Ha (5,05%), dan Perkebunan Besar Swasta : 13.444 Ha (4,87%). Produktivitas karet di Kalimantan selatan 1.047 kg sheet/tahun berada di bawah produktivitas nasional 1.500 kg sheet/tahun atau hanya 63,85% dari potensi produktivitas karet, hal ini karena kondisi tanaman yang sebagian sudah tua dan rusak (30%), dan terserang Jamur Akar Putih (JAP) pada tanaman karet produktif. Di Kabupaten Banjar pada perkebunan rakyat 6

produktivitas cukup rendah yaitu hanya 858 kg/ha dengan jumlah petani 16.983 orang dan luas lahan 24.770 Ha (Dinas Pekebunan Prov. Kal Sel). Kacamatan Mataraman merupakan salah satu daerah produsen karet. Di daerah ini terdapat pabrik pengolahan karet yaitu PTPN XIII Danau.Salak dengan kapasitas pabrik 40.000 ton/th dan kapasitas terpakai 12.000 ton/th, dan bentuk produksi berupa Ribbed Smoked Sheet (RSS). Di sekitar perusahan umumnya masyarakat menanam karet sebagai perkebunan rakyat d esa Sungai Bokor. Luas desa 30,40 km. Selain berprofesi sebagai pekebun karet, juga sebagai peternak kambing ettawa dengan populasi kambing 137 ekor. Serangan patogen R. lignosus (jamur akar putih) menyebabkan akar menjadi busuk dan umumnya ditumbuhi rizomorf cendawan. Gejala tampak pada daun; daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi layu, berwarna kusam, dan akhirnya kering. Tanaman yang terserang parah akan tumbang dan mati menyisakan tunggul tunggul sumber infeksi. Beberapa cara pengendalian penyakit jamur akar putih telah dilakukan, diantaranya dengan menghilangkan tunggul-tunggul atau organ tanaman berkayu secara tuntas sebagai sumber infeksi, menanam tanaman penutup tanah jenis leguminosa, pelumasan dan penyiraman fungisida, serta pengendalian dengan menggunakan agens hayati seperti Trichoderma spp. yang bersifat antagonis terhadap pathogen (Pawirosoemardjo, 2004). Solusi pengendalian yang ekonomis dan ramah lingkungan adalah dengan pengendalian hayati. Penggunaan produk biopestisida ini akan lebih efektif apabila diaplikasikan pada media aplikatif yang menunjang nutrisi dan kondisi lingkungan yang baik bagi mikroba antagonis. Kompos dan gulma air terbukti dapat meningkatkan kemampuan Trichoderma (Budi dan Mariana, 2015)..Biopestisida apabila sudah diaplikasikan di alam akan berkembang dengan baik apabila kondisi lingkungan biotik dan abiotiknya mendukung. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Trichoderma merupakan jamur antagonis yang mampu mengendalikan berbagai penyakit tanaman, baik pada tanaman pertanian maupun perkebunan. Selain itu, jamur ini juga berfungsi sebagai decomposer karena kemampuannya menghasil enzim 7

degredasi. (Harman Et al., 2004, Harman, 2006 ; Joshi et al. 2010 ; Chen dan Nelson, 2012). Hasil studi karakteristik pada awal kegiatan menunjukkan bahwa pekebun mempunyai keterbatasan dalam penguasaan teknologi khususnya teknologi pengendalian jamur akar putih. Sampai sat ini kondisi penyakit yang sudah cukup parah tersebut, belum dikendalikan secara optimal. Di sisi lain, penyuluh setempat menyatakan bahwa perkembangan teknologi yang cepat menyebabkan pekebun ketinggalan. Agar potensi pekebun dapat berkembang maupun memperkuat potensi atau daya yang dimiliki pekebun di kawasan perkebunan rakyat, maka dilakukan introduksi teknologi yang dibutuhkan pekebun. Di Desa Sungai Bokor, selain terdapat perkebunan karet, akhir akhir ini masyarakat sudah mulai beternak kambing Ettawa dengan produk berupa daging kambing dan susu kambing. Susu kambing sekarang sudah mulai dikembangkan untuk menjadi produk unggulan desa. Namun sampai sekarang kotoran kambing menjadi polusi dan tidak dimanfaatkan. Kotoran kambing ini akan dimanfaatkan sebagai media aplikatif dari Trichoderma sehingga menjadi produk biopestisida alami berupa Trichokompos Target yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah melatih dan mendampingi pekebun untuk memproduksi Trikokompos dan Trikoberas dan Menurunkan intensitas penyakit jamur akar putih pada tanaman karet di desa Mitra. METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini diawali dengan penyuluhan tentang hama dan penyakit karet, juga dijelaskan tentang kompos dan Trikokompos. Pada tahap awal pekebun/peternak yang dilatih diseleksi berdasarkan tingkat pendidikan karena teknologi ini memerlukan ketrampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh di tingkat Sekolah Menengah Atas. Empat petani dan peternak yang terpilih pada awal pertemuan seluruh anggota kelompok, dilatih dan didampingi untuk mengaplikasikan teknologi pengkayaan kompos kotoran kambing untuk produksi Trikoberas, pengomposan dan Trikokompos., Pada implementasi konsep pemberdayaan masyarakat menggunakan pendekatan kelompok. Untuk itu, dilakukan rekayasa sosial untuk pemberdayaan pekebun, melalui pelatihan dan 8

pendampingan yang intinya mengarah pada penciptaan suasana iklim yang memungkinkan potensi peternak dan pekebun berkembang. Kegiatan ini yang telah disepakati antara pelaksana dan mitra berlangsung yang dalam 2 (dua) tahap. Tahap I adalah penyediaan kultur murni Trichoderma dan pembuatan starternya. Tahap ini dilaksanakan oleh Tim pelaksana. Tahap II dilaksanakan oleh Mitra yang dilatihkan dan didampingi oleh Tim pelaksana, yaitu produksi massal Trikoberas, kompos dan Trikokompos. Secara rinci kegiatan tersebut meliputi: a. Pelaksana membuat kultur murni Trichoderma yang diisolasi dari daerah Mitra, kemudian membuat kultur padat dalam media beras sehingga menjadi Starter; b. Mitra dilatih dan didampingi memproduksi massal Trikoberas dari starter; c. Mitra dilatih membuat mengolah kotoran kambing menggunakan Trichoderma menjadi kompos kotoran kambing; d. Mitra dilatih dan didampingi untuk memproduksi massal Trikokompos yaitu dari starter yang diaplikasikan ke kompos kotoran kambing; e. Dilakukan pendampingan, yang fungsinya sebagai fasilitator dalam membantu mencari pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh Pekebun; f. Pekebun dilatih dan didampingi untuk metode aplikasi produk ke perkebunan karetnya. Evaluasi dilakukan diakhir kegiatan yaitu kemampuan peserta dalam memproduksi kompos dan Trichokompos baik kualitas maupun kuantitas. Kemampuan peserta dalam mengaplikasikan produk dievaluasi diawal dan diakhir kegiatan dengan menghitung intensitas penyakit jamur akar putih. Perhitungan intensitas penyakit berdasarkan Omorusi et al (2014). HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan diawali dengan penyuluhan yang dilaksanakan di rumah salah satu ketua kelompok tani yang menjelaskaan penyakit tanaman tanaman. Materi penyuluhan juga menjelaskan tentang cara pembuatan kompos organik berbahan dasar kotoran kambing dengan dekomposer Trichoderma sp. Pengenalan pengendali biologis terhadap jamur penyebab penyakit akar putih pada tanaman karet juga dijelaskan. Kegiatan penyuluhan yang dihadiri oleh masing-masing ketua dan semua anggota kelompok tani, kelompok wanita tani (KWT) 9

mendapatkan respon yang baik. Semua petani terlibat dalam diskusi dan tanyajawab terkait materi penyuluhan serta menyatakan siap untuk melaksanakan tahapan kegiatan pengabdian selanjutnya (Gambar 1.) Dalam diskusi yang dilakukan ditetapkan pula jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pelatihan pembuatan Triko beras, dan kemudian pelatihan pembuatan Trikokompos tentang persiapanpersiapan untuk melaksanakan teknologi pengendalian jamur akar putih pada tanaman karet secara alami. Gambar 1. Suasana pada saat penyuluhan penyakit karet dan biopestisidanya Hasil pelatihan menunjukkan mitra sudah berhasil menguasai teknik sederhana pengambilan sampel Trichoderma spesifik lokasi menggunakan potongan bambu dan nasi basi (Gambar 2a). Isolat Trichoderma hasil isolasi dilaboratorium pengendalian hayati ULM digunakan sebagai starter membuat Triko beras. a b C Gambar 2. Kegiatan pembuatan Trikoberas, a. pengambilan sampel 10

Trichoderma spesifik lokasi; b. pembuatan Trikoberas; c. Hasil Trikoberas produksi Mitra Kegiatan ini dilatihkan oleh Tim pelaksana di sekretariat kelompok tani lebah madu desa Sungai Bokor. Teknologi pembuatan biopestisida ini sangat menarik minat peserta karena teknik perbanyakan cendawan Trichoderma sp. secara langsung baru pertama kali mereka lihat sehingga saat kegiatan pembuatan tersebut banyak pertanyaan yang diajukan oleh mitra yang menandakan keinginan tahu mereka cukup tinggi, bahkan ibu-ibu dari kelompok wanita tani ikut serta dalam kegiatan tersebut (Gambar 2b). Dalam waktu satu minggu media beras hasil pelatihan sudah penuh ditumbuhi oleh jamur Trichoderma. Keadaan ini semakin menguatkan dan memperbesar minat mitra akan kegiatan ini. (Gambar 2c). Pelatihan pembuatan Trikokompos diawali dengan ketua dan anggota kedua kelompok tani menyiapkan kotoran kambing yang akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan Trikokompos. Selanjutnya kelompok tani yang didampingi oleh tim pengabdian, melakukan pembuatan kompos dengan menggunakan dekomposer jamur Trichoderma (Gambar 3a dan 3b). Trikokompos hasil pelatihan berhasil didapat setelah 4 minggu diinkubasi(gambar 3c dan 3d). A B C D Gambar 3A dan 3B : Pelatihan pembuatan Trikokompos. Gambar 3C dan 3D : Trikokompos hasil pelatihan Trikokompos hasil pelatihan, diaplikasikan dengan demplot pada tanaman karet di kebun karet milik peserta. Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus efektivitas Henderson dan Tilton (Ditlinbun, 2014) yaitu : ( ) EI = Keefektifan APH yang diuji (%) Ca = Kerusakan pada petak control setelah aplikasi APH Cb = Kerusakan pada petak control sebelum aplikasi APH 11

Ta = Kerusakan pada petak perlakuan setelah aplikasi APH Tb = Kerusakan pada petak perlakuan sebelum aplikasi APH Hasil perhitungan efektivitas tersebut, Trikokompos yang digunakan sudah mampu menurunkan intensitas penyakit JAP dengan efektifitas lebih dari 50% (Tabel 1). Hal ini sudah melampaui target yang ditetapkan. Tabel 1. Intensitas penyakit JAP setelah 4 minggu aplikasi beberapa taraf dosis Trikokompos No. Perlakuan Intensitas Penyakit % Efektivitas JAP (%) 1 Trichoderma 53.13 50.00 52.78431 2 Kontrol 37.6 75.0 0 3 Trikokompos 1 kg 28.13 21.88 60.98148 4 Trikokompos 2 kg 45.00 59.38 33.80787 5 Trikokompos 3 kg 25.00 50.00-0.34337 6 Trikokompos 4 kg 50.00 75.00 24.75 DAFTAR PUSTAKA Budi, I.S dan Mariana. 2015. The Application of Endophytic Trichoderma viride PS-3.7 Using Indigenous Tidal Swamp Aquatic Weeds Media to Control Paddy Wilt Disease. Asian Journal of Applied Sciences 03 (1) : 191-195 Chen, M, H. dan Nelson, E, B. 2012. Microbiological-induced carbon competition in the stermosphere leads to pathogen and disease suppression in a municipal biosolids compost. Taiwan Agricultural Research Institute. Zhongzheng, Taiwan. Cook, R.J. and Baker, K.F. 1983. The Nature and Practice of Biological Control of Plant Pathogens. The American Phytopathol. Society, St. Paul MN Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. Ditlinbun (Direktorat Perlindungan Perkebunan). 2014. Pedoman Uji Mutu Dan Uji Efikasi Lapangan Agens Pengendali Hayati (APH). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Kemeterian Pertanian. Joshi, BB. Bhatt, R.P. dan Bahukhandi, D. 2010. Antagonistic and Plant Growth activity Trichoderma isolates of Western Himalayas. Journal of Environmental Biology. India. Mariana. Budi, I.S. Aphrodhyanti, L., Yusriadi, M. 2014. Efikasi Trichoderma Dalam Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet. Laporan Penelitian 12

Omorusi, V.I., Eguavoen, O.I., Ogbebor, N.O., Bosah, B.O., Orumwense, K., Ijie, K. 2014. Control of White Root Rot Disease in Rubber Plantations in Nigeria. International Journal of Microbiology and Immunology Research 3(4) : 046-051 Pawirosoemardjo S. 2004. Manajemen pengendalian penyakit penting dalam upaya mengemankan target produksi karet nasional tahun 2020. Proc.Pertemuan teknis.pusat Penelitian Karet Balai Penelitian sembawa. Sembawa. Harman, G.E., Howel, C.R., Viterbo, A., Chet, I., and Lorito, M. 2004. Trichoderma species - opportunistic, avirulent plant symbionts.natural Reviews, Microbilogy..2 : 43-56. Howell C. R.,L. E. Hanson, R. D. Stipanovic, and L. S. Puckhaber. 2000. Induction of Terpenoid Synthesis in Cotton Roots and Control of Rhizoctonia solani by Seed Treatment with Trichoderma virens. Phytopathology 90 (3) :248-252. 13