PENGARUH TEMPAT TUMBUH, JENIS DAN DIAMETER BATANG TERHADAP PRODUKTIVITAS POHON PENGHASIL BIJI TENGKAWANG



dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI BUAH TENGKAWANG PADA BEBERAPA TOPOGRAFI DAN DIMENSI POHON Fruit Production of Tengkawang at Several Topography and Tree Dimension

RESPONS PERTUMBUHAN ANAKAN JELUTUNG MERAH

Buletin Penelitian Hutan (Forest Research Bulletin) 630 (2002): 1-15

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

Oleh/by : Ina Winarni, E. Suwardi & A. Marysofa ABSTRACT. Kemiri is multipurpose trees, where all parts of it such as stem, leaves, and fruit meat are

I. PENDAHULUAN. (MacKinnon, 1997). Hakim (2010) menyebutkan, hutan tropis Pulau Kalimantan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 2 : (1999)

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

POLA PEMANENAN BUAH TENGKAWANG

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Peta lokasi pengambilan sampel biomassa jenis nyirih di hutan mangrove Batu Ampar, Kalimantan Barat.

Oleh/By : Deddy Dwi Nur Cahyono dan Rayan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa ABSTRACT

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

DI HUTAN RAKYAT DESA PUNGGELAN, KECAMATAN PUNGGELAN, BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

Oleh/Bj : Sona Suhartana dan Maman Mansyur Idris. Summary

KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH BEBERAPA JENIS TANAMAN HUTAN PADA LAHAN BERGAMBUT TERBUKA DI KEBUN PERCOBAAN LUBUK SAKAT, RIAU

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENANGGULANGAN MASALAH SERAT BERBULU PADA KAYU LABU ( Endospermum spp.) SEBAGAI BAHAN BAKU PENSIL

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

FAKTOR EKSPLOITASI HUTAN TANAMAN MANGIUM ( Accacia mangium Wild): STUDI KASUS DI PT TOBA PULP LESTARI Tbk., SUMATERA UTARA

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. 6 No. 1 : 1-5 (2000)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TENGKAWANG PENGHASIL UANG TENGKAWANG PENGHASIL UANG ; KOMODITI HASIL HUTAN BUKAN KAYU SUMBER EKONOMI MASYARAKAT

HHBK, Potensi Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan KUNJUNGAN DPRD BOALEMO KE KAMPUS BADAN LITBANG KEHUTANAN BOGOR, 3 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

MENGGALAKAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI PRODUK UNGGULAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Kuisioner Uji Organoleptik. rasa, aroma, keempukan dan total penerimaan dengan memberi tanda cek (v) pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi pohon Kemenyan menurut Jayusman (2014) sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

PELAKSANAAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

EKONOMI GAHARU. Oleh : Firmansyah, Penyuluh Kehutanan. Budidaya pohon gaharu saat ini tak terlalu banyak dikenal masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN

PEMURNIAN BEBERAPA JENIS LEMAK TENGKAWANG DAN SIFAT FISIKO KIMIA (Refining Some Type of Illipe Nut's Fat and It's Physical-Chemical Properties)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Asef K. Hardjana 1) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

LAMPIRAN. Lampiran 1. Lay Out Penelitian Rancangan Acak Lengkap

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1 : (2005)

PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Penggunaan Regresi Linear Berganda untuk Menganalisis Pendapatan Petani Kelapa Studi Kasus: Petani Kelapa Di Desa Beo, Kecamatan Beo Kabupaten Talaud

Oleh/By Wesman Endom dan Maman Mansyur Idris

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

OPTIMASI KEKUATAN BENDING DAN IMPACT KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT RAMIE BERMATRIK POLYESTER BQTN 157 TERHADAP FRAKSI VOLUME DAN TEBAL SKIN

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Jl. Gunung Batu No. 5 Po Box 331; Telp ; Fax Bogor Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

Lampiran. Deskripsi Varietas Kedelai Anjasmoro

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

RESPOMS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAAWI (Brassica Juncea. L) TERHADAP INTERVAL PENYIRAMAN DAN KONSENTRASILARUTAN PUPUK NPK SECARA HIDROPONIK

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PENGARUH TEMPAT TUMBUH, JENIS DAN DIAMETER BATANG TERHADAP PRODUKTIVITAS POHON PENGHASIL BIJI TENGKAWANG The Effect of Growth Site, Species, and Stem Diameter of Tengkawang Trees on Seed Productivity Oleh/By: Ina Winarni, E. S. Sumadiwangsa & Dendy Setyawan ABSTRACT Tengkawang is one of the leading commodity of non timber forest products in West Kalimantan. Tengkawang commodity Is sold in the form of dry seed mainly for export. Meanwhile, the processed products derived from tengkawang such as tengkawang oil are sent back to Indonesia as imported finished and half-finished items. This investigation was mainly aimed at assessing the effect of growth site, species, and diameter of tengkawang producing trees on the seed productivity. The target was to procure reliable data/information on productivity and technical growth increment which can be further useful as a guidance in developing tengkawang-seed busines. The result revealed that the highest productivity of tengkawang seeds indicated by the trees with a diameter in the range of 60 90 cm. The results revealed that, the seed production was 555,7 kg per tree per harvest. The highest seed productivity was indicated by Shorea stenoptera Burk trees growing in Sanggau, i.e. 620,9 kg per trees per harvest. It is suggested that based on the honestly significant difference s range test, the promising development of tengkawang cultivation in rank by species from the most until the least was consecutively Shorea stenoptera Burk, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma, and Shorea palembanica Miq. respectively, All species grow in Sintang and Sanggau. Keywords: Growth site, species, diameter, tengkawang seed, productivity. ABSTRAK Tengkawang merupakan komoditi andalan dari Kalimantan Barat yang dijual dalam bentuk biji kering yang umumnya untuk ekspor dan sebagian hasil olahannya diimpor kembali oleh Indonesia dalam bentuk bahan jadi dan setengah jadi untuk aneka industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi (tempat tumbuh), jenis dan diameter terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang, sedangkan sasarannya adalah menghasilkan informasi produktivitas dan daur teknis yang dapat dipakai sebagai acuan pengembangan pengusahaan biji tengkawang. Penelitian menunjukkan bahwa produksi tengkawang tertinggi dihasilkan dari pohon yang berdiameter 60-90 cm yang menghasilkan biji sebanyak 555,7 kg/pohon/panen. Produktivitas ratarata tertinggi dihasilkan dari jenis Shorea stenoptera Burk di Sanggau yang menghasilkan biji sebanyak 620,9 kg/pohon/panen. Beberapa saran untuk pengembangan budidaya tengkawang adalah 23

Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No. 1, Juni 2004: 23 33 seperti berikut : Shorea stenoptera Burk dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma dapat ditanam di Sintang dan Sanggau, Shorea palembanica Miq dapat ditanam di Sanggau dan di Sintang. Kata kunci: Tempat tumbuh, jenis, diameter, biji tengkawang, produktivitas. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia tumbuh aneka pohon yang selama daur hidupnya menghasilkan kayu dan juga komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Jenis HHBK yang diperoleh banyak macamnya, antara lain berupa : biji (tengkawang, kemiri, pala pinang, dll), resin dan getah (damar, kopal, kemenyan, kamper, jelutung, perca dan hangkang), kulit kayu (kayu manis, lawang, sintok, bakau-bakau dan akasia), daun (perca, cengkeh, kayu putih, gambir, ekaliptus, dll), dan bunga (kenanga, ylang-ylang dan cengkeh). Tengkawang adalah jenis Shorea yang telah lama dikenal di Indonesia. Jenis ini termasuk famili Dipterocarpacea. Daerah penyebarannya adalah Asia Tenggara yaitu: Thailand, Malaysia, Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), Serawak, Sabah dan Phillipina. Tumbuh baik pada daerah beriklim tropika basah dengan ketinggian 5-1.000 m dpl, serta lokasi yang bertanah liat, berpasir, maupun berbatu yang digenangi atau tidak digenangi air. Di Indonesia terdapat 13 jenis pohon penghasil tengkawang, di mana 10 jenis di antaranya terdapat di Kalimantan dan 3 jenis lainnya di Sumatera. Umumnya berbunga pada bulan September - Oktober dan buah masak pada bulan Januari - Maret, berbuah lebat setelah kemarau panjang (Anonim,1986). Biji tengkawang yang merupakan maskot daerah Kalimantan Barat sudah sejak ratusan tahun yang lalu dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor, bahkan sebelum perang dunia kedua ekspor biji tengkawang pernah mencapai 3.600 ton setahun (Departemen Kehutanan, 1986). Komoditi biji tengkawang dijual dalam bentuk bahan mentah yang hampir keseluruhannya untuk ekspor dan hasil olahannya diimpor kembali oleh Indonesia dalam bentuk bahan jadi dan bahan setengah jadi untuk industri. Dalam dunia perdagangan, minyak tengkawang dikenal dengan nama green butter, karena mirip mentega yang berwarna hijau atau disebut juga Borneo tallow (minyak dari Kalimantan), sementara bahasa perdagangan yang lebih sering dipergunakan adalah tengkawang oil (BPS, 1999). Pada periode tahun 1985 1989, ekspor tengkawang Indonesia telah menghasilkan devisa sebesar US$ 7.439.167,75; yang berasal dari biji tengkawang sebanyak 10.677,01 ton, nilai ini belum termasuk nilai jual bungkil tengkawang (BPS, 1989). Pemanfaatan lemak tengkawang saat ini sebagian besar hanya dalam industri coklat, yang ditujukan untuk meningkatkan titik leleh lemak coklat terutama lemak coklat yang berasal dari Amerika Latin. Minyak tengkawang dalam industri makanan dikenal dengan nama cacao butter substitute, yang digunakan sebagai pengganti minyak coklat. Pada industri farmasi dan kosmetika dikenal dengan nama oleum shorea yang dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Minyak tengkawang juga cocok digunakan pada industri margarine, coklat, sabun, lipstik dan obat-obatan; karena memiliki keistimewaan, yaitu titik lelehnya yang tinggi berkisar antara 34 39 C. Selain untuk pangan, prospek yang baik dari minyak tengkawang yang dikenal dengan nama vegetable thallow atau illip nut, dapat dipakai sebagai minyak pelumas mesin, pembuatan sabun, peti 24

kemas, harde kernseep, bahan baku pembuatan lilin, stearine, dan palmitat. Nilai gizi yang tinggi serta sifat titik cairnya yang juga tinggi bukan saja cocok sebagai pengganti minyak cokelat, tetapi juga sebagai penambah campuran minyak coklat agar mutunya menjadi lebih baik dan tahan disimpan pada suhu panas (Departemen Pertanian, 1990). Ekstrak lemak tengkawang memberi nilai tambah yang sangat tinggi yaitu mencapai 200%. Setiap tahun harga minyak tengkawang selalu meningkat, pada tahun 1994 bernilai US$ 1,85 per kg dan pada tahun 1998 bernilai US$ 2,87 per kg. Sejak tahun 1996 tidak tercatat ekspor biji tengkawang, kemungkinan besar terserap habis untuk memproduksi lemak tengkawang (Sumadiwangsa, 2001). Sebagai penghuni dari habitat hutan hujan tropis, biota ini perlu dikaji keberadaan dan produktivitas jenisnya untuk mengetahui lebih dekat nilai ekonomis dari hasil hutan berupa kayu dan bukan kayunya (biji tengkawang) sehingga memungkinkan untuk mengambil langkah atau kebijakan mengenai jenis ini dikemudian hari. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian pengaruh lokasi, jenis dan diameter terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang yang terdapat di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lokasi (tempat tumbuh), jenis dan diameter terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang, sedangkan sasarannya adalah menghasilkan informasi produktivitas yang dapat dipakai sebagai acuan pengembangan pengusahaan biji tengkawang terutama di lokasi terpilih. II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam areal hutan rakyat di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau, Propinsi Kalimantan Barat. B. Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi contoh uji pohon dan biji tengkawang sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah pita ukur, stop watch, timbangan, plastik pembungkus dan karung. C. Metode Penelitian Jenis yang diteliti adalah Shorea stenoptera Burk. (tengkawang tungkul), Shorea palembanica Miq. (tengkawang majau), dan Shorea Stenoptera Burk Forma Ardikusuma (tengkawang tungkul forma Ardikusuma) yang dianggap masyarakat petani tengkawang sebagai jenis-jenis yang paling dominan dan menguntungkan untuk dikembangkan. Selanjutnya memilih 5 pohon yang telah berproduksi dari tiap-tiap jenis dengan selang diameter 30-39 cm, 40 49 cm, 50-59 cm dan 60-69 cm. Pengukuran dilakukan dengan cara menimbang hasil panen biji tengkawang basah selama jangka waktu pemanenan. Tabulasi data dibuat dengan memperhatikan faktor-faktor : dua lokasi penelitian, tiga jenis pohon penghasil biji tengkawang dan empat ukuran diameter pada masing-masing jenis penghasil biji tengkawang. Selanjutnya dilakukan evaluasi data dengan rancangan 25

Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No. 1, Juni 2004: 23 33 acak faktorial untuk masing-masing jenis evaluasi. Supaya diperoleh data yang lebih representatif, setiap satuan pengukuran diulang sebanyak dua kali. Jika terdapat faktorfaktor yang nyata dari hasil analisis keragaman, evaluasi data akan dilanjutkan dengan uji beda nyata jarak, terutama untuk faktor-faktor yang sifatnya kualitatif (jenis, lokasi). Untuk faktor yang kuantitatif (diameter pohon), evaluasi dilakukan dengan regresi berganda (linear, kuadratik). III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Dimensi Biji Tengkawang Masyarakat sekitar hutan secara beramai-ramai memungut biji tengkawang pada bulan Desember, Januari, Pebruari dan diperkirakan berakhir di bulan Maret. Pemungutan dilakukan dengan cara mengambil biji yang berjatuhan dan meninggalkan biji yang sudah mulai berkecambah. Pemungutan dilakukan di pagi dan sore hari, kemudian mengumpulkannya di rumah pemilik lahan untuk dilakukan penimbangan, selanjutnya hasil pungutan dibagi dua antara petani pemungut dengan pemilik lahan. Buah tengkawang berbentuk nut, bulat telur, di mana kulit buah dan kulit biji tidak terpadu, dan di dalamnya terdapat dua belah biji lembaga. Buah tengkawang biasanya memiliki lima sayap, tetapi ada juga jenis tengkawang yang agak gepeng. Tengkawang tungkul memiliki kelompok jurai-jurai pada sayap kecil dan tidak lebih panjang dari buah. Oleh karena itu disebut juga bersayap sempit (S. stenoptera atau narraw wingged), (Sudarto, 1997). Jenis lain memiliki sayap lebih panjang seperti bulu ayam, sehingga waktu jatuh berfungsi sebagai parasut. Ketiga jenis tengkawang yang memiliki dimensi (ukuran) biji yang berbeda-beda (Tabel 1), dimana dimensi biji dari jenis Shorea stenoptera Burk atau tengkawang tungkul lebih besar dibandingkan jenis yang lain dengan panjang dapat mencapai 75 mm, dan lebar 47 mm (keliling buah 140 mm) dengan bentuk buah oval. Sedangkan dimensi biji terkecil adalah jenis Shorea palembanica Miq. dengan panjang 35 mm dan lebar 25 mm. Tabel 1. Dimensi biji tengkawang Table 1. Dimension of tengkawang seed No. Jenis tengkawang (Kind of tengkawang) Panjang (mm) (Length; mm) Lebar (mm) (Width; mm) 1. S. stenoptera Burk. 75 47 2. S. palembanica Miq. 35 25 3. S. stenoptera Burk Forma Ardikusuma 42 25 B. Produktivitas Pohon Tengkawang Pohon tengkawang yang baru belajar berbuah akan menghasilkan 50 100 kg biji tengkawang kering. Hasil rata-rata pohon tengkawang pada panen raya berkisar antara 250 400 kg biji tengkawang kering. Pohon tengkawang pada tahun-tahun diluar panen raya hanya menghasilkan sekitar 50 100 kg biji (Sumadiwangsa, 2001). Seorang pemungut di Kalimantan Barat menyatakan bahwa pohon yang sangat besar dapat menghasilkan sekitar 800 kg biji tengkawang. 26

Data produktivitas pohon tengkawang hasil penelitian di dua lokasi (Sintang dan Sanggau) dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi biji tengkawang tertinggi adalah jenis Shorea stenoptera Burk. atau tengkawang tungkul dibandingkan dengan jenis tengkawang lainnya sebesar 771 kg. Tetapi apabila dilihat per jenis pohon tengkawang, maka diameter terbesar (60 69 cm) menghasilkan produksi biji tengkawang terbesar pula (Shorea stenoptera Burk = 771 kg; Shorea palembanica Miq. = 390 kg; dan Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma = 720 kg). Tabel 2. Produktivitas pohon penghasil tengkawang di Kabupaten Sintang Table 2. Productivity of tengkawang trees in Sintang regency Lokasi Sintang (Sintang location) (kg), A1 Jenis (species)1, B11 Jenis (species) 2, B12 Jenis (species) 3, B13 C111 C112 C113 C114 C121 C122 C123 C124 C131 C132 C133 C134 473 523 572 630 180 187 361 287 402 510 625 605 538 477 580 771 230 241 282 390 400 540 595 720 514 560 414 658 210 260 261 342 471 475 587 690 442 492 630 590 240 318 257 268 382 450 640 650 382 513 642 587 170 217 190 272 410 550 510 590 Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk ; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq; Jenis (species) 3 = Shorea stenoptera Burk FA; = 30 39 cm ; = 40 49 cm ; = 50 59 cm ; = 60 69 cm. Pada Tabel 3 terlihat bahwa produksi biji tengkawang tertinggi adalah jenis Shorea stenoptera Burk. atau tengkawang tungkul dibandingkan dengan jenis tengkawang lainnya sebesar 840 kg. Tetapi apabila dilihat per jenis pohon tengkawang, maka diameter terbesar (60 69 cm) menghasilkan produksi biji tengkawang terbesar pula (Shorea stenoptera Burk = 840 kg; Shorea palembanica Miq. = 405 kg; dan Shorea stenoptera Burk FA = 708 kg). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam produktivitas tengkawang pada Tabel 4 diketahui bahwa perbedaan jenis pohon dan diameter pohon berpengaruh sangat nyata terhadap produktivitas pohon, sedangkan lokasi dan interaksi antara lokasi dengan jenis pohon berpengaruh nyata. Tabel 3. Produktivitas pohon tengkawang di Kabupaten Sanggau Table 3. Productivity of tengkawang trees in Sanggau regency Lokasi Sanggau (Sanggau location), kg (A2) Jenis (species) 1, (B21) Jenis (species) 2, (B22) Jenis (species) 3, (B23) C211 C212 C213 C214 C221 C222 C223 C224 C231 C232 C233 C234 485 560 555 790 175 165 253 273 382 481 667 588 503 730 681 647 210 266 360 320 443 526 560 608 393 440 667 724 280 242 327 405 416 270 685 708 527 610 812 675 340 241 363 392 506 492 419 693 575 490 714 840 180 290 298 382 460 477 420 578 Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk ; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq; Jenis (species) 3 = Shorea stenoptera Burk FA ; = 30 39 cm ; = 40 49 cm ; = 50 59 cm ; = 60 69 cm. 27

Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No. 1, Juni 2004: 23 33 Tabel 4. Ringkasan analisa sidik ragam produktivitas tengkawang Table 4. Summary of the analysis of variance of tengkawang productivity Sumber (Source) Db (df) Jumlah kuadrat (sum of square) Kuadrat tengah (mean square) Peluang (probability) Pr>F A, lokasi (location) 1 20.098,408 20.098,408 0,0431* B, jenis (species) 2 2.221.524,317 1.110.762,158 0,0001** A*B 2 45.497,717 22.748,858 0,0107* C, diameter 3 561.677,625 187.225,875 0,0001** A*C 3 9.168,625 3.056,208 0,5917 B*C 6 37.343,950 6.223,992 0,2640 A*B*C 6 15.093,350 2.515,558 0,7873 Model 23 2.910.403,992 126.539,304 0,0001 Galat (error) 96 45.118,800 4.782,487 Total 119 33.692.522,792 Keterangan (Remarks) : * = Berbeda nyata pada taraf 5% (significant different at 5% level) ; ** = Sangat berbeda nyata pada taraf 1% (highly significant different at 1% level) ; R 2 = 0,8637 Pada dua lokasi penelitian (Sintang dan Sanggau), produksi rata-rata tertinggi diketahui dari selang diameter batang tertinggi (60-69 cm), dan seterusnya sampai pada selang diameter terendah dalam pengamatan (30-39 cm), seperti tertera pada Tabel 5. Pohon tengkawang sampai dengan diameter 60-69 cm masih menunjukan produktivitas yang tinggi, sementara karateristik penurunan produktivitas tidak dapat terdeteksi sampai diameter berapa, karena di lokasi penelitian sudah sulit mencari pohon tengkawang dengan diameter di atas 70 cm karena telah banyak ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Tabel 5. Tingkat rata-rata produktivitas tengkawang pada selang diameter berdasarkan uji jarak beda nyata jujur Table 5. Average level in the productivity of tengkawang at particular diameter range based on the honestly significant difference test Tingkat (Level) Diameter (Diameter) cm Produksi rata-rata (Average production), kg Pertama (first) 60-69 555,77 Kedua (second) 50-59 497,57 Ketiga (third) 40-49 419,87 Keempat (fourth) 30-39 378,97 Keterangan (Remark) : BNJ D.0,05 (range test of honesty significant different) = 46,687 28

Produktivitas pohon penghasil biji tengkawang tertinggi diketahui dari jenis tengkawang tungkul di lokasi Sanggau (A2; B1), diikuti oleh jenis tengkawang tungkul dan tengkawang tungkul FA di lokasi Sintang, seperti pada Tabel 6. Prioritas pengembangan (budidaya) tengkawang di Propinsi Kalimantan Barat untuk Kabupaten Sintang dan Sanggau berdasarkan hasil uji jarak BNJ berturut-turut adalah : Shorea stenoptera Burk di Sanggau, Shorea stenoptera Burk di Sintang, Shorea stenoptera FA di Sintang, Shorea stenoptera Burk FA di Sanggau, Shorea palembanica Miq di Sanggau, dan Shorea palembanica Miq di Sintang. Tabel 6. Tingkat rata-rata produktivitas pohon tengkawang pada tiap-tiap jenis di lokasi Sintang dan Sanggau berdasarkan uji jarak BNJ Table 6. Average level of the productivity of each tengkawang species at Sintang and Sanggau based on significant difference test Sintang (A1) Sanggau (A2) Jenis (Species) Produksi (Production), kg Grup (Group) Peringkat (Level) Jenis (Species) Produksi Grup Peringkat (Production), (Group) (Level) kg B11 549,40 AB 1,5 B21 620,90 A 1 B12 258,30 C 3 B22 288,10 C 3 B13 542,60 AB 1,5 B23 518,95 B 2 Keterangan (Remarks) : BNJ D.0,05 (range test of honesty significant different) = 89,319 B11/B21 = Shorea stenoptera Burk; B12/B22 = Shorea palembanica Miq.; B13/B23 = Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma C. Hubungan Jenis Pohon dengan Diameter Pohon Tengkawang Hubungan antara jenis dengan diameter pohon pada dua lokasi Sanggau dan Sintang terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang adalah garis lurus (liniear) dengan laju kemiringan positif (Gambar 1 dan 2), dengan masing-masing persamaan regresi sebagai berikut (Tabel 7 dan 8). Tabel 7. Persamaan regresi hubungan antara diameter pohon terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang di Sintang Table 7. Regression equations featuring the relationship between diameter (x) and productivity of tengkawang (y) at Sintang Jenis (Species) Shorea stenoptera Burk. Shorea palembanica Miq. Shorea stenoptera Burk FA Persamaan regresi (Regression equation) Y1 = 258,934 + 5,868 X Y2 = 88,365 + 3,430 X Y3 = 143,902 + 8,004 X R 2 (r-square) 0,5289 0,4245 0,8185 Keterangan (Remarks) : R 2 = koefisien determinasi (Determination coeffcient) 29

Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No. 1, Juni 2004: 23 33 900 800 Y1 Y2 Y3 Y1-p Y2-p Y3-p Produktifitas Tengkawang (Y), kg 700 600 500 400 300 200 Y 1: Y - 258.934 + 5.868 * X (R2 = 0.5289) 100 Y2 = Y - 88.365 + 3.430 * X ( R2 = 0.4245) Y3 = Y - 143.902 + 8.004 * X ( R2 = 0.8185) 0 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Diameter (X), cm Keterangan (Remarks) : = Y1 = Shorea stenoptera Burk = Y2 = Shorea palembanica Miq. -------- = Y3 = Shorea stenoptera FA Gambar 1. Grafik hubungan antara diameter pohon dan produktivitas pohon penghasil biji tengkawang di Sintang Figure 1. Curves revealing the relationship between diameter (x) and productivity of tengkawang (y) at Sintang Tabel 8. Table 8. Persamaan regresi hubungan antara diameter pohon dan produktivitas pohon penghasil biji tengkawang di Sanggau Regression equations featuring the relationship between diameter (x) and productivity of tengkawang (y) at Sanggau Jenis (Species) Shorea stenoptera Burk. Shorea palembanica Miq. Shorea stenoptera Burk FA Persamaan regresi (Regression equation) Y1 = 207,278 + 8,356 X Y2 = 74,758 + 4,316 X Y3 = 181,459 + 6,818 X R 2 (r-square) 0,5687 0,4589 0,4506 Keterangan (Remarks) : R 2 = koefisien determinasi (Determination coeffcient) 30

Y1 Y2 Y3 Y1-p Y2-p Y3-p 830 730 Y1 = Y - 207.278 + 8.356 * X (R2 = 0,5687) Y2 = Y - 74.758 + 4.316 * X (R2 = 0.4589) Y3 = Y - 181.459 + 6.818 * X ( R2-0.4506) Produktivitas tengkawang (kg) 630 530 430 330 230 130 30 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Diameter (cm) Keterangan (Remarks) : = Y1 = Shorea stenoptera Burk = Y2 = Shorea palembanica Miq. = Y3 = Shorea stenoptera Burk FA Gambar 2. Grafik hubungan antara diameter pohon dan produktivitas pohon penghasil biji tengkawang di Sanggau Figure 2. Curves revealing the relationship between diameter (x) and productivity of tengkawang (y) at Sanggau Persamaan di atas (Tabel 7 dan 8) memperlihatkan semakin besar diameter pohon sampai diameter yang diujicobakan (60 69 cm) pada semua jenis tengkawang pada lokasi percobaan di Sintang dan Sanggau, akan menghasilkan biji yang semakin banyak dalam satuan berat (kg). Hasil ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulnely et al. (1998), yang menyatakan terdapat pengaruh yang nyata secara positif antara lingkaran pohon (diameter) dan lebar torehan terhadap hasil getah jelutung. Hal ini kemungkinan disebabkan semakin lebar diameter, maka xylem sebagai pengangkut zat hara dan air dari tanah menjadi lebih besar, sehingga semakin banyak zat hara dan air yang diangkut. Hal ini berakibat kuantitas fotosintesis semakin tinggi yang menyebabkan pembentukkan bunga dan buah semakin banyak (Haygreen dan Bowyer, 1996). IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian pengaruh lokasi, jenis, diameter terhadap produktivitas pohon penghasil biji tengkawang dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Produksi biji tengkawang tertinggi dihasilkan dari pohon yang berdiameter 60-69 cm yang menghasilkan biji sebanyak 555,7 kg/pohon/panen. 2. Produktivitas rata-rata tertinggi dihasilkan dari jenis Shorea stenoptera Burk di Sanggau yang menghasilkan biji sebanyak 620,9 kg/pohon/panen. 31

Penelitian Hasil Hutan Vol. 22 No. 1, Juni 2004: 23 33 3. Hubungan antara jenis dan diameter apabila dilihat dari regresi yang dihasilkan, diketahui bahwa jenis Shorea stenoptera Burk FA yang berasal dari Sintang memiliki persamaan regresi Y = 143,902 + 8,004 D dengan nilai R 2 terbesar = 81,85%. 4. Pada diameter terbesar (60-69 cm) ternyata tengkawang masih menghasilkan produksi biji tertinggi. B. Saran Pengembangan (budidaya) pohon penghasil biji tengkawang di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau, disarankan berdasarkan prioritas hasil uji jarak BNJ, berturut-turut adalah : 1. Di Sanggau : Shorea stenoptera Burk, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma, dan Shorea palembanica Miq. 2. Di Sintang : Shorea stenoptera Burk, Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma, dan Shorea palembanica Miq. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Tengkawang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan. Bogor. Biro Pusat Statistik. 1989. Perdagangan Luar Negeri. Statistical Year Book of Indonesia, Jakarta. Biro Pusat Statistik. 1999. Perdagangan Luar Negeri. Statistical Year Book of Indonesia, Jakarta. Departemen Kehutanan. 1986. Sejarah Kehutanan Indonesia I Periode Pra Sejarah Tahun 1942. Haygreen, JG dan Bowyer J. 1996. Forest product and wood science, an introduction (Terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sumadiwangsa, S. 2001. Nilai dan daya guna penanaman pohon tengkawang (Shorea spp) di Kalimantan. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2(1): 51-59. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta. Zulnelly, T. Rostiwati dan I. Sukardi. 1998. Pengaruh lingkaran pohon dan lebar torehan terhadap hasil getah jelutung (Dyera lowii) di Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian Hasil Hutan 16(1): 49 60. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor. 32

Lampiran 1. Produktivitas pohon penghasil tengkawang di lokasi kabupaten Sintang Appendix 1. Productivity of tengkawang trees in the location of Sintang regency C111 Lokasi Sintang (Sintang location) (kg), A1 Jenis (species)1, B11 Jenis (species) 2, B12 Jenis (species) 3, B13 C112 C113 C114 C121 C122 473 523 572 630 180 187 361 287 402 510 625 605 538 477 580 771 230 241 282 390 400 540 595 720 514 560 414 658 210 260 261 342 471 475 587 690 442 492 630 590 240 318 257 268 382 450 640 650 382 513 642 587 170 217 190 272 410 550 510 590 Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk.; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq.; Jenis (species) 3 = Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma; = 30 39 cm; = 40 49 cm; = 50 59 cm; = 60 69 cm C123 C124 C131 C132 C133 C134 Lampiran 2. Produktivitas pohon tengkawang di lokasi kabupaten Sanggau Appendix 2. Productivity of tengkawang trees in the location of Sanggau regency C211 Lokasi Sanggau (Sanggau location), kg (A2) Jenis (species) 1, (B21) Jenis (species) 2, (B22) Jenis (species) 3, (B23) C212 C213 C214 C221 C222 485 560 555 790 175 165 253 273 382 481 667 588 503 730 681 647 210 266 360 320 443 526 560 608 393 440 667 724 280 242 327 405 416 270 685 708 527 610 812 675 340 241 363 392 506 492 419 693 575 490 714 840 180 290 298 382 460 477 420 578 Keterangan (Remarks) : Jenis (species) 1 = Shorea stenoptera Burk.; Jenis (species) 2 = Shorea palembanica Miq.; Jenis (species) 3 = Shorea stenoptera Burk Forma Ardikusuma; = 30 39 cm; = 40 49 cm; = 50 59 cm; = 60 69 cm C223 C224 C231 C232 C233 C234 33