III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam proses produksi siklodekstrin adalah pati garut, enzim α- amilase, dan enzim CGTase yang diperoleh dari NOVO Enzyme Denmark. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis kimia adalah HCl, NaOH, Indikator pp, KI, I 2, H 2 SO 4, CH 3 COOH, Amilosa standar, Na 2 HPO 4, K-tartarat, Aquades, Fenol, Buffer fosfat 0,2 M ph 6,0, Alumunium foil, D- glukosa, Siklodekstrin standar, Glukosa standar, Sodium Tiosulfat, Kertas saring whatman No. 41 larutan DNS. Peralatan yang digunakan adalah timbangan, agitator, reaktor kapasitas 5 l dan reaktor kapasitas 25 l, Spray dryer, plastik pengemas dan tabung gas 3kg. Alat-alat yang digunakan untuk analisis adalah neraca analitik, timbangan kasar, oven, thermometer, desikator, gelas piala, labu ukur, tabung ulir pipet, mikropipet, erlenmeyer, tanur, cawan porselin, spektrofotometer, refrigerator, HPLC (High Performance Liquid Chromatographi). B. METODE PENELITIAN 1. Penelitian Pendahuluan 1.1 Analisa Proksimat Analisa proksimat pati garut yang dilakukan terdiri dari uji kadar air (Metode AOAC, 1995), kadar serat, kadar abu (Metode AOAC, 1995), kadar lemak, kadar protein, kadar pati (Metode Luff Schoorl), kadar amilosa (Metode IRRI) dan kadar amilopektin. Metode analisis dapat dilihat pada Lampiran 1. 1.2 Produksi Siklodekstrin Skala 5 Liter Reaktor yang digunakan untuk produksi siklodekstrin pada skala 5 liter memiliki dimensi yaitu volume kerja 5 l, tinggi tangki (Ht) 189 mm, diameter impeller (Di) 117 mm, diameter tangki 216 mm, dan tinggi cairan (Zi) 137 mm. Jenis impeller yang digunakan yaitu propeller dengan 4 blade. Produksi siklodekstrin ini berdasarkan pada penelitian Erianti (2004) yaitu penggunaan substrat sebesar 10% b/v dengan enzim α-amilase sebanyak 200 unit/ 100g pati dan enzim CGTase sebanyak 100 unit/ 100g pati. Proses produksi siklodekstrin terbagi menjadi dua, yakni likuifikasi dan siklisasi. Pada proses likuifikasi menggunakan suhu 90 0 C dan putaran pengadukan 200 rpm selama 2 jam, sedangkan proses siklisasi menggunakan suhu 60 0 C selama 4 jam. 21
Suspensi pati garut (10% b/v) Enzim α-amilase (200 unit) Likuifikasi Siklisasi Enzim CGTase (100 unit) Siklodekstrin
= (1 + ) Dengan Bt = keuntungan pada tahun ke- t Ct = biaya pada tahun ke- t i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (t = 0,1,2,3,,n) n = umur ekonomis proyek Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal. 2. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return atau arus pengembalian internal merupakan tingkat kemampuan proyek untuk menghasilkan keuntungan dan dapat dinyatakan sebagai tingkat suku bunga pinjaman (bank) yang menghasilkan nilai NPV aliran kas masuk sama dengan aliran kas keluar. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus menghitung IRR adalah sebagai berikut : = ( ) + ( ) ( ) ( ) [ ( ) ( ) ] Dengan NPV (+)= NPV bernilai positif NPV(-) = NPV bernilai negative i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negative Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan nilai suku bunga yang berlaku. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan Net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al., 1993). Formulasi perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut : (1 + ) = (1 + ) Jika Net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika Net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaliknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999) 24
berakibat terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Seperti halnya Giatman (2006) yang mengungkapkan bahwa analisa sensitivitas dibutuhkan dalam rangka mengetahui sejauh mana dampak parameter-parameter investasi yang telah ditetapkan sebelumnya boleh berubah karena adanya faktor situasi dan kondisi selama umur investasi, sehingga perubahan tersebut hasilnya akan berpengaruh secara signifikan pada keputusan yang telah diambil. Parameter-parameter investasi yang memerlukan analisa sensitivitas antara lain : Investasi Benefit atau pendapatan Biaya atau pengeluaran Suku bunga (i) Gray et al. (1993) menambahkan, analisa sensitivitas diperlukan apabila terjadi suatu kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kenungkinan terjadinya perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan kembali perlu dilaksanakan, mengingat proyeksi-proyeksi yang ada banyak mengandung unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan diketahuinya nilai-nilai sensitivitas dari masing-masing parameter suatu investasi memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan antisipatif di lapangan dengan cepat dan tepat. 26