BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Subroto penelitian kualitatif memayungi berbagai strategi penelitian sesuai dengan disiplin ilmunya atau sesuai dengan karakteristik aspek substansi masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena dan kaitannya dengan orang-orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan. Data dalam penelitian kualitatif adalah data lunak, yaitu data yang kaya akan deskripsi objek yang diteliti. Jenis penelitian ini menganalisis data secara induktif. Artinya, peneliti tidak mencari data untuk membuktikan hipotesisnya melainkan untuk membuat generalisasi atau abstraksi dari masalah yang sedang diteliti (2007: 5-8). Metode ini memiliki karakter yang kokoh dengan pelaksanaan terbuka dan lentur, sangat dipengaruhi oleh konteksnya, multiperspektif, dan secara mendasar bersifat partisipatif dengan adanya penafsiran makna dilihat dari pandangan subjek yang diteliti (Sutopo, 2002: 31). Sejalan dengan sifat utama penelitian linguistik penelitian ini juga bersifat deskriptif. Menurut Sudaryanto penelitian deskriptif dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada yang secara empiris hidup pada masyarakat sehingga pemerian data yang ditampilkan adalah apa adanya dan tidak mempertimbangkan salah benarnya (1992:56). Pendekatan yang dipakai dalam penelititian ini adalah pendekatan pragmatik. Menurut Subroto pendekatan 43
44 pragmatik adalah pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan mitra tutur (2007: 65). Dalam penelitian ini pendekatan pragmatik digunakan untuk menjawab permasalahan tentang maksud sebuah tuturan. Tuturan yang dimaksud di sini adalah tuturan yang mengandung FTA terhadap muka mitra tutur beserta strategi kesantunan yang digunakan sebagai upaya menjaga muka mitra tutur. B. Data dan Sumber Data Data adalah bahan penelitian, atau lebih tepatnya bahan jadi penelitian (Sudaryanto, 1990: 9). Data penelitian berbeda dengan objek penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah FTA dan strategi kesantunan yang digunakan oleh Mario Teguh dalam dialog motivasi MTSS. Data dalam penelitian ini adalah dialog motivasi pada acara MTSS yang di dalam dialog tersebut terdapat tuturan Mario Teguh yang mengandung FTA terhadap muka mitra tutur dan strategi kesantunan beserta konteksnya. Menurut Sudaryanto data lingual tidak muncul dari suatu ketiadaan. Data mempunyai sumber, ada asalnya. Dari sumber data peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan (1990:33). Sumber data dalam penelitian adalah acara MTSS episode Februari-Maret 2016 yang diunduh dari situs video YouTube. Episode-episode tersebut memiliki tema serta mitra tutur yang berbeda-beda. Rincian sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. MTSS episode 7 Februari 2016, tema : Mulut Diam Kepala Berisik 2. MTSS episode 14 Februari 2016, tema: High Single Quality. 3. MTSS episode 21 Februari 2016, tema: Tergantung Casing.
45 4. MTSS episode 28 Februari 2016, tema: Sabar Sampai Kapan. 5. MTSS episode 6 Maret 2016, tema: Go or No Go. 6. MTSS episode 13 Maret 2016, tema: Madu dan Racun. 7. MTSS episode 20 Februari 2016, tema: Cenderung Sukses. 8. MTSS episode 27 Maret 2016, tema: UN I m Ready. C. Metode dan Teknik Penyediaan Data Metode penyediaan data adalah prosedur yang ditempuh penulis untuk memperoleh data dalam penelitian. Metode penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Menurut Sudaryanto disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak: yaitu menyimak penggunaan bahasa (1993: 133). Dalam hal ini penulis menyimak penggunaan bahasa lisan yang terdapat pada dialog motivasi MTSS. Acara MTSS diunduh dari situs video YouTube karena lebih mudah dalam melakukan transkrip data. Situs video YouTube, tepatnya akun MNCTV Official, menayangkan kembali acara MTSS dari awal hingga akhir secara lengkap. Teknik penyediaan data yang digunakan sebagai lanjutan dari metode simak adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik catat. Menurut Sudaryanto dalam teknik SBLC peneliti tidak terlibat dalam dialog, tidak ikut serta dalam proses percakapan, dan hanya berperan sebagai pemerhati yang mendengarkan apa yang dikatakan (1993:134). Teknik selanjutnya adalah teknik catat. Melalui teknik catat penulis melakukan transkrip ortografis untuk mengubah dialog-dialog yang berwujud tuturan lisan ke dalam bentuk tertulis.
Tahap selanjutnya adalah memilah tuturan-tuturan beserta konteksnya yang diperlukan sebagai data kemudian mencatatnya ke dalam kartu data. 46 D. Teknik Klasifikasi Data Klasifikasi data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Menurut Subroto pengklasifikasian data merupakan masalah pengaturan data menurut asas-asas tertentu, hal ini mempunyai kepentingan yang cukup strategis di dalam penelitian (2007:51). Data yang dikumpulkan dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat. Klasifikasi data akan dapat memberikan arah serta gambaran mengenai langkah-langkah analisis dalam tahap selanjutnya. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis muka yang terancam, jenis FTA terhadap muka mitra tutur yang terkandung dalam tuturan, serta strategi kesantunan yang digunakan. Selanjutnya data dipisahkan dalam kartu data menurut tipenya dengan cara diberikan penomoran serta kode-kode tertentu. Kode-kode inilah yang membedakan tipe data satu dengan yang lainnya. Data diberi kode berdasarkan nomor urut data, jenis muka yang terancam, jenis FTA, strategi kesantunan, substrategi, serta tanggal penayangan sumber data di televisi. Berikut adalah contoh penomoran dan pengkodean data.
Konteks tuturan : Gina sedang dengan empat orang laki-laki namun tidak tahu mana yang serius untuk menjalin hubungan. Gina adalah orang yang selalu berpikir positif menurutnya semua orang, termasuk mantan, bisa saja berubah. Bentuk tuturan : Mario : Lho kok berpikir positif lagi? 47 Gina : Tapi saya pikir orang itu pasti bisa berubah gitu Pak. Mario : O betul, semua orang bisa berubah, tapi ada yang berubah dalam seminggu, ada yang butuh 240 tahun untuk berubah Gina : Em. (171/FTAP/Tdkstj/KP6/MTSS/060316) Keterangan : 171 : Nomor data FTAP : FTA terhadap muka positif Tdkstj : Tidak setuju KP6 :Kesantunan positif substrategi 6 (menghindari ketidaksetujuan) MTSS : Mario Teguh Super Show 060316 : 6 Maret 2016 (tanggal penayangan di televisi) Tuturan yang dicetak tebal pada data di atas adalah tindak tutur asertif yang menyatakan tidak setuju. Ketidaksetujuan merupakan FTA terhadap muka positif mitra tutur karena menunjukkan penolakan terhadap pendapat mitra tutur. Untuk menjaga muka mitra tutur maka ketidaksetujuan dituturkan dengan strategi kesantunan positif tepatnya substrategi 6, menghindari ketidaksetujuan. Pada awalnya dengan bertutur o betul, semua orang bisa berubah penutur menunjukkan persetujuan. Penanda yang menunjukkan adanya tindak tutur tidak setuju adalah kata tapi. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang santun karena
penutur tidak sepenuhnya menyatakan ketidaksetujuan. Dengan demikian penutur telah menyelamatkan muka positif mitra tutur. 48 E. Metode Analisis Data Menganalisis berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur-unsur yang membentuk satu satuan lingual dan biasa juga mengandung pengertian sebagai usaha penentuan identitas (Subroto, 2007: 59). Kegiatan menganalisis adalah bagian yang terpenting dalam penelitian. Pertama-tama penelitian ini menggunakan metode analisis kontekstual, Menurut Rahardi metode kontekstual yaitu cara-cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan identitas konteks-konteks yang ada (2005:16-17). Tuturan dalam pragmatik tidak bisa dilepaskan dari konteks-konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan konteks dalam tuturan sangat diperlukan dalam analisis pragmatik. Metode analisis selanjutnya adalah metode analisis cara-tujuan (meansends). Menurut Leech dalam sebuah komunikasi permasalahan petutur adalah pada bagian menginterpretasikan komunikasi sedangkan yang dihadapi oleh penutur adalah masalah perencanaan. Strategi pemecahan masalah dari sudut pandang penutur dapat dilihat sebagai bentuk analisis cara-tujuan. Analisis caratujuan diterapkan dalam penggunaan bahasa untuk komunikasi sehari-hari. Analisis ini merepresentasi sebuah masalah dan pemecahannya sebagai kedaaan awal dan keadaan akhir. Istilah tujuan dipakai dalam pengertian Artificial Inteligence yang netral, yakni keadaan yang mengatur perilaku individu sehingga memudahkan tercapainya suatu hasil tertentu. Penutur berasumsi bahwa mitra
49 tutur memahami makna yang terkandung dalam tuturannya kemudian melakukan tindakannya yang diharapkan dari tuturan tersebut (dalam edisi terjemahan Okka, 1993: 54-61). Melalui metode ini dapat dilakukan analisis terhadap cara bertutur seorang penutur untuk mencapai suatu tujuan. Metode analisis yang lainnya adalah metode heuristik. Menurut Leech jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi mitra tutur dalam menginterpretasi sebuah tuturan disebut tugas heuristik. Metode heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan cara merumuskan hipotesis-hipotesis kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang telah tersedia (dalam edisi terjemahan Okka, 1993: 61-62). Melalui metode heuristik dapat dirumuskan hipotesis mengenai interpretasi mitra tuturterhadap sebuah tuturan. F. Metode Penyajian Hasil Analisis Data Menurut Sudaryanto tahap penyajian data merupakan upaya seorang peneliti untuk menampilkan penelitiannya dalm wujud laporan tertulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja analisis, khususnya kaidah. Dengan cara tertentu, kaidah yang telah ditemukan itu disajikan sedenikian rupa dengan harapan pembaca dapat mengetahui secara cepat dan tepat (1993: 7-8). Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian informal. Sudaryanto (1993:145) mendefinisikan metode penyajian informal adalah hasil analisis disajikan dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata atau kalimat biasa.