Cabai SNI 4480:2016. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

dokumen-dokumen yang mirip
SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

Air demineral SNI 6241:2015

Air mineral SNI 3553:2015

Air mineral alami SNI 6242:2015

Terasi udang SNI 2716:2016

Susu segar-bagian 1: Sapi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Sosis ikan SNI 7755:2013

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Siomay ikan SNI 7756:2013

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Bakso ikan SNI 7266:2014

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Semen portland komposit

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Kulit masohi SNI 7941:2013

Jahe untuk bahan baku obat

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Biji kakao AMANDEMEN 1

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Bambu lamina penggunaan umum

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Mutu karkas dan daging ayam

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

Minuman sari buah SNI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Cara uji berat jenis aspal keras

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Analisis kadar abu contoh batubara

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Cara uji kelarutan aspal

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji daktilitas aspal

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH YANA MELIMPAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Pengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

Cara uji penetrasi aspal

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia ICS 67.080.10 Cabai Badan Standardisasi Nasional

BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Pengkelasan... 2 5 Persyaratan mutu... 2 6 Ketentuan mengenai ukuran... 3 7 Ketentuan mengenai toleransi... 3 8 Ketentuan mengenai penampilan... 4 9 Penandaan dan pelabelan... 4 10 Rekomendasi... 4 11 Higienis... 4 12 Metode pengambilan contoh... 5 13 Metode pengujian... 5 Lampiran A (informatif) Tingkat kepedasan... 6 Lampiran B (informatif) Batas maksimum cemaran logam berat pada cabe... 7 Lampiran C (informatif) Batas maksimum cemaran residu pestisida pada cabe... 8 Bibliografi... 9 BSN 2016 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Cabai merupakan revisi dari SNI 01-4480:1998 Cabai merah segar. SNI ini disusun untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan dalam rangka memenuhi keinginan pasar terhadap komoditas cabai segar yang bermutu, aman dikonsumsi dan berdaya saing tinggi. Bagian yang direvisi antara lain pada ruang lingkup dan persyaratan mutu cabai. Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis 65-03 Pertanian dan telah dibahas dalam rapat teknis. Perumusan terakhir dilakukan dalam rapat konsensus di Bandung pada tanggal 18 November 2015 yang dihadiri oleh anggota Komite Teknis 65-03 Pertanian. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 26 Februari 2016 sampai dengan 25 Mei 2016 dan disetujui menjadi Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI).. BSN 2016 ii

Pendahuluan Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang terpenting di Indonesia. Cabai yang dibudidayakan secara luas berasal dari spesies Capsicum annuum L. (cabai besar dan cabai keriting) dan Capsicum frutescens L. (cabai rawit). Cabai besar, cabai keriting, dan cabai rawit, yang selanjutnya dalam standar ini disebut sebagai cabai, termasuk salah satu komoditas sayuran yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Saat ini perkembangan tanaman cabai sudah cukup luas diusahakan oleh petani, hal ini disebabkan karena harganya yang menguntungkan serta dibutuhkan masyarakat secara luas. Permintaan cabai setiap tahunnya di dalam negeri cenderung meningkat khususnya menjelang hari raya, pada kondisi tersebut harga cabai menjadi mahal. Cabai selain dapat dikonsumsi segar sebagai campuran bumbu masakan, juga dapat diawetkan dalam bentuk sambal, saus, pasta acar, buah kering dan tepung. Dengan melihat potensi dan peluang pasar cabai di Indonesia, maka komoditas ini dapat dijadikan salah satu komoditas unggulan hortikultura kita. Untuk mewujudkannya perlu diusahakan budidaya dengan anjuran teknologi yang tepat agar didapat kualitas sesuai dengan standar mutu. Dalam rangka menciptakan sistem jaminan mutu cabai, termasuk didalamnya mempermudah upaya pengawasan, disarankan agar cabai yang dipasarkan segar hanya yang berasal dari mutu yang baik, sesuai dengan keinginan konsumen BSN 2016 iii

1 Ruang lingkup Cabai Standar ini menetapkan ketentuan tentang mutu, ukuran dan higienis pada buah Cabai spesies Capsicum annuum L. (cabai besar dan cabai keriting) dan Capsicum frutescens L. (cabai rawit) untuk konsumsi segar, setelah melalui pemanenan dan dikemas. Cabai untuk kebutuhan industri/olahan dikecualikan. 2 Acuan normatif Untuk acuan normatif tidak bertanggal berlaku edisi terakhir (termasuk revisi dan atau amandemennya) SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan. SNI 7313, Batas maksimum residu pestisida hasil pertanian. SNI 7387, Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI 2896, Cara uji cemaran logam dalam makanan. SNI 4866, Cara uji cemaran arsen dalam makanan. SNI CAC/RCP 1:2011, Rekomendasi Nasional Kode Praktis Prinsip umum higiene pangan. CODEX STAN 1-1985, Codex general standar for the labelling of prepackaged food. CAC/RCP 21-1997,Principlesfor the establishment and application of microbiological criteria for food. CAC/RCP 44-1995, Code of practice for packaging and transport of tropical fresh fruit and vegetables CAC/RCP 53-2003, Code of higyenic practice for fresh fruits and vegetables 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, berikut adalah istilah dan definisi yang digunakan : 3.1 cabai buah dari spesies Capsicum annuum L. (cabai besar dan cabai keriting) dan Capsicum frutescens L. (cabai rawit) family Solanaceae yang terdiri dari buah bernas, utuh, segar, sehat dan bersih 3.2 bau dan rasa asing aroma dan rasa yang menyimpang selain khas cabai 3.3 bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim BSN 2016 1 dari 9

buah bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang mencolok dalam penyimpanan 3.4 bebas dari kelembaban eksternal yang berlebihan buah bebas dari penyimpanan pada lingkungan yang mengalami perubahan kelembaban yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau kimia 3.5 kerusakan buah buah yang mengalami kerusakan atau cacat yang disebabkan oleh fisiologis, biologis, dan atau mekanis 3.6 diameter buah garis tengah (horizontal) dari potongan buah secara melintang sesuai dengan teknik pengujian 3.7 keseragaman keadaan yang menggambarkan kondisi cabai dalam satu kemasan yang terdiri dari kesamaan varietas, asal produksi, mutu dan ukuran 3.8 kotoran semua bahan bukan cabai atau benda asing lainnya yang menempel pada buah cabai atau berada dalam kemasan Catatan : Bahan penyekat / pembungkus tidak dianggap sebagai kotoran 3.9 kriteria panen buah cabai yang dipanen sesuai dengan deskripsi varietas 3.10 pengkelasan penggolongan buah berdasarkan kelas mutu 4 Pengkelasan Cabai diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu: - Kelas super; - Kelas 1; - Kelas 2. 5 Persyaratan mutu 5.1 Persyaratan mutu Untuk semua kelas cabai, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah : - sehat dan utuh; - penampilan segar; - padat (firm); BSN 2016 2 dari 9

- layak konsumsi; - bersih, bebas dari kotoran; - bebas dari hama dan penyakit; - bebas dari memar; - bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu yang ekstrim; - bebas dari kerusakan karena kelembaban yang berlebihan; - bebas dari bau dan rasa asing; - bentuk, warna, dan rasa sesuai deskripsi varietasnya; 5.2 Persyaratan khusus Persyaratan khusus cabai seperti pada Tabel 1. Kelas mutu Kelas super Kelas 1 Kelas 2 6 Ketentuan mengenai ukuran Tabel 1 - Syarat mutu cabai Persyaratan Bebas dari kerusakan Kerusakan 5 % dari jumlah Kerusakan 10 % dari jumlah Kode ukuran ditentukan berdasarkan panjang buah sesuai dengan Tabel 2. Tabel 2 - Kode ukuran berdasarkan panjang buah untuk semua kelas mutu 7 Ketentuan mengenai toleransi Kode ukuran Panjang (cm) 1 2 2 2 < 4 3 4 < 8 4 8 < 12 5 12 < 16 6 16 Toleransi yang diberikan untuk mutu dan ukuran yang ditetapkan harus tertera pada setiap kemasan (atau pada kemasan curah) untuk menghindari ketidaksesuaian kelas mutu. Toleransi mutu dan ukuran cabai seperti pada Tabel 3. Kelas mutu Mutu Kelas super 5 % Kelas 1 10 % Kelas 2 15 % Tabel 3 - Batas toleransi Toleransi Ukuran 10 % BSN 2016 3 dari 9

8 Ketentuan mengenai penampilan 8.1 Keseragaman Isi setiap kemasan cabai harus seragam varietas, asal produksi, mutu, dan ukuran. 8.2 Pengemasan Kemasan harus bermutu, bersih, berventilasi, dan tahan selama pengangkutan, distribusi dan menjaga kesegaran cabai. Kemasan harus bebas dari bahan dan aroma benda asing untuk menjamin dan mempertahankan mutu sesuai dengan CAC/RCP 44-1995. 9 Penandaan dan pelabelan 9.1 Kemasan eceran Penandaan dan pelabelan pada kemasan harus memenuhi standar kemasan CODEX STAN1-1985, Amd 2010. Apabila isi kemasan tidak tampak dari luar, maka kemasan harus diberi label yang berisi informasi mengenai nama varietas cabai. 9.2 Kemasan bukan eceran Setiap wadah kemasan harus menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah dibaca, dan tidak dapat dihapus, serta tampak dari luar, sesuai yang tertera pada dokumen yang menyertai pengiriman barang. Untuk cabai yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan pada dokumen yang menyertainya. Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan : - nama varietas; - nama dan alamat perusahan eksportir, pengemas dan atau pengumpul; - asal cabai; - kelas; - ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot dalam satuan berat); 10 Rekomendasi 10.1 Logam berat Cabai harus memenuhi syarat keamanan di bawah batas maksimum residu logam berat sesuai dengan SNI 7387. 10.2 Residu pestisida Cabai harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum residu pestisida sesuai dengan SNI 7313. 11 Higienis 11.1 Cabai dianjurkan untuk memenuhi syarat higienis sesuai prinsip dasar higienis makanan (SNI CAC/RCP 1:2011, CAC/RCP 53-2003). BSN 2016 4 dari 9

11.2 Cabai harus memenuhi syarat mikrobiologi sesuai dengan ketentuan standar mikrobiologi untuk makanan (CAC/GL 21-1997). 12 Metode pengambilan contoh Pengambilan contoh yang dilakukan sesuai SNI 0428 yang dilakukan oleh petugas pengambil contoh yang kompeten. 13 Metode pengujian 13.1 Uji residu pestisida Pengujian residu pestisida dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian. 13.2 Uji cemaran logam berat Pengujian cemaran logam berat dalam ketentuan ini harus sesuai dengan SNI 2896 dan SNI 4866. BSN 2016 5 dari 9

Kepedasan Lampiran A (informatif) Tingkat kepedasan Satuan pedas scoville Kandungan capsaicinoids (µg/g berat kering) Tidak pedas 900 1,999 60 133 Agak pedas 2,000-19,999 134-1,333 Pedas 20,000-100,000 1,334-6,600 Sangat pedas > 100,000 > 6,600 Catatan 15 Scoville heat units = 1 microgram/gram berat kering BSN 2016 6 dari 9

Lampiran B (informatif) Batas maksimum cemaran logam berat pada cabe No Cemaran logam Batas maksimum (mg/kg) 1. Arsen (As) 0,25 2. Kadmium (Cd) 0,2 3. Merkuri (Hg) 0,03 4. Timbal (Pb) 0,5 5. Timah 40 BSN 2016 7 dari 9

Lampiran C (informatif) Batas maksimum cemaran residu pestisida pada cabe No Bahan aktif Batas maksimum (mg/kg) 1. Bendiokarb 0,2 2. Diafentiuron 0,2 3. Fipronil 0,05 4. Imidakloprid 0,1 5. Iprodion 5 6. Metamidofos 2 7. Metomil 1 8. Monokrotofos 0,2 9. Profenofos 5 BSN 2016 8 dari 9

Bibliografi Codex Standard for Chilli Peppers (Codex Stand 307-2011), BSN 2016 9 dari 9