KARMAPHALA. Oleh : Ni Kadek Putri Noviasih, S.Sos.H

dokumen-dokumen yang mirip
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

SEKOLAH SESUDAH INI. "Dan mereka akan melihat wajah-nya dan nama-nya akan tertulis di dahi mereka."

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

Nasib dan Takdir Manusia, Apa Bedanya?

PERTENTANGAN KOSMIS Lesson 1 for April 7, 2018

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL NAK, MAAFKAN IBU TAK MAMPU MENYEKOLAHKANMU KARYA WIWID PRASETYO

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

TATA IBADAH HARI MINGGU PASKAH V

Gereja untuk Apa? Ef.1:1-14. Pdt. Andi Halim, S.Th.

Mengenai mayat Musa ini iblis sempat berdebat dengan malaikat Tuhan yang bernama Mikhael (Yudas 1 : 9).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

SENIN, 01 JANUARI 2018 PK & WIB

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNANETRA

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India.

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMPLB AUTIS

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

BAB II KARMA PHALA DALAM AGAMA HINDU. 1. Karma phala ditinjau dari segi etimologis. 2. Karma phala ditinjau dari segi epistimologi

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

I Pendahuluan. Proses Usaha. Doa. Peluang

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG

Written by Ajin Thun Saturday, 22 February :35 - Last Updated Saturday, 22 February :37

2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.

PERTEMUAN III KEBHINEKAAN DALAM MASYARAKAT

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Indonesia merupakan masyarakat majemuk dengan beragam etnis, Bahasa dan budaya Suku 300 Etnik Bahasa pulau

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-LAIL

8 BLESSINGS OF THE BEATITUDES #3 8 BERKAT UCAPAN BAHAGIA #3 MERCY AND GLORY KEMURAHAN DAN KEMULIAAN

DZIKIR PAGI (Dibaca dari shalat subuh hingga terbit matahari)

Manfaatkan Waktu. Semaksimal Mungkin

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

Lampiran 07 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Tri Sëmaya pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu di SMA Negeri 8 Denpasar

Mutiara Islahul Qulub 3

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

László Hankó: Kebahagiaan Marina

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #11 oleh Chris McCann

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNARUNGU

MODUL PENDIDIKAN AGAMA HINDU Untuk SMA dan SMK Kelas XI Semester 1

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

KEBAIKAN RAHASIA (Perbuatan-perbuatan Tersembunyi), 10 November 2012

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

SPIRITUAL HUNGER 4 - KELAPARAN ROH 4 ADDICTED TO HIS LOVE - KETAGIHAN AKAN KASIHNYA

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus

BAB II REINKARNASI DALAM AGAMA HINDU. manusia yakni, karma, samsara, dan moksha. Karma adalah hasil dari perbuatan

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Nomor : Ol/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002. Tentang DANA PUNYA

Level 1 Pelajaran 6 PERTOBATAN

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

DALAM AGAMA BUDDHA AGAMA DIKENAL DENGAN:

GPIB Immanuel Depok Minggu, 22 Januari 2017 ] TATA IBADAH HARI MINGGU III SESUDAH EPIFANIA

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Dhamma Inside. Bersikap Ramah. Standar. Berada di luar Kata-kata : Alamilah Sendiri. Vol Oktober 2015

Mari berbuat karma baik dengan mendanai cetak ulang buku ini sebagai derma Dharma kepada sesama dan pelimpahan jasa kepada leluhur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

GPIB Immanuel Depok Minggu, 15 Nopember 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXV SESUDAH PENTAKOSTA

Tujuan: Jemaat menyadari keberadaannya sebagai orang yang berdosa. Jemaat memahami bahwa Allah-lah yang berinisiatif menguduskan umat-nya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

The Power of Walking with God. Ditulis oleh Manati I. Zega Kamis, 26 November :28

Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta

EFEK KESEHARIAN TAKWA

Tubuh yang dikuasai oleh Roh Kudus ( Bagian IV ) - Warta jemaat Minggu, 31 Juli 2011)

Seri Iman Kristen (3/10)

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

Sekolah Eden. "Berbahagialah orang yang mendapat hikmat."

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

1. Khotbah di bukit (Matius 5-7) 2. Ilmu homelitik dan Ilmu Penggembalaan dari Yesus, khusus kepada 12 muridnya (Pasal 9:35 11:1). 3.

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

BAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

GPIB Immanuel Depok Minggu, 18 Oktober 2015 TATA IBADAH HARI MINGGU XXI SESUDAH PENTAKOSTA

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

Transkripsi:

KARMAPHALA Oleh : Ni Kadek Putri Noviasih, S.Sos.H Karmaphala adalah salah satu bagian dari Panca Sraddha, yaitu lima dasar kepercayaan (keyakinan) dalam agama Hindu : (1) Widhi Sraddha yaitu percaya adanya Tuhan/Sang Hyang Widhi; (2) Atma Sraddha yaitu percaya adanya atma; (3) Karmaphala Sraddha artinya percaya akan hukum Karmaphala; (4) Punarbhawa Sraddha artinya percaya adanya punarbhawa atau reinkarnasi; dan (5) Moksa Sraddha yaitu percaya akan Moksa. Karena itu, seorang Hindu haruslah meyakini akan adanya konsep tersebut. Kata Karma berasal dari bahasa Sansekerta Kr yang berarti berbuat, bekerja, bergerak, bertingkah laku dan phala berarti buah/hasil. Berdasarkan hukum sebab akibat, atau aksi reaksi maka segala sebab pasti akan membuahkan akibat (Phala). Karmaphala berarti buah dari perbuatan/prilaku yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. Dalam konsep Hindu, berbuat atau berprilaku terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan, dan perbuatan melalui tingkah laku. Ketiga inilah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Kalau perbuatannya baik, hasilnya pasti baik, demikian pula sebaliknya. Sumber sastra yang menyebutkan adanya Karmaphala antara lain: (1) Kitab Bhagawadgita (2) Kitab Slokantara (3) Kitab Wrahaspatti Tattwa (4) Agastiya Parwa (5) Santi Parwa Dalam Sloka pada Bhagawad Gita Bab III, sloka 4 dan 5 disebutkan Bukan dengan jalan tiada bekerja, orang mencapai kebebasan dari ikatan perbuatan. Juga dengan tiada hanya melepaskan diri dari kerja orang akan mencapai kesempurnaan hidup (Sloka 4). Selanjutnya dalam Sloka 5 disebutkan Sebab tiada seorangpun akan dapat tinggal diam walau hanya sekejap mata juga tanpa melakukan pekerjaan (karma). Tiap-tiap orang selalu digerakkan oleh dorongan alamnya sendiri dengan tiada berdaya. Dalam Slokantara 68 juga dinyatakan Karmaphala ngaran ika phalaning gawe hala hayu artinya Karmaphala merupakan akibat (phala) dari baik buruk suatu perbuatan (karma). Sedangkan dalam Agastiya Parwa 335-15 menyebutkan bahwa Bhatara Dharma yang juga bergelar Bhatara Yama mengamati dan mengadili baik buruk perbuatan manusia, dan karma itu memberikan akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia. Yang terakhir dalam Santi parwa 129-21 disebutkan Walaupun phala kejahatan perbuatan seseorang tiada terlihat pada orang itu sendiri, meskipun raja, namun pasti akan terlihat pada anak cucu sampe buyutnya juga. 1

Karmaphala terbagi atas tiga, yaitu : a. Sancita Karmaphala (Phala/Hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatannya di kehidupan sebelumnya). Sancita Karmaphala adalah Phala hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati, merupakan benih yang akan menentukan kehidupan kita sekarang. b. Prarabdha Karmaphala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini dan Phalanya akan diterima pada kehidupan saat ini juga). Prarabdha Karmaphala adalah Phala hasil perbuatan kita di kehidupan ini yang dinikmati saat ini juga tanpa tersisa lagi. Contohnya, kita bekerja untuk mendapatkan hasil kerja untuk menikmati kehidupan yang lebih baik. c. Kryamana Karmaphala (Karma/Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan saat ini, namun Phalanya akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang). Kryamana Karmaphala adalah Phala hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima di kehidupan yang akan datang. Ada pula pembagian Karmaphala berdasarkan jenis karma yang dilakukannya yaitu : a. Karma Sangga, yaitu segala perbuatan atau tugas kewajiban yang berhubungan dengan keduniawian, menyangkut kehidupan sosial manusia. Bila seseorang karyawan bekerja dengan tenaga jasmaninya akan menerima upah yang disebut Karma Kara, sedangkan karyawan yang bekerja dengan tenaga rohani/pikirannya akan menerima upah yang disebut Karma Kesama. b. Karma Yoga, yaitu segala perbuatan yang dilakukan tanpa terikat keduniawian, tanpa memikirkan upahnya, karena keyakinan bahwa segala yang dilakukannya adalah atas kehendak Hyang Widhi sesuai dengan ethika agamanya. Sebenarnya sangat banyak peristiwa di masyarakat dalam kehidupan ini yang sesungguhnya merupakan refleksi dari Karmaphala itu sendiri. Misalnya saja ada yang kelihatannya tidak banyak berbuat baik atau malah melakukan dosa, tetapi kehidupannya tetap baik-baik saja, harta melimpah, dan seterusnya. Bahkan mungkin hanya dengan senyumsenyum saja (bintang iklan, misalnya), beberapa orang bisa memperoleh uang dengan mudah. Sebaliknya, ada yang bekerja seharian membanting tulang, hasilnya hanya cukup untuk makan hari itu. Semua itu adalah pengaruh dari Sancita, yaitu tabungan phala di masa lalu, yang saat ini sedang dinikmati hasilnya. Mungkin pada kehidupan terdahulu mereka itu gemar berdharma dan beryajna. Sebaliknya, mereka yang hidupnya menderita saat ini, mungkin saja dahulu pemalas, suka berfoya, dan sebagainya. Sancita karma dan prarabda tak bisa dipisahkan. Sancita menjelaskan berbagai perbedaan dan ketimpangan nasib hidup manusia di masa yang sedang dialaminya kini. Sancita pula yang bisa menjawab mengapa ada yang 2

lahir dengan wajah gagah, atau cantik, lalu memiliki bekal hidup material yang lebih dari cukup. Lalu, ada yang lahir dengan kekurangberuntungan, baik fisiknya maupun bekal hidup. Menjadi apa kita sekarang dan di mana kita sekarang adalah hasil/akibat dari pilihanpilihan kita di masa lalu, keputusan-keputusan kita di masa lalu, dan tindakan-tindakan kita di masa lalu. Bahkan saat ini kita berada di studio TVRI ini adalah akibat dari pilihan-pilihan kita tadi sore. Keputusan kita tadi sore adalah pergi ke studio dan tindakan kita adalah berangkat ke studio. Sebagai akibatnya, saat ini kita tengah berada di studio untuk siaran. Tegasnya, bahwa cepat atau lambat, dalam kehidupan sekarang atau nanti, segala hasil perbuatan itu pasti akan diterima, karena hal itu sudah merupakan hukum perbuatan. Di dalam Weda (Wrhaspati Tatwa 3), dinyatakan sebagai berikut: "Wasana artinya bahwa semua perbuatan yang telah dilakukan di dunia ini. Orang akan mengecap akibat perbuatannya di alam lain, pada kelahiran nanti; apakah akibat itu akibat yang baik atau yang buruk. Apa saja perbuatan yang dilakukannya, pada akhirnya kesemuanya itu akan menghasilkan buah. Hal ini adalah seperti periuk yang diisikan kemenyan, walaupun kemenyannya sudah habis dan periuknya dicuci bersih-bersih namun tetap saja masih ada bau, bau kemenyan yang melekat pada periuk itu. Inilah yang disebut wasana. Seperti juga halnya dengan karma wasana. Ia ada pada Atman. Ia melekat pada-nya. Ia mewarnai Atman. Semua makhluk pasti mengalami yang namanya Hukum Karmaphala. Bahkan alam semesta juga tidak lepas dari hukum Karma. Sehingga Hukum Karmaphala juga disebut Hukum Alam (Rta). Waktu berganti, siang dan malam terjadi akibat bumi yang terus berputar. Karmaphala memberi optimisme kepada setiap manusia, bahkan semua makhluk hidup. Dalam ajaran ini, semua perbuatan akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Apapun yang kita perbuat, seperti itulah hasil yang akan kita terima. Yang menerima adalah yang berbuat, bukan orang lain. Karmaphala adalah sebuah Hukum Universal bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam masa kehidupannya, setiap mahluk tidak akan putus-putusnya melakukan karma, oleh karena nya tidak akan putus-putus pula Karmaphala yang dinikmatinya. Ada yang sempat menikmatinya pada masa kehidupannya saat ini, ada pula yang dinikmatinya pada masa hidupnya yang akan datang, serta ada pula yang akan dinikmatinya di akhirat kelak. Karmaphala seseorang bisa saja diterima atau dinikmati orang lain/keturunannya. Dalam kepercayaan/keyakinan Hindu ada istilah Karmaphala Sentana yaitu hasil/pahala dari perbuatan yang diterima oleh sentana/keturunan akibat perbuatan orang tua (leluhur). Ini bisa saja terjadi, sebagai contoh: Ada sebuah keluarga kaya namun begitu kikir/pelit dan sombong. Karena merasa sudah memiliki segalanya, mereka tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat lain. Tidak pernah ikut kerja bakti, gotong-royong dengan para tetangga. Bahkan anak-anak mereka dilarang bergaul sembarangan. Suatu ketika mereka bangkrut dan jatuh miskin. Sang orangtua kemudian mendapat serangan jantung dan meninggal. Nah dalam kondisi seperti ini tentu si anak akan menjadi bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa. 3

Akibatnya sang anaklah yang menanggung beban dan penderitaan yang dibentuk oleh orangtuanya sendiri. Maka dari itu, hendaknya bijak-bijaklah kita sebagai orangtua untuk senantiasa memberi contoh dan tauladan yang baik serta selalu melaksanakan dharma. Karena kita harus ingat bahwa masih ada sentana (keturunan) atau generasi penerus kita yang nanti akan menjadi pembawa tongkat estafet dharma. Dan jangan lupa, apa yang kita tanamkan pada anak pula yang akan membentuk si anak akan menjadi bahagia atau sebaliknya. Karmaphala adalah hasil perbuatan manusia. Sementara itu, perbuatan manusia ada tiga jenis yaitu pikiran, perkataan, dan perbuatan. Nah terkait dengan phala yang diterima dari pikiran, dalam Kitab suci disebutkan riastu ri angen-angen maphala juga ika Artinya: kendatipun masih tarap pemikiran, berbuah juga ia. Itulah salah satu yang membedakan Agama Hindu dengan agama lainnya, juga membedakan dengan hukum Pidana. Hukum Pidana baru bisa kena hukuman apabila sudah ada bukti, saksi dan kesaksian dengan melewati proses hukum yang panjang (melibatkan aparat Polri, Kejaksaan dan Pengadilan). Tiada sebab tanpa akibat dan tiada akibat tanpa sebab atau tiada Karma tanpa Phala dan tiada Phala tanpa Karma. Baik buruknya suatu akibat (Phahala/hasil) sangat tergantung pada baik buruknya sebab (Karma/perbuatan) itu sendiri. Karenanya semua kegiatan kita dalam berpikir, berkata dan berbuat harus berlandaskan wiweka (kemampuan untuk membeda-bedakan, menimbang-nimbang dan akhirnya memilih antara yang baik dan buruk, salah dan benar dan sebagainya). Jika kita andaikan perbuatan masa lalu adalah garam yang terlanjur banyak dimasukkan ke dalam sayur. Sayurnya jadi asin. Karena sudah terlanjur, perbuatan itu tak bisa dibatalkan. Garam itu tidak bisa lagi dipungut. Kita hanya bisa menikmati asinnya. Nah, rasa asin ini bisa dikurangi dengan menambahkan air ke dalam sayur tersebut. Perbuatan menambahkan air inilah yang bisa diandaikan dengan Prarabda Karma. Bukankah tetap ada gunanya? Demikian pula usaha yang dilakukan dalam kehidupan sekarang bisa mengurangi penderitaan sebagai akibat perbuatan masa lalu. Kalau kita menderita sebenarnya kita sedang melunasi hutang sisa perbuatan itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Karmaphala adalah hukum yang pasti dialami oleh setiap orang, bahkan seluruh isi alam. Dan hukum ini juga dapat memberikan dorongan/motivasi untuk senantiasa berbuat dharma. Hukum Karmaphala seharusnya tidaklah menyebabkan manusia menjadi putus asa, pasif dan apatis atau menyerah pada nasib aja, melainkan memberikan dorongan spiritual aktif, dinamis dan positif kepada umat manusia untuk berbuat baik dalam mengatasi segala macam penderitaan hidupnya lahir bathin, sehingga akan membentuk watak manusia susila dengan karmanya yang tinggi. Hukum Tuhan ini sungguh sederhana, namun ia menjadi begitu kompleks karena beraneka-macam perbuatan (karma) yang dilakukan oleh sang manusia dengan beraneka macam akibat (phala) nya. Karma, sesungguhnya merupakan media untuk 4

mencapai kelepasan atau tujuan tertinggi agama Hindu yaitu Moksa. Kebebasan abadi berupa Moksa dapat dicapai dengan tidak mengikatkan diri pada pamrih dari suatu perbuatan (Karma). Namun bukan berarti bahwa orang tidak berbuat apa-apa lantas nongkrong duduk termangu-mangu atau bermalas-malasan hanya duduk dan berdoa mengharap rejeki dan kebahagian jatuh dari langit, jutsru ia harus selalu berbuat dan berjuang menegakkan Dharma. 5