PERANAN PUPUK ORGANIK SIPRAMIN SEBAGAI SUBTISTISI PUPUK N TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL PADI SAWAH PADA INCEPTISOL

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi Tabel 2 No Analisis Metode Hasil Status Hara

III. BAHAN DAN METODE

RESPON TANAMAN KARET DI PEMBIBITAN TERHADAP PEMBERIAN PUPUK MIKRO MAJEMUK

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PUPUK NPK MAJEMUK TERHADAP HASIL PADI VARIETAS CIHERANG DAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL, BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Electric Furnace Slag, Silica Gel dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

PENGARUH PUPUK ORGANIK BERKADAR BESI TINGGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Hasil Analisis Kimia Tanah Inceptisol Berdasarkan Kriteria Pusat Penelitian Tanah 1983

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Pengaruh Silikat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah pada Tanah Ultisol

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

PERBAIKAN SIFAT KIMIA TANAH FLUVENTIC EUTRUDEPTS PADA PERTANAMAN SEDAP MALAM DENGAN PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK NPK

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

LAMPIRAN. Lampiran 1 Kandungan dan Dosis Pupuk

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nurjaya, Ibrahim Adamy, dan Sri Rochayati

VERIFIKASI REKOMENDASI PEMUPUKAN P DAN K PADA TANAMAN KEDELAI LAMPUNG TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Pembuatan biochar dilakukan di Kebun Percobaan Taman Bogo Lampung Timur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

KEBUTUHAN PUPUK MOP PADA TANAH INCEPTISOL BOGOR ( * ) DENGAN STATUS HARA K-POTENSIAL DAN K-TERSEDIA RENDAH UNTUK TANAMAN JAGUNG

Respon Beberapa Sifat Kimia dan Hasil Tanaman Kakao terhadap Pemberian Pupuk Organik dan Pupuk Hayati

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH MIKROBA KONSORSIA Azotobacter sp. dan Pseudomonas sp. TERHADAP HASIL CAISIM PADA TANAH MASAM ULTISOL JASINGA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

Transkripsi:

PERANAN PUPUK ORGANIK SIPRAMIN SEBAGAI SUBTISTISI PUPUK N TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL PADI SAWAH PADA INCEPTISOL Nurjaya dan D. Setyorini ABSTRAK Sipramin merupakan hasil sampingan dari suatu produk indsutri dengan kandungan N yang relatif tinggi. Penggunaan Sipramin sebagai pupuk organik pada tanaman pangan dan perkebunan di masyarakat masih menimbulkan pendapat yang berbeda terhadap sifat kimia tanah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peranan pupuk Sipramin terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi sawah, serta sifat kimia tanah. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 26 - Maret 27 di Instalasi Rumah Kaca Sindangbarang Balai Penelitian Tanah, Bogor menggunakan tanah Inceptisol dari Cicadas, Bogor. Rancangan yang digunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 11 perlakuan diulang 5 kali. Perlakuan terdiri atas: kontrol; ½, ¾ dan 1 takaran pupuk N dikombinasikan dengan pupuk PK + Sipramin takaran 4. l/ha; pupuk PK masing-masing dikombinasikan dengan Sipramin takaran, 2., 3., 4. dan 5. l/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Urea yang dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha serta pemberian 4 tingkat pupuk organik Sipramin takaran 2.- 5. l/ha + pupuk PK secara umum dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, jumlah daun dan bobot jerami setara dengan pemberian pupuk NPK. Pemberian pupuk Sipramin sampai takaran 5. l/ha dikombinasikan dengan pupuk PK belum menunjukkan takaran optimum untuk tanaman padi sawah di rumah kaca. Pemberian pupuk Sipramin secara kuantitatif cenderung menurunkan ph tanah terekstrak H2O; meningkatakan N-total tanah, P-tersedia terekstrak Bray 1 dan K dapat ditukar (Kdd) dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk Sipramin. PENDAHULUAN Pengunaan pupuk di sektor pertanian memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Namun demikian apabila penggunaan pupuk berlebihan atau tidak sesuai dengan sifat kimia tanah dan kebutuhan hara tanaman maka dalam jangka panjang dapat mengganggu kesuburan tanah karena terganggunya keseimbangan hara dalam tanah. Sampai saat ini sering dijumpai kelangkaan pupuk pada saat menjelang waktu pemupukan terutama di sentra-sentra pertanian. Keadaan ini mendorong para produsen pupuk membuat pupuk alternatif (pupuk organik baik cair maupun padatan) yang berasal dari hasil sampingan suatu produk, akan tetapi dengan 285

Nurjaya dan D. Setyorini formula kandungan N, P, dan K lebih rendah yang dikombinasikan dengan hara mikro dengan komposisi yang bervariasi. Salah satu dari dari sekian banyak pupuk organik cair tersebut adalah Sipramin yang merupakan hasil sampingan dari suatu produk indsutri. Sipramin mengandung N dengan kadar yang relatif tinggi. Namun demikian dalam penggunaanya, untuk menyetarakan kebutuhan N sebagai substitusi pupuk urea atau ZA maka dalam pemberiannya diperlukan dalam jumlah banyak. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, sejak tahun 198-an Sipramin telah digunakan secara luas di perkebunan tebu. Karena harganya yang murah dan mudah diperoleh, maka penggunaan Sipramin oleh petani sering dilakukan secara berlebihan tanpa diimbangi dengan pupuk anorganik seperti SP-36 dan KCl (Premono et al., 1999). Sipramin adalah cairan sisa proses pembuatan asam amino yang berasal dari pabrik mono sodium glutamat (MSG) atau lysin. Kandungan utama Sipramin adalah bahan organik yaitu sekitar 8,12-12,7%, disamping nitrogen (+4,5%). Selain itu Sipramin juga mengandung unsur-unsur ikutan lainnya seperti P, K, Ca, Mg, S, Cl dan Fe dan beberapa unsur mikro dengan kadar yang bervariasi (Sofyan et al., 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Sipramin pada tanaman pangan seperti padi dan dan jagung serta tanaman perkebunan dengan takaran 25 5 l/ha dapat mensubstitusi kebutuhan N dan memberikan kenaikan hasil (Soeparmono et al., 1999; Sofyan et al., 1999). Namun demikian penggunaan Sipramin sebagai pupuk organik pada tanaman pangan dan perkebunan di masyarakat masih menimbulkan pendapat yang berbeda terhadap sifat kimia tanah. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair Sipramin terhadap sifat kimia tanah dan hasil tanaman padi sawah. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian pupuk organik cair Sipramin dengan tanaman indikator padi sawah dilaksanakan dari bulan Juli 26 Maret 27 di Instalasi Rumah Kaca Sindangbarang Balai Penelitian Tanah, Bogor. Tanah yang digunakan diambil dari lahan sawah yang berstatus hara P dan K sedang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (Randomize Complete Block Design), terdiri dari 11 perlakuan dengan 5 ulangan. Adapun susunan perlakuan dan takaran pupuk pada tanaman padi disajikan pada Tabel 1. Sebagai media pertumbuhan tanaman padi di rumah kaca digunakan tanah Inceptisol dari Cicadas, Bogor yang diambil dari kedalaman -2 cm. Setiap pot di isi 1 kg tanah yang telah dikering anginkan dan lolos ayakan 2 mm. 286

Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah Bibit padi sebelum di tanaman terlebih dahulu disemaikan sampai umur 12 hari, setelah 12 hari dipindahkan pada pot perlakuan, masing-masing pot ditanam sebanyak 3 rumpun dan masing-masing rumpun terdiri dari 1 tanamam. Varietas padi yang ditanaman IR-64. Tabel 1. Perlakuan dan takaran pupuk pada pengujian pupuk organik cair Sipramin pada tanaman padi sawah di Rumah Kaca Takaran pupuk Sipramin No. Perlakuan Urea SP-36 KCl 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 11. Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha.. kg/ha. 25 75 1 62,5 75 1 125 75 1 187,5 75 1 25 75 1 75 1 75 1 75 1 75 1 75 1 l/ha 4 4 4 4 2 3 4 5 Pupuk organik cair Sipramin, Urea dan KCl diberikan dua kali masingmasing pada umur 7 hari setelah tanam dan pada fase primordia masing-masing setengah takaran, sedangkan pupuk SP-36 sebagai pupuk dasar diberikan satu kali saat tanam. Parameter pertumbuhan tanaman yang diamati yaitu: Tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST); bobot jerami dan bobot gabah kering per pot serta bobot gabah per 1 butir Analisis tanah sebelum percobaan meliputi: tekstur dengan metode pipet, ph terekstrak H 2 O dan KCl, C-organik dengan metode Black dan Kurmies, N- total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan pengekstrak Bray 1, kadar P dan K potensial dengan pengekstrak HCl 25%, Nilai Tukar Kation Ca, Mg, K dan Na dengan pengekstrak NH4-Ac 1N ph 7, Kapasitas Tukar Kation dengan metode perkolasi dan Kejenuhan Basa. Setelah percobaan: ph dengan pengekstrak H 2 O, N-total dengan metode Kjeldahl, P-tersedia dengan pengekstrak Bray I, dan K-dd dengan pengekstrak NH 4 -Ac 1N ph 7. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan diikuti dengan uji lanjutan menggunakan Duncan (DMRT) pada taraf 5 % untuk melihat perbedaan antar perlakuan. 287

Nurjaya dan D. Setyorini HASIL DAN PEMBAHASAN Tekstur dan sifat kimia Inceptisols Data tekstur dan sifat kimia tanah Inceptisols dari Cicadas, Bogor sebelum pengujian disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan Inceptisols dari Cicadas bertekstur liat; ph tanah terekstrak H 2 O termasuk katagori masam, ph ekstrak KCl 4,5. Kadar C-organik, N-total dan C/N rasio tanah masing-masing tergolong rendah. Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum penelitian dilaksanakan Jenis penetapan Telstur : Liat (%) Debu (%) Pasir (%) ph : H 2 O KCl Bahan oganik : C (%) N (%) C/N P 2 O 5 (HCl 25%) mg 1g -1 K 2 O (HCl 25%) mg 1g -1 P-Bray-1 (mg kg -1 P) Kation : (cmol (+)kg -1 Ca Mg K Na KTK (cmol (+)kg -1 KB (%) Hasil penetapan Liat 6 21 73 5,4 4,5 1,22,12 1 57 5 2 6,42 1,96,16,7 14,55 6 Kadar P-terekstrak HCl 25% termasuk tinggi akan tetapi kadar P-tersedia terekstrak Bray 1 tergolong sangat rendah. K-terekstrak HCl 25% termasuk sangat rendah. Nilai tukar kation Ca- dan Mg-dd tergolong sedang, kemudian K- dan Na-dd tergolong rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dan kejenuhan basa (KB) tergolong sedang. Berdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan bahwa pada tanah Inceptisol dari Cicadas telah terjadi ketidak seimbangan antara hara P potensial yang tergolong tinggi dengan hara K dan N yang tergolong rendah. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah menyebabkan tanah tidak memiliki kemampuan menyanggga kation sehingga mudah tercuci dari komplek pertukaran. Selain itu sifat antagonisme antara ion K dengan Ca 288

Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Mg, menyebabkan ion K dalam komplek pertukaran (KTK) terdesak oleh kation Ca dan Mg yang jumlahnya relatif lebih tinggi. Dengan demikian kation K akan terdesak dari kompleks pertukaran sehingga mudah tercuci. Kapasitas tukar kation tanah yang rendah menyebabkan tingkat efisiensi pemupukan menjadi rendah. Pada kondisi tersebut, tanah tidak dapat mendukung pertumbuhan dan produktiivitas tanaman secara optimal. Untuk mengatasi kendala kesuburan tersebut pemberian pupuk organik cair (Sipramin) sebagai pupuk yang diuji ditambah dengan pemberian pupuk urea, SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar dalam jumlah yang cukup dapat dapat memperbaiki kesuburan tanah. Tinggi tanaman Data tinggi tanaman padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST) sebagai respon terhadap pemberian Sipramin disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh pemberian sipramin terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanaman (HST) pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Tinggi tanaman No. Perlakuan 3 HST 45 HST 6 HST 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 11. Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha...cm..... 53,82 b 94.8 c 11, d 61,3 a 16.8 ab 19,2 bc 64,24 a 11.5 a 118,2 a 63,44 a 18.5 ab 112,4 abc 6,76 a 11.3 ab 112,4 abc 61,58 a 18.3 ab 114,8 ab 6,54 a 13.2 b 19,7 bc 62,6 a 19.2 ab 111,4 bc 62,38 a 11.3 ab 112,8 ab 62,5 a 15.6 ab 19,2 bc 62,9 a 14.4 b 16,6 c Kererangan: Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian N dalam bentuk Urea dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha tidak berbeda nyata dibadingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap tinggi tanaman. Demikian pula pemberian pupuk Sipramin pada berbagai taraf takaran dikombinasikan dengan pupuk PK secara umum tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 6 HST pemberian 62,5 kg Urea/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha berbeda nyata 289

Nurjaya dan D. Setyorini meningkatkan tinggi tanaman. Pertumbuhan tanaman tertinggi pada umur 3 dan 6 HST masing-masing 64.24 dan 11.5 cm diperoleh pada pemberian Urea 62,5 kg/ha yang dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha. Namun demikian secara umum, pemberian pupuk Sipramin cenderung meningkatkan tinggi tanaman sejalan dengan penambahan takaran pupuk yang diberikan. Jumlah anakan Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap jumlah anakan umur 3, 45 dan 6 HST disajikan pada Tabel 4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian urea dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 3 HST pemberian pupuk Urea 25 kg/ha dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4. l/ha berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan dibandingkan perlakuan pupuk NPK. Peningkatan pemberian pupuk Urea secara umum cenderung menurunkan jumlah anakan dibandingkan perlakuan pupuk NPK, kecuali pada umur 6 HST pemberian pupuk Urea takaran 125 kg/ha menghasilkan jumlah anakan lebih banyak (39,6 rumpun) dibandingkangkan dengan perlakuan pupuk NPK (38.2 rumpun). Tabel 4. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap jumlah anakan padi sawah umur 3, 45 dan 6 hari setelah tanam (HST) pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Jumlah anakan No. Perlakuan 3 HST 45 HST 6 HST 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 11. Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha... rumpun. 15,4 e 34,4 bc 34,4 bc 26,4 a 38,2 ab 38,2 ab 26, ab 36,6 abc 36,6 abc 24,6 abc 39,6 a 39,6 a 24,6 abc 36,2 abc 36,2 abc 22,4 bcd 34,8 bc 34,8 bc 22, cd 34.4 bc 34.4 bc 24,6 abc 38,6 ab 38,6 ab 23,8 a-d 36,6 abc 36,6 abc 21,4 cd 35,4 abc 35,4 abc 2,6 d 35, bc 35, bc Kererangan: Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Pemberian Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK-standar tidak berbeda nyata dibandingkan perlakuan pupuk NPK terhadap jumlah anakan, kecuali pada umur 3 HST pemberian Sipramin dengan takaran 4. dan 5. 29

Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah l/ha berpengaruh nyata menurunkan jumlah anakan dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK. Secara umum pemberian Urea yang dikombinasikan dengan Sipramin takaran 4 l/ha menghasilkan jumlah anakan relatif lebih sedikit dan cenderung menurun sejalan dengan peningkatan takaran Sipramin yang diberikan. Bobot jerami Data bobot jerami basah dan kering padi sebagai respon terhadap pemberian pupuk Sipramin disajikan pada Tabel 5. Hasil uji statistik menujukkan bahwa pemberian pupuk Urea dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha dan pemberian Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap peningkatan bobot jerami basah dan kering. Namun demikian pemberian Urea dengan takaran 125 kg/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha secara kuantitatif menghasilkan bobot jerami basah dan kering lebih tinggi dibandingkan perlakuan pupuk NPK, akan tetapi bobot jerami menurun sejalan dengan peningkanan takaran Urea. Tidak demikian halnya dengan pemberian pupuk Sipramin, bobot jerami basah secara kuantitatif cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan takaran yang diberikan. Bobot jerami basah dan kering tertinggi masing-masing 228,42 g/pot dan 58,42 g/pot diperoleh pada perlakuan pupuk Sipramin takaran 5. l/ha dan pupuk Urea takaran 187,5 kg/ha dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha. Tabel 5. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap bobot basah dan kering jerami padi sawah per pot pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Bobot jerami No. Perlakuan Basah Kering 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 11. Kererangan: Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4 1/ha 1NPK + Sipramin 4 1/ha PK PK + Sipramin 2 l/ha PK + Sipramin 3 l/ha PK + Sipramin 4 l/ha PK + Sipramin 5 l/ha..g/pot.. 117,93 c 43,2 e 23,13 a 55,56 abc 218,17 a 59,9 a 29,98 a 57,81 ab 22,68 a 58,42 ab 195,25 a 57,51 ab 156,99 b 46,33 de 195,6 a 53,56 bc 196,2 a 5,25 cd 197,1 a 53,37 bc 228,42 a 57,72 ab Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan 291

Nurjaya dan D. Setyorini Bobot gabah Data bobot gabah basah dan kering sebagi respon terhadap pemberaian pupuk Sipramin disajikan pada Tabel 6. Hasil uji satistik menunjukkan bahwa, secara umum pemberian pupuk Urea dikombinasikan dengan pupuk Sipramin takaran 4. l/ha dan pemberian pupuk Sipramin dikombinasikan dengan pupuk PK tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK terhadap bobot gabah, kecuali pada pemberian Sipramin takaran 5. l/ha berpengaruh nyata meningkatkan bobot gabah basah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot gabah kering. Tabel 6. Pengaruh pemberian Sipramin terhadap bobot basah dan kering jerami padi sawah per pot pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca Bobot gabah No. Perlakuan Basah Kering 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 11. Kererangan: Kontrol NPK ¼ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ½ N(PK) + Sipramin 4. 1/ha ¾ N (PK) + Sipramin 4. 1/ha 1NPK + Sipramin 4. 1/ha PK PK + Sipramin 2. l/ha PK + Sipramin 3. l/ha PK + Sipramin 4. l/ha PK + Sipramin 5. l/ha.. g/pot 69,68 c 58.34 b 88,36 b 7.19 a 87,74 b 68.4 a 87,39 b 68.32 a 87,79 b 68.76 a 91,2 b 7.7 a 69,78 c 59.12 b 84,67 b 66.55 a 85,3 b 67.84 a 88,73 b 69.42 a 12,71a 73.36 a Angka dalam kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan Namun secara kuantitatif peningkatan taraf takaran pupuk Urea dan Sipramin, bobot basah dan kering padi cenderung meningkat. Bobot gabah basah dan kering tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk Sipramin takaran 5. l/ha masing-masing 12,71 dan 73,36 g/pot, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pupuk NPK masing-masing 88,36 dan 7,19 g/pot. Pengaruh pemberian pupuk organik cair Sipramin takaran 2. 5. l/ha + pupuk PK dibandingkan dengan pupuk NPK disajikan pada Gambar 1. Dari gambar 1 menunjukkan bahwa pada pemberian Sipramin takaran 5. l/ha + PK menghasilkan bobot gabah kering relatif lebih tinggi (73.36 g/pot) dibandingkan dengan pupuk NPK (7,9 g/pot). 292

Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah Bobot gabah kering (g/pot) 8 7 6 5 4 3 2 1 NPK-std PK PK+1/2 PK+3/4 PK+1 Pk+11/4 Pemberian pupuk Sipramin Gambar 1. Respon tanaman padi terhadap pemberian pupuk Sipramin + PK dibandingkan pupuk NPK-standar Sedangkan pengaruh pemberian pupuk Sipramin pada berbagai takaran terhadap terhadap bobot gabah kering disajikan pada Gambar 2. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pemberian pupuk Sipramin berpengaruh positif terhadap peningkatan bobot gabah kering. Dari gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair Sipramin sampai takaran 5. l/ha masih menunjukkan respon positif terhadap peningkatan bobot gabah kering dan belum menunjukkan kurva yang menurun. Dari hasil perhtungan dengan memasukan nilai X sebagai takaran pupuk terhadap bobot gabah kering (Y) melalui persamaan Y= 59,47 +,33X-,1X 2 diperoleh titik maksimum kurva respon pemupukan Sipramin dicapai pada takaran 7.25 l/ha dan takaran optimum dicapai pada pemberian 5.8 l/ha. Bobot gabah kering (g/pot) 8 7 6 5 y = -1E-7x 2 +.33x + 59.23 4 R 2 =.9755 3 2 1 1 2 3 4 5 Pemberian Sipramin (l/ha) Gambar 2. Kurva respon pemupukan Sipramin terhadap bobot gabah kering pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor di Rumah Kaca 293

Nurjaya dan D. Setyorini Sifat kimia tanah ph terekstrak H2O Pengaruh pemberian Sipramin terhadap ph tanah terekstrak H 2 O disajikan pada Gambar 3. Dari gambar 3a menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair Sipramin cenderung menurunkan ph tanah terekstrak H 2 O dibandingkan dengan tanpa pemberian Sipramin. Pemberian pupuk Sipramin takaran 2. l/ha, ph tanah menurun dan pemberian Sipramin sampai takaran 5. l/ha ph tanah tetap konstan tidak terjadi penurunan ph tanah menjadi lebih rendah (Gambar 3a). 5.35 5.3 (a).16.14 (b) Nilai ph tanah 5.25 5.2 5.15 5.1 N-total (%).12.1.8.6.4 5.5.2 5 Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Gambar 3. Kurva pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap ph (a) dan N- total (b) tanah setelah panen pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor N-total Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap kadar N-total tanah disajikan pada Gambar 3b. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk Sipramin, kadar N-total tanah cenderung menurun, kadar N-total tanah terendah mencapai,5% pada pemberian pupuk fosfat (P) dan kalium (K) saja. Sedangkan pada pemberian Sipramin kadar N-total tanah setelah panen meningkat sejalan dengan penambahan takaran pupuk Sipramin dengan kadar N-total tanah tertinggi,14% pada pemberian pupuk Sipramin takaran 5. l/ha. Peningkatan kadar N tanah sejalan dengan peningkatan pemberian pupuk Sipramin, hal ini disebabkan pupuk Sipramin mengandung kadar N relatif tinggi, sehingga semakin tinggi takaran pupuk Sipramin diberikan semakin tinggi kadar N yang disumbangkan ke dalam tanah. 294

Peranan Pupuk Organik Sipramin Sebagai Subtistisi Pupuk N Terhadap Sifat Kimia Tanah P-terekstrak Bray 1 (ppm) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 (a) Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk Gambar 4. Kurva pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap P-tersedia (a) dan K-dd (b) tanah setelah panen pada Inceptisol dari Cicadas, Bogor Na dapat ditukar (me/1g).16.14.12.1.8.6.4.2 Kontrol NPK PK PK+Sprm-1 PK+Sprm-2 PK+Sprm-3 PK+Sprm-4 Perlakuan pupuk (b) P-terekstrak Bray 1 Kadar P-tersedia terekstrak Bray 1 dalam tanah setelah panen disajikan pada Gambar 4a. Dari gambar 4a menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa pupuk Sipramin (perlakuan PK dan NPK), kadar P-terekstrak Bray 1 lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk Sipramin hanya mencapai 3 ppm namun lebih tinggi dibandingkan kontrol (2 ppm). Sedangkan pada pemberian pupuk Sipramin, kadar P-terekstrak Bray 1 meningkat, tertinggi mencapai 8 ppm diperoleh pada perlakuan pemberian 3. l/ha akan tetapi peningkatan takaran pupuk Sipramin selanjutnya kadar P dalam tanah cenderung menurun kembali menjadi 6 ppm pada pemberian pupuk Sipramin 5. l/ha. Penurunan kadar P dalam tanah pada pemberian takaran Sipramin yang lebih tinggi diduga pada perlakuan tersebut hasil gabah dan jerami lebih tinggi sehingga serapan P oleh tanaman meningkat dibandingkan perlakuan Sipramin pada takaran yang lebih rendah. K dapat ditukar (K-dd) Pengaruh pemberian pupuk Sipramin terhadap kadar K dapat ditukar (Kdd) tanah setelah panen disajikan pada Gambar 4b. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada perlakuan tanpa Sipramin, K-dd tanah lebih rendah terutama pada perlakuan pupuk PK saja, kemudian kadar K-dd tanah meningkat kembali menjadi,8 me/1g pada pemberian Sipramin takaran 3.. Selanjutnya kadar K-dd tanah cenderung menurun kembali pada pemberian 4. l/ha dan terendah mencapai,6 me/1g pada pemberian 5. liter/ha. Penurunan kadar K-dd dalam tanah pada pemberian Sipramin dengan takaran yang lebih 295

Nurjaya dan D. Setyorini tinggi sejalan dengan peningkatan bobot jerami dan gabah. Pada kondisi tersebut, kebutuhan hara K oleh tanaman padi meningkat, sehingga terjadi pengambilan hara K dalam tanah lebih tinggi sehingga terjadi penurunan K-dd dalam tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian pupuk organik cair Sipramin di rumah kaca dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk organik cair Sipramin 2. - 5. l/ha + PK sebagai pengganti Urea secara umum meningkatkan pertumbuhan tinggi, jumlah anakan dan bobot jerami setara dengan pemberian pupuk NPK. 2. Pemberian pupuk organik cair Sipramin sampai takaran 5. l/ha dikombinasikan dengan pupuk PK belum mencapai takaran optimum untuk meningkatkan hasil padi sawah di rumah kaca 3. Pemberian pupuk Sipramin cenderung dapat menurunkan ph tanah terekstrak H 2 O; meningkatakan N-total tanah, P-tersedia terekstrak Bray 1, dan K dapat ditukar (K-dd) dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk Sipramin. DAFTAR PUSTAKA Premono, M.E., S. Arifin, Sumoyo, N. Andriani, dan W.E. Widayanti. 1999. Dampak Sipramin terhadap Sifat Tanah: Pengaruh Akumulasi Sipramin Tahun Ke Dua pada Tanah Bera dan Ditanami Tebu. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari 1999. Sofyan A., D. Setyorini, dan J.S. Adiningsih. 1997. Pengujian dampak penggunaan pupuk organik cair Sipramin terhadap sifat kimia tanah. Seminar Sehari Dampak Pupuk Cair Sipramin terhadap Sifat Kimia, Fisika, dan Biologi Tanah. Malang 1-4-1997. Sofyan A., dan A. Abdurachman. 1999. Keragaan Sipramin Sebagai Alternatif Sumber Ououk dan Bahan Organik pada Berbagai Tanaman. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari 1999. Soeparmono, O.Soedjarwo dan Suud Effendy. 1999. Kajian Amonium Sulfat oleh Sipramin terhadap Produksi Tebu Keprasan Pertama (R1), di Lahan Kering Bertekstur Kasar, Kediri. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian Penggunaan Pupuk Sipramin. Batu, Malang 5-7 Januari 1999. 296