LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

A. RENCANA STRATEGIS : VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANGGAI

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan Kab. Purbalingga 2013 hal 1

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

RENCANA KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

Laporan Kinerja (LKj) Tahun 2016 KATA PENGANTAR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Tabel 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

B A B P E N D A H U L U A N

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RENCANA KERJA TAHUNAN ( RKT ) TAHUN 2017

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Dinas Kesehatan Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PELALAWAN NOMOR :440/SEKT-PROG/DINKES/2016/ TENTANG

penduduk 1 : dari target 1:2.637, Penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA mencapai 92,11 % dari target 82,00 %, Cakupan penemuan dan

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Juknis Operasional SPM

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB. III TUJUAN, SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN

EVALUASI KINERJA DINAS KESEHATAN KAB. BOALEMO TAHUN 2016 KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Tabel 1. Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja Dinas Kesehatan dan Pencapaian Renstra Dinas Kesehatan s/d tahun Realisa si (s/d 2012)

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

TARGET INDIKATOR SATUAN MENINGKATKAN 1. INDIKATOR SASARAN CAPAIAN MISI TUJUAN SASARAN NO

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RINGKASAN EKSEKUTIF. L K j - I P D i n a s K e s e h a t a n P r o v. S u l s e l T A

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

POHON KINERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMONGAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

IV.B.2. Urusan Wajib Kesehatan

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

INDIKATOR RENCANA STRATEGIK TAHUN CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN TARGET. 14 Angka kematian ibu

LPPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Transkripsi:

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2017 i

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongannya dan petunjuknya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (L KjIP) telah disusun sesuai rencana guna memenuhi kewajiban menyampaikan LKjIP setelah pelaksanaan program/kegiatan APBD 2016 sebagai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas. Dokumen LKjIP menyajikan hasil pengukuran kinerja tahun 2016 serta evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerjanya, sehingga dokumen LKjIP ini dapat memberikan informasi keberhasilan/kegagalan Dinas Kesehatan serta dapat diketahui apakah program/kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai indikator dan target kinerja serta mengarah pada terwujudnya visi dan misi organisasi (Dinas Kesehatan). Penyusunan LKjIP ini, didasarkan pada pengukuran kinerja yang realistis dan obyektif sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menentukan langkah dan kebijakan Dinas Kesehatan di tahun selanjutnya serta dapat mendorong peningkatan kinerja para penyelenggara pemerintahan daerah dalam mewujudkan visi - misi Dinas Kesehatan dan visi - misi Pemerintah Kabupaten Boyolali. Selain itu, juga menyajikan dokumen perencanan dan kinerja lain seperti Rencana Strategis (Renstra), Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Penetapan Kinerja, sehingga dokumen LKjIP juga dapat digunakan untuk mengevaluasi konsistensi penerapan rencana strategis yang telah ditetapkan, melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di masing-masing bidang sekaligus dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Governance, yaitu terwujudnya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Boyolali pada umumnya. Tidak lupa, diucapkan terima kasih kepada tim penyusunan LKjIP Dinas Kesehatan dan para pelaksana kegiatan serta pihak-pihak yang terkait sehingga dokumen LKjIP tahun 2016 ini dapat disusun tepat waktu. Demikian, semoga dokumen LKJIP ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada kita semua, Amin. Boyolali, Maret 2017 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI dr. RATRI S. SURVIVALINA, MPA Pembina NIP. 19711009 200212 2 006 ii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv IKHTISAR EKSEKUTIF... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum... 1 1.1.1. Dasar Hukum Organisasi. 1 1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi.. 1 1.1.3. Struktur Organisasi... 2 1.2. Penentuan Isu-isu Strategis... 3 1.3. Sistematika Penyajian LKJIP... 3 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Perencanaan... 4 2.2 Perjanjian Kinerja. 6 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi... 13 3.2 Akuntabilitas Keuangan.. 53 BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan... 59 4.2 Saran... 60 DAFTAR LAMPIRAN A. Penetapan Kinerja B. Pengukuran Kinerja 2016 iii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL Bagan 1 Stuktur Organisasi Dinas Kesehatan... 2 Halaman Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja... 7 Tabel 3.1 Evaluasi Kinerja Sasaran 1... 14 Tabel 3.2 Evaluasi Kinerja Sasaran 2... 30 Tabel 3.3 Evaluasi Kinerja Sasaran 3... 34 Tabel 3.4 Evaluasi Kinerja Sasaran 4... 37 Tabel 3.5 Evaluasi Kinerja Sasaran 5... 41 Tabel 3.6 Evaluasi Kinerja Sasaran 6... 46 Tabel 3.7 Evaluasi Kinerja Sasaran 7... 49 Tabel 3.8 Evaluasi Kinerja Sasaran 8... 51 Tabel 3.9 Evaluasi Kinerja Sasaran 9... 52 Tabel 3.10 Akuntabiltias Keuangan... 53 iv

IKHTISAR EKSEKUTIF A. Pendahuluan Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta berorientasi kepada hasil (result oriented governement), perlu adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (L KjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Dengan telah selesainya pelaksanaan tahun anggaran 2016, sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah, semua Instansi Pemerintah, termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, wajib menyusun LKjIP. Selain itu, informasi dalam dokumen LKjIP/LAKIP merupakan bentuk pertanggungjawaban atas keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas. Berdasar Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Boyolali serta Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2012 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Dinas, Sekretaris Dinas dengan 3 Kepala Subbagian, 4 Kepala Bidang, dengan 10 Kepala Seksi, serta 31 UPT Dinas, (Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Daerah,dan Farmasi). Dengan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 37 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ditetapkan menjadi dinas dengan 1 Sekretariat, membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidang dengan masing-masing terdiri dari 3 seksi. B. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti visi Bupati Boyolali 2016-2021 yaitu: "Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera" Rumusan misi SKPD membantu lebih jelas penggambaran visi SKPD yang ingin dicapai, serta menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh SKPD. Penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolali yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitu misi 4 yang berbunyi Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing. Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas. Fokus sasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melalui upaya fasilitasi pemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelaku usaha, pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi. Masyarakat yang sehat menjadi salah satu prasyarat utama terbentuknya masyarakat yang produktif dan berdaya saing, sehingga hal ini menjadi misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. v

Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam tahun 2016 2021, tertuang dalam 5 sasaran sebagai berikut: 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. 2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasis teknologi informasi. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalam pembangunan kesehatan. 5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle): Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 2011-2015 adalah menuju Masyarakat Boyolali Yang Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing. Untuk dapat menjadi penggerak terwujudnya Masyarakat Boyolali yang Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing ditetapkan misi pembangunan sebagai berikut: 1. Menggerakan dan mendorong masyarakat untuk mewujudkan lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit serta penanggulangan kejadian luar biasa. 2. Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau, serta pengendalian bidang farmasi, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan. 3. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan dan pengembangan profesionalisme. 4. Mengembangkan sistem informasi kesehatan terpadu dan penelitian kesehatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dan menyeluruh serta menggalang kemitraan untuk mewujudkan kemandirian dalam masyarakat. 6. Menyelenggarakan sistem pembiayaan kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesda dan Jamkesmas) Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, pada tahun 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melaksanakan 21 (dua puluh satu) program dengan 70 (tujuh puluh) kegiatan dengan anggaran sebesar Rp. 46.048.935.000,- (empat puluh enam milyar empat puluh delapan juta sembilan ratus tiga puluh lima ribu rupiah), tidak termasuk in out untuk UPT Labkesda dan BLUD Puskesmas Rp. 51.876.318.000,- (lima puluh satu milyar delapan ratus tujuh puluh enam juta tiga ratus delapan belas ribu rupiah). Sedangkan realisasi anggaran dinas kesehatan sebesar Rp. 43.945.684.918,- (empat puluh tiga milyar sembilan ratus empat puluh lima juta enam ratus delapan puluh empat ribu sembilan ratus delapan belas rupiah) atau 95.43%, dan realisasi anggaran UPT Puskesmas dan Labkesda sebesar Rp. 44.681.965.847,- (empat puluh empat milyar enam ratus delapan puluh satu juta sembilan ratus enam puluh lima ribu delapan ratus empat puluh tujuh rupiah) atau (86.13%). vi

Secara keseluruhan anggaran belanja langsung sebesar Rp. 97.925.253.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 88.627.650.765,- atau 90,51% C. Akuntabiltas Kinerja Berdasarkan penilaian sendiri (Self Assessment) atas realisasi pelak sanaan Rencana Kinerja Tahun 2016, menunjukkan bahwa rata-rata nilai capaian kinerja dari 9 Sasaran yang telah ditetapkan adalah 99.47% atau baik. Keberhasilan ini disumbangkan oleh 5 (lima) sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja lebih dari 100% sehingga dikategorikan sangat baik, dan 4 (empat) Sasaran yang berhasil mencapai nilai kinerja 76-100% sehingga dikategorikan baik. Berikut Capaian Kinerja per Sasaran: NO SASARAN 1 Menurunnya Angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB 2 Meningkatnya penyehatan dan pengawasasan kualitas lingkungan 3 Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka mengatasi masalah kesehatan 4 Terwujudnya Peningkatan Gizi Masyarakat 5 Terwujudnya Pembinaan Pengendalian dan pengawasan di Bidang Farmasi termasuk Obat Asli Indonesia, makanan dan perbekalan kesehatan 6 terwujudnya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan tertanganinya kasus/permaslahan pada masyarakat rentan 7 Terwujudnya Sistem Informasi Kesehatan Terpadu dan pemanfaatan hasil penelitian dalam pengambilan keputusan 8 Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme 9 Terciptanya sistim kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, konstitusional, efektif dan demokratis NILAI CAPAIAN KINERJA 97.4 108.84 102.65 100.5 116.8 98.9 102.1 84.8 83.3 RATA - RATA CAPAIAN 99.47 C. Simpulan dan Saran Secara keseluruhan capaian kinerja tahun 2016 sebesar 99.47% (kategori Baik) dan mengalami kenaikan dibanding capaian kinerja tahun 2015 sebesar vii

98.08%. Penyerapan anggaran tahun 2016 sebesar 90,51 %, pada tahun 2015 sebesar 93,3% sehingga mengalami penurunan dibanding tahun 2015. Guna mempertahankan dan atau meningkatkan capaian kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali maka telah menerapkan agar program kegiatan selalu mengacu pada dokumen perencanaan yang telah ditetapkan, serta mematuhi jadwal waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan target. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM 1.1.1 Dasar Hukum Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 363 Tahun 1977 Tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tk.II Boyolali dinamakan Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten Daerah Tk. II Boyolali. Seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tk.II Boyolali, maka dengan Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 1981 dirubah namanya menjadi Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali. Dinas Kesehatan Kabupaten Daerah Tk.II Boyolali dengan Peraturan Daerah nomor 2 Tahun 2001 Tentang Otonomi Daerah, dirubah menjadi Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Boyolali, dengan susunan organisasi sebagai berikut : Kepala Dinas, Kepala Bagian Tata Usaha yang membawahi empat Subbagian, dan empat Subdinas yang masing-masing membawahi empat Kepala Seksi. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan dan Sosial Kabupaten Boyolali berubah nama menjadi Dinas Kesehatan. Tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan berubah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 16 tahun 2011 tentang Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Daerah Kabupaten Boyolali tentang Dinas Kesehatan. Dengan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 37 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali maka Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali ditetapkan menjadi dinas dengan 1 Sekretariat, membawahi 3 Subbag, dan 4 Bidang dengan masing-masing terdiri dari 3 seksi. 1.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Bupati No 16 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Boyolali maka Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Kesehatan sebagai berikut: 1. Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas tugas pembantuan di bidang kesehatan. 2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi : 3. Pelaksanaan Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; a. Pemberian saran - pendapat kepada Bupati dalam memecahkan masalah di bidang kesehatan; b. Perencanaan, Pengkoordinasian, Pengawasan dan Pengendalian program program bidang kesehatan; c. Pemberian perijinan dan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan; d. Pengelolaan urusan Ketata Usahaan Dinas meliputi perencanaan dan informasi kesehatan, kepegawaian, keuangan dan umum; e. Pengelolaan Program/Kegiatan pelayanan Kesehatan. f. Pengelolaan Program/Kegiatan Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 1

g. Pengelolaan Program/Sumber Daya Kesehatan h. Pengelolaan Program/Kegiatan Promosi dan Kesehatan Institusi. i. Pelaksanaan kegiatan konsultasi, koordinasi, komunikasi dan kerjasama dengan Dinas terkait, atau pihak lain dalam upaya peningkatan upaya pelayanan kesehatan, Kesehatan Keluarga, pencegahan, pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan dan kesehatan institusi, terutama kewaspadaan pangan - gizi, survailans epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa. j. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas di bidang kesehatan; 1.1.3 STRUKTUR ORGANISASI (Perda Nomor 16 Tahun 2011) Bagan 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan KEPALA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAG UMUM & KEPEGAWAIAN SUB. BAG KEUANGAN SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN PELAPORAN BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN PENYAKIT, DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA KESEHATAN BIDANG PROMOSI, KESEHATAN DAN PENUNJANG SEKSI KESEHATAN DASAR, KHUSUS DAN RUJUKAN SEKSI KESEHATAN IBU DAN ANAK SEKSI GIZI SEKSI PENCEGAHAN PENYAKIT SEKSI PEMBERANTASAN PENYAKIT SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN SEKSI PENDAYAANGUNAAN SUMBER DAYAKESEHATAN, INFORMASI DAN AKREDITASI S E K S I REGRISTRASI DAN PERIZINAN SEKSI PROMOSI KESEHATAN, PEMBIAYAAN,DAN PEMEBERDAYAAN MASYARAKAT SEKSI KEFARMASIAN,MAKANAN, MINUMAN,DAN PERBEKALAN KESEHATAN UPT 2

1.2 PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS Berdasarkan telaah capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2016 2021 dibandingkan dengan target yang tertuang dalam dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra, SPM) pada periode 2010-2015, indikator yang belum tercapai dan menjadi isu strategis adalah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka kematian ibu dan gizi buruk, angka kesakitan dan kematian, penyakit menular dan tidak menular. 2. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat masih rendah. 3. Sistem pembiayaan jaminan kesehatan di masyarakat belum optimal dan merata. 4. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar mutu masih dalam proses pelaksanaan. 1.3 SISTEMATIKA PENYAJIAN LKjIP : Kata Pengantar Daftar Isi Ikhtisar Eksekutif BAB I PENDAHULAN 1.1. Gambaran Umum 1.1.1. Dasar Hukum Organisasi 1.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi 1.1.3. Struktur Organisasi 1.2. Penentuan Isu-isu Strategis 1.3. Sistematika Penyajian LKjIP BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Perencanaan 2.2 Perjanjian Kinerja BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Capaian Kinerja Organisasi 3.2 Akuntabilitas Keuangan BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan 4.2 Saran 3

2.1. PERENCANAAN A. Visi dan Misi SKPD BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD (OPD) melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun yang akan datang. Tahun 2016 adalah masa transisi dalam pelaksanaan Pemerintahan Kabupaten Boyolali, dengan dilaksanakannya Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pada tahun 2016, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan masih berpedoman pada Renstra 2010-2015, namun juga tidak mengesampingkan RPJMD tahun 2016-2021. Visi dan misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 2011-2015 sebagai berikut: a. Visi Untuk mencapai sasaran pembangunan yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu 5 tahun (2011 2015) yang akan datang yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ditetapkan Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali yaitu Masyarakat Boyolali yang Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing Visi ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa sektor kesehatan merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indeks Pembangunan Manusia, menuju Milenium Development Goals(MDGs) dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan, diselaraskan dengan Visi Daerah Kabupaten Boyolali. b. Misi Untuk dapat menjadi penggerak terwujudnya Masyarakat Boyolali yang Sehat, Mandiri dan Berdaya Saing ditetapkan misi pembangunan sebagai berikut: 1. Menggerakan dan mendorong masyarakat untuk mewujudkan lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat dalam mengendalikan dan mencegah penyakit serta penanggulangan kejadian luar biasa. 2. Mewujudkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau, serta pengendalian bidang farmasi, makanan, minuman dan perbekalan kesehatan. 3. Meningkatkan mutu sumber daya kesehatan dan pengembangan profesionalisme. 4. Mengembangkan sistem informasi kesehatan terpadu dan penelitian kesehatan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dan menyeluruh serta menggalang kemitraan untuk mewujudkan kemandirian dalam masyarakat. 6. Menyelenggarakan sistem pembiayaan kesehatan melalui jamkesda dan jamkesmas. 4

Perencanaan strategis merupakan perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2015 mempunyai sasaran strategis: 1. Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB 2. Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan 3. Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka mengatasi masalah kesehatan 4. Terwujudnya peningkatan gizi masyarakat 5. Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termasuk obat asli indonesia, makanan dan perbekalan kesehatan 6. Terwujudnya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan tertanganinya kasus / permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat rentan 7. Terwujudnya sistim informasi kesehatan terpadu dan pemanfaatan hasil penelitian dalam pengambilan keputusan 8. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme 9. Terciptanya sistim kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, konstitusional, efektif dan demokratis 10. Meningkatnya cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin dan rentan melalui jamkesmas / jamkesda. (meningkatnya kulitas pelayanan di Rumah Sakit) Sasaran strategis dengan indikator capaiannya dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakterisrik program. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari program. Rencana Kinerja Tahun 2016 Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali, disusun mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali 2011-2015 dengan memperhatikan capaian tahun 2015, serta target 2016. Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti visi Bupati Boyolali 2016-2021 yaitu: "Pro Investasi Mewujudkan Boyolali Yang Maju dan Lebih Sejahtera" Rumusan misi SKPD membantu lebih jelas penggambaran visi SKPD yang ingin dicapai, serta menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan oleh SKPD. Penjabaran Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk mendukung pencapaian dan pelaksanaan Visi dan Misi Bupati Boyolali yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Boyolali tahun 2016-2021 yaitu misi 4 yang berbunyi Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing. Misi ini untuk mewujudkan pembangunan manusia yang berkualitas. Fokus sasaran strategisnya adalah meningkatnya derajat kesehatan, tingkat pendidikan masyarakat, dan tingkat produktivitas warga antara lain melalui 5

upaya fasilitasi pemerintah berupa modal, keterampilan sumber daya pelaku usaha, pengorganisasian kelompok usaha dan koperasi. Masyarakat yang sehat menjadi salah satu prasyarat utama terbentuknya masyarakat yang produktif dan berdaya saing, sehingga hal ini menjadi misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kesehatan Tujuan adalah penjabaran visi dan misi, tujuan merupakan hal yang akan dicapai atau dihasilkan oleh organisasi atau menunjukkan kondisi yang ingin dicapai dimasa mendatang. Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali mengikuti misi Bupati Wakil Bupati Boyolali tahun 2016 2021. Misi Dinas Kesehatan mendukung misi Bupati Boyolali yang ke 4 yaitu Boyolali Sehat, Produktif dan Berdaya Saing Sesuai dengan Visi dan Misi, tujuan umum pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Sedangkan tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali secara khusus adalah menciptakan Dinas Kesehatan yang berkompeten serta inovatif dalam mewujudkan masyarakat Boyolali yang lebih sehat didukung oleh sumberdaya manusia yang kompeten, professional dan berintegritas serta memiliki kemampuan dalam teknologi informasi. Dalam rangka mewujudkan visi, misi Bupati Wakil Bupati, maka tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali dalam tahun 2016 2021, tertuang dalam 5 sasaran sebagai berikut: 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. 2. Melaksanakan Pelayanan Publik yang lebih bermutu dengan berbasis teknologi informasi. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kesehatan yang berdaya saing. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat, dan sektor swasta dalam pembangunan kesehatan. 5. Melaksanakan program promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif, pada semua kontinum siklus kehidupan (lifecycle): 2.2. PERJANJIAN KINERJA Tahun 2016 adalah masa transisi dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan dan pemerintahan, dimana RPJMD tahun 2016-2021 belum tersusun, namun pelaksanaan RPJMD 2011-2015 telah selesai. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2016 yang disusun, berdasar pada Rencana Strategis (Renstra) 2010-2015, Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) 2016 dan mengacu pada RPJMD 2016 2021, maka pada tahun 2016 ditetapkan Perjanjian Kinerja sebagai berikut : 1. Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB, mempunyai 34 (tiga puluh empat) indikator; 6

2. Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan, mempunyai 8 (delapan) indikator; 3. Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka mengatasi masalah kesehatan, mempunyai 6 (enam) indikator; 4. Terwujudnya peningkatan gizi masyarakat, mempunyai 7 (tujuh) indikator; 5. Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termasuk obat asli indonesia, makanan dan perbekalan kesehatan, mempunyai 8 (delapan) indikator; 6. Terwujudnya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan tertanganinya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat rentan, mempunyai 8 (delapan indikator; 7. Terwujudnya sistim informasi kesehatan terpadu dan pemanfaatan hasil penelitian dalam pengambilan keputusan, mempunyai 7 (tujuh) indikator; 8. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme, mempunyai 2 (dua) indikator; 9. Terciptanya sistim kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, konstitusional, efektif dan demokratis, mempunyai 3 (tiga) indicator. Perjanjian Kinerja merupakan dokumen pelaksanaan dari sasaran dan indikator yang tertuang dalam RPJMD, Renstra SKPD, ditindaklanjuti dengan RKT (Rencana Kinerja Tahunan), dibiayai dengan Anggaran yang tertuang dalam DPA SKPD. Sehingga dokumen Perjanjian Kinerja adalah dokumen rencana Kinerja Tahunan yang telah tertuang dalam DPA SKPD. Berikut Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 sebagaimana tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (perubahan) Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2016 : Tabel. 2.1 Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan 2016 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 2 3 4 90% 1 Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termasuk obat asli indonesia, makanan dan perbekalan kesehatan 1 % ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan 2 Jumlah dicetaknya buku profil kesehatan 3 Prosentase ketersediaan perbekalan kesehatan sesuai kebutuhan 4 Cakupan Pelayanan Gadar level 1 di Sarana Kesehatan Rumah Sakit (RS) 5 Cakupan (jumlah) Puskesmas Terakreditasi 6 Cakupan (jumlah) puskesmas pendampingan akreditasi 65 buku 90% 100% 2 pusk 10 pusk 7

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2 Menurunnya angka kesakitan 7 Angka Kematian ibu 21 kasus dan angka kematian penyakit serta KLB 8 Angka Kematian Bayi 8.6per 1000 kh 9 Cakupan kunjungan bayi 80% 10 Terlacaknya kasus kematian ibu, bayi dan balita 100% 3 Terwujudnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi termasuk obat asli indonesia, makanan dan perbekalan kesehatan 11 Proporsi Pembinaan dan Pengawasan Pelayanan Kefarmasian 12 Proporsi Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Distribusi Makanan, Minuman 20% 20% 4 Terciptanya sistim kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, berwibawa, konstitusional, efektif dan demokratis 5 Terciptanya kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dalam rangka mengatasi masalah kesehatan 13 Terlaksananya intensifikasi pendapatan 29 Pusk 14 Terlaksananya Rakornis 100% 15 Jumlah Perbub BLUD yang diterbitkan 16 Cakupan kampanye kesehatan melalui media promosi kesehatan 17 Cakupan rumah tangga ber PHBS strata utama & paripurna 18 Terwujudnya Sistem Informasi Dinas Kesehatan 19 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri 2 100% 80% 1 paket 60% 20 Cakupan kegiatan UKS 100% 21 Cakupan Satuan Karya Mandiri 100% 6 Terwujudnya peningkatan gizi masyarakat 22 Cakupan rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium 23 Cakupan Balita Gakin 6-24 bulan mendapat MP ASI 24 Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe 25 Cakupan pemberian vit A pada balita (6-59) bulan 90% 100% 90% 95% 26 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 27 Prosentase balita ditimbangberat badannya ( D/S ) 100% 85% 28 Cakupan ASI Eksklusif 60% 7 Meningkatnya penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan 29 Cakupan penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas 80.0% 8

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 30 Prosentase penduduk yang buang air besar di jamban 88.00% 31 Desa stop BAB sembarangan 70 desa 32 Cakupan sarana jamban keluarga 87% 33 TTU memenuhi syarat 85% 34 Industri memenuhi syarat kesehatan 80% 35 Tempat pengolahan makanan sehat 85% 36 Desa STBM 1 desa 8 Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB 37 Angka kesakitan DBD per 100.000 pddk ( IR ) 38 Angka kematian DBD ( CFR ) 1.9 50 39 Penderita DBD yang ditangani 100% 40 Prosentase anak usia sekolah dasar yang mendapat imunisasi 41 Prosentase penemuan Penderita TB paru BTA positif ( CDR ) 42 Prosentase angka kesembuhan / CR TB Paru 95% 40% >85% 43 Cakupan penderita diare yang 100% ditangani. 44 Prevalensi penderita HIV / AIDS 1.5 45 Prosentase ODHA yang mendapat ART 50% 46 % penderita kusta diberikan pengobatan lengkap (RFT) 47 Cakupan penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita 48 Cakupan pemeriksaan siswa SD dan Setingkat 49 Prosentase pemantauan desa fokus pes 90% 100% 100% 10% 50 Prosentase bayi usia 0-11 bulan >95% yang mendapat imunisasi dasar lengkap 51 Cakupan Desa/Kelurahan UCI 100% 52 AFP non polio rate pada anak usia <15 per 100.000 53 Cakupan penyelidikan Epidemiologi < 24 jam pada desa /kelurahan yang mengalami KLB >2 100% 54 Cakupan BIAS Campak 95% 55 Cakupan BIAS DT 95% 56 Proporsi fasyankes yang melaporkan 73% kasus hipetensi 57 Proporsi fasyankes yang melaporkan 73% kasus Diabetes Melitus 58 angka bebas jentik 95% 9

NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 9 Terwujudnya sistim informasi kesehatan terpadu dan pemanfaatan hasil penelitian dalam pengambilan keputusan 10 Terwujudnya peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan tertanganinya kasus / permasalahan kesehatan pada kelompok masyarakat rentan 59 Terbinanya pelayanan kesehatan swasta 100% 60 Cakupan rawat jalan 15% 61 Cakupan rawat inap 1.5% 62 Jumlah RB, BP, Batra yang 20% memenuhi standar dan diadakan pembinaan 63 Terselenggaranya sistem penanganan gawat darurat terpadu 100% 64 Terlaksananya pemeriksaan kesehatan jamah haji 65 Cakupan pelayanan kesehatan lapangan pada situasi khusus 100% 100% 66 % Puskesmas yg memenuhi standar 1 pusk 67 % Pusling dalam kondisi baik 80% 68 Cakupan Pelayanan Pasien 100% Jamkesda 69 Cakupan penduduk yang menjadi 40% peserta jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar 70 Desa Siaga Aktif 15% 71 Rekomendasi izin Rumah Sakit, 80% Klinik dan Puskesmas 72 Izin Sarana Kesehatan, UKOT dan IRTP 95% 73 Izin tenaga kesehatan 100% 11 Terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya kesehatan melalui pengembangan dan implementasi regulasi dan pengembangan profesionalisme 74 Terlaksananya penilaian angka kredit 100% 75 Terlaksananya pelatihan bagi sumber daya kesehatan 10 orang 12 Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB 76 Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah 90% 77 Cakupan peiayanan anak balita 90% 78 Cakupan peserta KB aktif 80% 79 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 80 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 81 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 100% 90% 82 Cakupan Pelayanan nifas 90% 83 Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang di tangani 100% 10

Sumber data : dokumen Tapkin Perubahan Dinkes 2016 Pada bab III selanjutnya akan dilakukan pengukuran kinerja, dengan dasar Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan Dinas Kesehatan seperti tersebut diatas. 11

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan merupakan perwujudan kewajiban Dinas Kesehatan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Kinerja tergambar dalam tingkat pencapaian sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. 3.1. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Mengukur kinerja adalah menghitung kuantitas/kualitas keluaran (output) dan atau hasil ( outcome) kegiatan/program yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya (tahun 2016). Indikator keluaran (output) dan atau hasil (outcome) yang diukur berdasar indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (tahun 201 6). Sesuai ketentuan, Indikator Kinerja SKPD minimal meliputi keluaran (output), sehingga pengukuran kinerja Dinas Kesehatan dapat berupa keluaran (output)dan hasil (outcome) sesuai dokumen Penetapan Kinerja. a. Keluaran ( Output) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan (input) yang digunakan. b. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran ( output) kegiatan. Hasil ( outcome) merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan harapan masyarakat dan peningkatan investasi derajat kesehatan. Pengukuran pencapaian kinerja dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan target pada Dokumen Perjanjian Kinerja (Tapkin). Pada tahun anggaran 2016, Dinas Kesehatan telah melaksanakan berbagai program/kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Penilaian capaian kinerja menggunakan rumus : 1. Data Positif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin tinginya kinerja atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja menggunakan rumus : 2. Data Negatif apabila semakin tinggi realisasi akan menunjukkan semakin rendahnya kinerja (semakin jeleknya suatu kondisi) atau semakin rendah realisasi akan menunjukkan semakin tingginya kinerja menggunakan rumus : 12

Penilaian capaian kinerja menggunakan menjadi 4 (empat) pengukuran dengan kategori sebagai berikut : a. Lebih dari 100 % = Sangat Baik b. 76% sampai 100% = Baik c. 56% sampai 75 % = Cukup d. Kurang dari 55 % = Kurang skala Kinerja Dinas Kesehatan tahun 2016 tercermin dalam pencapaian sasaran-sasaran yang dilaksanakan melalui berbagai program dan kegiatan. Dalam usaha mencapai sasaran tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali menjabarkan dalam 21 program dan 70 kegiatan, dengan 9 sasaran dengan 83 indikator, sesuai dengan Perjanjian Kinerja. Pencapaian kinerja nampak dalam tabel adalah sebagai berikut : 1. Sasaran 1: Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian Penyakit serta KLB Tabel 3.1. Sasaran 1 Tahun 2016 No Sasaran Indikator kinerja Satuan 1 Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit serta KLB 1 Angka kematian ibu Kasus 21 16 123 2 Angka kematian bayi per 1000 8,6 8,2 104 kelahiran hidup 3 Cakupan kunjungan bayi % 95 92 96,8. 4 Terlacaknya Kasus kematian % 100 100 100 Ibu, Bayi dan Balita 5 angka kesakitan DBD per % <50 50 tercapai 10.000 pddk (IR) 6 angka kematian DBD (CFR ) % <1.9 2 Tidak tercapai 7 Penderita DBD yang ditangani % 100 100 100 8 Persentase anak usia sekolah dasar yang mendapat imunisasi % 95 99.3 104.5 9 Persentase penemuan % 40 16 40 Penderita TB paru BTA positif ( CDR ) 10 Persentase angka kesembuhan / CR TB Paru % >85 86 tercapai 11 Cakupan penderita diare yang 100 100 100 % ditangani. 12 Prevalensi penderita HIV / AIDS per 100.000 penduduk 1.5 0.97 135.3 13 Persentase ODHA yang % 50 50 100 mendapat ART 14 Persentase penderita kusta % 90 100 111 diberikan pengobatan lengkap (RFT) 15 cakupan penemuan dan % 100 100 100 tatalaksana penderita Target Realisasi Capaian 13

Tahun 2016 No Sasaran Indikator kinerja Satuan pneumonia balita Target Realisasi Capaian RATA-RATA CAPAIAN 16 Cakupan pemeriksaan % 100 100 100 kesehatan siswa SD dan setingkat 17 Persentase pemantauan desa % 10 10 100 fokus pes 18 Persentase bayi usia 0-11 bulan % >90 105 tercapai yang mendapat imunisasi dasar lengkap 19 Cakupan desa / kelurahan UCI % 100 99.6 99.6 20 Penemuan kasus non polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun 21 Persentase penyelidikan Epidemiologi < 24 jam pada desa /kelurahan yg mengalami KLB % >2 1.7 Tdk tercapai % 100 100 100 22 Cakupan BIAS Campak % 95 99.3 104.61 23 Cakupan BIAS DT % 95 98.9 104.1 24 Proporsi fasilitas pelayanan % 73 60 82.19 kesehatan yang melaporkan kasus hipertensi 25 Proporsi fasilitas pelayanan % 73 55 75 kesehatan yang melaporkan kasus diabetes melitus 26 angka bebas jentik % 90 87.6 92.2 27 Cakupan deteksi dini anak balita dan pra sekolah 28 Cakupan pelayanan anak balita 29 Cakupan peserta KB aktif 30 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 31 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 32 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. 33 Cakupan Pelayanan nifas 34 Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang di tangani % % % % % % % % 90 80 88 90 90 100 80 82.4 103 95 95.2 100 100 100 100 90 95.32 106 90 95.29 106 100 100 100 Sumber data : laporan akhir tahun Bidang Pelayanan Kesehatan dan Bidang Pencegahan dan Penanggulangan penyakit dan Penyehatan Lingkungan Sasaran ini dilaksanakan dalam 4 (empat) program, dan 13 (tiga belas) kegiatan yaitu: Program Upaya Kesehatan Masyarakat dengan 3 (tiga) kegiatan, 97.4 14

Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dengan 7 (tujuh) kegiatan. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan anak Balita, dengan 1 (satu) kegiatan dan, Program Peningkatan Keselamatan ibu melahirkan dan anak dengan 2 (dua) kegiatan a. Informasi realisasi kinerja meliputi 34 (tiga puluh empat) indikator kinerja yang secara rinci sebagaimana tabel 3.1 diatas. Capaian kinerja rata-rata 97.4% sehingga tingkat keberhasilan dikategorikan baik; Ada 5 indikator yang kategorinya tidak dapat diambil secara prosentase yaitu dalam indikator yang target realisasi menggunakan tanda > (lebih besar) atau < (lebih kecil). Dari 5 indikator dimaksud 3 (tiga) indikator memenuhi capaian (tercapai) yaitu Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap, Persentase angka kesembuhan / CR TB Paru dan angka kesakitan DBD per 10.000 pddk (IR). 2 (dua) indikator tidak tercapai yaitu Penemuan kasus non polio AFP rate per 100.000 anak < 15 tahun, dan angka kematian DBD (CFR). b. Evaluasi per Indikator Kinerja : 1) Angka kematian ibu a. Angka kematian ibu (AKI) dari tahun 201 2 sampai 2016 cenderung menurun, tahun 2012 sebesar 97,97/100.000 KH (15 kasus) dan tahun 2013 95/100.000 KH ( 14 kasus), Tahun 2015 terjadi peningkatan yang cukup signifikan menjadi 21 kasus kematian ibu atau 142,8/100.000 KH dan di tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 16 kasus, 111/ 100.000 KH. Penyebab Kematian Ibu dari tahun ke tahun masih didominasi oleh Preeklampsi/Eklampsi (Hipertensi dalam keha milan). Urutan kedua penyebab kematian ibu adalah karena penyebab lain-lain seperti penyakit hepatitis, asma bronchial, penyakit jantung dan keganasan. tahun 2016 terjadi sedikit perubahan penyebab kematian ibu, dimana dari 16 kematian ibu, 7 diantaranya diakibatkan karena penyebab lain lain, 5 kematian diakibatkan preeklampsi /eklampsi, 2 kematian diakibatkan perdarahan, 1 lainnya karena infeksi, 1 karena ganggguan sistem peredaran darah (jantung, stroke, dll.) Capaian indikator ini dari target 21 kasus kematian, terealisasi 16 kasus, dengan capaian 123% (indikator negatif). b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk menurunkan angka kematian ibu didukung dari anggaran APBN, anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang berpengaruh terhadap capaian target. Antara program pelayanan Ibu dan Anak yang terpadu menjadi faktor yang menguntungkan dari efektifitas kegiatan serta efisiensi anggaran dan tenaga dalam pelayanan. c. Analisis program/kegiatan : Pada tahun 2016 indikator ini yang mendukung keberhasilan menurunnya Angka Kematian Ibu, karena adanya alokasi dana pada kegiatan: 15

- Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak dengan kegiatan Pertolongan Persalinan bagi Ibu dari Keluarga Kurang Mampu serta Penyediaan Biaya Jampersal. - Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan dinas dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan. Koordinasi untuk menurunkan AKI dan AKB tidak bisa dipisahkan, dan dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menunjang, antara lain: - Rumah Tunggu Kelahiran di 8 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Boyolali. - Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Hamil - Kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai dari anggaran BOK APBN. 2) Angka kematian bayi a. Keberhasilan capaian indikator ini disebabkan karena Pelayanan Ante Natal oleh tenaga kesehatan yang sebagian besar sudah patuh dan memenuhi standart, sehingga kemungkinan resiko Perinatal seperti IUGR, BBLR, segala akibat terkait dengan bayi dengan kelahiran premature terdeteksi sehingga sebelum persalinan sudah bisa terkelola dan mendapat pelayanan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang memadai. Jumlah kematian bayi tahun 2016 adalah 113 (7,8 / 1000 KH) yang terdiri dari kematian neonatal 85 kasus dan kematian post neonatal 38 kasus. Dimana penyebab kematian tertinggi adalah karena bayi yang lahir dengan berat badan rendah (BBLR) 30 kasus, diikuti penyebab karena Asfiksia (kurangnya suplai Oksigen) 28 kasus, kelainan bawaan 16 kasus dan karena penyebab lain lain 6 kasus serta 3 lainnya karena Sepsis (Infeksi). Capaian indikator ini dari target 8.6/1000 kh, terealisasi 8.2/1000 kh, dengan capaian 104% (indikator negatif). b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk menurunkan angka kematian bayi banyak didukung dari anggaran dari APBN Jampersal dan Bantuan Operasional Kesehatan maupun anggaran dari APBD. Anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang berpengaruh terhadap capaian target dengan memaksimalkan anggaran yang ada antara lain untuk best practice jampersal, sehingga terjadi efisiensi anggaran sebesar 15%. Pada tahun 2016 indikator ini dilaksanakan dengan : - Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak dengan kegiatan Pertolongan Persalinan bagi Ibu dari Keluarga Kurang Mampu serta Kegiatan Penyediaan Biaya Jampersal. - Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan Dinas Kesehatan, dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan. 16

Koordinasi untuk menurunkan AKI dilakukan dengan melakukan kegiatan yang menunjang, antara lain: - Rumah Tunggu Kelahiran di 8 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Karanggede, Kecamatan Nogosari, Kecamatan Andong, Kecamatan Juwangi, Kecamatan Selo, Kecamatan Simo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Boyolali. - Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu Hamil - Kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai dari anggaran BOK APBN. 3) Cakupan kunjungan bayi a. Target indikator tahun 2016, sebesar 95 %, terealisasi sebesar 92 %, indikator ini tidak dapat tercapai atau capaian 96,8%. Hambatan permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah masih dibutuhkannya data yang lebih akurat karena mobilitas penduduk penduduk antar wilayah. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah dengan mengurangi kemungkinan data yang kurang tepat dengan cara melakukan pendataan secara periodik. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan anggaran untuk menurunkan angka kematian ibu didukung dari anggaran APBN, anggaran dipergunakan untuk kegiatan yang berpengaruh terhadap capaian target. c. Analisis program/kegiatan : Pada tahun 2016 indikator ini dilaksanakan dengan Program Upaya Kesehatan Masyarakat di 29 Puskesmas dan Dinas Kesehatan dengan kegiatan Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan. Koordinasi untuk meningkatkan kesehatan bayi dan dilakukan dengan melakukan kegiatan yang saling menunjang, antara lain kegiatan Promotif, Preventif oleh Puskesmas yang didanai oleh anggaran DAK Non fisik Biaya Operasional Kesehatan. 4) Terlacaknya Kasus kematian Ibu, Bayi dan Balita Indikator ini untuk mengetahui sebab kematian, sehingga intervensi program dan kegiatan lebih terarah dengan mengetahui sebab kematiannya. Target kinerja seluruh kasus kematian Ibu, Bayi maupun Balita dapat terlacak penyebab kematiannya. Realisasi kinerja 100%, sehingga capaian 100%. - Kematian Ibu Dari 16 Kematian Ibu yang terjadi di Tahun 2016, penyebab tertinggi adalah karena penyebab lain- lain ( 7 kasus) diikuti Preeklampsi Eklampsi (5 kasus), perdarahan (2 kasus) dan gangguan system peredaran darah (1 kasus). Berdasarkan usia, 16 ibu yang meninggal, 8 (50 %) diantaranya berusia lebih dari 35 tahun, ini berarti edukasi mengenai program Keluarga Berencana belum optimal di masyarakat sehingga ibu pada usia risiko tinggi masih hamil. Sebagian besar ibu meninggal saat nifas yaitu 10 kasus ( 62,5%), 4 (25%)saat bersalin dan 2 (12,5%) saat hamil. Ini berarti petugas kesehatan harus benarbenar waspada kepada ibu di saat nifas. 17

Berdasarkan dari tempat kematian, 100 % meninggal di Rumah sakit, 6 kasus (37,5%) meninggal setelah 48 jam perawatan di Rumah Sakit, sedangkan yang sisanya meninggal sebelum 48 jam perawatan di Rumah Sakit. Ini menunjukkan bahwa pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama belum optimal, sehingga sebagian besar kasus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) sudah dalam kondisi terlambat dan juga penanganan di FKRTL lebih ditingkatkan. - Kematian Bayi Jumlah kematian bayi Tahun 2016 adalah 115 (8,2 / 1000 KH) yang terdiri dari kematian neonatal 86 kasus dan kematian post neonatal 29 kasus. Dimana penyebab kematian tertinggi adalah karena bayi yang lair dengan berat badan rendah (BBLR) 30 kasus, diikuti peny ebab karena Asfiksia ( kurangnya suplai Oksigen) 28 kasus, Kelainan Bawaan 16 kasus dan karena penyebab lain lain 6 kasus serta 3 lainnya karena Sepsis (Infeksi). - Kematian Balita Jumlah Kematian Anak Balita (12 bulan - 59 bulan) tahun 2016 sejumlah 12 kasus (0,85/1000 KH) dengan penyebab tertinggi adalah karena penyebab lain-lain sebanyak 11 kasus dan 1 kasus karena Pneumoni. 5) Angka Kesakitan (Insiden Rate) Demam Berdarah Dengue (DBD) a. Target indikator tahun 2016 Insiden rate <50 per 100.000 penduduk, terealisasi upaya pengendalian penyakit DBD sebesar 50 per 10.000 penduduk, sehingga indikator ini dapat tercapai (capaian 100 %). Tercapainya indikator ini melalui upaya pemberdayaan masyarakat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengendalian nyamuk infektif melalui fogging. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: Kegiatan PSN belum menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dalam berperilaku hidup dan sehat. Masyarakat lebih mengutamakan fogging dibanding kegiatan PSN dalam penanggulangan penyakit DBD. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : Mengoptimalkan upaya sosialisasi dan kader kesehatan. Peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemangku kepentingan yang terkait. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk penurunan angka kesakitan dan penanggulangan terjadinya kejadian kasus DBD didukung dari anggaran APBN, maupun APBD anggaran dipergunakan pertemuan pemegang program, penanggulangan kasus DBD dengan kegiatan pengasapan, abatisasi, sosialisasi PSN, dan konsultasi program. c. Analisis program/kegiatan : 18

Pada tahun 2016 indikator ini dilaksanakan dengan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Kegiatan Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk. 6) Angka Kematian (Case Fertility Rate) DBD a. Target indikator tahun 2016 sebesar < 1,9 %,realisasi angka kematian sebesar 2,0 %, sehingga indikator ini tidak tercapai (capaian 95,0 %). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Keterlambatan pasien ke Rumah Sakit, datang sudah kondisi Dengue Shock Syndrome (DSS) Tatalaksana kasus. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : Mengoptimalkan upaya sosialisasi. Penentuan diagnosa standart WHO dan tatalaksana kasus sesuai Standart Operating Prosedur (SOP). b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk penurunan angka kematian dan penanggulangan terjadinya kejadian luar biasa kasus DBD didukung dari anggaran APBN, anggaran dipergunakan pertemuan pemegang program, koordinasi lintas sektor dan lintas program. c. Analisis program/kegiatan Pada tahun 2016 indikator DBD dan Angka Bebas Jentik dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular, Kegiatan Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk, dan Pengadaaan Alat Fogging Sarang Nyamuk, serta dukungan program melalui Bantuan Operasional Kesehatan. 7) Penderita DBD yang Ditangani Jumlah penderita DBD sebanyak 585 orang tertangani 100%, dengan jumlah penderita meninggal dunia akibat BDB sebanyak 12 orang sampai dengan akhir tahun 2016. 8) Prosentase Anak Usia Sekolah Dasar yang Mendapat Imunisasi a. Target indikator tahun 2016 prosentase anak usia sekolah dasar diimunisasi 95,0 %, terealisasi sebesar 99,3 %, sehingga indikator ini dapat tercapai (capaian 104,5 %). Tercapainya indikator ini karena adanya peran sekolah, orang tua serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang imunisasi, sehingga penolakan imunisasi cukup rendah. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah: Siswa tidak masuk saat pelayanan. Masih adanya penolakan Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : Membuat info concern. Peningkatan upaya penyuluhan dan peran guru sekolah. 19

Dilakukan sweeping bagi siswa yang tidak masuk pada saat imunisasi. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk Prosentase anak usia sekolah dasar yang mendapat imunisasi didukung dari anggaran APBN (BOK), dan anggaran APBD sebesar Rp. 23.257.000, dengan realisasi Rp. 21.140.750, dipergunakan untuk pemantauan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas di sekolah dan pengambilan logistik imunisasi ke provinsi, sedangkan vaksin telah disediakan oleh provinsi dari anggaran APBN. c. Analisis program/kegiatan : Pada tahun 2016 indikator ini dilaksanakan dengan program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular kegiatan Pelayanan Vaksinasi bagi Balita dan Anak Sekolah. Untuk meningkatkan cakupan agar sesuai dengan target, dilakukan kegiatan yang menunjang, antara lain: - Pemantauan pelaksanaan vaksinasi dan melakukan sweeping ke sekolah yang serta upaya peningkatan peran guru sekolah. 9) Angka Penemuan penderita ( Case Detection Rate/ CDR) TB Paru BTA positif a. Target indikator tahun 2016 sebesar 40 %, realisasi yang diperoleh sebesar 16 %, sehingga indikator ini tidak tercapai (capaian 40 %). Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : Rendahnya pencarian suspek TB Paru di fasilitas pelayanan kesehatan. Peran dokter praktik mandiri dan klinik swasta dalam pelaporan adanya suspek TB belum optimal. Mutasi pemegang program TB, sehingga terbatasnya sumber daya manusia yang telah dilatih standar DOTS. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja : Mengoptimalkan sumber daya yang ada dan mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam penemuan tersangka penderita TB. Pembentukan komitmen baru. b. Analisis efisiensi penggunaan sumber daya Penggunaan dana untuk penemuan penderita (Case Detection Rate) TB Paru BTA positif didukung dari anggaran APBN, sehingga terjadi efisiensi dalam APBD kabupaten yang sebesar Rp. 60.000.000 dengan realisasi Rp. 36.878.000 atau efisiensi sebesar 39%, anggaran dipergunakan untuk pencarian suspek penderita TB, pengambilan logistik, pertemuan pemegang program, konsultasi program. c. Pada tahun 2016 indikator ini dilaksanakan dengan program Pemberantasan Penyakit Menular dengan kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular. Kegiatan dilaksanakan bersinergi untuk mencapai beberapa indikator. 20