BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

Oleh Indah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN. mampu memantau tingkat perkembangan hasil belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

2014 PENGARUH MEDIA JOBSHEET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Representasi Matematis. a) Pengertian Kemampuan Representasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. melakukan tindakan. Motivasi dalam belajar sangatlah penting dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deshinta Nugraheni, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika, perlu diciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Jarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting, dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari kita tidak

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk medefinisikan pengertian matematika belum ada kepastian yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pendidikan IPS bertujuan membentuk manusia yang memiliki pengetahuan dalam bidang sosial, terampil dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

(PTK Pada Siswa kelas VII SMP PGRI 15 Pracimantoro)

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Bertanya 1. Pengertian Keterampilan Bertanya Menurut Parera (1993: 22) keterampilan adalah suatu proses fisikal, emosional dan intelektual. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas. Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008:62) bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan halhal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berfikir. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya adalah kecakapan atau proses fisikal, emosional, dan intelektual untuk mengucapkan sesuatu dimana dari ucapan tersebut meminta respons atau tanggapan dari orang yang mendengar ucapan tersebut. Menurut Murni (2010) peningkatan keterampilan bertanya meliputi aspek isi pertanyaan dan aspek teknik bertanya. 7

2. Jenis-jenis Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom a. Pertanyaan Pengetahuan (Recall Question atau Ledge Question) Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya. Dalam matematika kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan ini biasanya: apa dan sebutkan. Pertanyaan pengetahuan ini disebut juga C1. Contohnya: Apa yang dimaksud dengan limas? Sebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam limas? b. Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question) Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri, atau menginterpretasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui grafik atau kurva dengan jalan membandingkan atau membeda-bedakan. Pertanyaan pemahaman disebut juga C2. Dalam matematika kata-kata yang digunakan adalah beri contoh, jelaskan, bandingkan. Contoh: Berilah contoh bangun ruang yang menyerupai limas? c. Pertanyaan Penerapan (Application Question) Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan,

kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya. Pertanyaan penerapan disebut juga C3. Dalam matematika kata yang sering digunakan adalah hitunglah. Contoh: Dari suatu limas tegak T.ABCD diketahui bahwa bidang alas ABCD berbentuk persegi panjang dengan AB = 18 cm, BC = 16 cm, dan panjang TA = 17 cm. Berapakah volume limas itu! d. Pertanyaan Analisis (Analysis Question) Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara: Mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan. Mencari bukti-bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi. Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang ada atau membuat generalisasi dari atau berdasarkan informasi yang ada Pertanyaan analisis disebut juga C4. Dalam matematika kata operasional yang digunakan untuk analisis antara lain: bedakan. Contoh: Coba bedakan antara prisma dan limas? e. Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question) Ciri pertanyaan ini ialah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis

disebut juga C5. Dalam matematika kata operasional yang digunakan untuk sintesis adalah simpulkan. Contoh: Dari sifat-sifat yang telah diketahui, coba simpulkan pengertian dari limas? f. Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question) Pertanyaan semacam ini menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan. Pertanyaan evaluasi disebut juga C6. Contoh: Menurut pendapat Anda, setelah mempelajari bangun prisma dan limas, manakah yang lebih mudah dipahami? Murni (2010: 101-108) Untuk mengukur keterampilan bertanya siswa, peneliti menggunakan 3 jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom, yaitu pertanyaan pengetahuan, pertanyaan pemahaman, dan pertanyaan penerapan karena siswa SMP hanya sampai pada tingkatan C3. 3. Teknik Bertanya Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009:19) suatu pertanyaan yang baik dilihat dari segi isinya, tetapi cara mengajukannya tidak tepat, akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu aspek teknik dari pertanyaan harus pula dipakai dan

dilatih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan antara lain: a Kejelasan dan kaitan pertanyaan Pertanyaan hendaknya diajukan dengan jelas, serta nampak kaitannya antara jalan pikiran yang satu dengan yang lain. b Kecepatan dan selang waktu Usahakan penyampaian pertanyaan dengan jelas serta tidak tergesagesa. Begitu pertanyaan selesai diucapkan, berhentilah sejenak untuk memberi kesempatan berfikir. c Arah dan distribusi penunjukan Pertanyaan hendaknya diajukan ke seluruh kelas. Sesudah memberi kesempatan berfikir, barulah menunjuk seseorang untuk menjawabnya. Diusahakan agar pertanyaan didistribusikan secara merata ke seluruh kelas. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Bertanya Menurut Astuti (2011) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan bertanya, yaitu: a Faktor dari dalam diri siswa Minat Minat, besar pengaruhnya terhadap berbagai aktivitas. Siswa yang berminat terhadap suatu pelajaran, akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Siswa

yang berminat pada suatu pelajaran akan selalu bertanya, mengenai hal-hal yang belum dimengerti (belum faham), serta untuk memenuhi rasa ingin tahunya terhadap pelajaran yang disajikan. Minat akan mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat siswa, akan mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Dengan adanya minat akan membuat siswa senang, aktif dan cepat mengerti dalam menerima pelajaran serta membuat siswa tertarik untuk selalu bertanya dalam setiap kesempatan. Tinggi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan, ini erat kaitannya pula dengan tinggi rendahnya kesadaran diri terhadap pemenuhan rasa ingin tahu / kebutuhan akan informasi, yang salah satunya dengan mengajukan pertanyaan. Memiliki perasaan tidak / kurang berani dalam bertanya Perasaan kurang berani (perasaan takut) adalah sejenis naluri. Kebanyakan perasaan takut itu disebabkan karena pengaruh lingkungan. Takut salah, takut mendapat ejekan. Perasaan takut yang ada pada siswa, akan melemahkan semangatnya dan akan menggoyahkan ketenangannya. Ia tidak berani mengajukan pertanyaan, karena diliputi perasaan takut, seperti takut salah, takut mengungkapkan pendapat dan karena ketakutan lainnya. Sehingga apa yang ingin ditanyakan tidak dapat diutarakannya.

Motif keingintahuan siswa Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif keingintahuan siswa yang besar pada suatu pelajaran, akan dapat dilihat pada semangatnya mengikuti pelajaran. Salah satunya yang dapat dilihat ialah kebiasaannya mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasan. Dengan motif keingintahuannya yang besar segala aktivitas belajar demi mencapai prestasi dan cita-citanya akan dijalaninya dengan penuh kegigihan. b Faktor dari luar diri siswa Faktor Guru (motivasi dari guru) Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada siswanya di sekolah, maka gurulah yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar siswanya. Sebagai pendidik guru tidak hanya berperan untuk mendorong meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, bergairah belajar dan menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa. Selaku motivator, guru harus selalu memberi semangat agar motif-motif yang positif pada siswanya dapat dibangkitkan, ditingkatkan dan dikembangkan. Guru harus memotivasi siswanya agar terbiasa bertanya, karena hal itu penting bagi perkembangan kepribadian dan

penambah pengetahuan. Dan sebagai orang yang menginginkan keberhasilan dalam mengajar, guru harus selalu mempertahankan agar umpan balik selalu berlangsung dalam diri siswanya. Umpan balik itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk sikap mental yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan. Bertanya adalah salah satu umpan balik yang diberikan siswa pada guru. Guru yang hanya mengajar dan tanpa memperhatikan mengerti tidaknya siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan, akan mendapat reaksi negatif dari siswa. Siswa cenderung menunjukkan sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan, ia juga bisa melakukan kegiatan lain yang terlepas dari masalah pelajaran. Faktor Lingkungan, suasana belajar Suasana belajar yang menyenangkan akan mempengaruhi semangat dan suasana hati siswa. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar dan memiliki suasana hati yang menyenangkan, ia akan mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak akan sungkan-sungkan mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasannya.

B. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar berhubungan erat dengan proses belajar mengajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku interaksi antara individu dan lingkungan (Hamalik, 2009: 4). Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Menurut Ahmadi (2004: 138) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: 1. Faktor internal, antara lain: a Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. b Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: 1) Faktor intelektif yang meliputi: faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki). 2) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi. c Faktor kematangan fisik maupun psikis.

2. Faktor eksternal, antara lain: a Faktor sosial yang terdiri atas: 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat 4) Lingkungan kelompok b Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi. c Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Menurut Russeffendi (dalam Suwangsih, 2006: 3) matematika adalah ilmu pengetahuan yang di dapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi, matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran. Menurut James dan James (dalam Suwangsih, 2006: 4), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil kegiatan belajar yang berupa simbol untuk menyatakan nilai baik dengan huruf angka maupun kalimat yang terjadi karena perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

C. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) 1. Pengertian Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Meier (dalam Rusman, 2010: 373) menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar alami yang dikenal dengan pembelajaran SAVI, yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) menyatakan bahwa belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. 2. Prinsip Dasar Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Prinsip dasar pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) adalah sebagai berikut: a Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh b. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi. c. Kerjasama membantu proses pembelajaran d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik. f. Emosi positif sangat membantu pembelajaran. g. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

3. Karakteristik pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intelektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu: a Somatis Somatis berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Menurut Ken dkk (dalam Rose, 1997) kinestetik adalah belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung seperti bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri. b Auditori Auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan

masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. Menurut Ken dkk (dalam Rose, 1997) belajar auditori contohnya mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal. c Visual Visual adalah belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. Menurut Ken dkk (dalam Rose, 1997) belajar visual contohnya melihat gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. d Intelektual Intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini

diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. 4. Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual)dapat direncanakan dalam empat tahap: a Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Hal yang bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut: guru menyampaikan tujuan pembelajaran (auditori), guru membagi siswa dalam kelompok kecil (somatis), guru menyampaikan apersepsi (auditori). b Tahap Penyampaian (kegiatan inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara mencari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: guru menyampaikan materi dengan cara memberi contoh nyata (somatis, auditori, visual), dari contoh guru menjelaskan materi (auditori, visual).

c Tahap Pelatihan (kegiatan inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: guru memberikan LKK untuk diselesaikan dengan berdiskusi sesuai kelompoknya masing-masing (intelektual), guru membahas LKK (auditori, somatis,intelektual). d Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan langkahlangkah berikut: guru memberikan suatu evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah proses pembelajaran (auditori, intelektual), mamberikan tugas rumah dan pesan belajar (intelektual). 5. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) mempunyai Keuntungan dan Kelemahan yaitu a Keuntungan pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) 1) Pembelajaran lebih aktif karena dalam pembelajaran seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar.

2) Siswa lebih berminat dalam kegiatan pembelajaran karena dalam belajar tidak hanya duduk manis tapi lebih banyak bergerak dan memanfaatkan indera. 3) Melatih siswa untuk terbiasa berfikir dengan mengemukakan pendapat. 4) Pendidikan budi pekerti, misalnya saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara. b Kelemahan pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) 1) Hasil pencapaian masih belum secara optimal jika salah satu unsur tidak terpenuhi. 2) Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu, maka siswa masih sulit dalam menemukan sendiri jawabannya. D. Materi Geometri Geometri merupakan salah satu pokok bahasan matematika di SMP. Pokok bahasan ini diajarkan pada kelas VIII semester 2. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat segera menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan geometri, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pada pelajaran lain yang melibatkan geometri didalamnya. Pada mata pelajaran matematika SMP kelas VIII semester 2 pokok bahasan geometri, siswa dituntut dapat 1) menyebutkan unsur-unsur prisma dan limas, 2) membuat jaring-jaring, 3) menemukan rumus luas permukaan prisma dan limas, 4) menghitung volume prisma dan limas.

E. Kerangka Pikir Indikator Keterampilan Bertanya a. Aspek isi pertanyaan b. Aspek teknik bertanya Indikator Prestasi Belajar Siswa Ketuntasan belajar 30,55% Berdasarkan observasi dikatakan indikator-indikator di atas dinyatakan sangat rendah Langkah-langkah Pembelajaran SAVI a. Tahap Persiapan b. Tahap Penyampaian c. Tahap Pelatihan d. Tahap Penampilan Hasil Dengan adanya perlakuan pembelajaran SAVI diharapkan keterampilan bertanya dan prestasi belajar siswa yang telah tersebut di atas dapat meningkat. Bertanya merupakan hal yang penting dalam pembelajaran karena dengan bertanya guru dapat mengetahui sesuatu hal yang tidak dipahami atau diragukan oleh siswa. Kegiatan bertanya didorong oleh keingintahuan siswa terhadap sesuatu yang belum dipahami. Keterampilan bertanya siswa sangat dipengaruhi oleh komponen guru yaitu bagaimana guru membuat siswa untuk aktif bertanya. Namun pada kenyataannya bahwa kebanyakan siswa enggan untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan guru apalagi

untuk mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Pada tahap persiapan guru membagi kelompok diskusi sejak awal. Hal ini untuk mempersiapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang optimal. Pada tahap penyampaian melalui tanya jawab guru menyampaikan materi secara bertahap. Sehingga siswa akan memperoleh penjelasanpenjelasan singkat. Hal ini akan mendorong keingintahuan siswa sehingga timbul pertanyaan dari siswa untuk mengetahui hal-hal yang belum diketahui oleh siswa. Hal tersebut akan meningkatkan keterampilan bertanya siswa. Pada tahap pelatihan guru berkeliling untuk membimbing dan mengontrol siswa yang sedang mengerjakan lembar kerja kelompok. Siswa berdiskusi saling memberikan masukan, saling menghormati satu sama lain sehingga mereka tidak terasing secara sosial, tetapi berada dalam satu komunitas yang saling peduli, yakni setiap siswa bertanggung jawab atas siswa yang lain. Sehingga tercipta suatu lingkungan belajar yang menyenangkan. Dengan demikian siswa akan mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak sungkan-sungkan mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasannya. Hal ini akan meningkatkan keterampilan bertanya dan prestasi belajar siswa. Pada tahap penampilan hasil, guru memberikan suatu evaluasi dalam bentuk lembar kerja siswa dimana lembar kerja siswa tersebut dikerjakan

secara individu. Siswa mengerjakan soal secara individu. Hal ini untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah proses pembelajaran sehingga prestasi belajar akan meningkat. Pada pembelajaran yang menggunakan SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) siswa akan mendapat pengalaman baru atau berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi. Sehingga dengan pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dapat meningkatkan keterampilan bertanya dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Patikraja. F. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis tindakan yang akan diajukan adalah sebagai berikut: melalui pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) keterampilan bertanya dan prestasi belajar matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Patikraja dapat ditingkatkan.