BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. padatan terlarut minimum 65% (Fachruddin, 1997).

dokumen-dokumen yang mirip
1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

5.1 Total Bakteri Probiotik

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

BAB I PENDAHULUAN. keinginan manusia, baik dari industri rumahan sampai restoran-restoran

4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH RASIO DAGING DAN KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP KARAKTERISTIK SELAI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

UJI SERAT, PROTEIN SERTA ORGANOLEPTIK TEMPE BIJI TURI (Sesbania grandiflora) DENGAN PENAMBAHAN JAGUNG (Zea mays) DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

UJI SEGITIGA I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

BAB I PENDAHULUAN. campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Berbagai

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

PEMANFAATAN BIJI TANAMAN KESUMBA (BIXA ORELLANA) SEBAGAI PEWARNA ALAMI DAN ANTIOKSIDAN (VITAMIN C) UNTUK PEMBUATAN KUE BOLU

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

YUWIDA KUSUMAWATI A

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

HASIL. Tabel 3 Perbandingan waktu koagulasi antara rennet yang disimpan 2 minggu (RDB) dan 24 minggu (RDL) Konsentrasi Rennet (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menghasilkan bau, sebagai zat harus bersifat menguap. Dua zat atau. atau saling menutupi (Setyaningsih, dkk., 2010).

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak dan memiliki warna kuning keemasan. Pohon nanas sendiri dapat

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

PENGARUH PENGGUNAAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum sp.) SEBAGAI PENGAWET ALAMI TERHADAP DAYA SIMPAN ROTI MANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

DAFTAR GAMBAR. Gambar Grafik Penurunan Kandungan Total Fenolik pada Buah Duwet. Gambar Grafik Penurunan Kadar Abu pada Buah duwet Menjadi

Proses Pembuatan Madu

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Selai adalah makanan berbentuk pasta yang diperoleh dari pemasakan bubur buah, gula dan dapat ditambahkan asam serta bahan pengental. Proporsinya adalah 45% bagian berat buah dan 55% bagian berat gula. Campuran yang dihasilkan kemudian dikentalkan sehingga hasil akhirnya mengandung total padatan terlarut minimum 65% (Fachruddin, 1997). Selai daun kelor memiliki karakteristik berwarna hijau yang didapatkan dari warna daun kelor itu sendiri dengan aroma khas daun kelor dengan nanas, rasa manis dan tekstur yang kental. Berdasarkan analisis sidik ragam yang dilakukan, maka terdapat beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik selai daun kelor, yaitu analisa subjektif secara organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, penerimaan secara keseluruhan, mutu aroma dan mutu tekstur, sedangkan untuk analisa objektif yang meliputi kadar serat kasar, kapasitas antioksidan, ph dan total padatan terlarut. 1. Analisis Subjektif Analisis subjektif terhadap selai daun kelor dilakukan untuk mengetahui karakterisitik selai daun kelor secara organoleptik yang meliputi warna, tekstur, aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan, mutu aroma dan mutu tekstur. Nilai rata-rata uji hedonik dan mutu hedonik terhadap selai daun kelor dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Rata-rata Nilai Uji Hedonik dan Mutu Hedonik Terhadap Selai Daun Kelor Perlakuan Nilai Rata-rata Uji Hedonik dan Mutu Hedonik Warna Tekstur Aroma Rasa Penerimaan Keseluruhan Mutu Tekstur Mutu Aroma P1 4,17e 3,62c 4,05e 4,45e 4,43e 2,30a 2,58d P2 3,62d 3,57c 3,07d 3,93d 3,78d 2,53b 2,08c P3 2,82c 3,18b 2,78c 3,53c 3,27c 2,68c 1,48b P4 2,32b 2,82a 2,62b 3,28b 2,78b 2,80d 1,40b P5 1,75a 2,73a 2,18a 2,75a 2,43a 2,85d 1,15a Keterangan : Huruf yang berbeda di belakang rata-rata menunjukkan perbedaan sangat nyata (p < 0,01) a. Warna Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 2) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap warna selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan tidak suka sampai suka. Skor yang diberikan panelis terhadap warna selai daun kelor berkisar antara 1,75-4,17. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 6. 45

Gambar 6. Uji Hedonik Terhadap Warna Selai Daun Kelor b. Tekstur Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 3) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh nyata terhadap tekstur selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan netral sampai suka. Skor yang diberikan panelis terhadap warna selai daun kelor berkisar antara 2,73-3,62. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 7. 46

Gambar 7. Uji Hedonik Terhadap Tekstur Selai Daun Kelor c. Mutu Tekstur Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 4) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap mutu tekstur selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan agak kental sampai kental. Skor yang diberikan panelis terhadap mutu tekstur selai daun kelor berkisar antara 2,30 2,85. Nilai ratarata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 50% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 10%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 8. 47

Gambar 8. Uji Mutu Hedonik Terhadap Tekstur Selai Daun Kelor d. Aroma Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 5) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh nyata terhadap aroma selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan tidak suka sampai suka. Skor yang diberikan panelis terhadap aroma selai daun kelor berkisar antara 2,18-4,05. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 9. 48

Gambar 9. Uji Hedonik Terhadap Aroma Selai Daun Kelor e. Mutu Aroma Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 6) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap mutu aroma selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan langu sampai tidak langu. Skor yang diberikan panelis terhadap mutu aroma selai daun kelor berkisar antara 1,15 2,58. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 10. 49

Gambar 10. Uji Mutu Hedonik Terhadap Aroma Selai Daun Kelor f. Rasa Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 7) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap rasa selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan netral sampai suka. Skor yang diberikan panelis terhadap rasa selai daun kelor berkisar antara 2,75 4,45. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 11. 50

Gambar 11. Uji Hedonik Terhadap Rasa Selai Daun Kelor g. Penerimaan Keseluruhan Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 8) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap penerimaan keseluruhan selai daun kelor. Nilai rata-rata masingmasing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 dapat dilihat kisaran skala hedonik terhadap selai daun kelor berada dalam keadaan tidak suka sampai suka. Skor yang diberikan panelis terhadap penerimaan keseluruhan selai daun kelor berkisar antara 2,43 4,43. Nilai rata-rata tertinggi ditunjukkan pada rasio bubur daun kelor 10% dan terendah pada rasio bubur daun kelor 50%. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 12. 51

Gambar 12. Uji Hedonik Terhadap Penerimaan Keseluruhan Selai Daun Kelor 2. Analisis Objektif Analisis objektif terhadap selai daun kelor dilakukan untuk mengetahui karakterisitik selai daun kelor secara fisik dan kimia yang meliputi kadar serat kasar, kapasitas antioksidan, ph dan total padatan terlarutnya. Nilai rata-rata uji objektif terhadap selai daun kelor dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Analisis Objektik Terhadap Selai Daun Kelor Perlakuan Nilai Rata-rata Uji Objektif Kadar Serat Kasar (% bb) Kapasitas Antioksidan ph Total Padatan Terlarut (%) (mg/ml GAEAC) P1 1,4694a 187,23a 4,57a 67,47a P2 1,6999b 191,80a 4,70b 66,60a P3 1,8087b 205,67b 4,73b 66,07a P4 2,0711c 228,50c 4,80c 66,27a P5 2,2943d 240,27d 4,90d 66,13a Keterangan : Huruf yang berbeda di belakang rata-rata menunjukkan perbedaan sangat nyata (p < 0,01) 52

a. Kadar Serat Kasar Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 9) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar serat kasar selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan semakin tinggi kadar serat kasar dari selai daun kelor yang dihasilkan. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 13. Gambar 13. Kadar Serat Kasar Selai Daun Kelor b. Kapasitas Antioksidan Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 10) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap kapasitas antioksidan selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. 53

Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan semakin tinggi kapasitas antioksidan dari selai daun kelor yang dihasilkan. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 14. Gambar 14. Kapasitas Antioksidan Selai Daun Kelor c. Derajat Keasaman (ph) Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 11) konsentrasi yang berbeda menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata terhadap ph selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan semakin tinggi nilai ph dari selai daun kelor yang dihasilkan. Untuk lebih jelas lihat pada Gambar 15. 54

Gambar 15. ph Selai Daun Kelor d. Total Padatan Terlarut Berdasarkan hasil analisis ragam pada selai daun kelor (Lampiran 12) konsentrasi yang berbeda menunjukkan tidak ada pengaruh nyata terhadap total padatan terlarut selai daun kelor. Nilai rata-rata masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9. Gambar 16. Total Padatan Terlarut Selai Daun Kelor 55

B. Pembahasan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang percobaannya dilakukan dengan Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik selai daun kelor berupa mutu organoleptik, kadar serat kasar, kapasitas antioksidan, ph dan total padatan terlarutnya. Cara penilaian organoleptik yang meliputi warna, tekstur, aroma, rasa, penerimaan keseluruhan, mutu tekstur dan mutu aroma pada selai daun kelor dilakukan oleh panelis agak terlatih dengan jumlah panelis sebanyak 20 orang. Dua puluh orang panelis tersebut sudah memenuhi syarat dari panelis agak terlatih yaitu sebanyak 15 25 orang. Penilaian dilakukan dengan mengisi tanggal, nama penguji, pada form yang sudah tersedia. Setelah itu menguji warna, rasa, aroma, tekstur, penerimaan keseluruhan, mutu aroma dan mutu tekstur, menulis tingkat kesukaan dengan memberi tanda pada kode yang telah ada. 1. Analisis Subjektif Berdasarkan hasil analisis data subjektif dengan analisis sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan rasio daun kelor dan bubur nanas pada selai daun kelor dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap warna, tekstur, aroma, rasa, penerimaan keseluruhan, mutu tekstur dan mutu aroma selai daun kelor. a. Warna Warna selai daun kelor yang paling disukai oleh panelis adalah selai daun kelor dengan perlakuan pertama yaitu rasio 10% bubur daun kelor, karena warna yang dihasilkan lebih cerah menurut panelis dengan skor hedonik 4,17 (suka). 56

Berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) masing masing perlakuan memiliki perbedaan warna yang sangat nyata sesuai dengan kesukaan panelis. Warna selai daun kelor didominasi oleh warna hijau dari daun kelor itu sendiri. Kelor adalah salah satu bahan makanan yang mengandung klorofil bersamaan dengan nutrisi lainnya yang begitu banyak. Sayuran hijau tua dan rempah rempah seperti selada romaine, bayam dan peterseli, merupakan sumber yang sangat baik dari klorofil, namun semua tidak memberikan banyak nutrisi seperti halnya kelor (Kurniasih, 2016). Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor, maka warna selai daun kelor yang dihasilkan akan semakin pekat dan mempengaruhi kesukaan panelis menurun. Namun perlakuan rasio 20% bubur daun kelor masih bisa diterima oleh panelis karena memiliki skor hedonik 3,62 (suka). b. Tekstur Tekstur selai daun kelor yang paling disukai oleh panelis adalah selai daun kelor dengan perlakuan pertama yaitu rasio 10% bubur daun kelor, karena memiliki tekstur yang agak kental dan ketika dioleskan pada roti lebih bagus, dengan skor rata-rata yang diberikan oleh panelis yaitu 3,62 (suka). Perlakuan rasio konsentrasi bubur daun kelor 10%, 20% dan 30% dapat diterima oleh panelis karena memiliki skor hedonik 3,18 3,62 (netral suka). c. Mutu Tekstur Uji hedonik tingkat penerimaan panelis terhadap mutu tekstur dari selai daun kelor dengan rasio konsentrasi bubur daun kelor yang berbeda menunjukkan rasio bubur daun kelor 10% dengan nilai rata rata 2,30 (agak kental), rasio bubur daun kelor 20% dengan nilai rata rata 2,53 (kental), rasio bubur daun kelor 30% dengan nilai rata rata 2,68 (kental), rasio bubur daun kelor 40% dengan nilai 57

rata rata 2,80 (kental), rasio bubur daun kelor 50% dengan nilai rata rata 2,85 (kental). Berdasarkan nilai rata rata uji mutu hedonik terhadap tekstur selai daun kelor yang memperoleh nilai atau skor paling tinggi adalah selai daun kelor dengan rasio bubur daun kelor 50% karena teksturnya paling kental. Tekstur selai dipengaruhi oleh 3 faktor utama pembentuk selai yaitu pektin, gula dan asam. Selai terbentuk bila tercapai kadar yang sesuai antara pektin, gula dan asam. Pektin berfungsi untuk membuat terbentuknya gel, gula berfungsi untuk memperoleh tekstur, penampakan, dan flavor yang baik, dan asam berfungsi untuk menurunkan ph serta menghindari terjadinya pengkristalan gula. Bila tingkat keasaman bahan buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan jumlah gula yang mengalami inversi selama pendidihan (Fatonah, 2002). Dari hasil analisis ph dengan menggunakan ph meter, didapatkan hasil ph selai daun kelor yang masih tinggi yaitu berkisar antara 4,5 4,90. Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan ph selai daun kelor semakin tinggi yang berarti tingkat keasamannya semakin rendah dan menyebabkan kristalisasi pada gula. Kristalisasi pada gula menyebabkan tekstur selai daun kelor yang dihasilkan semakin padat, sehingga semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan tekstur daun kelor semakin kental. d. Aroma Aroma selai daun kelor yang paling disukai oleh panelis adalah selai daun kelor dengan perlakuan pertama yaitu rasio 10% bubur daun kelor dengan skor 4,05 (suka). Berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) masing masing perlakuan memiliki perbedaan aroma yang sangat nyata sesuai dengan kesukaan panelis. Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor, maka aroma selai 58

daun kelor yang tercium semakin langu. Kelor memiliki aroma langu daun yang sangat kuat (Becker, 2003), yang dapat menurunkan penerimaan panelis. Aroma langu yang tercium pada selai daun kelor disebabkan oleh enzim lipoksidase yang terkandung dalam daun kelor. Enzim lipoksidase terdapat pada sayuran hijau dengan menghidrolisis atau menguraikan lemak menjadi senyawa-senyawa penyebab bau langu, yang tergolong pada kelompok heksanal 7 dan heksanol (Zakiatul, 2016). e. Mutu Aroma Uji hedonik tingkat penerimaan panelis terhadap mutu aroma dari selai daun kelor dengan rasio konsentrasi bubur daun kelor yang berbeda menunjukkan rasio bubur daun kelor 10% dengan nilai rata rata 2,58 (tidak langu), rasio bubur daun kelor 20% dengan nilai rata rata 2,08 (netral), rasio bubur daun kelor 30% dengan nilai rata rata 1,48 (langu), rasio bubur daun kelor 40% dengan nilai rata rata 1,40 (langu), rasio bubur daun kelor 50% dengan nilai rata rata 1,15 (langu). Berdasarkan nilai rata rata uji mutu hedonik terhadap aroma selai daun kelor yang memperoleh nilai atau skor paling tinggi adalah selai daun kelor dengan rasio bubur daun kelor 10% karena aroma langu pada daun kelor tidak begitu tercium. Aroma langu yang tercium pada selai daun kelor disebabkan oleh enzim lipoksidase yang terkandung dalam daun kelor. Enzim lipoksidase terdapat pada sayuran hijau dengan menghidrolisis atau menguraikan lemak menjadi senyawa-senyawa penyebab bau langu, yang tergolong pada kelompok heksanal 7 dan heksanol (Zakiatul, 2016). 59

f. Rasa Rasa selai daun kelor yang paling disukai oleh panelis adalah selai daun kelor dengan perlakuan pertama yaitu rasio 10% bubur daun kelor, karena rasa lebih manis dengan skor hedonik 4,45 (suka). Rasa manis didapatkan dari rasio bubur nanas yang lebih banyak yaitu 90% bubur nanas. Nanas yang telah matang berwarna kuning memiliki rasa yang manis serta aroma yang harum dan khas sehingga dengan penambahan konsentrasi bubur nanas yang lebih banyak menghasilkan selai daun kelor yang lebih manis. Berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT) masing masing perlakuan memiliki perbedaan rasa yang sangat nyata sesuai dengan kesukaan panelis. Namun perlakuan rasio 20%, 30%, dan 40% bubur daun kelor masih dapat diterima oleh panelis karena memiliki skor hedonik 3,28 3,93 (netral suka). g. Penerimaan Keseluruhan Penerimaan keseluruhan terhadap selai daun kelor yang paling disukai oleh panelis adalah perlakuan pertama dengan rasio 10% bubur daun kelor yang ditunjukkan dengan skor hedonik 4,43 (suka) karena dari segi warna lebih menarik, rasa manis, tekstur agak kental, ketika dioleskan pada roti lebih bagus dan aroma langu daun kelor tidak tercium. Berdasarkan uji beda nyata terkecil (BNT), masing masing perlakuan memiliki perbedaan penerimaan keseluruhan yang sangat nyata sesuai dengan kesukaan panelis. Perlakuan rasio konsentrasi bubur daun kelor 10%, 20%, 30% dapat diterima oleh panelis dengan skor hedonik 3,27 4,43 (netral suka). 60

2. Analisis Objektif Berdasarkan hasil analisis data objektif dengan analisis sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan rasio daun kelor dan bubur nanas pada selai daun kelor dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar serat kasar, kapasitas antioksidan dan ph, sedangkan perbedaan rasio bubur daun kelor dan bubur nanas tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut selai daun kelor. a. Kadar Serat Kasar Kadar serat kasar selai daun kelor berkisar antara 1,4694 2,2943 (% bb). Kadar serat kasar selai daun kelor berbeda nyata karena rasio konsentrasi bubur daun kelor dan bubur nanas yang berbeda. Dengan rasio konsentrasi bubur daun kelor yang lebih banyak, maka menghasilkan selai daun kelor dengan kadar serat kasar yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena kandungan serat pada daun kelor lebih tinggi daripada buah nanas. Dalam 100 gr buah nanas mengandung 0,4 gr serat, sedangkan pada daun kelor mengandung 0,9 gr serat (Fuglie, 2001), sehingga dengan rasio konsentrasi bubur daun kelor yang lebih banyak dapat menghasilkan kadar serat kasar yang lebih tinggi pada selai daun kelor. b. Kapasitas Antioksidan Kapasitas antioksidan dari selai daun kelor berkisar antara 187,23 240,27 mg/ml GAEAC. Kapasitas antioksidan selai daun kelor berbeda nyata karena rasio konsentrasi bubur daun kelor yang berbeda. Dengan rasio konsentrasi bubur daun kelor yang lebih banyak, maka menghasilkan kapasitas antioksidan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena kelor, terutama daunnya mengandung antioksidan yang tinggi. Menurut hasil penelitian, dalam daun kelor segar 61

memiliki kekuatan antioksidan 7 kali lebih banyak dibandingkan vitamin C (Fuglie, 2001). Salah satu grup flavonoid yang dimiliki kelor yaitu kuersetin, dimana kuersetin memiliki kekuatan antioksidan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E (Sutrisno, 2011). c. ph Penambahan asam sitrat yang sama yaitu 0,3% b/b pada perlakuan rasio konsentrasi bubur daun kelor dan bubur nanas yang berbeda menyebabkan nilai ph dari selai daun kelor yang berbeda. Nilai ph selai daun kelor berkisar antara 4,57 4,90. Hal ini sejalan dengan penelitian Ginting, dkk., (2007) yang mendapatkan nilai ph selai campuran 50% buah nanas dengan 50% ubi jalar dengan penambahan 0,3% b/b yaitu 4,80 4,85. Semakin banyak rasio konsentrasi bubur daun kelor menyebabkan nilai ph dari selai daun kelor semakin tinggi. Hal ini disebabkan derajat keasaman pada buah nanas lebih tinggi dibandingkan dengan daun kelor. Selain itu menurut Wirakusumah (2007) dalam Lumbangaol, dkk., (2016) buah nanas merupakan buah dengan kandungan asam yang tinggi seperti asam sitrat dan asam malat yang membuat nanas memiliki rasa manis keasaman yang sangat khas. Nilai ph selai daun kelor lebih tinggi dari yang disarankan Setyono dan Suismono (2002) yang mendapatkan ph selai 3,2 dengan penggunaan jumlah asam sitrat yang sama (0,3% b/b) dan tidak mengamati adanya pertumbuhan jamur sampai 6 minggu penyimpanan walaupun tanpa bahan pengawet. Keasaman yang rendah diperlukan untuk mempertahankan mutu selai dalam penyimpanan, karena mikroba terutama jamur umumnya terhambat pertumbuhannya pada kondisi ph tersebut. Oleh karena itu, penambahan asam 62

sitrat sampai konsentrasi 0,35-4% b/b dapat dipertimbangkan untuk menambah daya awet selai. d. Total Padatan Terlarut Total padatan terlarut merupakan suatu ukuran kandungan kombinasi dari semua zat-zat anorganik dan organik yang terdapat di dalam suatu bahan makanan. Hasil total padatan terlarut dari selai daun kelor berkisar antara 66,07 67,74%. Rasio konsentrasi bubur daun kelor dan bubur nanas yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap hasil padatan terlarut dari selai. Nilai total padatan terlarut dari selai daun kelor yang dihasilkan sudah sesuai dengan syarat mutu selai yaitu minimal 65% (SNI, 2008). 63