ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN KEBIJAKAN AKSELERASI PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA (Tahun ke-2)

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

PENDAHULUAN. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Gambar 3.6: Hasil simulasi model pada kondisi eksisting

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

PENGARUH URBANISASI TERHADAP SUKSESI SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN SWASEMBADA PANGAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMERINTAH KABUPATEN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PENDAHULUAN Latar Belakang

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KETERANGAN TW I

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

REVITALISASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

II. TINJAUAN PUSTAKA

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

Transkripsi:

PSEKP/2016 1803.101.001.052D LAPORAN AKHIR TA. 2016 ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN DAN KEBIJAKAN AKSELERASI PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI Oleh: Bambang Irawan Dewa K Swastika Sri Hastuti Suhartini Valeriana Darwis Rangga Ditya Yofa PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN 1. Kebutuhan jagung secara nasional terus meningkat terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dan pakan ternak. Begitu pula kebutuhan kedelai terus meningkat terutama akibat meningkatnya kebutuhan bahan baku industri tahu, tempe dan kecap. Namun akibat peningkatan kebutuhan yang lebih besar dibanding peningkatan produksi maka impor jagung dan kedelai tidak dapat dihindari. Oleh karena itu dalam rangka ketahanan pangan dan mencapai swasembada maka sudah menjadi komitmen pemerintah untuk terus mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai nasional. 2. Dalam rangka memacu peningkatan produksi jagung dan kedelai perlu dilakukan analisis sumber pertumbuhan produksi yang memungkinkan peningkatan produksi jagung dan kedelai. Secara garis besar sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai dapat berasal dari peningkatan luas panen/tanam dan peningkatan produktivitas. Analisis tersebut perlu dilakukan pada lingkup makro maupun mikro. Pada lingkup makro analisis perlu difokuskan pada pemahaman berbagai alternatif sumber peningkatan produksi jagung dan kedelai serta besarnya peluang peningkatan produksi tersebut. Analisis pada lingkup mikro perlu dilakukan pada tingkat petani untuk memahami permasalahan yang dihadapi untuk memanfaatkan peluang peningkatan produksi yang tersedia. 3. Penelitian ini bertujuan untuk : (a) menganalisis berbagai sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai, (b) menganalisis peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai dari berbagai sumber pertumbuhan, serta sumbangannya terhadap peningkatan produksi nasional, dan (c) mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber pertumbuhan produksi jagung dan kedelai. METODOLOGI 4. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data sekunder dan data primer. Data sekunder digunakan dalam melakukan analisis sumber pertumbuhan dan analisis peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai menurut sumber pertumbuhannya. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi terkait pada tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten. Adapun data primer dikumpulkan dari responden di provinsi/desa contoh yang merupakan sentra produksi jagung dan kedelai. Analisis data primer terutama dilakukan untuk memahami masalah peningkatan produktivitas dan peningkatan luas tanam jagung dan kedelai pada tingkat petani. 5. (5) Analisis dengan menggunakan data primer dilaksanakan di beberapa provinsi sentra produksi jagung dan kedelai yang dibedakan atas provinsi di Pulau Jawa dan provinsi di luar Pulau Jawa. Untuk komoditas jagung penelitian dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung yang merupakan daerah sentra produksi jagung. Pada komoditas kedelai penelitian dilakukan di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bima, Provinsi NTB yang merupakan daerah sentra x

produksi kedelai. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang melibatkan 25-30 responden petugas lapangan dan pengurus Kelompok Tani di setiap desa contoh, yang dibedakan atas desa berbasis lahan kering dan desa berbasis lahan sawah. HASIL PENELITIAN 6. Sebagian besar produksi jagung nasional dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan (44,82%) dan pakan ternak terutama ayam ras petelur dan ayam pedaging (23,95%). Selama tahun 2003-2013 total konsumsi jagung nasional rata-rata naik sebesar 5,44%/tahun. Namun karena produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan didalam negeri maka sekitar 8% kebutuhan jagung nasional masih dipenuhi melalui impor. Hal yang sama juga terjadi pada kedelai dimana sekitar 64% kebutuhan kedelai nasional masih dipenuhi melalui impor dan pertumbuhan impor kedelai rata-rata sebesar 3,19%/tahun. Meningkatnya kebutuhan impor kedelai tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan industri tahu, tempe dan kecap yang menyerap sekitar 88% kedelai nasional. 7. Pertumbuhan produksi jagung dan kedelai nasional pada periode 2005-2015 cenderung semakin lambat. Laju pertumbuhan produksi jagung turun dari 7,62%/tahun pada periode 2005-2010 menjadi 1,58%/tahun pada periode 2010-2015 sedangkan laju pertumbuhan produksi kedelai turun dari 2,30%/tahun menjadi 1,61%/tahun. Penurunan laju pertumbuhan produksi kedelai terutama disebabkan oleh turunnya luas panen kedelai sedangkan pada komoditas jagung disebabkan oleh turunnya luas panen dan produktivitas jagung. Penurunan luas panen jagung dan kedelai tersebut dapat terjadi akibat kalah bersaing dengan komoditas lain terutama padi, khususnya untuk tanaman jagung dan kedelai yang diusahakan di lahan sawah. 8. Sebagian besar pertumbuhan produksi jagung didorong oleh peningkatan produktivitas sedangkan pertumbuhan produksi kedelai lebih disebabkan oleh peningkatan luas panen. Namun dalam 20 tahun terakhir peranan peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan produksi jagung semakin kecil dan digantikan oleh peningkatan luas panen meskipun peranan produktivitas masih tetap dominan. Sebaliknya, peningkatan luas panen yang merupakan sumber utama bagi pertumbuhan produksi kedelai memiliki peranan yang semakin kecil dan digantikan oleh peningkatan produktivitas. 9. Sebagian besar peningkatan luas panen/tanam jagung berasal dari peningkatan luas lahan usahatani yang artinya perluasan tanaman jagung cenderung dilakukan dengan memanfaatkan lahan bukaan baru. Sementara sebagian besar perluasan tanaman kedelai dilakukan dengan memanfaatkan lahan usahatani yang sudah ada melalui peningkatan IP kedelai. Peningkatan luas tanam kedelai yang sangat tergantung pada peningkatan IP tidak kondusif bagi upaya peningkatan produksi pangan secara keseluruhan karena perluasan tanaman kedelai dapat menggeser luas tanam komoditas pangan lainnya akibat persaingan lahan usahatani atau sebaliknya. Dua komoditas pangan utama yang merupakan pesaing kedelai dalam pemanfaatan lahan usahatani adalah tanaman padi dan kacang hijau. xi

10. Dalam rangka peningkatan produksi jagung dan kedelai terdapat 5 alternatif sumber pertumbuhan produksi yaitu : (a) perluasan lahan usahatani, (b) peningkatan IP, (c) menekan kehilangan luas panen akibat banjir/kekeringan/ gangguan OPT, (d) mengembangkan integrasi tanaman perkebunan-jagung/ kedelai pada lahan peremajaan tanaman perkebunan, dan (e) peningkatan produktivitas. Apabila seluruh alternatif tersebut dapat dimanfaatkan maka produksi jagung nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 6,71%/tahun dan jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi jagung pada tahun 2010-2015 yang hanya mencapai 1,58%. Peluang peningkatan produksi jagung tersebut terutama berasal dari peningkatan produktivitas dan pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung yang masing-masing memiliki kontribusi sebesar 43,9% dan 27,4% terhadap total peluang peningkatan produksi jagung nasional. Sedangkan perluasan lahan usahatani, peningkatan IP dan pengendalian banjir/ kekeringan/ OPT memiliki kontribusi yang relatif kecil yaitu sebesar 11,3%, 11,8% dan 5,5%. 11. Peluang peningkatan produksi kedelai nasional dengan memanfaatkan kelima sumber pertumbuhan produksi tersebut diatas diperkirakan sebesar 16,44%/tahun dan jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi kedelai selama tahun 2010-2015 yang hanya mencapai 1,61%/tahun. Peluang peningkatan produksi kedelai tersebut terutama berasal pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai yang memiliki kontribusi sebesar 60,2% terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai. Dengan memanfaatkan 10% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet untuk usahatani kedelai sebagai tanaman sela maka produksi kedelai nasional diperkirakan dapat meningkat sebesar 9,90%/tahun. Sedangkan kontribusi perluasan lahan usahatani, peningkatan IP, pengendalian banjir/opt/kekeringan dan peningkatan produktivitas terhadap total peluang peningkatan produksi kedelai nasional relatif kecil yaitu sebesar 4,4%, 12,7%, 4,5% dan 18,3%. 12. Akibat keterbatasan sumberdaya lahan yang potensial, perluasan lahan usahatani jagung dan kedelai (sawah+ladang/huma) diperkirakan hanya mampu mendorong peningkatan produksi jagung nasional sebesar 0,76%/tahun dan produksi kedelai sebesar 0,72%/tahun. Melalui peningkatan IP produksi jagung dan kedelai diperkirakan dapat naik 0,79%/tahun dan 2,08%/tahun namun pendekatan ini berpotensi menghambat peningkatan produksi padi akibat persaingan lahan usahatani atau sebaliknya. Optimalisasi pengendalian banjir/kekeringan/gangguan OPT dapat mendorong peningkatan produksi jagung sebesar 0,37%/tahun dan produksi kedelai sebesar 0,75%/tahun akibat turunnya luas tanaman yang mengalami gagal panen atau puso. Upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen yang memiliki peluang terbesar adalah pengembangan integrasi tanaman perkebunan yang dapat mendorong peningkatan produksi jagung sebesar 1,84%/tahun dan produksi kedelai sebesar 9,90%/tahun. Adapun peluang peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas tidak berbeda antara jagung dan kedelai yaitu sebesar 2,95%/tahun 3,00%/tahun. 13. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan program peningkatan produksi jagung melalui peningkatan produktivitas terdapat 5 provinsi yang perlu mendapat prioritas yaitu provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa xii

Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Kelima provinsi tersebut memiliki peluang peningkatan produktivitas dan memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi jagung nasional sehingga upaya peningkatan produksi jagung yang ditempuh melalui peningkatan produktivitas di kelima provinsi tersebut akan menimbulkan dampak relatif besar terhadap peningkatan produksi jagung nasional. Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Timur juga memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi jagung nasional tetapi keberhasilan upaya peningkatan produktivitas jagung di kedua provinsi tersebut relatif rendah. 14. Pada komoditas kedelai terdapat 5 provinsi yang memiliki kontribusi relatif besar terhadap peluang peningkatan produksi nasional melalui peningkatan produktivitas yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Namun di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah besarnya peluang peningkatan produksi kedelai lebih disebabkan oleh besarnya pangsa produksi kedua provinsi terhadap produksi kedelai nasional dan bukan disebabkan oleh besarnya peluang peningkatan produktivitas. Oleh karena itu untuk efektifitas peningkatan produksi kedelai nasional melalui peningkatan produktivitas maka Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah seyogyanya kurang mendapat prioritas dibanding 3 provinsi lainnya mengingat peluang keberhasilan upaya peningkatan produktivitas kedelai di kedua provinsi tersebut relatif kecil. 15. Dari seluruh provinsi penghasil jagung terdapat 10 provinsi yang memiliki peluang peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen relatif besar yaitu provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Namun di Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat peluang peningkatan produksi jagung melalui peningkatan luas panen sebagian besar berasal dari peningkatan IP jagung dan kurang kondusif bagi upaya peningkatan luas panen padi akibat persaingan lahan usahatani. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung melalui peningkatan luas panen seyogyanya lebih diutamakan pada 8 provinsi lainnya. Di provinsi Lampung, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan sebagian besar peluang peningkatan luas panen jagung berasal dari perluasan lahan usahatani sedangkan di provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur sebagian besar peluang tersebut berasal dari pengembangan integrasi tanaman perkebunan- tanaman jagung. 16. Pada komoditas kedelai terdapat 10 provinsi yang memiliki peluang peningkatan produksi kedelai relatif tinggi melalui peningkatan luas panen yaitu provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah. Sebagian besar peluang peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan luas panen di provinsi-provinsi tersebut berasal dari pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai kecuali di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang berasal dari perluasan lahan usahatani. Peluang peningkatan produksi kedelai melalui pengembangan integrasi tanaman perkebunan-kedelai di provinsi-provinsi tersebut relatif besar yaitu sekitar 66,9 ribu ton/tahun atau setara dengan 7,55% produksi kedelai nasional. xiii

17. Secara teknis upaya peningkatan produktivitas jagung dan kedelai dapat ditempuh melalui perbaikan kualitas teknologi budidaya tanaman yang secara garis besar meliputi : teknologi pengolahan tanah, teknologi penggunaan benih, teknologi penanaman, teknologi pemupukan, teknologi pemeliharaan tanaman, dan teknologi pengairan. Pada tingkat petani permasalahan teknis untuk meningkatkan produktivitas kedelai bervariasi dan cenderung bersifat spesifik lokasi dan spesifik agroekosistem. Secara umum permasalahan tersebut lebih beragam pada agroekosistem lahan kering atau sawah tadah hujan dibanding di lahan sawah irigasi. Pada lahan sawah tadah hujan permasalahan teknis tersebut terutama terkait dengan 4 faktor yaitu : (1) rendahnya penggunaan benih VUB toleran kekeringan dan tahan OPT, (2) rendahnya penggunaan pupuk kompos/kandang sebagai pupuk dasar, (3) rendahnya pengendalian OPT secara serempak dan (4) rendahnya penggunaan traktor untuk pengolahan tanah. Pada lahan kering masalah peningkatan produktivitas kedelai juga terkait dengan rendahnya penggunaan benih tahan OPT, rendahnya pemupukan dasar dan penggunaan traktor pengolah tanah, disamping pengairan yang tidak tepat waktu dan jarak tanam tidak teratur. Sedangkan pada lahan sawah irigasi masalah peningkatan produktivitas kedelai khususnya terkait dengan jarak tanam yang tidak teratur, pengendalian OPT yang tidak serempak dan rendahnya penggunaan obat benih. Seluruh faktor tersebut memiliki peranan penting untuk meningkatkan produktivitas kedelai tetapi penerapannya oleh petani relatif rendah baik karena kurang tersedia di tingkat petani, keterbatasan daya beli petani, rendahnya aktivitas penyuluhan maupun akibat kurangnya dukungan program bantuan. 18. Masalah teknis peningkatan produktivitas jagung umumnya tidak sebanyak pada komoditas kedelai. Pada lahan kering masalah peningkatan produktivitas jagung terutama terkait dengan pengolahan tanah yang tidak sempurna dan pengairan yang tidak tepat jumlah dan tepat waktu. Kedua masalah tersebut juga terjadi pada tanaman jagung yang diusahakan di lahan sawah. Pengolahan tanah yang tidak sempurna terutama terjadi akibat terbatasnya jumlah traktor dan buruh tani pengolah tanah. Masalah pengairan terjadi pada usahatani jagung di lahan kering karena pada tipe lahan usahatani tersebut pasokan air irigasi sangat tergantung pada curah hujan temporal yang tidak bisa dikendalikan petani sementara teknologi pengairan seperti pemanfaatan pompa air dan pembuatan embung penampung umumnya belum dilakukan petani. Sedangkan di lahan sawah munculnya masalah pengairan karena usahatani jagung umumnya dilakukan petani pada musim kemarau (MK) dimana pasokan air irigasi biasanya kurang tersedia. 19. Untuk mendorong perluasan tanaman jagung dan kedelai secara umum terdapat 9 faktor yang mempengaruhi yaitu : (1) ketersediaan air irigasi, (2) ketersediaan benih berkualitas, (3) ketersediaan pupuk, (4) ketersediaan pestisida, (5) ketersediaan tenaga kerja pengolah tanah, (6) ketersediaan tenaga kerja tanam, (7) ketersediaan tenaga panen, (8) ketersediaan pasar atau harga jagung/kedelai, dan (9) resiko usahatani baik akibat fluktuasi harga, gangguan OPT dan pasokan air. Untuk mendorong perluasan tanaman kedelai terdapat 4 faktor yang memiliki peranan penting yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, ketersediaan pasar/harga kedelai, dan resiko usahatani. xiv

Pada komoditas jagung terdapat 3 faktor yang memiliki peranan penting yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, dan ketersediaan pasar/harga jagung. Ketersediaan benih berkualitas merupakan faktor yang paling penting dan bersifat umum, baik untuk usahatani jagung dan kedelai di lahan sawah maupun di lahan kering. Ketersediaan pasar atau harga jagung/kedelai terutama berperan penting pada usahatani jagung/kedelai di lahan sawah karena usahatani jagung/kedelai di lahan sawah bersaing dengan tanaman pangan lain terutama padi. Adapun resiko usahatani memiliki peranan penting terutama untuk mendorong perluasan tanaman jagung/kedelai di lahan kering karena kegagalan usahatani akibat fluktuasi harga jagung/kedelai, keterbatasan pasokan air dan gangguan OPT yang relatif tinggi. IMPLIKASI KEBIJAKAN 20. Dalam rangka ketahanan pangan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai merupakan upaya penting. Ketiga komoditas pangan tersebut dan komoditas pangan lain pada umumnya diusahakan di lahan sawah maupun lahan kering yang termasuk kategori lahan ladang/huma. Pada kondisi tersebut maka persaingan dalam pemanfaatan lahan usahatani antara padi, jagung dan kedelai tidak dapat dihindari. Persaingan lahan usahatani yang cukup kuat terutama terjadi antara tanaman padi dan kedelai serta antara tanaman padi dan jagung. 21. Selama tahun 2010-2015 luas panen/tanam jagung dan kedelai mengalami penurunan akibat kalah bersaing dengan padi dan hal ini ditunjukkan oleh IP jagung dan kedelai yang terus mengalami penurunan. Perluasan lahan usahatani yang dapat mendorong peningkatan luas panen jagung/kedelai juga semakin sulit diwujudkan. Pada kondisi tersebut maka peningkatan produktivitas merupakan upaya penting untuk mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai. Namun peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai akibat peningkatan produktivitas diperkirakan hanya sekitar 3%/tahun sementara dalam rangka swasembada jagung dan kedelai maka peningkatan produksi jagung dan kedelai sedikitnya mencapai 5%/tahun. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung dan kedelai seyogyanya tidak hanya mengandalkan pada peningkatan produktivitas tetapi perlu didukung dengan upaya peningkatan luas panen. 22. Diantara berbagai pendekatan yang dapat ditempuh untuk mendorong peningkatan luas panen jagung dan kedelai, pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai merupakan pilihan terbaik karena dua pertimbangan yaitu : (a) pendekatan tersebut mampu mendorong peningkatan produksi jagung dan kedelai relatif besar, dan (b) pendekatan tersebut tidak berpotensi menghambat peningkatan luas panen padi karena sebagian besar tanaman padi diusahakan di lahan sawah sedangkan pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai dilakukan pada lahan kering, sehingga tidak terjadi persaingan lahan usahatani antara tanaman padi dan tanaman jagung/kedelai. Pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung pada 30% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet diperkirakan dapat meningkatkan produksi jagung nasional sebesar 1,84%/tahun sedangkan pada komoditas kedelai peluang peningkatan produksi tersebut sebesar 9,90%/tahun meskipun xv

integrasi tanaman perkebunan-kedelai tersebut hanya dilakukan pada 10% lahan peremajaan kelapa sawit, kelapa dan karet. 23. Pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai sejauh ini belum banyak dilakukan oleh petani kecuali pada skala percobaan lapangan. Untuk pengembangan secara luas dan berkelanjutan integrasi tanaman perkebunanjagung/kedelai terdapat beberapa upaya yang perlu ditempuh yaitu: (1) mengidentifikasi lahan peremajaan tanaman perkebunan yang sesuai untuk pengembangan jagung dan kedelai, baik dari segi kesesuaian agroklimat, biofisik lahan maupun sosial ekonomi dan budaya petani, (2) meningkatkan akses petani terhadap benih berkualitas dan pupuk yang dapat ditempuh dengan mengembangkan penangkar benih jagung/kedelai dan kios pupuk di daerah perkebunan, (3) meningkatkan akses petani terhadap pasar jagung/kedelai yang dapat ditempuh dengan mengembangkan jaringan pemasaran jagung/kedelai di daerah perkebunan, (4) pengembangan dan diseminasi teknologi integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai yang bersifat spesifik komoditas perkebunan dan spesifik lokasi untuk memperkecil resiko usahatani baik yang berasal dari fluktuasi harga, gangguan OPT dan masalah teknis lainnya, dan (5) menetapkan provinsi/kabupaten prioritas untuk pengembangan integrasi tanaman perkebunan-jagung/kedelai dengan mempertimbangkan potensi yang tersedia dan kendala yang dihadapi. 24. Peluang peningkatan produksi jagung dan kedelai, baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas panen, bervariasi menurut provinsi. Begitu pula peluang peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen bervariasi menurut sumber pertumbuhan luas panennya. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi jagung dan kedelai perlu dilaksanakan secara selektif menurut provinsi. Provinsi yang perlu mendapat prioritas bagi upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas seyogyanya memenuhi dua kriteria yaitu : (1) memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi nasional, dan (2) memiliki peluang peningkatan produktivitas relatif besar. Adapun provinsi prioritas bagi upaya peningkatan produksi melalui peningkatan luas panen memiliki 3 ciri yaitu: (1) memiliki pangsa produksi relatif besar terhadap produksi nasional, (2) memiliki peluang peningkatan luas panen relataif besar, dan (3) sebagian besar peluang peningkatan luas panen bukan berasal dari peningkatan IP tetapi berasal dari perluasan lahan usahatani, pengembangan integrasi tanaman perkebunan, optimalisasi pengendalian banjir/kekeringan/ gangguan OPT. 25. Masalah teknis peningkatan produktivitas kedelai cenderung bersifat spesifik agroekosistem dan lebih beragam pada lahan kering dan lahan sawah tadah hujan. Untuk mengatasi masalah peningkatan produktivitas kedelai di lahan kering dan lahan sawah tadah hujan diperlukan: (1) pengembangan penangkaran benih secara in situ untuk meningkatkan ketersediaan benih tahan OPT dan benih toleran kekeringan secara berkelanjutan, (2) dukungan teknologi pengolahan kompos dan fasilitasnya untuk meningkatkan ketersediaan pupuk kompos, (3) dukungan fasilitas penyediaan traktor untuk mendorong petani melakukan pengolahan tanah secara sempurna, dan (4) dukungan teknologi pemanfaatan sumber-sumber air dan fasilitasnya untuk mengatasi keterbatasan pasokan air irigasi. xvi

26. Terdapat 4 faktor yang memiliki peranan penting untuk mendorong perluasan tanaman jagung dan kedelai yaitu : ketersediaan benih berkualitas, ketersediaan pupuk, ketersediaan pasar/harga kedelai, dan resiko usahatani. Berdasarkan hal tersebut maka perluasan tanaman jagung/kedelai yang ditempuh melalui pengembangan integrasi tanaman perkebunan dan/atau pembukaan lahan baru perlu didukung dengan beberapa upaya yaitu : meningkatkan akses petani terhadap benih jagung/kedelai berkualitas, meningkatkan akses petani terhadap pupuk dan pasar jagung/kedelai, dan menekan resiko usahatani baik yang disebabkan oleh fluktuasi harga jagung/kedelai, gangguan OPT, dan faktor teknis lainnya. xvii