BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit umum daerah Kota. Ambon di ruangan hemodialisa. Rumah sakit Dr.M.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

LAMPIRAN 1 INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. April 2006 oleh Gubernur Gorontalo. Rumah Sakit Umum Daerah

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MENJALANI HEMODIALISA PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Ruang Hemodialisa RSUD Dr. M.M. Dunda

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan faktor-faktor yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. JADUAL KEGIATAN HARIAN Nama : No. Kode: Ruang Rawat : No. Waktu Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Ket

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit umum daerah Kota Ambon di ruangan hemodialisa. Rumah sakit Dr.M.Haulusi dan di bawah ini adalah gambar Rumah sakit umum Kota Ambon dan gambar pulau atau peta Kota Ambon. Hasil penelitian ini menjabarkan tentang karakteristik responden dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan 42

pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet di ruang hemodialisa RSUD Kota Ambon. Tabel 4.2 karakteristik responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. No Karakteristik Frekuensi Persentase % 1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 23 20 53% 46% 2 Umur 25-29 30-43 >43 3 Pekerjaan Swasta PNS Pedagang 5 8 30 7 20 5 11% 18% 69% 16% 46% 11% 43

Petani Tidak bekerja 4 7 9% 16% 4 Lama menjalani 43 100% Hemodialisa 5 Frekuensi 43 100% Hemodialisa 2-3 dalam seminggu Responden dalam penelitian ini adalah pasien hemodialisa RSUD Kota Ambon sebanyak 43 responden terpilih berdasarkan populasinya. Karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menjalani hemodialisa, dan frekuensi hemodialisa dalam 1 minggu. Pada penelitian ini di dapatkan karakteristik sebagai berikut: Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden pria sebanyak 23 responden (53%), responden wanita sebanyak 20 responden (46%). Berdasarkan umur responden yang berumur 25-29 tahun sebanyak 5 responden (11%), 30-43 tahun sebanyak 8 responden (18%), >43 tahun sebanyak 30 responden (69%). 44

Berdasarkan pekerjaan responden yang berprofesi sebagai PNS sebanyak 20 responden (46%), swasta sebanyak 7 responden(16%), pedagang sebanyak 5 responden (11%), petani 4 responden (9%), dan yang tidak bekerja sebanyak 7 responden (16%). Seluruh responden yang menjalani hemodialisa selama 4-5 jam sebanyak 43 responden (100%), dan yang menjalankan frekuensi hemodialisa 2-3 kali seminggu seluruhnya berjumlah 43 responden (100%). Tabel 4.3 Frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. No Variabel Frekuensi Persentase dependen 1 Pendidikan Tinggi Rendah 2 Pengetahuan 25 18 58% 41% 45

Tinggi Rendah 3 Sikap Positif Negatif 4 Perilaku Baik Buruk 5 Motivasi Baik Kurang 25 18 22 21 26 17 20 23 58% 41% 51% 48% 60% 39% 46% 53% Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang menunjukan bahwa dari 43 responden lebih dari setengah mempunyai pendidikan tinggi sebanyak 25 responden (58%), selebihnya mempunyai pendidikan rendah sebanyak 18 responden (41%). Pengetahuan tinggi sebanyak 25 reponden (58%), rendah 18 responden (41%). Ada dua kategori sikap yang di miliki responden yaitu sikap positif sebanyak 22 46

responden (51%), dan sikap negatif sebanyak 21 responden (48%). Selanjutnya perilaku yang di miliki responden yaitu perilaku baik sebanyak 26 responden (60%) dan perilaku buruk sebanyak 17 responden (39%). Motivasi yang di miliki responden yaitu baik sebanyak 20 responden (46%) dan kurang sebanyak 23 responden (53%). 4.4 Pembahasan dan Gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. 4.4.1 Faktor internal A. Pendidikan Pengertian pendidikan adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu atau lebih tepatnya membantu mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2010). Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi, individu 47

dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan, berupa interaksi indidvidu dengan lingkungan, baik secara formal maupun informal.proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok, seperti individu yang berpendidikan S1, perilakunya akan berbeda dengan yang SMA,SLTP, maupun SD. Data yang di dapat di RSUD Kota Ambon lebih dari setengah responden berpendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi/akademik. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik analisa seseorang terhadap sesuatu, Contohnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Setiap pasien harus mampu mentaati setiap prosedur yang di berikan. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan sangat berpengaruh 48

terhadap ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pola diet, dan dengan pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan. B. Pengetahuan Defenisi pengetahuan menurut (Notoatdmojo, 2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan desain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan mempengaruhi perilaku seseorang. Salah satu komponen dalam menentukan sikap adalah pengetahuan, baik dalam mengambil sikap yang positif maupun negatif. Untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang hemodialisa dapat dilakukan dengan menambah pengetahuan pasien. Bertambahnya pengetahuan pasien akan berpengaruh terhadap sikap pasien, sehingga pasien mampu mengambil sikap positif dalam melaksanakan hemodialisa. Dengan begitu jumlah pasien yang melaksanakan hemodialisa akan bertambah dan angka 49

kematian dapat diminimalisir. Hal ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang di lakukan (Wuyung, 2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan pola diet yang benar. Dari hasil penelitian yang di dapat bahwa sebanyak 25 responden (58%) mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan yang di miliki responden di RSUD Kota Ambon cukup baik terhadap sesuatu hal dan akan sangat mudah untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut terhadap kepatuhan dalam menjalani pola diet. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar responden juga berumur lebih dari 43 tahun yang mana hal ini menunjukan bahwa pengetahuannya lebih baik karena pengalaman dan tingkat kematangan yang tinggi. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat (Huclock 1998) di kutip dari (Nursalam, 2001) bahwa 50

semakin semakin cukup usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. C. Sikap Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999). Pasien dan keluarga yang harus menjalani hemodialisa perasaan mereka pertama sedih takut dan cemas. Tetapi pasien lama-lama tidak takut lagi ikhlas menerima, dan berdoa mungkin ada mukjizat. Mau berhati-hati baik makan maupun minum, menyadari cuci darah penting pasien mau menerima dan keluarga mendukung memotivasi pasien untuk menjalani cuci darah dengan sabar mengantar dan menemani pasien sesuai pernyataan pasien saat di wawancara. 51

Sikap mengandung motivasi berarti sikap mempunyai daya dorong bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek yang dihadapinya. Seseorang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap tindakan hemodialisa. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan dan pengalaman pasien menjalani terapi hemodialisa. Sikap merupakan faktor penentu dalam tingkah laku seseorang termasuk dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani terapi hemodialisa. Sikap pasien terhadap ketaatan yang dijalaninya dapat dinilai dari waktu kedatangan, tingkat keparahan penyakit, dan komplikasi. Hubungan interpersonal merupakan alat yang ampuh untuk membangun hubungan perawat dengan pasien. Seperti tindakan yang dilakukan perawat dalam menghadapi sikap pasien yang berbeda-beda. Perawat memberikan informasi dan menjelaskan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronik dan tindakan hemodialisa agar informasi yang diperoleh sama walaupun penerimaan informasi yang didapat oleh tiap 52

pasien berbeda sesuai dengan kemampuannya. Selain itu perawat harus melaksanakan intervensi yang sama, sehingga sikap dan persepsi mereka terhadap tindakan hemodialisa sesuai dengan informasi yang diperoleh dari perawat. Sikap seseorang dapat mempengaruhi perilaku positif maupun negatif, seperti halnya yang terjadi pada sikap pasien hemodialisa terhadap pentingnya kepatuhan dalam menjalani pola diet. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah responden 22 (51%) bersikap positif. Hal ini menggambarkan bahwa sikap menentukan tingkah laku seseorang dalam memutuskan untuk selalu taat menjalani pola diet yang benar. Semakin positif sikap responden, semakin cenderung untuk mentaati pola diet yang telah di tetapkan dan yang harus di patuhi serta sikap positif ini harus mendapat dukungan dari keluarga agar pasien termotifasi dalam menjalani pola diet. Seperti yang kita tahu bahwa sikap positif dari pasien yang menjalankan terapi 53

hemodialisa harus mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lain seperti suami,istri,dan anak-anak. Sehingga lebih termotivasi dalam menjalani pola diet yang benar. Selanjutnya dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa ada juga responden yang memliki sikap negatif. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya dorongan dari keluarga dan kesibukan dari aktifitas sehari-hari adapun kedapatan responden yang sama sekali tidak memiliki keluarga yang mana ia harus berjuang sendiri untuk melawan sakit yang dideritanya.menyebabkan pasien hemodialisa di RSUD Kota Ambon tidak patuh dalam menjalani pola diet. D. Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa 54

yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari setengah responden memiliki perilaku postif. Ini menggambarkan bahwa pasien hemodialisa di RSUD Kota Ambon tersebut dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya dengan baik seperti misalnya membaca buku, mengikuti penyuluhan, menjalankan program diet dengan cara memiliki catatan menu sehari-hari, jumlah makanan yang boleh di konsumsi, makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh, dan satu lagi dapat mengendalikan stres. Oleh karena itu perilaku sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet. Hal ini sejalan dengan pernyataan (Notoadtmojo 2003) bahwa manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang di lakukan, antara lain: berjalan, berbicara, bekerja, menulis, 55

membaca, berpikir, dan sebagainya. Selain itu dari hasil penelitian di dapatkan juga sebagian responden memiliki perilaku negatif. Perilaku negatif yang dilakukan oleh pasien hemodialisa ini disebabkan kurang adanya kesadaran dari dalam diri pasien hemodialisa sehingga dalam usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seperti misalnya istrirahat yang cukup, menjaga menu yang seimbang dan gaya hidup yang positif. Oleh karena itu walaupun perilaku baik cukup tinggi namun jika tidak di dukung oleh kondisi dan lingkungan maka sesautu hal akan sulit juga dihasilkan. E. Motivasi Motivasi adalah sesuatu yang menggerakan atau mendorong seseorang atau kelompok orang, untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan kunci menuju keberhasilan, semakin tinggi motivasi maka akan semakin patuh seseorang. Dalam hal ini adalah kepatuhan dalam 56

menjalani pola diet. Menurut (Uno 2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan citacita; penghargaan dan penghormatan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa lebih dari (50%) responden mempunyai motivasi kurang. Hal tersebut menunjukan bahwa motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan seperti keluarga. Selain itu dari hasil penelitian di dapatkan juga sedikit yaitu 20 responden (46%) responden memiliki motivasi yang baik ini menggambarkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi kepatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet yang benar. Dikarenakan motivasi tidak hanya berbentuk hadiah atau reward tapi disebabkan oleh minat, keinginan, kebutuhan untuk mendapatkan informasi atau memecahkan masalah atau keinginan untuk mengerti, terutama dalam menjalani pola diet seperti: mengetahui tujuan pola diet dengan senang 57

hati mentaati program diet yang di berikan tanpa paksaan dari keluarga, dan senang jika program diet yang di berikan berhasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Handoko, 2001) bahwa motivasi yang baik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri dan bukan pengaruh lingkungan. Contohnya: pasien hemodialisa termotivasi untuk mentaati dan menjalani pola diet. 4.5 Pembahasan (Gambaran Responden Penelitian) Pada wawancara singkat yang dilakukan oleh peneliti terhadap pasien yang mengalami gagal ginjal kronik dan harus melakukan terapi hemodialisa (cuci darah) seumur hidup, dengan banyaknya perubahan yang terjadi Terapi penggantian ginjal merupakan suatu penanganan yang paling tepat untuk mengatasi keparahan yang terjadi pada kasus gagal ginjal kronik. Menjadi sakit dan menjalani program pengobatan merupakan pengalaman hidup yang terkait dengan perubahan fisik, emosi dan sosial yang mereka alami. Banyaknya perubahan yang terjadi pada pasien gagal 58

ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa dapat menjadi stressor munculnya gangguan psikologis, seperti kehawatiran terhadap perkawinan, ketakutan akan kematian, kegiatan sosial terganggu, spiritual, waktu untuk bekerja dan interaksi sosial menjadi berkurang sehingga, kecenderungan untuk menarik diri dan fokus pada diri sendiri lebih besar. Ketidakadekuatan pada koping individu sangatlah mempengaruhi kualitas hidup dari penderita gagal ginjal kronik (Notoadmojo 2003 dalam Salmiyah, 2009). Diet gagal ginjal kronik adalah diet yang memerlukan batasan untuk mengkonsumsi semua jenis makanan hal inilah yang seringkali terjadi pada pasien mereka sering tidak patuh dalam menjalankan pola diet alsan yang selalu di jawab adalah mereka bosan dengan harus mengkonsumsi makanan yang stiap harinya hanya itu-itu saja belum di tambah ketidakmampuan dalam menahan rasa haus bagi sebagian penderita gagal ginjal kronik, merupakan hal yang paling sering terjadi. Edema 59

pada ekstermitas bawah pada pasien gagal ginjal kronik, merupakan gambaran dari ketidakpatuhan dalam menjalankan terapi diet terutama minuman, sehingga adanya gambaran kondisi seperti ini, pasien dapat dikategorikan sebagai pasien dengan kualitas hidup yang buruk (Smeltzer, 2002). Faktor ketidakpatuhan untuk melaksanakan diet terapi diet dipengaruhi oleh tingkat pemahaman pasien tentang instruksi diet, kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien, isolasi sosial, dukungan keluarga serta keyakinan sikap dan kepribadian pasien (Niven, 2002). Ketidakpatuhan yang terus diabaikan akan menimbulkan beberapa komplikasi kegawatan pada pasien gagal ginjal kronik seperti hiperkalemia dan edema paru. Adanya komplikasi kegawatan pada pasien gagal ginjal kronik, akanmempengaruhi kinerja aktifitas`pasien dalam kehidupan sehari-hari, dan menyebabkan penurunan fungsi fisik, nyeri pada tubuh, persepsi tentang kesehatan 60

menurun, serta hilangnya tingkat kenyamanan pasien, hal ini digolongkan pada Sesuai dengan penelitian yang dillakukan oleh (Wiley dan Sons, 2014) menunjukan bahwa dukungan dari kerabat dekat seperti keluarga,teman,tenaga kesehatan di ruang hemodialisa terhadap pasien gagal ginjal kronik,serta interaksi yang baik dapat membuat mereka menemukan dan meningkatkan pola hidup yang lebih baik lagi. 61