KONSEP PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DAN KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN DAERAH DI BIDANG INDUSTRI Oleh: Menteri Perindustrian Disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Provinsi Jakarta, 27 Februari 2008
DAFTAR ISI 2 BAGIAN I : KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL A.Perkembangan Kebijakan Industri Nasional B.Pola Pikir C.Bangun Industri Indonesia Tahun 2025 D.Tujuan E.Sasaran F.Arahan Pengembangan Industri G.Strategi H.Pendekatan I.Industri Prioritas J.Bottom-up Policy: Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah K.Kompetensi Inti Industri Daerah L.Industri Komoditi Unggulan Daerah BAGIAN II : FASILITAS PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL A. Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas B. Definisi Beberapa Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas C. Jenis Fasilitas Pemerintah D. Mekanisme Pemberian Fasilitas BAGIAN III : RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres
3 BAGIAN I KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
A. Perkembangan Kebijakan Industri Nasional 4 Jenis Kebijakan Periode Rehabilitasi dan Stabilisasi (1967-1972) Periode Boom Minyak (1973 1981) Periode Penurunan Harga Minyak (1982-1985) Periode Penurunan Harga Minyak (1986-1996) Periode Krisis dan Pemulihan 1997-2004 Pemulihan & Pegembangan (2005-2009) Industri Pengembangan industri Substitusi Impor Pengembangan Industri Substitusi Impor dengan Pendalaman & pemantapan struktur industri. Pengembangan industri melalui penguasaan teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin, perkapalan) Pengembangan Industri Substitusi Impor dengan Pendalaman & pemantapan struktur industri. Pengembangan industri melalui penguasaan teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin, perkapalan) Pengembangan industri orientasri ekspor Revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri Revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri Pengembangan industri berkeunggulan kompetitif dengan pendekatan klaster Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah Orientasi Inward looking Outward looking Inward and Outward looking 4
5 B. Pola Pikir Membangun Kompetensi Inti Industri Daerah BARU
6 C. Bangun Industri Indonesia Tahun 2025 INDUSTRI AGRO INDUSTRI TELEMATIKA INDUSTRI ALAT ANGKUT INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL SDA TERBARUKAN INDUSTRI BARANG MODAL SUMBERDAYA MANUSIA INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M) TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT BARU BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR BARU KOMPETENSI INTI DAERAH DAYA KREATIF BARU
D. Tujuan 7 Masalah Sektor Industri: Ketergantungan impor bahan baku yang masih tinggi Ragam dan jenis industri terbatas Struktur r industri kurang dalam dan kuat Diversifikasi produk ekspor terbatas Peranan IKM dalam struktur industri belum memadai Penyebaran industri sebagaian besar di P. Jawa (>60%) Masalah Nasional: Tingginya pengangguran dan kemiskinan Melambatnya ekspor Rendahnya pertumbuhan ekonomi Lemahnya sektor infrastruktur Ketertinggalan kemampuan teknologi Tujuan Pembangunan Industri (2004-2009): 2009): 1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 2. Meningkatkan ekspor 3. Mendukung pengembangan sektor infrastuktur 4. Menyumbang peningkatan kemampuan teknologi 5. Mendukung pendalaman struktur & diversifikasi produk 6. Meningkatkan penyebaran industri ke luar pulau Jawa Tujuan Pembangunan Industri (2010-2025): 2025): 1. Memperkuat Industri Manufaktur sehingga menjadi World Class Industry. 2. Meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi motor penggerak perekonomian. 3. Meningkatkan peran IKM dalam struktur industri sehingga terjadi keseimbangan peran IKM dengan industri besar.
E. Sasaran 8 Jangka Menengah 2004-2009 Output Yang Diharapkan 1. Terselesaikannya program Revitalisasi, Konsolidasi & Restrukturisasi Industri. 2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. 3. Teroptimalisasikannya pasar dalam negeri dalam rangka pembangunan industri komponen lokal & industri pengolah sumberdaya dalam negeri lainnya. 4. Meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor. 5. Tumbuhnya industri potensial yang menjadi motor pertumbuhan industri masa depan. 6. Meningkatnya pertumbuhan IKM (khususnya Industri Menengah tiga kali lebih tinggi dari industri kecil). 1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru 2. Mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat krisis 3. Meningkatkan kemampuan daerah menghasilkan produk olahan 4. Tumbuhnya industri penunjang, komponen, dan bahan baku industri 5. Meningkatkan kinerja ekspor secara signifikan 6. Membangun pilarpilar industri masa depan 7. Memperkuat struktur industri 2010-2020 Negara Industri Maju baru 2025-20. Negara Industri yang Tangguh di Dunia
9 F. Arahan Pengembangan Industri 1. Memperluas kesempatan kerja dalam jumlah yang besar 2. Melanjutkan program revitalisasi, konsolidasi dan restrukturisasi industri 3. Mengoptimalkan pendayagunaan potensi dalam negeri 4. Meningkatkan daya saing untuk ekspor 5. Menumbuhkan industri potensi inti daerah 6. Menumbuh-kembangkan industri kecil dan menengah
G. Strategi 10 a) Strategi Pokok (Peningkatan Daya Saing): b) Strategi Operasional: Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendalaman Struktur; Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Pengembangan Lingkungan Bisnis yang Nyaman dan Kondusif; Mendorong pertumbuhan dengan fokus klaster industri prioritas; dan Kompetensi Inti Daerah
A. Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah. Sinergi dengan daerah, dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : Top-Down (By Design) H. Pendekatan Pengembangan 32 Klaster Industri Prioritas (basis industri manufaktur, industri agro, industri alat transportasi, industri telematika, dan IKM), yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. 11 B. Bottom-Up Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah menuju Kompetensi Inti Daerah (pemberdayaan produk industri unggulan daerah)
I. Industri Prioritas 12 Terpilih 32 industri prioritas dari 365 industri, dengan total output 78% total ekspor 83% Fokus Industri Prioritas Catatan: 10 klaster dalam RPJMN 2004-2009: (1) industri makanan dan minuman; (2) industri pengolah hasil laut; (3) industri tekstil dan produk tekstil; (4) industri alas kaki; (5) industri kelapa sawit; (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu); (7) industri karet dan barang karet; (8) industri pulp dan kertas; (9) industri mesin listrik dan peralatan listrik; dan (10) industri petrokimia. 1.Otomotif 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkereta-apian apian I. AGRO 1. 1. Makanan dan minuman (kakao, coklat, buah- buahan, kelapa, tembakau, kopi, gula) 2. 2. Hasil laut 3. 3. Kelapa sawit 4. 4. Produk kayu 5. 5. Karet IV. Basis Industri Manufaktur 1. 1. Industri Material Dasar II. ALAT ANGKUT III. TELEMATIKA *) V. IKM Tertentu 1.Makanan Ringan 2.Garam Rakyat 3.Minyak Atsiri 4.Kerajinan Tradisional 5.Batu Mulia dan Perhiasan 6.Gerabah // Keramik Hias (besi dan baja, alumunium, semen, petrokimia, minyak nabati, selulosa, keramik) 2. 2. Industri Komponen & Penunjang (permesinan, otomotif, elektonika) 3. 3. Industri Permesinan (perkakas, alsintan, peralatan listrik & mesin listrik, mesin & peralatan pabrik, mesin penggerak umum, alat konstruksi & peralatan pabrik) *) Termasuk Industri Kreatif Industri Kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil dari d eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreatifitas, keahlian dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksana dan orang-orang yang terlibat.
13 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (1) INDUSTRI AGRO Ke arah produk jadi hilir (dijual dalam bentuk produk akhir) Upaya diversifikasi, peningkatan nilai tambah, pendalaman struktur dan Pemerataan pembangunan industri Industri Agro: (1) Makanan dan Minuman ;(2) Pengolahan Hasil Laut; (3) Pengolahan Kelapa Sawit; (4) Barang Kayu (Termasuk Rotan dan Bambu); (5) Pengolahan Karet 13
Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (2) 14 INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI Industri Alat Transport: 1. Otomotif 2. Perkapalan 3. Kedirgantaraan 4. Perkeretaapian KBM Roda 2 : Full manufacturing Disain & engineering Perkapalan : Penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan Perkeretaapian: Co-Design dan Co- Manufacturing KBM Roda 4 : Peningkatan komponen lokal Disain & engineering komponen Disain & engineering kendaraan utuh (tidak hand-on dengan MNC) Full manufacturing (untuk kendaraan Niaga & penumpang kecil) perekayasaan Kedirgantaraan : Penguasaan teknologi roket Peningkatan kemampuan industri penunjang pesawat terbang
Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (3) 15 Perangkat Keras/Devices Industri Telematika Industri Telematika: 1. Industri Hardware 2. Industri Software Infrastruktur/Jaring- an: Universal Broadband Access Wireline Wireless Mobile Satellite Perangkat Lunak & Content
16 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (4) Basis Industri Manufaktur Basis Industri Manufaktur: 1. Tekstil & Produk Tekstil 7. Semen 2. Alas Kaki 8. Baja 3. Keramik 4. Elektronika Konsumsi 5. Pulp dan Kertas 6. Petrokimia 9. Mesin Listrik & Alat Listrik 10. Alat Pertanian 11. Peralatan Pabrik Restrukturisasi Peningkatan daya saing Peningkatan kapasitas Penguatan dan pendalaman struktur 16
17 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (5) Industri Kecil & Menengah IKM Prioritas: 1. Kerajinan dan Barang Seni 2. Batu Mulia dan Perhiasan 3. Gerabah/Keramik Hias 4. Garam Rakyat 5. Minyak Atsiri 6. Makanan Ringan Disain; Teknologi; dan Mutu Akses terhadap Sumber Dana dan Manajemen Pasar khusus untuk Ekspor Pengembangan sentra-sentra IKM dengan meningkatkan fasilitas layanan UPT yang didukung oleh kelembagaan yang ada di daerah 17
J. Bottom-up Policy: Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah 18 Membangunkan kompetensi inti daerah melalui pengembangan industri pengolahan produk-produk unggulan daerah; Telah teridentifikasi produk-produk unggulan daerah per propinsi, yang akan disepakati untuk didorong bersama dengan Pemerintah Daerah; Telah teridentifikasi kompetensi inti industri beberapa kabupaten/kota.
K. Kompetensi Inti Industri Daerah 19 Definisi Karakteristik Kompetensi inti industri daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya termasuk sumberdaya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian Propinsi dan Kabupaten/Kota menuju kemandirian. Merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan; Memiliki keterkaitan yang kuat (baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal); Produk memiliki keunikan lokal; Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai 19 19
L. Industri Komoditi Unggulan Daerah 20 No Industri Pengolahan NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Lampung Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur NTB NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 A Makanan, Minuman & Tembakau 1 Industri Pengolahan Kelapa Saw it 9 2 5 8 6 2 2 3 3 6 3 49 2 Industri Pengolahan Kelapa 6 8 8 2 3 5 6 6 4 7 55 3 Industri Hasil Laut 4 8 6 8 9 3 3 6 3 3 2 5 7 13 4 4 8 8 2 1 107 4 Industri Pengolahan Kakao 6 6 7 1 5 6 5 4 7 6 53 5 Industri Pengolahan Lada 6 3 6 15 6 Industri Pengolahan Gula Aren 6 6 7 Industri Pengolahan Pala 8 8 8 Industri Berbasis Tebu/gula 3 3 6 9 Industri Pengolahan Kopi 4 5 9 1 5 4 6 34 10 Industri Pengolahan Jagung 7 2 5 3 6 23 11 Industri Pengolahan Tepung & Pasta 6 6 12 12 Industri Pengolahan Mete 2 2 4 13 Industri Baw ang Merah 2 2 14 Industri Pengolahan Makanan Ringan 7 7 6 4 4 19 2 2 51 15 Industri Rokok / Tembakau 6 1 7 16 Industri Garam Beryodium 3 3 17 Industri Pengolahan Buah 9 4 3 5 5 26 B Tekstil, Barang Kulit & Alas kaki 1 Industri Kulit dan Alas kaki 1 2 11 5 3 22 2 Industri Keraj Sulaman / Tenun 4 3 12 4 23 3 Industri Tekstil & Produk Tekstil 9 3 5 4 13 34
Industri Komoditi Unggulan Daerah 21 No Industri Pengolahan NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Lampung Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur NTB NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 C Barang Kayu & Hasil Hutan 1 Industri Pengolahan Rotan 5 9 2 6 1 4 6 3 6 42 2 Industri Kerajinan Purun / Anyaman 4 3 1 4 12 3 Industri Pengolahan Kayu 1 8 5 4 1 1 10 2 5 1 38 4 Industri Gambir 7 2 9 D Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1 Industri Pengolahan Karet 8 5 9 8 4 3 1 6 11 6 61 2 Industri Minyak Atsiri 6 9 2 6 23 3 Industri Minyak Jarak 9 1 4 14 4 Industri Olefin/Petrokimia 5 5 E Semen & Bahan Galian Non Logam 1 Industri Genteng / Batubara 2 2 2 Industri Semen 5 1 6 F Logam dasar, Besi & Baja 1 Industri Barang Logam 2 2 3 6 13 G Alat Angkut, Mesin & Peralatan 1 Industri Perkapalan 4 6 1 2 13 2 Industri Alsintan 4 15 19 3 Industri Sk. Cadang / Komp. Otomotif 10 4 14 4 Industri Telematika 1 1 2 H Barang lainnya 1 Industri Perhiasan 1 4 5 2 Industri Kreatif 1 1 3 Industri Barang Seni 1 1 4 Industri Kerajinan Batu Mulia / Perak 1 2 1 1 5 5 Industri Kerajinan Gerabah 1 2 6 9 Catatan: 1. Angka di dalam matriks menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang memiliki industri pengolahan tertentu di suatu provinsi 2. Kotak yang diarsir merupakan produk prioritas yang akan ditangani dalam w aktu jangka menengah
22 II. Fasilitas Pemerintah dalam Mendukung Kebijakan Industri Nasional Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 22
A. Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas 23 Dalam rangka menumbuhkan dan atau mempercepat pengembangan industri nasional, pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada: 1.Industri prioritas, khususnya industri prioritas tinggi, industri i pionir dan kompetensi inti industri daerah; 2.Industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan an atau daerah lain yang dianggap perlu; 3.Industri yang melakukan pengembangan SDM; 4.Industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi; 5.Industri yang melakukan alih teknologi dan menjaga kelestarian lingkungan l hidup; 6.Industri yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, engah, atau koperasi; 7.Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.
B. Definisi Beberapa Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas 24 Industri Pionir Industri Prioritas Tinggi Industri Prionir adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Industri Prioritas Tinggi adalah industri prioritas yang berorientasi ekspor dan menyerap tenaga kerja dan atau mampu mendukung secara signifikan kegiatan- kegiatan ekonomi sebagai berikut: a.pengembangan infrastruktur; b.usaha penanggulangan kemiskinan; c.peningkatan kemampuan industri pertahanan dalam negeri. Industri prioritas adalah klaster industri yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan berdasarkan kemampuannya bersaing di pasar internasional, dan industri yang faktor- faktor produksi untuk bersaingnya tersedia dengan cukup di Indonesia.
C. Jenis Fasilitas Pemerintah (1) 25 Fasilitas pemerintah yang akan diberikan adalah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 18 dan Pasal 21 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,, serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang ang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu.. Pemberian fasilitas ini dapat dilakukan peninjauan paling lama setiap 2 (dua) tahun. INSENTIF FISKAL 1. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu, meliputi: a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun; b. Penyusunan dan amortisasi dipercepat; c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subyek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku; dan d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Insentif berupa pembebasan bea masuk impor mesin, barang, dan bahan baku bagi industri yang menghasilkan barang dan industri yang menghasilkan jasa dalam rangka penanaman modal (pengembangan dan perluasan) selama 2 (dua) masa produksi. 3. Insentif berupa penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) komoditas primer. 4. Insentif berupa pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu migas serta panas bumi. 5. Insentif berupa PPN ditanggung pemerintah atas impor barang untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu migas dan panas bumi. 6. Insentif berupa pembebasan bea masuk impor platform pengeboran atau produksi terapung di bawah air. 7. Insentif berupa kemudahan impor (bebas BM) atas bahan-bahan yang diproses untuk tujuan ekspor. 8. Insentif berupa pembebasan impor atas bahan- bahan yang diproses dalam kawasan berikat. 9. Insentif berupa pembebasan BM, PPN, PPh, PPnBM dan pungutan pajak lainnya untuk kegiatan industri di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.
C. Jenis Fasilitas Pemerintah (2) 26 INSENTIF NON FISKAL 1. Pendaftaran perijinan investasi melalui pelayanan satu pintu (one stop service): a. Perijinan investasi secara online. b. Pelayanan dari hulu ke hilir untuk logistik, produksi, kepabeanan n dan kepelabuhan melalui sistem national single window (NSW). c. Ketentuan tentang DNI tidak diberlakukan di KEK. 2. Kemudahan bagi tenaga kerja asing di bidang keimigrasian seperti: a. Kemudahan pemberian ijin kunjungan untuk keperluan investasi dari 60 hari menjadi 90 hari. b. Perpanjangan ijin tinggal terbatas dari 1 tahun menjadi 2 tahun. c. Perlakuan visa on arrival d. Prosedur keimigrasian melalui e-office e dan e-passport e dengan standar pelayanan ISO. e. Pembebasan ketentuan IMTA (Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing) untuk pekerja asing dengan posisi direktur dan komisaris bagi investasi di KEK. 3. Kemudahan di bidang pertanahan: a. Hak Guna Usaha (HGU) sampai dengan 95 tahun di KEK.
D. Mekanisme Pemberian Fasilitas 27 Mekanisme pemberian fasilitas pemerintah dilaksanakan melalui proses sebagai berikut: 1.Permohonan pemberian fasilitas diajukan kepada Tim Nasional Peningkatan ngkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI). 2.Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI) mengkaji, merumuskan, mengevaluasi dan merekomendasikan pemberian atau pencabutan fasilitas pemerintah kepada Menteri atau Pejabat terkait untuk diproses lebih lanjut penetapannya. 3.Prosedur dan mekanisme tersebut diatur lebih lanjut oleh Ketua Harian H Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI).
28 III. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebijakan Industri Nasional Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 28
Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres (1) 29 Pemerintah menetapkan kebijakan industri nasional yang meliputi: Bangun Industri Nasional, Strategi Pembangunan Industri Nasional dan Fasilitas Pemerintah. Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian menyusun dan menetapkan peta panduan (Road( Map) ) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup: basis industri manufaktur; industri berbasis agro; industri alat angkut; industri elektronika dan telematika; industri penunjang industri kreatif; dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu. entu. Dalam rangka pengembangan kompetensi inti industri daerah: Pemerintah Provinsi menyusun peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi; dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota. Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian menetapkan peta panduan pengembangan industri unggulan Provinsi dan peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota. Saat ini seluruh provinsi (33 provinsi) telah memiliki peta panduan pengembangan industri unggulan provinsinya masing-masing. masing.
Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres (2) 30 Dalam rangka menumbuhkan dan atau mempercepat pengembangan industri nasional, pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada jenis industri tertentu. Jenis industri yang mendapat fasilitas serta mekanisme pemberian fasilitas akan dijabarkan lebih lanjut pada bagian ke-4 4 presentasi ini. Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian ian membentuk Tim Teknis yang bertugas mengkaji, merumuskan dan mengevaluasi: Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas; Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi; dan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota. a. Keanggotaan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri i dari unsur instansi pemerintah dan unsur lainnya yang dipandang perlu. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Teknis berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha. Tim Teknis mengusulkan hasil kajian, perumusan dan evaluasi kepada da Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian, untuk mendapat penetapan. an. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan n Presiden ini diatur oleh Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian. Para Menteri lain/pimpinan instansi terkait melaksanakan ketentuan an-ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini dan peraturan pelaksanaannya, sesuai i dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. masing.
31 Nilai-nilai yang memotori Kunci Sukses Pelaksanaan: I novatif N ilai tambah tinggi D aya saing berkelanjutan O rientasi pasar global N etworking E fisien dan Produktif S inergi antar sektor I ptek A liansi strategis Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 31
32 32