KONSEP PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DAN KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN DAERAH DI BIDANG INDUSTRI

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Menteri Perindustrian

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

Perekonomian Indonesia

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Perekonomian Indonesia

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

DAFTAR ISI 1. KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS 3 PENGEMBANGAN INDUSTRI NASIONAL

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kementerian Perindustrian

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sektor * 2010** 3,26 3,45 3,79 2,82 2,72 3,36 3,47 4,83 3,98 2,86 2. Pertambangan dan Penggalian

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Tema Pembangunan 2007

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

PROGRAM KERJA 2009 DAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Dr. Prasetijono Widjojo MJ, MA Deputi Bidang Ekonomi Bappenas. Penutupan Pra-Musrenbangnas 2013 Jakarta, 29 April 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI. Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung)

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

SUMBER ANGGARAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2015 BERDASARKAN JENIS BELANJA

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

ALOKASI ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Analisis Perkembangan Industri

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2014

FORMULIR 1 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2011

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PAGU ANGGARAN ESELON I MENURUT PROGRAM DAN JENIS BELANJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TA. 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Analisis Perkembangan Industri

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Transkripsi:

KONSEP PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL DAN KETERKAITANNYA DENGAN PERENCANAAN DAERAH DI BIDANG INDUSTRI Oleh: Menteri Perindustrian Disampaikan pada Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Provinsi Jakarta, 27 Februari 2008

DAFTAR ISI 2 BAGIAN I : KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL A.Perkembangan Kebijakan Industri Nasional B.Pola Pikir C.Bangun Industri Indonesia Tahun 2025 D.Tujuan E.Sasaran F.Arahan Pengembangan Industri G.Strategi H.Pendekatan I.Industri Prioritas J.Bottom-up Policy: Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah K.Kompetensi Inti Industri Daerah L.Industri Komoditi Unggulan Daerah BAGIAN II : FASILITAS PEMERINTAH DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL A. Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas B. Definisi Beberapa Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas C. Jenis Fasilitas Pemerintah D. Mekanisme Pemberian Fasilitas BAGIAN III : RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres

3 BAGIAN I KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

A. Perkembangan Kebijakan Industri Nasional 4 Jenis Kebijakan Periode Rehabilitasi dan Stabilisasi (1967-1972) Periode Boom Minyak (1973 1981) Periode Penurunan Harga Minyak (1982-1985) Periode Penurunan Harga Minyak (1986-1996) Periode Krisis dan Pemulihan 1997-2004 Pemulihan & Pegembangan (2005-2009) Industri Pengembangan industri Substitusi Impor Pengembangan Industri Substitusi Impor dengan Pendalaman & pemantapan struktur industri. Pengembangan industri melalui penguasaan teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin, perkapalan) Pengembangan Industri Substitusi Impor dengan Pendalaman & pemantapan struktur industri. Pengembangan industri melalui penguasaan teknologi di beberapa bidang (pesawat terbang, mesin, perkapalan) Pengembangan industri orientasri ekspor Revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri Revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri Pengembangan industri berkeunggulan kompetitif dengan pendekatan klaster Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah Orientasi Inward looking Outward looking Inward and Outward looking 4

5 B. Pola Pikir Membangun Kompetensi Inti Industri Daerah BARU

6 C. Bangun Industri Indonesia Tahun 2025 INDUSTRI AGRO INDUSTRI TELEMATIKA INDUSTRI ALAT ANGKUT INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL SDA TERBARUKAN INDUSTRI BARANG MODAL SUMBERDAYA MANUSIA INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M) TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL SDA TIDAK TERBARUKAN RESEARCH & DEVELOPMENT BARU BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR BARU KOMPETENSI INTI DAERAH DAYA KREATIF BARU

D. Tujuan 7 Masalah Sektor Industri: Ketergantungan impor bahan baku yang masih tinggi Ragam dan jenis industri terbatas Struktur r industri kurang dalam dan kuat Diversifikasi produk ekspor terbatas Peranan IKM dalam struktur industri belum memadai Penyebaran industri sebagaian besar di P. Jawa (>60%) Masalah Nasional: Tingginya pengangguran dan kemiskinan Melambatnya ekspor Rendahnya pertumbuhan ekonomi Lemahnya sektor infrastruktur Ketertinggalan kemampuan teknologi Tujuan Pembangunan Industri (2004-2009): 2009): 1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja 2. Meningkatkan ekspor 3. Mendukung pengembangan sektor infrastuktur 4. Menyumbang peningkatan kemampuan teknologi 5. Mendukung pendalaman struktur & diversifikasi produk 6. Meningkatkan penyebaran industri ke luar pulau Jawa Tujuan Pembangunan Industri (2010-2025): 2025): 1. Memperkuat Industri Manufaktur sehingga menjadi World Class Industry. 2. Meningkatkan peran industri prioritas agar menjadi motor penggerak perekonomian. 3. Meningkatkan peran IKM dalam struktur industri sehingga terjadi keseimbangan peran IKM dengan industri besar.

E. Sasaran 8 Jangka Menengah 2004-2009 Output Yang Diharapkan 1. Terselesaikannya program Revitalisasi, Konsolidasi & Restrukturisasi Industri. 2. Tumbuhnya industri yang mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar. 3. Teroptimalisasikannya pasar dalam negeri dalam rangka pembangunan industri komponen lokal & industri pengolah sumberdaya dalam negeri lainnya. 4. Meningkatnya daya saing industri berorientasi ekspor. 5. Tumbuhnya industri potensial yang menjadi motor pertumbuhan industri masa depan. 6. Meningkatnya pertumbuhan IKM (khususnya Industri Menengah tiga kali lebih tinggi dari industri kecil). 1. Besarnya kemampuan sektor industri untuk menyediakan lapangan kerja baru 2. Mengembalikan kinerja industri yang terpuruk akibat krisis 3. Meningkatkan kemampuan daerah menghasilkan produk olahan 4. Tumbuhnya industri penunjang, komponen, dan bahan baku industri 5. Meningkatkan kinerja ekspor secara signifikan 6. Membangun pilarpilar industri masa depan 7. Memperkuat struktur industri 2010-2020 Negara Industri Maju baru 2025-20. Negara Industri yang Tangguh di Dunia

9 F. Arahan Pengembangan Industri 1. Memperluas kesempatan kerja dalam jumlah yang besar 2. Melanjutkan program revitalisasi, konsolidasi dan restrukturisasi industri 3. Mengoptimalkan pendayagunaan potensi dalam negeri 4. Meningkatkan daya saing untuk ekspor 5. Menumbuhkan industri potensi inti daerah 6. Menumbuh-kembangkan industri kecil dan menengah

G. Strategi 10 a) Strategi Pokok (Peningkatan Daya Saing): b) Strategi Operasional: Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendalaman Struktur; Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Pengembangan Lingkungan Bisnis yang Nyaman dan Kondusif; Mendorong pertumbuhan dengan fokus klaster industri prioritas; dan Kompetensi Inti Daerah

A. Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah. Sinergi dengan daerah, dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan, yaitu : Top-Down (By Design) H. Pendekatan Pengembangan 32 Klaster Industri Prioritas (basis industri manufaktur, industri agro, industri alat transportasi, industri telematika, dan IKM), yang dipilih berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar domestik dan internasional. 11 B. Bottom-Up Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan daerah menuju Kompetensi Inti Daerah (pemberdayaan produk industri unggulan daerah)

I. Industri Prioritas 12 Terpilih 32 industri prioritas dari 365 industri, dengan total output 78% total ekspor 83% Fokus Industri Prioritas Catatan: 10 klaster dalam RPJMN 2004-2009: (1) industri makanan dan minuman; (2) industri pengolah hasil laut; (3) industri tekstil dan produk tekstil; (4) industri alas kaki; (5) industri kelapa sawit; (6) industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu); (7) industri karet dan barang karet; (8) industri pulp dan kertas; (9) industri mesin listrik dan peralatan listrik; dan (10) industri petrokimia. 1.Otomotif 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkereta-apian apian I. AGRO 1. 1. Makanan dan minuman (kakao, coklat, buah- buahan, kelapa, tembakau, kopi, gula) 2. 2. Hasil laut 3. 3. Kelapa sawit 4. 4. Produk kayu 5. 5. Karet IV. Basis Industri Manufaktur 1. 1. Industri Material Dasar II. ALAT ANGKUT III. TELEMATIKA *) V. IKM Tertentu 1.Makanan Ringan 2.Garam Rakyat 3.Minyak Atsiri 4.Kerajinan Tradisional 5.Batu Mulia dan Perhiasan 6.Gerabah // Keramik Hias (besi dan baja, alumunium, semen, petrokimia, minyak nabati, selulosa, keramik) 2. 2. Industri Komponen & Penunjang (permesinan, otomotif, elektonika) 3. 3. Industri Permesinan (perkakas, alsintan, peralatan listrik & mesin listrik, mesin & peralatan pabrik, mesin penggerak umum, alat konstruksi & peralatan pabrik) *) Termasuk Industri Kreatif Industri Kreatif adalah proses peningkatan nilai tambah hasil dari d eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreatifitas, keahlian dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksana dan orang-orang yang terlibat.

13 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (1) INDUSTRI AGRO Ke arah produk jadi hilir (dijual dalam bentuk produk akhir) Upaya diversifikasi, peningkatan nilai tambah, pendalaman struktur dan Pemerataan pembangunan industri Industri Agro: (1) Makanan dan Minuman ;(2) Pengolahan Hasil Laut; (3) Pengolahan Kelapa Sawit; (4) Barang Kayu (Termasuk Rotan dan Bambu); (5) Pengolahan Karet 13

Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (2) 14 INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI Industri Alat Transport: 1. Otomotif 2. Perkapalan 3. Kedirgantaraan 4. Perkeretaapian KBM Roda 2 : Full manufacturing Disain & engineering Perkapalan : Penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan Perkeretaapian: Co-Design dan Co- Manufacturing KBM Roda 4 : Peningkatan komponen lokal Disain & engineering komponen Disain & engineering kendaraan utuh (tidak hand-on dengan MNC) Full manufacturing (untuk kendaraan Niaga & penumpang kecil) perekayasaan Kedirgantaraan : Penguasaan teknologi roket Peningkatan kemampuan industri penunjang pesawat terbang

Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (3) 15 Perangkat Keras/Devices Industri Telematika Industri Telematika: 1. Industri Hardware 2. Industri Software Infrastruktur/Jaring- an: Universal Broadband Access Wireline Wireless Mobile Satellite Perangkat Lunak & Content

16 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (4) Basis Industri Manufaktur Basis Industri Manufaktur: 1. Tekstil & Produk Tekstil 7. Semen 2. Alas Kaki 8. Baja 3. Keramik 4. Elektronika Konsumsi 5. Pulp dan Kertas 6. Petrokimia 9. Mesin Listrik & Alat Listrik 10. Alat Pertanian 11. Peralatan Pabrik Restrukturisasi Peningkatan daya saing Peningkatan kapasitas Penguatan dan pendalaman struktur 16

17 Strategi Pengembangan Menurut Jenis Industri Prioritas (5) Industri Kecil & Menengah IKM Prioritas: 1. Kerajinan dan Barang Seni 2. Batu Mulia dan Perhiasan 3. Gerabah/Keramik Hias 4. Garam Rakyat 5. Minyak Atsiri 6. Makanan Ringan Disain; Teknologi; dan Mutu Akses terhadap Sumber Dana dan Manajemen Pasar khusus untuk Ekspor Pengembangan sentra-sentra IKM dengan meningkatkan fasilitas layanan UPT yang didukung oleh kelembagaan yang ada di daerah 17

J. Bottom-up Policy: Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah 18 Membangunkan kompetensi inti daerah melalui pengembangan industri pengolahan produk-produk unggulan daerah; Telah teridentifikasi produk-produk unggulan daerah per propinsi, yang akan disepakati untuk didorong bersama dengan Pemerintah Daerah; Telah teridentifikasi kompetensi inti industri beberapa kabupaten/kota.

K. Kompetensi Inti Industri Daerah 19 Definisi Karakteristik Kompetensi inti industri daerah adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya termasuk sumberdaya alam dan kemampuan suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan perekonomian Propinsi dan Kabupaten/Kota menuju kemandirian. Merupakan produk unggulan di daerah atau yang memiliki potensi sebagai unggulan; Memiliki keterkaitan yang kuat (baik keterkaitan horizontal maupun keterkaitan vertikal); Produk memiliki keunikan lokal; Tersedianya sumber daya manusia dengan keterampilan yang memadai 19 19

L. Industri Komoditi Unggulan Daerah 20 No Industri Pengolahan NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Lampung Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur NTB NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 A Makanan, Minuman & Tembakau 1 Industri Pengolahan Kelapa Saw it 9 2 5 8 6 2 2 3 3 6 3 49 2 Industri Pengolahan Kelapa 6 8 8 2 3 5 6 6 4 7 55 3 Industri Hasil Laut 4 8 6 8 9 3 3 6 3 3 2 5 7 13 4 4 8 8 2 1 107 4 Industri Pengolahan Kakao 6 6 7 1 5 6 5 4 7 6 53 5 Industri Pengolahan Lada 6 3 6 15 6 Industri Pengolahan Gula Aren 6 6 7 Industri Pengolahan Pala 8 8 8 Industri Berbasis Tebu/gula 3 3 6 9 Industri Pengolahan Kopi 4 5 9 1 5 4 6 34 10 Industri Pengolahan Jagung 7 2 5 3 6 23 11 Industri Pengolahan Tepung & Pasta 6 6 12 12 Industri Pengolahan Mete 2 2 4 13 Industri Baw ang Merah 2 2 14 Industri Pengolahan Makanan Ringan 7 7 6 4 4 19 2 2 51 15 Industri Rokok / Tembakau 6 1 7 16 Industri Garam Beryodium 3 3 17 Industri Pengolahan Buah 9 4 3 5 5 26 B Tekstil, Barang Kulit & Alas kaki 1 Industri Kulit dan Alas kaki 1 2 11 5 3 22 2 Industri Keraj Sulaman / Tenun 4 3 12 4 23 3 Industri Tekstil & Produk Tekstil 9 3 5 4 13 34

Industri Komoditi Unggulan Daerah 21 No Industri Pengolahan NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Lampung Jambi Bengkulu Sumatera Selatan Bangka Belitung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur NTB NTT Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Irian Jaya Barat Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 C Barang Kayu & Hasil Hutan 1 Industri Pengolahan Rotan 5 9 2 6 1 4 6 3 6 42 2 Industri Kerajinan Purun / Anyaman 4 3 1 4 12 3 Industri Pengolahan Kayu 1 8 5 4 1 1 10 2 5 1 38 4 Industri Gambir 7 2 9 D Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1 Industri Pengolahan Karet 8 5 9 8 4 3 1 6 11 6 61 2 Industri Minyak Atsiri 6 9 2 6 23 3 Industri Minyak Jarak 9 1 4 14 4 Industri Olefin/Petrokimia 5 5 E Semen & Bahan Galian Non Logam 1 Industri Genteng / Batubara 2 2 2 Industri Semen 5 1 6 F Logam dasar, Besi & Baja 1 Industri Barang Logam 2 2 3 6 13 G Alat Angkut, Mesin & Peralatan 1 Industri Perkapalan 4 6 1 2 13 2 Industri Alsintan 4 15 19 3 Industri Sk. Cadang / Komp. Otomotif 10 4 14 4 Industri Telematika 1 1 2 H Barang lainnya 1 Industri Perhiasan 1 4 5 2 Industri Kreatif 1 1 3 Industri Barang Seni 1 1 4 Industri Kerajinan Batu Mulia / Perak 1 2 1 1 5 5 Industri Kerajinan Gerabah 1 2 6 9 Catatan: 1. Angka di dalam matriks menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang memiliki industri pengolahan tertentu di suatu provinsi 2. Kotak yang diarsir merupakan produk prioritas yang akan ditangani dalam w aktu jangka menengah

22 II. Fasilitas Pemerintah dalam Mendukung Kebijakan Industri Nasional Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 22

A. Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas 23 Dalam rangka menumbuhkan dan atau mempercepat pengembangan industri nasional, pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada: 1.Industri prioritas, khususnya industri prioritas tinggi, industri i pionir dan kompetensi inti industri daerah; 2.Industri yang dibangun di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan an atau daerah lain yang dianggap perlu; 3.Industri yang melakukan pengembangan SDM; 4.Industri yang melakukan penelitian, pengembangan dan inovasi; 5.Industri yang melakukan alih teknologi dan menjaga kelestarian lingkungan l hidup; 6.Industri yang melakukan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, menengah, engah, atau koperasi; 7.Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

B. Definisi Beberapa Jenis Industri yang Mendapat Fasilitas 24 Industri Pionir Industri Prioritas Tinggi Industri Prionir adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. Industri Prioritas Tinggi adalah industri prioritas yang berorientasi ekspor dan menyerap tenaga kerja dan atau mampu mendukung secara signifikan kegiatan- kegiatan ekonomi sebagai berikut: a.pengembangan infrastruktur; b.usaha penanggulangan kemiskinan; c.peningkatan kemampuan industri pertahanan dalam negeri. Industri prioritas adalah klaster industri yang memiliki prospek tinggi untuk dikembangkan berdasarkan kemampuannya bersaing di pasar internasional, dan industri yang faktor- faktor produksi untuk bersaingnya tersedia dengan cukup di Indonesia.

C. Jenis Fasilitas Pemerintah (1) 25 Fasilitas pemerintah yang akan diberikan adalah sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 18 dan Pasal 21 Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,, serta Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang ang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah Tertentu.. Pemberian fasilitas ini dapat dilakukan peninjauan paling lama setiap 2 (dua) tahun. INSENTIF FISKAL 1. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu, meliputi: a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah Penanaman Modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun; b. Penyusunan dan amortisasi dipercepat; c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subyek Pajak Luar Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku; dan d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Insentif berupa pembebasan bea masuk impor mesin, barang, dan bahan baku bagi industri yang menghasilkan barang dan industri yang menghasilkan jasa dalam rangka penanaman modal (pengembangan dan perluasan) selama 2 (dua) masa produksi. 3. Insentif berupa penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) komoditas primer. 4. Insentif berupa pembebasan bea masuk atas impor barang untuk kegiatan usaha hulu migas serta panas bumi. 5. Insentif berupa PPN ditanggung pemerintah atas impor barang untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu migas dan panas bumi. 6. Insentif berupa pembebasan bea masuk impor platform pengeboran atau produksi terapung di bawah air. 7. Insentif berupa kemudahan impor (bebas BM) atas bahan-bahan yang diproses untuk tujuan ekspor. 8. Insentif berupa pembebasan impor atas bahan- bahan yang diproses dalam kawasan berikat. 9. Insentif berupa pembebasan BM, PPN, PPh, PPnBM dan pungutan pajak lainnya untuk kegiatan industri di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.

C. Jenis Fasilitas Pemerintah (2) 26 INSENTIF NON FISKAL 1. Pendaftaran perijinan investasi melalui pelayanan satu pintu (one stop service): a. Perijinan investasi secara online. b. Pelayanan dari hulu ke hilir untuk logistik, produksi, kepabeanan n dan kepelabuhan melalui sistem national single window (NSW). c. Ketentuan tentang DNI tidak diberlakukan di KEK. 2. Kemudahan bagi tenaga kerja asing di bidang keimigrasian seperti: a. Kemudahan pemberian ijin kunjungan untuk keperluan investasi dari 60 hari menjadi 90 hari. b. Perpanjangan ijin tinggal terbatas dari 1 tahun menjadi 2 tahun. c. Perlakuan visa on arrival d. Prosedur keimigrasian melalui e-office e dan e-passport e dengan standar pelayanan ISO. e. Pembebasan ketentuan IMTA (Ijin Memperkerjakan Tenaga Asing) untuk pekerja asing dengan posisi direktur dan komisaris bagi investasi di KEK. 3. Kemudahan di bidang pertanahan: a. Hak Guna Usaha (HGU) sampai dengan 95 tahun di KEK.

D. Mekanisme Pemberian Fasilitas 27 Mekanisme pemberian fasilitas pemerintah dilaksanakan melalui proses sebagai berikut: 1.Permohonan pemberian fasilitas diajukan kepada Tim Nasional Peningkatan ngkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI). 2.Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI) mengkaji, merumuskan, mengevaluasi dan merekomendasikan pemberian atau pencabutan fasilitas pemerintah kepada Menteri atau Pejabat terkait untuk diproses lebih lanjut penetapannya. 3.Prosedur dan mekanisme tersebut diatur lebih lanjut oleh Ketua Harian H Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi (PEPI).

28 III. Rancangan Peraturan Presiden tentang Kebijakan Industri Nasional Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 28

Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres (1) 29 Pemerintah menetapkan kebijakan industri nasional yang meliputi: Bangun Industri Nasional, Strategi Pembangunan Industri Nasional dan Fasilitas Pemerintah. Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian menyusun dan menetapkan peta panduan (Road( Map) ) pengembangan klaster industri prioritas yang mencakup: basis industri manufaktur; industri berbasis agro; industri alat angkut; industri elektronika dan telematika; industri penunjang industri kreatif; dan industri kreatif tertentu serta industri kecil dan menengah tertentu. entu. Dalam rangka pengembangan kompetensi inti industri daerah: Pemerintah Provinsi menyusun peta panduan pengembangan industri unggulan provinsi; dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun peta panduan pengembangan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota. Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian menetapkan peta panduan pengembangan industri unggulan Provinsi dan peta panduan kompetensi inti industri Kabupaten/Kota. Saat ini seluruh provinsi (33 provinsi) telah memiliki peta panduan pengembangan industri unggulan provinsinya masing-masing. masing.

Pokok-pokok Batang Tubuh Rancangan Perpres (2) 30 Dalam rangka menumbuhkan dan atau mempercepat pengembangan industri nasional, pemerintah dapat memberikan fasilitas kepada jenis industri tertentu. Jenis industri yang mendapat fasilitas serta mekanisme pemberian fasilitas akan dijabarkan lebih lanjut pada bagian ke-4 4 presentasi ini. Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian ian membentuk Tim Teknis yang bertugas mengkaji, merumuskan dan mengevaluasi: Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas; Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi; dan Peta Panduan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Kabupaten/Kota. a. Keanggotaan Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri i dari unsur instansi pemerintah dan unsur lainnya yang dipandang perlu. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Teknis berkonsultasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha. Tim Teknis mengusulkan hasil kajian, perumusan dan evaluasi kepada da Menteri yang bertugas dan bertanggungjawab di bidang perindustrian, untuk mendapat penetapan. an. Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan n Presiden ini diatur oleh Menteri yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang perindustrian. Para Menteri lain/pimpinan instansi terkait melaksanakan ketentuan an-ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini dan peraturan pelaksanaannya, sesuai i dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. masing.

31 Nilai-nilai yang memotori Kunci Sukses Pelaksanaan: I novatif N ilai tambah tinggi D aya saing berkelanjutan O rientasi pasar global N etworking E fisien dan Produktif S inergi antar sektor I ptek A liansi strategis Kebijakan Pengembangan Industri Nasional 31

32 32