RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2018 Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP)

dokumen-dokumen yang mirip
RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

ANALISIS INFLASI MARET 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah RINGKASAN. INFLASI IHK SULUT (mtm) INFLASI FEBRUARI 2017 IHK BULANAN KOMODITAS UTAMA FEBRUARI 2017

BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN JAWA TIMUR MARET 2017

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

BAB 5 BAB 5. Inflasi

2007 No

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN NOPEMBER 2016

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

LAPORAN PERKEMBANGAN HARGA : JANUARI 2008

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan

2008 No

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI MEI 2015 INFLASI 0,55 PERSEN

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

Bab. I Pendahuluan INDEKS HARGA KONSUMEN DAN LAJU INFLASI TAHUN 2013

2008 No

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA KEDIRI MEI TAHUN 2017 INFLASI 0,50 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI APRIL 2016 DEFLASI 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BOKS 1 PENELITIAN PERSISTENSI INFLASI SULAWESI TENGGARA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN KABUPATEN BANYUWANGI BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

I N D E K S H A R G A K O N S U M E N D A N I N F L A S I

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI SEPTEMBER 2015 INFLASI 0,21 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER 2015 DEFLASI 0,25 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG MARET 2016 INFLASI 0,05 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

POINTER ARAH KEBIJAKAN TERKAIT PENYEDIAAN DAN PASOKAN DAGING SAPI. Disampaikan pada: Bincang Bincang Agribisnis

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN / INFLASI KOTA PURWODADI JULI 2015 INFLASI 0,92 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN FEBRUARI 2015

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

2007 No

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN TULUNGAGUNG JULI 2015 INFLASI 0,39 PERSEN

Transkripsi:

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2018 Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) Inflasi IHK Oktober 2018 Tetap Terkendali INFLASI IHK Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2018 tetap terkendali atau berada dalam kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). IHK pada Oktober 2018 mencapai 3,16% (yoy), meningkat dibandingkan bulan lalu sebesar 2,88% (yoy). Kenaikan inflasi IHK didorong oleh kenaikan seluruh kelompok pembentuk IHK (Grafik 1). Secara bulanan, inflasi IHK pada Oktober 2018 mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm) 1, lebih tinggi dibandingkan deflasi bulan lalu sebesar 0,18% (mtm). Kenaikan inflasi IHK pada bulan ini bersumber dari kelompok volatile food dan administered prices sementara inflasi inti relatif stabil (Grafik 2). Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara kumulatif sampai dengan Oktober 2018 mencapai 2,22% (ytd) (Tabel 1). Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan Tabel 1. Disagregasi Inflasi Oktober 2018 Grafik 2. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Secara spasial, terkendalinya inflasi terjadi di hampir seluruh provinsi. Hampir seluruh provinsi mencatatkan inflasi IHK di dalam rentang sasaran inflasi nasional (3,5%±1%), kecuali Sulawesi Tengah, Papua, dan Papua Barat yang masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 6,24% (yoy), 5,40% (yoy), dan 4,59% (yoy) (Gambar 1). Tingginya inflasi di ketiga Provinsi tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi angkutan udara dan berbagai komoditas ikan segar di sepanjang 2018. 1 Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi IHK Oktober empat tahun terakhir sebesar 0,14% (mtm) serta proyeksi Bank Indonesia sebesar 0,15% (mtm). 1

Secara bulanan, inflasi terjadi di hampir seluruh kawasan. Inflasi terjadi terutama di Sumatera (0,53% mtm), disusul Jawa (0,24% mtm) dan Kawasan Timur Indonesia (0,14% mtm) (Gambar 2). Secara provinsi, inflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah (2,3%) akibat bencana tsunami dan gempa bumi, didorong oleh kenaikan harga nasi dengan lauk, angkutan udara, dan bandeng. Di sisi lain, terdapat lima provinsi yang mencatatkan deflasi, dimana yang terdalam terjadi di Bengkulu (-0,74% mtm) berkat tersedianya stok pangan yang memadai di tengah permintaan yang cenderung stabil. Secara umum, inflasi berbagai daerah dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas cabai merah, bensin, dan sewa rumah, sementara tekanan inflasi lebih tinggi tertahan oleh deflasi angkutan udara, telur ayam ras, dan bawang merah. Gambar 1. Peta Inflasi Daerah Tahunan Gambar 2. Peta Inflasi Daerah Bulanan Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan tetap berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%. Dengan perkembangan terkini, inflasi IHK tahun 2018 diperkirakan sebesar 3,2% (yoy) 2. Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat, terutama sebagai antisipasi risiko meningkatnya inflasi volatile food. INFLASI INTI Inflasi inti tetap terkendali. Inflasi inti tercatat sebesar 2,94% (yoy), meningkat dari bulan lalu sebesar 2,82% (yoy) yang didorong oleh kenaikan inflasi inti traded dan non traded (Grafik 3). Sejalan dengan itu, inflasi inti kelompok barang dan jasa juga mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 4). Kenaikan inflasi inti barang terutama didorong oleh kelompok barang durable ditengah perlambatan kelompok barang non durable (Grafik 5). Sementara itu di kelompok jasa, kenaikan inflasi inti jasa terutama didorong oleh kenaikan inflasi jasa perumahan. Selanjutnya, kenaikan inflasi inti bersumber dari kenaikan inflasi kelompok non pangan ditengah perlambatan kelompok pangan (Grafik 6). Terkendalinya inflasi inti hingga Oktober 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Secara bulanan, inflasi inti tercatat sebesar 0,29% (mtm), relatif sama dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,28% (mtm) 3. Inflasi inti bulan ini terutama disumbang oleh sewa rumah, kontrak rumah, emas perhiasan, upah pembantu rumah tangga, nasi dengan lauk, besi beton, dan semen. Kontribusi dari sewa rumah, kontrak rumah, emas perhiasan dan upah pembantu rumah tangga mencapai 0,08% dari total sumbangan inflasi inti sebesar 0,17% pada bulan ini. 2 Proyeksi Bank Indonesia Oktober 2018. 3Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi inti Oktober empat tahun terakhir sebesar 0,19% (mtm). 2

Grafik 3. Inflasi Inti Traded dan Non Traded (yoy) Grafik 4. Inflasi Inti Barang dan Jasa (yoy) Grafik 5. Inflasi Barang Durable dan Barang Non Durable (yoy) Grafik 6. Inflasi Inti Food Non Food (yoy) Inflasi inti traded sedikit meningkat sejalan dengan perkembangan faktor eksternal. Inflasi inti traded pada Oktober 2018 tercatat sebesar 2,65% (yoy) lebih tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 2,55% (yoy) terutama didorong oleh meningkatnya tekanan depresiasi Rupiah serta harga komoditas global non pangan non minyak (Grafik 7). Depresiasi Rupiah meningkat dari 11,73% (yoy) menjadi 12,18% (yoy) pada Oktober 2018. Sementara itu, harga komoditas global (IHIM) kembali mengalami deflasi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari deflasi 12,70% (yoy) menjadi deflasi 13,65% (yoy). Deflasi IHIM yang lebih dalam tersebut bersumber dari berkurangnya tekanan dari harga global pangan dan minyak ditengah kenaikan tekanan dari harga global emas, logam dan kapas. Secara bulanan inflasi inti traded stabil sebagaimana bulan lalu yakni sebesar 0,28% (mtm) terutama ditopang oleh stabilnya inflasi traded non pangan ditengah perlambatan inflasi traded pangan (Grafik 8). Inflasi inti traded pangan melambat dari 0,16% (mtm) menjadi 0,13% (mtm) sejalan dengan berlanjutnya koreksi harga pangan global. Sementara itu, inflasi inti traded non pangan stabil pada level 0,31% (mtm) terutama disumbang oleh komoditas emas perhiasan, besi beton dan semen. Relatif stabilnya inflasi inti traded bulanan tersebut seiring dengan stabilnya tekanan depresiasi Rupiah bulanan di tengah berlanjutnya koreksi harga komoditas global. 3

Grafik 7. Tekanan Eksternal Nilai Tukar dan IHIM Grafik 7. Tekanan Eksternal Nilai Tukar dan IHIM Grafik 8. Inflasi Inti Traded (mtm) No. Komoditas Tabel 2. Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Inti Bulanan Oktober 2018 Inflasi/Deflasi (% mtm) Sumbangan mtm (%) Provinsi Pencatat Inflasi Tertinggi mtm (%) INFLASI 1 SEWA RUMAH 0.95 0.04 DKI Jakarta (2,71%), Banten (1,60%), dan Papua Barat (1,06%) 2 KONTRAK RUMAH 0.49 0.02 NTB (1,34%), DKI Jakarta (1,22%), dan Jawa Timur (0,43%) 3 EMAS PERHIASAN 1.12 0.01 Sulawesi Utara (0,49%), Bali (2,77%), dan Jawa Timur (2,29%) 4 UPAH PEMBANTU RT 0.61 0.01 Sumatera Utara (4,20%), Sulawesi Selatan (1,53%), dan Sulawesi Barat (1,42%) 5 NASI DENGAN LAUK 0.33 0.01 Sulawesi Tengah (13,56%), Kalimantan Utara (6,90%), dan Sulawesi Tenggara (2,03%) 6 BESI BETON 2.75 0.01 Bali (21,79%), Sumatera Utara (14,06%), dan Aceh (6,67%) 7 SEMEN 0.84 0.01 Sulawesi Tengah (8,70%), Aceh (2,51%), dan Jawa Tengah (2,45%) Kenaikan inflasi inti non traded terjadi pada kelompok jasa. Pada bulan Oktober 2018, inflasi inti non traded meningkat dari 3,03% (yoy) menjadi 3,17% (yoy) (Grafik 3). Peningkatan inflasi tersebut bersumber dari peningkatan inflasi kelompok jasa yang bersumber dari jasa perumahan (Grafik 9). Secara bulanan, inflasi inti non traded relatif stabil dari 0,28% (mtm) menjadi 0,29% (mtm) bersumber dari kenaikan inflasi kelompok non pangan ditengah perlambatan inflasi kelompok pangan (Grafik 10). Inflasi inti non traded non pangan meningkat dari 0,30% (mtm) menjadi 0,35% (mtm) terutama bersumber dari sewa rumah, kontrak rumah, dan upah pembantu RT (Tabel 2). Grafik 9. Komponen Inflasi Inti Jasa (yoy) Grafik 10. Inflasi Inti Non Traded (mtm) Inflasi sewa rumah dan kontrak rumah bulan ini lebih tinggi dibandingkan historisnya. Kenaikan inflasi sewa rumah, kontrak rumah dan pembantu RT pada bulan ini masing-masing memberikan sumbangan ke inflasi IHK sebesar 0,04, 0,02 dan 0,01 dari total sumbangan inflasi inti ke IHK sebesar 0,17. Secara bulanan, inflasi sewa rumah meningkat sebesar 0,95% (mtm), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi sewa rumah empat tahun terakhir sebesar 0,16% (mtm) (Grafik 11). Begitupula, inflasi kontrak rumah mencapai 0,49% (mtm), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi empat tahun terakhir sebesar 0,23% (mtm) (Grafik 12). 4

Grafik 11. Inflasi Sewa Rumah (mtm) Grafik 12. Inflasi Kontrak Rumah (mtm) Tekanan permintaan domestik meningkat terbatas. Indikator demand sensitive to inflation dan core flexible price meningkat pada Oktober 2018 masing-masing menjadi sebesar 2,82% (yoy) dan 3,58% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,61% (yoy) dan 3,52% (yoy) (Grafik 13). 4 Peningkatan tekanan permintaan ini tercermin pula dari kenaikan pertumbuhan kredit konsumsi dan M2. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 11,40% (yoy) ke 11,66% (yoy) di bulan September 2018. Pertumbuhan M2 juga meningkat menjadi 6,70% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 5,90% (yoy). Grafik 13. Core Flexible Price dan Demand Sensitive to Inflation Grafik 14. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast, CPI Sticky Price dan Core Sticky Price Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) bulan Oktober 2018 yaitu sebesar 3,40% (average yoy), menurun dibandingkan hasil survei bulan lalu sebesar 3,5% (average yoy). Sementara itu ekspektasi inflasi yang ditunjukkan oleh indikator core sticky price 5 meningkat pada Oktober 2018 (Grafik 14). Di sektor riil, ekspektasi inflasi dari pedagang eceran meningkat untuk 3 bulan kedepan seiring dengan potensi peningkatan permintaan pada akhir tahun. Sementara itu, ekspektasi pedagang eceran untuk 6 bulan ke depan sedikit menurun (Grafik 15). Di sisi lain, ekspektasi inflasi dari konsumen menunjukkan penurunan untuk 3 dan 6 bulan ke depan (Grafik 16). 4 Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini. 5 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa. 5

Grafik 15. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran Grafik 16. Ekspektasi Inflasi Konsumen INFLASI VOLATILE FOOD Kelompok volatile food mencatat inflasi setelah mengalami deflasi dua bulan berturut-turut. Kelompok volatile food mencatat inflasi sebesar 0,17% (mtm), lebih tinggi dibandingkan deflasi bulan lalu sebesar 1,83% (mtm) dan deflasi rata-rata historis bulan Oktober empat tahun terakhir sebesar 0,44% (mtm) 6. Inflasi volatile food pada bulan Oktober 2018 terutama bersumber dari komoditas cabai merah, beras, jeruk dan daging sapi. Sementara itu, koreksi harga telur ayam ras, bawang merah, dan beberapa komoditas lainnya menahan kenaikan inflasi volatile food lebih lanjut (Tabel 3). Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Oktober 2018 (mtm) Berakhirnya panen raya mendorong inflasi aneka cabai. Inflasi cabai merah bulan ini mencapai 15,79% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan lalu yaitu deflasi 5,23% (mtm). Sementara itu, inflasi cabai rawit bulan ini melambat dibandingkan bulan lalu yaitu dari 12,83% (mtm) menjadi 2,68% (mtm). Berakhirnya panen raya dan masuknya musim tanam di wilayah sentra menyebabkan harga aneka cabai mengalami peningkatan 7. Menurunnya pasokan cabai tercermin pada pasokan di Pasar Induk Kramat Jati DKI Jakarta yang mencapai 3.301 ton, menurun dari bulan lalu yaitu 3.558 ton. Dengan perkembangan tersebut, inflasi cabai merah mencapai 12,78% (yoy) dengan level harga sebesar Rp34.836/kg. Sementara itu, inflasi cabai rawit mencapai 30,17% (yoy) dengan level harga sebesar Rp32.909/kg (Grafik 17 dan 18). 6 Angka tersebut juga lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia pada Oktober 2018 yaitu deflasi 0,12% (mtm). 7 Sumber: Ringkasan Ekonomi Regional KPw Jawa Timur, Oktober 2018. 6

Grafik 17. Inflasi dan Harga Cabai Merah Grafik 18. Inflasi dan Harga Cabai Rawit Inflasi beras terkendali ditopang Operasi Pasar. Inflasi beras bulan Oktober 2018 mencapai 0,23% (mtm). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan lalu (0,26%, mtm), inflasi bulan Oktober 2017 (0,94%, mtm) dan dari historisnya tahun 2012-2016 (0,36%, mtm) di tengah kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang belum berubah. Selain itu, kenaikan harga beras di tingkat konsumen tersebut lebih rendah dari kenaikan harga gabah di tingkat petani dan penggilingan. Kenaikan harga gabah mencapai sekitar 1% (mtm) 8 seiring dengan berkurangnya intensitas panen. Berkurangnya intensitas panen tercermin pada berkurangnya penyerapan dalam negeri oleh Bulog yakni dari 78.055 ton pada bulan sebelumnya menjadi 23.213 ton. Terkendalinya inflasi di tingkat konsumen didukung oleh penyaluran Operasi Pasar yang cukup besar di bulan ini yakni mencapai 35,627 ton sehingga selama Januari-Oktober 2018 telah tersalurkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 389.725 ton, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Besarnya Operasi Pasar didukung oleh pasokan impor, sehingga stok beras di Bulog masih terjaga di level 2,42 juta ton 9. Dengan perkembangan tersebut, inflasi beras pada Oktober mencapai 4,38% (yoy) dan harga beras rata-rata mencapai Rp11.694/kg 10 (Grafik 19). Meski terus mengalami perlambatan sejak bulan Maret 2018, inflasi beras tersebut masih lebih tinggi dari level akhir tahun 2017 sebesar 3,47% (yoy). Grafik 19. Inflasi dan Harga Beras Grafik 20. Inflasi dan Harga Bawang Merah Grafik 21. Inflasi dan Harga Bawang Putih Berkurangnya panen raya juga mendorong berkurangnya deflasi bawang merah. Pada bulan ini, deflasi bawang merah mencapai 4,42% (mtm), berkurang dari deflasi bulan lalu sebesar 9,04% (mtm). Berkurangnya deflasi bawang merah seiring berkurangnya daerah yang mengalami panen yang tercermin dari berkurangnya pasokan bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati DKI Jakarta 8 Dibandingkan bulan lalu, rata-rata harga GKP di tingkat petani pada Oktober 2018 naik 0,98% (mtm) menjadi Rp4.937/kg. GKP di tingkat penggilingan juga naik 0,98% (mtm) menjadi Rp5.039/kg. Sementara itu, GKG di tingkat petani naik 1,26% (mtm) menjadi Rp5.467/kg, sedangkan GKG di tingkat penggilingan naik 1,22% (mtm) menjadi Rp5.568/kg. 9 Bulog, Oktober 2018. 10 Rata-rata seluruh jenis beras dari data PIHPS. 7

yakni dari 3.123 ton pada bulan September menjadi 2.976 ton pada bulan Oktober. Sementara itu, deflasi bawang putih juga berkurang dari 2,23% (mtm) pada bulan September menjadi deflasi 1,64% (mtm) pada bulan Oktober. Berkurangnya deflasi bawang putih seiring dengan depresiasi rupiah di tengah penurunan inflasi bawang putih global dan meningkatnya volume impor dari 52.243 ton di bulan Agustus menjadi 62.268 ton di bulan September. Dengan perkembangan tersebut, harga bawang merah mencapai Rp22.040/kg, telah berada dalam kisaran harga di tingkat petani yakni Rp15.000-Rp22.500/kg. Secara tahunan, bawang merah dan bawang putih juga masih mengalami deflasi yakni masing-masing sebesar 2,37% (yoy) dan 3,29% (yoy), meski jauh lebih tinggi dari deflasi pada akhir tahun 2017 yakni masing-masing sebesar 28,06% (yoy) dan 34,09% (yoy) (Grafik 20 dan 21). Sementara itu deflasi daging ayam ras dan telur ayam ras masih terus berlangsung. Pada Oktober 2018, daging ayam ras dan telur ayam ras kembali mengalami deflasi sebagaimana dua bulan yang lalu. Deflasi daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing mencapai 1,02% (mtm) dan 4,46% (mtm). Deflasi terjadi seiring dengan kelebihan pasokan, seperti di Blitar 11, di tengah kenaikan harga jagung untuk pakan akibat gangguan pasokan karena musim kering. 12 Harga jagung rata-rata meningkat dari Rp3.500-Rp3.600/kg menjadi Rp4.700-Rp4.800/kg, sehingga mendorong kenaikan harga pakan rata-rata sebesar Rp500/kg 13. Dengan perkembangan tersebut, harga daging ayam ras dan telur ayam ras telah berada di bawah harga acuan. Harga daging ayam ras mencapai Rp33.046/kg, di bawah harga acuan sebesar Rp34.000/kg (Grafik 22), sementara harga telur ayam ras mencapai Rp21.310/kg, di bawah harga acuan sebesar Rp23.000/kg (Grafik 23) 14. Secara tahunan, inflasi daging ayam ras masih dalam tren meningkat sejak akhir tahun lalu hingga mencapai 12,78% (yoy) pada Oktober 2018. Sebaliknya inflasi telur ayam ras dalam tren menurun paska HBKN sehingga mencapai 3,79% (yoy) pada Oktober 2018, lebih rendah dari akhir tahun lalu. Grafik 22. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras Grafik 23. Inflasi dan Harga Telur Ayam Ras 11 Sumber: Detik Finance, 27 September 2018 12 Sumber: Kompas, 27 September 2018 13 Sumber: Kompas, 25 September 2018 14 Pemerintah merevisi ke atas harga acuan daging ayam ras dan telur ayam ras pada Permendag No.58/2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen per 1 Oktober 2018. Harga acuan daging ayam ras di level konsumen naik dari Rp32.000/kg menjadi Rp34.000/kg dan telur ayam ras naik dari Rp22.000/kg menjadi Rp23.000/kg. Sementara harga acuan daging ayam ras dan telur ayam ras di level peternak direvisi dari Rp17.000- Rp19.000/kg menjadi Rp18.000-Rp20.000/kg. Di sisi lain, harga acuan jagung tetap yaitu sebesar Rp3.150/kg di level petani dan Rp4.000/kg di level konsumen. 8

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan Oktober 2018, inflasi volatile food masih dalam tren kenaikan sejak awal tahun. Pada Oktober 2018, inflasi volatile food mencapai 4,48% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,75% (yoy) dan dari tahun 2017 sebesar 0,71% (yoy). Tren kenaikan inflasi volatile food dari awal tahun terutama disumbang oleh komoditas beras serta aneka daging dan telur (Grafik 24). Kenaikan inflasi lebih lanjut tertahan oleh tren penurunan harga komoditas pangan global (Grafik 25). Grafik 24. Sumbangan ytd Inflasi Pangan Grafik 25. Harga Pangan Domestik dan Global INFLASI ADMINISTERED PRICES Kelompok administered prices mengalami inflasi terutama didorong kenaikan harga Bahan Bakar Khusus (BBK). Kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,32% (mtm) 15, setelah pada bulan sebelumnya tidak mengalami perubahan atau 0,00% (mtm), dan lebih rendah dari historis bulan Oktober empat tahun terakhir yaitu inflasi sebesar 0,48% (mtm). Meningkatnya inflasi kelompok administered prices bulan ini terutama didorong oleh kenaikan harga BBK antara lain Pertamax sebesar Rp900/l, Pertamax Turbo sebesar Rp1550/l, Pertamina Dex sebesar Rp1350/l dan Dexlite sebesar Rp1500/l per 10 Oktober 2018 seiring dengan kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah. Komoditas lainnya penyumbang inflasi administered prices bulan ini adalah rokok kretek filter seiring dengan kenaikan cukai rokok dan tarif jalan tol. Kenaikan tarif jalan tol (Tabel 4) disebabkan oleh penerapan kebijakan integrasi tarif Tol Lingkar Luar Jakarta per 29 September 2018 menjadi Rp15.000 untuk golongan I, Rp22.500 untuk golongan II dan III serta Rp30.000 untuk golongan IV dan V 16. Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Administered Prices Oktober 2018 (mtm) 15 Angka tersebut relatif sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia pada Oktober 2018 sebesar 0,26% (mtm). 16 Sumber: https://finance.detik.com/infrastruktur/d-4215019/tarif-tol-jorr-jauh-dekat-rp-15000-berlaku-akhir-september 9

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan Oktober 2018, inflasi administered prices masih melanjutkan tren perlambatan sejak Juli 2017. Pada Oktober 2018, inflasi kelompok administered prices sebesar 2,74% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yaitu 2,40% (yoy), namun lebih rendah dari akhir tahun 2017 yaitu 8,70% (yoy). Perlambatan tersebut terutama didorong oleh perlambatan inflasi tarif listrik sejalan dengan berlalunya dampak kenaikan tarif listrik non subsidi daya 900 VA pada tahun 2017. Sementara itu, inflasi bensin dan solar sedikit meningkat dari akhir tahun lalu yang bersumber dari BBK. (Grafik 26 dan 27). Grafik 26. Inflasi Komoditas Strategis Administered Prices Grafik 27. Harga Bahan Bakar Khusus dan Minyak Dunia Jakarta, 1 November 2018 10