KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI LAPORAN KINERJA

dokumen-dokumen yang mirip
Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN OLEH : AGUNG PRASETYO

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Menimbang : a. bahwa partisipasi pemerintah dalam penyediaan dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

PENGUATAN PERAN B2TKE TERHADAP BPPT

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB II PERENCANAAN KINERJA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL KETENAGALISTRIKAN, JARMAN. DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN LAKIN 2015 i

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

Versi 27 Februari 2017

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

BAB II PERJANJIAN KINERJA

PENCAPAIAN TAHUN 2015

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

Buku Pedoman PENGHARGAAN ENERGI MENUJU DESA MANDIRI ENERGI DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

Transkripsi:

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI LAPORAN KINERJA TAHUN 2017

Laporan Kinerja / 2017 ii

Laporan Kinerja / 2017 Kata Pengantar Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran 2017 ini disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instan Pemerintah (SAKIP), yang merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada Direktor Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam kurun waktu pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2017. Laporan Kinerja () dimaksudkan sebagai sarana pengendalian, penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintah yang baik dan bersih serta juga sebagai umpan balik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan periode tahun - tahun berikutnya. Pelaksanaan penyusunan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi mengacu kepada tugas yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis KESDM 2015 s.d 2019 dan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran 2017. Tingkat pencapaian sasaran, tujuan, hasil dan manfaat yang diperoleh pada tahun anggaran 2017 telah berorientasi pada pencapaian visi dan misi Pemerintah dan keberhasilan tersebut akan menjadi tolak ukur untuk peningkatan kinerja di masa mendatang Mudahmudahan penyajian Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran 2017 ini menjadi cermin bagi kita semua sebagai bahan untuk evaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat melaksanakan kinerja ke depan secara lebih baik. Jakarta, Desember 2017 Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi RIDA MULYANA iii

Laporan Kinerja / 2017 iv

Daftar Isi Laporan Kinerja / 2017 1. KATA PENGANTAR 2. DAFTAR ISI 3. DAFTAR TABEL 4. DAFTAR GAMBAR iii v vi viii 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUGAS DAN FUNGSI 1.3 PROFIL 1.4 STRUKTUR ORGANISASI 1.5 KEKUATAN PEGAWAI 1 1 5 6 8 15 6. BAB II RENCANA STRATEGIS 2.1 VISI DAN MISI 2.2 TUJUAN STRATEGIS 2.3 SASARAN STRATEGIS 2.4 SASARAN YANG TERKAIT DENGAN TUJUAN STRATEGIS 2.5 INDIKATOR KINERJA UTAMA 2.6 REVIEW RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL EBTKE TAHUN 2015 s.d 2019 19 19 21 21 21 23 25 7. BAB III PERJANJIAN KINERJA 3.1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 3.2 ANGGARAN 2017 27 27 30 8. BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA 4.1 PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA 4.2 ANALISA CAPAIAN KINERJA 4.3 AKUNTABILITAS KEUANGAN 4.4 CAPAIAN SEKTOR REGULASI DAN HUKUM 31 31 33 89 90 9. BAB V PENUTUP 93 v

Laporan Kinerja / 2017 Daftar Tabel 1. Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE 2. Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Menurut Usia 3. Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Menurut Pendidikan 4. Tabel 1.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Golongan 5. Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal EBTKE 6. Tabel 2.2 Target dan Capaian Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2015 s.d 2019 7. Tabel 3.1 Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2017 Ditjen EBTKE 8. Tabel 3.2 Kegiatan dan Anggaran 2017 9. Tabel 4.1 Capaian Kinerja 10. Tabel 4.2 Capaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Pasokan Energi untuk Domestik 11. Tabel 4.3 Realisasi Produksi Uap Panas Bumi tahun 2017 12. Tabel 4.4 Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2010 s.d 2017 13. Tabel 4.5 Produksi Biofuel (juta KL) 14. Tabel 4.6 Realisasi Produksi Biogas Tahun 2017 15 Tabel 4.7 Rincian Jumlah Kepala Keluarga Terlistrik oleh APBN Tahun 2017 16. Tabel 4.8 Progres Pemasangan LTSHE 17. Tabel 4.9 Sasaran Meningkatnya Pembangunan Insfrastruktur Energi 18. Tabel 4.10 Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2017 19. Tabel 4.11 Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2015 s.d 2017 20. Tabel 4.12 Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Tahun 2016 21. Tabel 4.13 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid 22. Tabel 4.14 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi dengan Menggunakan Dana APBN KESDM 15 16 16 17 23 25 27 30 31 33 35 35 36 40 41 42 43 44 44 45 45 46 vi

Laporan Kinerja / 2017 23. Tabel 4.15 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi On Grid Jaringan Distribusi PLN 24. Tabel 4.16 Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2017 25. Tabel 4.17 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 26. Tabel 4.18 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 DAK 27. Tabel 4.19 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 IPP 28. Tabel 4.20 Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTM/MH s.d. Tahun 2017 29. Tabel 4.21 Realisasi Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2017 30. Tabel 4.22 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 31. Tabel 4.23 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 DAK 32. Tabel 4.24 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 IPP 33. Tabel 4.25 Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTS s.d. Tahun 2017 34. Tabel 4.26 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) s.d. Tahun 2017 35. Tabel 4.27 Sasaran Meningkatkan E isiensi Pemakaian dan Pengelolaan Energi 36. Tabel 4.28 Hasil Potensi Penghematan Energi Audit Energi Tahun 2017 37. Tabel 4.29 Energi Audit tahun 2011-2016 38. Tabel 4.30 Rekapitulasi Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (Lampu Swaballast) 39 Tabel 4.31 Laboratorium Uji Lampu Swabalast 40. Tabel 4.32 Rekapitulasi Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (Piranti Pengkondisi Udara/AC) 41. Tabel 4.33 Daftar Pemenang PEEN 2017 42. Tabel 4.34 Daftar Pemenang AEA 2017 43. Tabel 4.35 Realisasi Penurunan Emisi CO 2 Tahun 2017 44. Tabel 4.36 Capaian RAN-GRK Sektor Energi Tahun 2010-2016 45. Tabel 4.37 Sasaran Meningkatkan Pengembangan Berbagai Sumber Energi Dalam Rangka Diversi ikasi Energi 46. Tabel 4.38 Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Pada BBM PSO Transportasi Tahun 2017 47. Tabel 4.39 Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) BBM Non PSO Transportasi Tahun 2017 46 48 48 49 49 50 51 51 54 56 57 57 58 59 60 62 62 63 67 69 70 71 72 72 73 73 vii

Laporan Kinerja / 2017 48. Tabel 4.40 Sasaran Terwujudnya Peran Penting Sub Sektor EBTKE Dalam Penerimaan Negara 49. Tabel 4.41 Realisasi Sasaran Peningkatan Investasi Sektor Energi, Sub Sektor EBTKE 50. Tabel 4.42 Perbandingan jumlah WKP Panas Bumi 51. Tabel 4.43 Daftar Pembangkit EBT yang Telah PPA di Tahun 2017 52. Tabel 4.44 Realisasi Investasi Panas Bumi Tahun 2017 53. Tabel 4.45 Realisasi Investasi Bioenergi Tahun 2017 54. Tabel 4.46 Realisasi Investasi Aneka Energi Baru Terbarukan Tahun 2017 55. Tabel 4.47 Matriks Nilai Investasi dari Pembangunan PLTMH dan PLTS 2017 56. Tabel 4.48 Realisasi Investasi Konservasi Energi Tahun 2017 57. Tabel 4.49 Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017 58. Tabel 4.50 Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017 per Jenis Belanja 74 75 80 82 85 86 87 87 88 89 89 Daftar Gambar 1. Gambar 1.1 Diagram Target Tahun 2025 Kebijakan Energi Nasional 2. Gambar 1.2 Terminologi EBTKE berdasarkan UU No.30 Tahun 2017 tentang Energi 3. Gambar 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 4. Gambar 4.1 PProgram Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi 5. Gambar 4.2 Pengembangan 70 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) 2 4 9 42 81 viii

BAB I Laporan Kinerja / 2017 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya energi sebagai kekayaan alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Selain itu, sumber daya energi merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat hidup rakyat banyak terutama dalam peningkatan kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, dan ketahanan nasional. Atas pertimbangan tersebut maka sumber daya energi harus dikuasai negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara berkewajiban untuk melakukan penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaan energi secara terus menerus guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dalam pelaksanaannya harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Tingginya laju konsumsi energi fosil mengakibatkan ketimpangan antara laju penggunaan sumber daya fosil (minyak bumi, gas bumi, dan batubara) dengan kecepatan untuk menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi cadangan energi fosil akan habis, dan Indonesia akan sangat bergantung pada impor energi. Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan yang terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversifikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil. 1

Laporan Kinerja / 2017 Menghadapi ancaman krisis energi, Pemerintah sudah sangat siap dengan regulasi, yaitu Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional yang berisi strategi untuk menjamin keamanan energi di Indonesia. Kebijakan ini telah merumuskan bauran energi di tahun 2025 dengan mengurangi konsumsi energi fosil dan menggantinya dengan energi baru terbarukan. Saat ini pemerintah telah menetapkan arah Kebijakan Energi Nasional dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) seperti tercermin dalam Gambar 1.1. TARGET TAHUN 2025 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional Gas Alam 22% Batubara 30% Minyak Bumi 25% EBT 23% Gambar 1.1 Diagram Target Tahun 2025 Kebijakan Energi Nasional Biofuel (5%) Biomassa Sampah (5%) Panas Bumi (7%) Energi Air (3%) Energi Baru (Nuklir, CBM, dan lainnya) (3%) Penurunan Intensitas Energi 1% per tahun Elastisitas energi kurang dari 1 pada 2025 Mengoptimalkan Sumber Energi Baru dan Energi Terbarukan 2

Laporan Kinerja / 2017 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014, pemerintah meningkatkan capaian bauran energi melalui peranan energi baru terbarukan sebesar 23%. Angka tersebut meningkat 5% dibandingkan dengan target capaian bauran energi yang terdapat dalam Perpres Nomor 25 Tahun 2006 yang hanya sebesar 17%. Bagaimanapun, ketersediaan energi yang berkelanjutan memerlukan upaya diversifikasi, konservasi dan intensifikasi yang konsisten dan terarah. Upaya-upaya ini memerlukan dana investasi yang besar, teknologi yang menunjang dan sumber daya manusia yang terampil dan berpengetahuan. Arah yang jelas dan kebijakan yang konsisten amat diperlukan agar upaya berbagai pihak tersebut dapat efektif. Dalam konteks energi baru terbarukan, pengembangan energi lokal setempat penting diimbangi dengan keberpihakan bagi pengembangan kapasitas industri dalam negeri dengan pengembangan pola kemitraan antara pemerintah dan swasta, serta antara sumber daya dalam negeri dengan dana, teknologi dan keahlian dari luar negeri. Tidak hanya itu, perlu diupayakan penciptaan iklim investasi yang kondusif, ditunjang oleh kelengkapan peraturan yang konsisten dan tegas dalam pelaksanaannya agar memberikan kepastian hukum. Lebih jauh lagi, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan energi fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi fosil termasuk minyak bumi. Pada kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dunia mengalami perubahan paradigma global. Perubahan tersebut terkait dengan adanya perhatian dan upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim yang diakibatkan oleh peningkatan gas rumah kaca. Menyadari hal tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca; antara lain melalui ratifikasi kesepakatan dunia tentang perubahan iklim. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNFCCC, dan meratifikasi Paris Agreement melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pengesahan Paris Agreement. Indonesia juga telah mengadopsi 17 (tujuh belas) tujuan yang tercantum dalam Sustainable Development Goals (SDGs) untuk turut mendorong pembangunan lingkungan yang berkelanjutan melalui berbagai aksi untuk menghambat laju emisi gas rumah kaca dalam rangka mitigasi perubahan iklim dan dampaknya. Untuk meningkatkan upaya 3

Laporan Kinerja / 2017 penanggulangan dampak perubahan iklim, negara-negara di dunia saat ini sedang membahas peningkatan partisipasi semua negara dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hal ini akan mendorong aliran teknologi bersih dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang termasuk didalamnya teknologi di bidang pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi yang dimaksud energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru dan yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan. Upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan KE sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan e isiensi pemanfaatannya (PP 70/2009 tentang Konservasi Energi) Konservasi Energi EBTKE EB Energi Baru Batubara Tercairkan (Liqui ied Coal) Gas Metana Batubara (Coal Bed Methane) Batubara Tergaskan (Gasi ied Coal) Nuklir Hidrogen Metana yang lain EBT ET Energi Terbarukan Panas Bumi Hidro Bioenergi Surya Angin Laut Gambar 1.2 Terminologi EBTKE berdasarkan UU No.30 Tahun 2017 tentang Energi 4

Laporan Kinerja / 2017 Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir, hidrogen, gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara tergaskan (gasified coal). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Berdasarkan butir-butir di atas maka jenis energi yang ditangani Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah: 1. Panas bumi 2. Bioenergi: Bioenergi cair (BBN), Bioenergi Gas (Gas Bio), Bioenergi Padat (Pelet, Briket). 3. Aneka Energi Baru dan Terbarukan: Tenaga Air, Tenaga Surya, Tenaga Angin, Tenaga Samudera, Tenaga Hidrogen. 4. Coal Bed Methane (CBM), shale gas, nuklir, Batubara Tercairkan, Batubara Tergaskan. Namun demikian, untuk butir (4) saat ini belum dapat ditangani oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi karena shale gas dan CBM sifat dasarnya termasuk dalam klasifikasi minyak dan gas bumi, maka penanganannya lebih optimal bila berada pada Direktorat Jenderal Migas. Sementara itu batubara tercairkan dan batubara tergaskan, sifat dasarnya terklasifikasi dalam batubara, maka penanganannya ada di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 1.2 TUGAS DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi: 5

Laporan Kinerja / 2017 a) Perumusan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi; b) Pelaksanaan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; serta e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. 1.3 PROFIL TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Lahirnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM merupakan langkah penting bagi bangsa dalam upaya percepatan pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi di Indonesia. Pembentukan Ditjen EBTKE tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang berlaku sejak 14 April 2010 lalu. Salah satu pasal Perpres menyebutkan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Awal berdiri Ditjen EBTKE dipimpin oleh, Luluk Sumiarso (24 Agustus 2010 s.d 31 Mei 2011). Periode selanjutnya kepemimpinan Ditjen EBTKE dijabat oleh Kardaya Warnika (22 Juli 2011 s.d 1 September 2012) dan saat ini dijabat oleh Rida Mulyana (25 Januari 2013 s.d sekarang). Peningkatan peranan EBTKE dalam bauran energi nasional sudah lama dirasakan urgensinya. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan EBTKE ini. Pembentukan Ditjen EBTKE merupakan salah satu terobosan penting.selama ini, bidang EBTKE ditangani terpisah-pisah di beberapa Ditjen dalam lingkungan Kementerian ESDM. Sebelumnya, bidang EBTKE ditangani oleh salah satu direktorat di Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, yaitu Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Jenis Energi Baru Terbarukan secara spesifik ditangani terpisah oleh Direktorat Jenderal 6

Laporan Kinerja / 2017 lainnya. Misalnya Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah di Ditjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi. Sedangkan yang terkait Bahan Bakar Nabati, kebijakan niaganya ditangani oleh Ditjen Migas. Seiring semakin pentingnya peranan EBTKE, dirasa perlu membentuk organisasi pada level Eselon I, dengan harapan sinergi pengelolaan bidang EBTKE dapat lebih terjalin antar stakeholder sehingga peranan EBTKE pada tahun 2025 sebagaimana ditargetkan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 sebesar 17% dan saat ini telah dioptimalkan menjadi 23% sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional serta eleastisitas energi kurang dari 1 dapat tercapai. Tak lain, ini adalah panduan menuju Indonesia Hijau. Lahir di era Kabinet Indonesia Baru jilid II (KIB-II) ini, selanjutnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi berperan penting untuk mendukung kebijakan pada RPJMN 2010-2014, hal ini sesuai dengan Prioritas Nasional kedelapan bahwa pembangunan ketahanan energi dan kemandirian energi diarahkan untuk mencapai bauran energi yang dapat menjamin kelangsungan pasokan energi diseluruh wilayah Indonesia, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), efisiensi konsumsi dan penghematan energi serta meningkatkan produksi dan pemanfaatan energi yang bersih dan ekonomis. Untuk mendukung prioritas nasional kedelapan bidang energi tersebut, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi memiliki peran strategis, diantaranya: 1. Menambah kapasitas pembangkit/produksi energi Pertumbuhan energi berkisar 8% per tahun, untuk itu perlu ada penambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan energi. Penambahan pembangkit diprioritaskan untuk pembangkit energi terbarukan skala besar misalnya PLTP dan PLTA. 2. Menambah penyediaan akses terhadap energi modern untuk daerah terisolir jaringan PLN, khususnya di daerah daerah terpencil dan pulau kecil. Energi terbarukan tersedia di seluruh wilayah tanah air, sebagai sumber energi untuk penyediaan listrik pedesaan. Program yang sudah berlangsung berupa listrik/energi pedesaan dengan memanfaatkan mikrohidro, surya, biomassa, dan biogas. 3. Mengurangi subsidi BBM/listrik (energi) Biaya produksi listrik dari energi terbarukan sudah bersaing dengan BPP PLTD. Substitusi PLTD dengan pembangkit energi terbarukan dapat mengurangi subsidi. 4. Mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) peningkatan efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilakukan dengan meminimalkan emisi GRK. 7

Laporan Kinerja / 2017 5. Menghemat energi, penghematan energi dapat digolongkan sebagai kegiatan hidden energy sources, karena penghematan energi pada akhirnya akan mengefektifkan biaya. 1.4 STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut : 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; 2) Direktorat Panas Bumi; 3) Direktorat Bioenergi; 4) Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; dan 5) Direktorat Konservasi Energi. 6) Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE 8

Laporan Kinerja / 2017 Secara rinci struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi dapat dilihat pada Gambar 1.3 : DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI RIDA MULYANA Direktur Jenderal SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI WAWAN SUPRIATNA Sekretaris Direktorat Jenderal DIREKTORAT PANAS BUMI DIREKTORAT BIOENERGI DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN DIREKTORAT KONSERVASI ENERGI DIREKTORAT PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EBTKE YUNUS SAEFULHAK Direktur Panas Bumi SUDJOKO HARSONO ADI Direktur BioEnergi MARITJE HUTAPEA Direktur Aneka EBT IDA NURYATIN FINAHARI Direktur Konservasi Energi NOOR ARIFIN MUHAMMAD Direktur Perencanaan dan Pembangnan Infrastruktur EBTKE Gambar 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi 9

Laporan Kinerja / 2017 A. Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan Dan Konservasi Energi Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi : 1. Koordinasi pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi; 2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, laporan akuntabilitas, serta pengelolaan sistem informasi; 3. Pengelolaan administrasi perbendaharaan, barang milik negara, serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan; 4. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pemberian pertimbangan dan penelaahan hukum, dan urusan hubungan masyarakat; dan 5. Pengelolaan urusan ketatausahaan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, organisasi dan tata laksana. Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi terdiri atas: Bagian Rencana dan Laporan; Bagian Keuangan; Bagian Hukum; Bagian Umum dan Kepegawaian dan Organisasi; Kelompok Jabatan Fungsional B. Direktorat Panas Bumi Direktorat Panas Bumi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang panas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Panas Bumi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; 10

Laporan Kinerja / 2017 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi. Direktorat Panas Bumi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Program Panas Bumi; Subdirektorat Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Panas Bumi; Subdirektorat Pelayanan dan Bimbingan Usaha Panas Bumi; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Panas Bumi; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Panas Bumi. C. Direktorat Bioenergi Direktorat Bioenergi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bioenergi. Dalam melaksanakan tugas Direktorat Bioenergi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi. 11

Laporan Kinerja / 2017 Direktorat Bioenergi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Program Bioenergi; Subdirektorat Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Bioenergi; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi. D. Direktorat Aneka Energi Baru Dan Energi Terbarukan Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang aneka energi baru dan energi terbarukan. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan. Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Program Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Implementasi Pengembangan Aneka EBT; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan. 12

Laporan Kinerja / 2017 E. Direktorat Konservasi Energi Direktorat Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang konservasi energi Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; Direktorat Konservasi Energi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Program Konservasi Energi; Subdirektorat Pengawasan Efisiensi Energi; Subdirektorat Pengembangan Usaha Konservasi Energi; Subdirektorat Penerapan Teknologi Konservasi Energi; Subdirektorat Bimbingan Teknis dan Kerja Sama Konservasi Energi; dan Kelompok Jabatan Fungsional. F Direktorat Perencanaan Dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Salah satu upaya Pemerintah dalam penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dalam bentuk tenaga listrik di daerah yang belum terjangkau tenaga listrik adalah melaksanakan pembangunan infrastruktur penyedia tenaga listrik energi baru terbarukan 13

Laporan Kinerja / 2017 seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit ListrikTenaga Arus Laut (PLTAL), Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (Surya Angin) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) serta pemasangan dan retrofitting Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Cerdas menggunakan Photovoltaic (PV) untuk efisiensi energi. Penyediaan dan pemanfaatan listrik tenaga energi baru terbarukan dan konservasi energi di atas dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 10 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan kegiatan fisik pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan program desa mandiri energi, mendorong penyediaan energi yang berasal dari sumber energi baru dan energi terbarukan, mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Infrastruktur keenergian di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan kecil dan terluar, pasca bencana, dan/atau pasca konflik dan percontohan pengusahaan energi baru dan energi terbarukan. Permohonan pengusulan kegiatan fisik pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan diajukan secara tertulis oleh gubemur atau bupati/walikota kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Untuk mendukung Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik energi baru terbarukan dan konservasi energi, telah dibentuk Direktorat Perencaaan dan Pembangunan Infrasrtuktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Organasasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang perencanaan, pengadaan, dan pengawasan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan 14

Laporan Kinerja / 2017 pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang perencanaan dan pengadaan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi; dan 2. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang pengawasan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi terdiri atas: Subdirektorat Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Subdirektorat Pengawasan Pembangunan Infrastruktur EBTKE 1.5 KEKUATAN PEGAWAI Untuk mengemban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, saat ini tahun 2015 Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi memiliki Kekuatan Pegawai sebagaimana Tabel 1.1 sampai dengan Tabel 1.4: Tabel 1.1. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE No Unit Jenis Jumlah Pria Wanita 1 Setditjen EBTKE 46 24 70 2 Dit. Panas Bumi 55 21 76 3 Dit. Bio Energi 22 25 47 4 Dit. Aneka EBT 33 27 60 5 Dit. Konservasi Energi 37 16 53 6 Dit. Renbang Infrastruktur EBTKE 22 4 26 Jumlah Total 215 117 332 15

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Menurut Usia RANGE USIA NO UNIT 20-25 25-30 30-35 35-40 40-45 45-50 50-55 55-60 JUMLAH P W P W P W P W P W P W P W P W 1 Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE 1 12 4 9 10 8 2 7 4 3 3 5 1 1 70 2 Dit Panas Bumi 13 8 15 9 10 3 1 8 4 5 76 3 Dit Bio Energi 1 2 8 8 10 1 2 1 3 3 1 3 1 3 47 4 5 6 Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE 10 12 7 6 3 2 3 1 2 3 4 1 4 2 60 11 6 12 2 3 1 3 2 3 3 2 1 3 1 53 3 1 6 2 1 3 5 2 1 2 26 J UMLAH TOTAL 332 NO 1 2 Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Menurut Pendidikan UNIT Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE SLTA TINGKAT PENDIDIKAN Sarmud/Diploma S1 Spesialis 1 S2 S3 JUMLAH Eksakta Eksakta Eksakta Eksakta P W P W P W P W P W P W 8 2 3 25 19 10 3 70 Dit Panas Bumi 2 1 2 1 39 18 11 1 1 76 3 Dit Bio Energi 4 5 6 Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE 3 1 12 20 7 3 1 47 2 2 1 1 22 23 8 1 60 2 3 1 28 11 6 2 53 5 1 13 3 3 1 26 JUMLAH TOTAL 22 9 8 2 139 94 0 0 45 11 1 1 332 16

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 1.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal EBTKE Menurut Golongan GOLONGAN NO UNIT KERJA II III IV II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d JUMLAH TOTAL 1 Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 6 17 9 9 7 2 2 6 6 1 2 1 1 70 2 Dit Panas Bumi 20 14 13 4 7 1 7 2 4 4 76 3 Dit Bio Energi 4 5 6 Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE 1 1 8 14 2 5 3 2 4 3 1 2 1 47 1 1 11 17 6 4 8 1 4 1 1 2 2 1 60 1 2 20 6 6 2 1 6 3 1 1 3 1 53 5 7 2 1 4 1 3 1 1 1 26 JUMLAH TOTAL 2 0 0 0 14 3 0 0 83 62 37 22 24 8 30 15 7 3 14 5 0 0 2 1 332 17

Laporan Kinerja / 2017 18

BAB II Laporan Kinerja / 2017 RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2015-2019. Oleh sebab itu, kebijakan dan program dalam Renstra Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi harus selaras dengan kebijakan dan program dalam Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja, program dan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. 2.1 VISI DAN MISI Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka Visi Pembangunan Nasional untuk tahun 2015 2019 adalah: Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong Untuk mewujudkan Visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. 5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Misi pembangunan tersebut kemudian dirumuskan ke dalam 9 program prioritas yang dikenal dengan Nawacita yakni: 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; 2) Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 19

Laporan Kinerja / 2017 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI; 4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional 7) Mewujudkan Kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik; 8) Melakukan revolusi karakter bangsa; 9) Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia. Program program tersebut sejalan dengan kebijakan pengembangan EBTKE untuk mewujudkan kedaulatan energi melalui peningkatan kapasitas terpasang energi baru terbarukan serta penerapan konservasi energi dalam mewujudkan perilaku yang hemat energi. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI: 1. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran Produksi Biodiesel 4,3-10 juta KL energi: (i) insentif dan harga yang tepat untuk mendorong investasi; Pilot Project Produksi Bioethanol (ii) pemanfaatan aneka energi PLT Arus Laut 0,34-0,93 juta KL baru Terbarukan, dan bioenergi 1 MW untuk pembangkit listrik dan (iii) SASARAN pemanfaatan bahan bakar nabati. BAURAN EBT 2. Meningkatkan Aksesibilitas: 10%-16% penyediaan listrik untuk pulaupulau dan desa-desa terpencil INTENSITAS ENERGI PRIMER Pilot Project 463,2 Pembangunan Reaktor Daya SBM/MILIAR RP. perkebunan termasuk desa nelayan bila mungkin PLTN 10 MW bioenergi dengan energi surya dan energi terbarukan lainnya. 3. Meningkatkan efisiensi dalam Konservasi Energi: Tambahan Audit Energi, SKEM, penggunaan energi: (i) kampanye Kapasitas Terpasang Label HE, ISO 50001, Pembangkit EBT Sosialisasi, ESCO, hemat energi, (ii) pengembangan 7,5 GW Pilot Projet PJU HE insentif dan mekanisme pendanaan utk pembiayaan upaya efisiensi energi; (iii) peningkatan Gambar 2.1 Arah Kebijakan dan Strategi bidang EBTKE (Buku I RPJMN 2015 2019) kemampuan teknis manajer dan auditor energi; (iv) peningkatan peran dan kapasitas perusahaan layanan energi (ESCO), (v) pengembangan penggunaan sistem dan teknologi hemat energi di industri, (vi) optimalisasi instrumen kebijakan konservasi energi (PP No. 70/2009 tentang Konservasi Energi). 4. Memanfaatkan potensi sumber daya air untuk PLTA, diantaranya : (i) insentif untuk percepatan pembangunan PLTA, yaitu dispensasi pemanfaatan kawasan hutan untuk pembangunan PLTA, pengaturan harga jual listrik dan penyediaan lahan, (ii) penyederhanaan regulasi dan dokumen persyaratan perizinan pembangunan PLTA. 20

Laporan Kinerja / 2017 2.2 TUJUAN STRATEGIS Tujuan strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi disesuaikan dengan tujuan strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang tertuang di dalam Permen ESDM No.13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015-2019. Tujuan strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tersebut merupakan kondisi yang ingin diwujudkan selama periode 5 tahun (2015 2019), yaitu : 1. Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik. 2. Terwujudnya optimalisasi Penerimaan Negara dari sektor ESDM. 3. Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM. 2.3 SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis merupakan kondisi yang ingin dicapai setiap tahun, dan ditetapkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai selama 5 tahun. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tahun 2015 yang tertuang didalam Permen ESDM No.13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2015-2019, adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan diversifikasi energi. 2. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi. 3. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ESDM. 4. Meningkatkan investasi sektor ESDM. 2.4 SASARAN YANG TERKAIT DENGAN TUJUAN STRATEGIS Sesuai Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2015 2019, sasaran strategis yang terkait dengan tujuan strategis, yang akan dicapai selama 5 tahun mulai 2015-2019 adalah sebagai berikut. 2.4.1 Sasaran yang Terkait dengan Tujuan: Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik. 21

Laporan Kinerja / 2017 SASARAN : Meningkatkan diversi ikasi energi No Indikator Kinerja Satuan Target 2015 2016 2017 2018 2019 1 Kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT MW 11.754,9 13.137,4 13.997,9 15.461,2 16.996,2 a. PLTP MW 1.438,5 1.712,5 1976,0 2609,5 3.194,5 b. PLT Bioenergi MW 1.892,0 2.069,4 2.291,9 2.559,3 2.871,8 c. PLTA dan PLTMH MW 8.341,7 9.252,0 9.591,7 10.081,7 10.621,7 d. PLTS MW 76,9 92,1 118,6 180,0 260,3 e. PLT Bayu/Hybrid MW 5,8 11,5 19,8 30,8 47,0 f. PLT Arus Laut MW 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 2 Produksi biofuel Juta KL 4,07 6,48 6,71 6,96 7,21 a. Biodiesel Juta KL 3,91 6,31 6,53 6,77 7,02 b. Bioethanol Juta KL 0,16 0,17 0,18 0,19 0,19 2.4.2 Sasaran Yang Terkait Dengan Tujuan : Terwujudnya optimalisasi penerimaan negara dari sektor ESDM. SASARAN : Meningkatkan diversi ikasi energi No Indikator Kinerja Satuan Target 2015 2016 2017 2018 2019 1 Penerimaan Negara Sektor ESDM (Panas Bumi) Triliun Rp 0,58 0,63 0,67 0,73 0,78 22

Laporan Kinerja / 2017 2.4.3 Sasaran Yang Terkait Dengan Tujuan: Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM SASARAN : Meningkatkan diversi ikasi energi No Indikator Kinerja Satuan 1 Investasi Sektor ESDM (EBTKE) a. Panas Bumi b. Bioenergi c. Aneka EBT d. Konservasi Energi Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Target 2015 2016 2017 2018 2019 4,500 0,900 0,300 3,300 0,000 3,302 1,100 0,300 1,900 0,002 3,903 1,600 0,400 1,900 0,003 5,805 1,900 0,400 3,500 0,005 3,707 1,300 0,400 2,000 0,007 2.5 INDIKATOR KINERJA UTAMA Untuk mewujudkan tujuan-tujuan nasional melalui pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, maka telah ditetapkan indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi yang tertuang di dalam Permen ESDM No.22 tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian ESDM sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1 di bawah ini: Tabel 2.1 Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal EBTKE NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang dilelangkan WKP 3. Investasi di bidang EBTKE Miliar US$ a. Panas Bumi Miliar US$ b. Bioenergi Miliar US$ c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ d. Konservasi Energi Miliar US$ 4. Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton - Biofuel Juta KL - Biogas ribu M3 Terwujudnya peran penting subsektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara Meningkatnya investasi subsektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 23

Laporan Kinerja / 2017 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi MW MW b. Bioenergi : - untuk bahan bakar minyak - untuk pembangkit listrik c. Air d. Laut e. Surya f. Angin g. Nuklir juta KL MW MW MW MW MW MW Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) SBM/ Milyar Rp 8. Penurunan emisi CO2 juta ton Meningkatnya e isiensi pemakaian dan pengelolaan energi 9. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi 10. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) 11. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) Objek % % Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversi ikasi energi 24

Laporan Kinerja / 2017 2.6 REVIEW RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL EBTKE TAHUN 2015-2019 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Renstra Ditjen EBTKE) Tahun 2015-2019 ini merupakan penjabaran dari Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian ESDM) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun 2015. Tabel 2.2 Target dan Capaian Rencana Strategis Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2015 2019 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019 Target Capaian Target Capaian Target Target Target Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,58 0,88 0,63 0,93 0,67 0,73 0,78 Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang WKP 5,00 5,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 dilelangkan 3. Investasi di bidang EBTKE Miliar US$ 4,480 2,235 3,342 1,608 3,883 5,795 3,707 a. Panas Bumi Miliar US$ 0,940 0,876 1,140 1,13 1,610 1,910 1,280 b. Bioenergi Miliar US$ 0,280 0,439 0,310 0,419 0,350 0,380 0,420 c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 3,260 0,92 1,890 0,056 1,92 3,500 2,000 d. Konservasi Energi Miliar US$ - - 0,002 0,003 0,003 0,005 0,007 Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 4. Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton 71,46 74,26 83,05 79,7 114,76 169,94 199,42 - Biofuel Juta KL 4,07 1,67 6,48 3,58 6,71 6,96 7,21 - Biogas ribu M3 18.615 18.953,3 22.995 22.800 27.375 32.120 36.865 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga 83.350 69.588 114.483 15.796 115.650 114.300 109.350 25

Laporan Kinerja / 2017 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2015 2016 2017 2018 2019 Target Capaian Target Capaian Target Target Target Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: MW a. Panas Bumi MW 1.438,5 1.438,5 1.713 1.643,5 1.976,0 2.609,5 3.194,5 b. Bioenergi MW 1.892,0 1.767,1 2.069,4 1.787,9 2.291,9 2.559,3 2.871,8 c. Air MW 8.340,0 5.331,85 9.252 5.334,66 9.590,0 10.080,0 10.620,0 d. Laut MW 0 0 0 0 0 0 1 e. Surya MW 76,9 85,02 92,10 91,64 118,6 180,0 260,3 f. Angin MW 5,8 2,42 11,5 2,42 19,2 30,2 45,4 g. Nuklir MW 0 0 - - 0 0 0 Sasaran strategis: Meningkatkan e isiensi pemakaian dan pengelolaan energi 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata-rata 1% per tahun) % 482,2 501 477,3 438 472,6 467,8 463,2 8. Penurunan emisi CO2 juta ton 14,71 14.71 16,79 31,6 20,6 23,57 28,48 9. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek 10 10 10 10 10 10 10 13. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) % 10,00 4,92 20,00 18 20,00 20,00 20,00 14. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, & komersial, pembangkit listrik) % 10,00 6,87 20,00 9,5 20,00 20,00 20,00 26

BAB III Laporan Kinerja / 2017 PERJANJIAN KINERJA 3.1 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Perjanjian kinerja tahunan menggambarkan target kinerja yang ingin dicapai dalam satu tahun pelaksanaan anggaran. Perjanjian Kinerja ini mengacu kepada Rencana Kinerja Tahun 2017. Perjanjian Kinerja merupakan suatu pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Sesuai peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik indonesia nomor 53 tahun 2014 tentang petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah, format Perjanjian Kinerja berisikan uraian tentang sasaran strategis, indikator kinerja utama organisasi serta target kinerja dan anggaran. Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2017 Direktorat Jenderal EBTKE TARGET NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2017 Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,63 Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan : a. Melalui Lelang WKP b. Melalui Penugasan 3. Investasi di bidang EBTKE Miliar US$ 5 3 a. Panas Bumi Miliar US$ 1,1 b. Bioenergi Miliar US$ 0,595 c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,197 d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,003 27

Laporan Kinerja / 2017 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 4. Jumlah Produksi TARGET 2016 - Uap panas bumi Juta Ton 86,73 - Biofuel Juta KL 4,2 - Biogas ribu M3 24.651 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi Kepala Keluarga 81.328 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: MW a. Panas Bumi MW 1.858,5 b. Bioenergi MW 1.881 c. Air MW 112,55 d. Laut MW - e. Surya MW 11,78 f. Angin MW - g. Nuklir MW - Sasaran strategis: Meningkatkan e isiensi pemakaian dan pengelolaan energi 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) SBM/Milliar Rp 434 8. Penurunan emisi CO2 juta ton 33,6 9. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek 10 10. Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah diserti ikasi Orang 100 Manajer Energi dan 75 Auditor Energi 28

Laporan Kinerja / 2017 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 11. Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga TARGET 2016 Peralatan 3 12. Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA) Objek 6 Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversi ikasi energi 13. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) 14. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 20 % 10 Target Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2016 tidak sama dengan target Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian ESDM) Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun 2015. Hal ini disebabkan antara lain: 1. Untuk target PNBP, Investasi Panas Bumi, Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, dan Jumlah Kapasitas Pembangkit Listrik Panas Bumi tidak sesuai dengan target renstra karena mengacu pada rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh pengembang panas bumi yang menyampaikan target COD dari masing-masing PLTP, sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan sesuai hasil rekonsiliasi tersebut. Sedangkan adanya perubahan nomenklatur target Jumlah Wilayah Kerja yang Dilelangkan menjadi Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang Ditawarkan melalui Lelang dan Penugasan merupakan upaya terobosan Pengembangan Panas Bumi dimana Pemerintah dapat menugaskan Pengusahaan Panas Bumi suatu WKP kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2017 tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung. 2. Target kapasitas terpasang Pembangkit EBT Air, Surya, dan Angin di tahun 2017 tidak sesuai dengan Renstra, karena yang tercantum di dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 merupakan tambahan kapasitas di tahun berjalan untuk pembangkit PLTM/MH, bukan akumulasi. 29

Laporan Kinerja / 2017 3. Target Investasi Aneka EBT, tidak sesuai dengan Renstra karena target yang dicantumkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2017 merupakan potensi investasi yang berasal dari pengembang IPP (Independent Power Producer) di tahun 2017. 4. Target Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan tidak sesuai dengan Renstra, hal ini karena target yang dicantumkan disesuaikan dengan kondisi anggaran, di mana anggaran di Tahun 2017 diprioritaskan untuk pengadaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). 5. Target Jumlah Produksi Biofuel dan Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non- PSO di tahun 2017 tidak sesuai dengan Renstra karena target yang dicantumkan merupakan target yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan, karena sampai saat ini produksi Biofuel dan pelaksanaan mandatori untuk BBN Non PSO masih belum optimal. 6. Terdapat penambahan 3 (tiga) Indikator Kinerja yang menjadi tanggung jawab Direktorat Konservasi Energi antara lain : Peningkatan Jumlah Manajer Energi dan Auditor Energi yang telah disertifikasi, Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga, dan Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA). Penambahan Indikator Kinerja dilakukan karena Indikator Kinerja yang ditambah mewakili kegiatan yang ada di Direktorat Konservasi Energi. 3.2 ANGGARAN 2017 Untuk mewujudkan tujuan-tujuan Kementerian ESDM melalui pencapaian tujuan dan sasaran Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, maka telah ditetapkan Program Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi berupa Program Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Program ini diuraikan menjadi kegiatan-kegiatan yang tertuang didalam DIPA 2017 dengan rincian sebagai tercantum dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Kegiatan dan Anggaran 2017 No. Esselon II Pagu APBN 2017 (Rp) 1 Direktorat Bio Energi 30.258.110.000 2 Direktorat Aneka EBT 29.467.132.000 3 Direktorat Konservasi Energi 59.588.633.000 4 Direktorat Panas Bumi 26.893.804.000 5 Sekretariat Ditjen 115.654.378.000 6 Direktorat Renbang Infrastruktur 1.034.035.191.000 Total 1.295.897.248.000 30

BAB IV Laporan Kinerja / 2017 AKUNTABILITAS KINERJA 4.1 PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja. Namun demikian untuk beberapa indikator kinerja sasaran dan kegiatan juga dilakukan perbandingan dengan realisasi capaian kinerja tahun-tahun sebelumnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa sasaran strategis yang telah ditetapkan belum semuanya tercapai sesuai target yang diharapkan, hal ini dapat terlihat dari hasil pengukuran kinerja dan pencapaian sasaran. Rincian tingkat capaian kinerja masingmasing indikator sebagaimana tercantum dalam tabel 4.1. Tabel 4.1 Capaian Kinerja NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,65 0,93 138 Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan : a. Melalui Lelang b. Melalui Penugasan 3. Investasi di bidang EBTKE WKP 5 3 0 10 125 a. Panas Bumi Miliar US$ 1,104 1,152 104,34 b. Bioenergi Miliar US$ 0,595 0,749 125,8 c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,197 0,06 30,4 d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,003 0,00359 119,58 Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestic 4. Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton 86,73 92,11 106,21 - Biofuel Juta KL 4,20 3,42 81,34 - Biogas ribu M3 24.651 24.786 100,5 31

Laporan Kinerja / 2017 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga 81.328 15.067 18,52 Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energy 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi MW 1.858,5 1.808,5 97,31 b. Bioenergi MW 1.881 1.839,50 97,79 c. Air MW 112,55 43,77 38,88 d. Laut MW - - - e. Surya MW 11,78 5,12 43,46 f. Angin MW - - - g. Nuklir MW - - - Sasaran strategis: Meningkatkan e isiensi pemakaian dan pengelolaan energy 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata- rata 1% per tahun) SBM/Milliar Rp 434 434 100 8. Penurunan emisi CO2 juta ton 33,6 33,95 101,05 9. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek 10 10 100 10. Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah diserti ikasi Orang Manajer Energi 100 110 110 Auditor Energi 75 121 161 11. Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga Peralatan 3 3 100 12. Pelaksanaan (IGA) Objek 6 7 116 Investment Grade Audit Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversi ikasi energy 13. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) % 20 18,85 94 14. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 10 10,98 110 32

Laporan Kinerja / 2017 4.2 ANALISA CAPAIAN KINERJA Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi pada tahun 2017, telah melaksanakan seluruh kegiatan yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Analisa capaian penetapan kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah sebagai berikut: TUJUAN 1 TERJAMINNYA PASOKAN ENERGI DAN BAHAN BAKU DOMESTIK, SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan. Sasaran yang ditetapkan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 2. Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi 3. Meningkatnya efisiensi pemakaian dan pengolahan energy 4. Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi SASARAN 1 MENINGKATNYA KEMAMPUAN PASOKAN ENERGI UNTUK DOMESTIK Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian yang diuraikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Capaian Sasaran Meningkatnya Kemampuan Pasokan Energi untuk Domestik NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik 1. Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton 86,73 92,11 106,21 - Biofuel Juta KL 4,2 3,42 81,34 - Biogas ribu M3 24.651 24.786 100,5 2. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga 81.328 15.075 18,53 33

Laporan Kinerja / 2017 GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah Produksi Uap Panas Bumi Target produksi uap panas bumi yang tercantum dalam Rencana Strategis (Renstra) KESDM berbeda dengan target dalam indikator kinerja Direktorat Panas Bumi. Pada Renstra KESDM tercantum bahwa target produksi uap panas bumi sebesar 114,76 juta ton, sedangkan target dalam indikator kinerja Direktorat Panas Bumi sebesar 86,73 juta ton. Target produksi uap berubah dikarenakan terdapat tantangan dalam Pengembangan beberapa PLTP seperti perizinan dalam kawasan hutan, bencana alam, pendanaan, dan isu sosial yang mengkibatkan mundurnya COD beberapa PLTP. Hal ini telah dievaluasi dalam rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh pengembang panas bumi sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada. Mundurnya target COD beberapa PLTP tersebut berpengaruh terhadap target produksi uap yang ditetapkan. Target produksi uap panas bumi tahun 2017 ditetapkan sebesar 86,73 juta ton dengan realisasi hingga triwulan IV mencapai 92,11 juta ton atau 106 % dari target yang ditetapkan. Tambahan produksi uap diperoleh dari beroperasinya PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) dan PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW). Realisasi produksi uap tahun 2017 lebih besar dari target yang ditetapkan karena PLTP Ulubelu Unit 4 beroperasi secara komersial lebih cepat dari rencana semula, dimana rencana semula adalah pada bulan Juni 2017 menjadi Maret 2017. Kenaikan produksi uap juga disebabkan oleh Star Energy Geothermal Darajat yang melaksanakan pengujian optimum produksi sumur dan Unit Rated Capacity (URC) pada bulan Juli s.d. Agustus 2017 sehingga kapasitas pembangkitan naik menjadi 121 MW (rata-rata pembangkitan 2017 sebesar 114 MW). Pada tahun 2017, perbaikan PLTP Kamojang Unit 1 telah selesai pada awal Desember 2017 sehingga turut menyumbangkan produksi uap. Selain itu, penundaan beberapa kegiatan pemeliharaan seperti simple inspection PLTP Dieng dan major inspection PLTP Salak Unit 1 yang ditunda menjadi tahun 2018 sehingga tetap berproduksi normal pada tahun 2017 turut menambah produksi uap. Secara rinci realisasi produksi uap panas bumi dapat dilihat pada table 4.3. 34

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.3 Realisasi Produksi Uap Panas Bumi tahun 2017 No. Area Lokasi RealisasiProduksi Uap Panas Bumi (Ton) 1. PLTP Kamojang Kamojang, Jabar 12.522.291 13,60 2. PLTP Lahendong Lahendong Tompaso, Sulut 6.058.614 6,58 3. PLTP Sibayak Sibayak Sinabung, Sumut 0 0 4. PLTP Ulubelu Tanggamus, Lampung 10.187.283 11,06 5. PLTP Salak Cibeureum Parabakti, Jabar 24.654.831 26,77 6. PLTP Darajat Kamojang Darajat, Jabar 13.871.361 15,06 7. PLTP Wayang Windu Pangale ngan, Jabar 13.526.419 14,68 8. PLTP Dieng Dataran Tinggi Dieng, Jateng 2.834.787 3,08 9. PLTP Ulumbu Ulumbu, NTT 609.623 0,66 10. PLTP Mataloko Ngada, Nusa Tenggara Timur 0 0 11. PLTP Patuha Patuha, Jawa Barat 2.947.289 3,20 12. PLTP Karaha Tasikmalay a, Garut, Jabar 24.817 0,03 13. PLTP Sarulla Tapanuli Utara, Sumatera Utara 4.876.705 5,29 TOTAL 92.114.018 100 Tabel 4.4 Perbandingan Realisasi Produksi Uap Panas Bumi Tahun 2015 s.d 2017 Produksi (ton) No. Area Lokasi 2015 2016 2017 1. Kamojang, PLTP Kamojang Jabar 11.974.084 12.678.717 12.522.291 2. PLTP Lahendong Lahendong Tompaso,Sulut 4.692.807 3.294.503 6.058.614 3. PLTP Sibayak Sibayak Sinabung, Sumut 365 0 0 4. PLTP Ulubelu Tanggamus, Lampung 6.044.075 6.718.309 10.187.283 5. PLTP Salak Cibeureum Parabakti, Jabar 24.754.949 24.575.445 24.654.831 6. PLTP Darajat Kamojang Darajat, Jabar 13.916.103 13.952.107 13.871.361 7. PLTP Wayang Windu Pangalengan Jabar 7.850.235 13.612.639 13.526.419 8. PLTP Dieng Dataran Tinggi Dieng, Jateng 1.769.566 1.392.685 2.834.787 9. PLTP Ulumbu Ulumbu, NTT 382.281 339.276 609.623 10. PLTP Mataloko Ngada, Nusa Tenggara Timur 41.184 0 0 11. PLTP Patuha Patuha, Jabar 2.837.432 3.153.181 2.947.289 12. PLTP Karaha (%) Tasikmalaya, Garut, Jabar 0 0 24.817 13. PLTP Sarulla Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 0 0 4.876.705 TOTAL 74.263.079 79.666.861 92.114.018 35

Laporan Kinerja / 2017 Realisasi produksi uap pada tahun 2017 meningkat 115,62 % dari tahun 2016 atau meningkat 12.447.157 Ton. Peningkatan produksi uap tersebut dipengaruhi oleh penambahan kapasitas terpasang sebesar 165 MW pada tahun 2017. Penambahan kapasitas berasal dari PLTP Ulubelu Unit 4 55 MW dan PLTP Sarulla 110 MW. 2. Jumlah Produksi Biofuel Target produksi Biofuel di tahun 2017 adalah sebesar 4,20 Juta KL, realisasi produksi Biofuel di tahun 2017 adalah sebesar 3,42 Juta KL atau capaian sebesar 81,34 dari target di tahun 2017. Tabel 4.5 Produksi Biofuel (juta KL) Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Produksi biofuel Juta KL 4,20 3,42 81,34 Biodiesel merupakan bahan bakar pengganti Solar yang terbuat dari sumberdaya hayati yang berupa minyak lemak nabati atau lemak hewani. Bahan baku Biodiesel dikembangkan bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki suatu negara, Indonesia mempunyai banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati, diantaranya adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, kemiri sunan dan lain-lain. Saat ini, bahan baku Biodiesel yang digunakan adalah kelapa sawit. Pemilihan kelapa sawit sebagai bahan baku Biodiesel karena kelapa Sawit memiliki ketersediaan bahan baku paling besar dengan produksi CPO sekitar 33,23 juta ton pada tahun 2016 (Buku Statistik Perkebunan, Ditjen Perkebunan). Produksi CPO diperkirakan meningkat menjadi 35,36 Juta ton pada tahun 2017. Selain itu kelapa sawit memberikan yield terbesar dibandingkan bahan baku Biodiesel lainnya sehingga memiliki nilai keekonomian yang lebih baik. Sejak Tahun 2006 Pemerintah telah mendorong pengembangan dan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai bagian energi terbarukan melalui program mandatori BBN dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Dengan adanya program mandatori BBN produksi Biodiesel terus mengalami peningkatan dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Namun demikian, pada periode Januari Juli 2015 produksi Biodiesel mengalami penurunan sebesar 63% dibandingkan periode yang sama Tahun 2014 karena adanya perubahan kebijakan dalam mekanisme pemberian subsidi harga BBM dimana subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis Biodiesel tidak dimasukkan ke dalam subsidi tetap JBT jenis Minyak Solar pada APBN Tahun 2015. 36

Laporan Kinerja / 2017 Dalam upaya mengatasi hal tersebut sebagai amanat sebagai amanat Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, maka pada tanggal 10 Juni 2015 dibentuklah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang bertugas untuk menghimpun dana melalui pungutan ekspor CPO dan turunannya. Salah satu fungsi penghimpunan dana tersebut digunakan untuk pengembangan Biodiesel melalui mekanisme pendanaan untuk menutup disparitas harga antara HIP Solar dengan HIP Biodiesel. Mekanisme pendanaan tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Agustus 2015, dimana produksi Biodiesel mulai mengalami peningkatan dengan total volume produksi Biodiesel periode Agustus s.d. Desember 2015 meningkat menjadi sebesar 981.468 KL atau sebesar 46% dibandingkan periode Januari s.d. Juli 2015. Melalui dukungan dana pembiayaan dari BPDPKS dan mekanisme penunjukan langsung untuk pengadaan Biodiesel sektor Non PSO sejak November 2015, pada tahun 2016 produksi Biodiesel kembali mengalami peningkatan dimana produksi Biodiesel pada tahun 2016 meningkat sebesar 121% dibandingkan produksi Biodiesel tahun 2015. Pada Tahun 2016 terbit Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang memberikan kesempatan untuk sektor Non PSO diberikan insentif dana pembiayaan Biodiesel namun sektor yang memperoleh pendanaan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Komite Pengarah dengan mempertimbangkan kecukupan dana di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Hingga Tahun 2017, mekanisme pengadaan Biodiesel dalam kerangka pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit telah berjalan cukup baik selama 5 periode, namun demikian produksi Biodiesel Tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2016 dan belum dapat mencapai target produksi Biofuel Tahun 2017 sebesar 4,20 Juta KL karena kendala sebagai berikut: 1. Sektor PSO dan pembangkit listrik sebagai penyerap utama produksi Biodiesel mengalami penurunan alokasi yang dikarenakan beberapa hal yaitu: a. Hilangnya sistem konsinyasi Biosolar pada end depot untuk mengantisipasi penyaluran yang tidak sesuai dan mempertimbangkan ketersediaan sarana dan fasilitas PT Pertamina (tersalur ke Biosolar Non PSO) sejak proses pengadaan tahap IV (Mei Oktober 2017); b. Keterlambatan proses pengadaan Biodiesel untuk sektor PSO dan pembangkit listrik tahap IV. 2. Penyerapan Biodiesel pada sektor Non PSO belum optimal yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 37

Laporan Kinerja / 2017 a. Masih tingginya selisih harga antara Biodiesel dan Solar serta belum adanya mekanisme insentif untuk mendorong kinerja sektor Non PSO. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 memberikan kesempatan sektor Non PSO dapat diberikan insentif Dana Perkebunan (Pasal 19 ayat 1), namun sektor yang dapat pendanaan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Komite Pengarah dengan mempertimbangkan kecukupan dana. b. Masih terdapat resistensi dari pengguna akhir dimana masih terdapat permintaan pasokan minyak solar murni (B0) dari konsumen akhir sehubungan isu teknis terkait operasional maupun maintenance penggunaan B20 yaitu untuk PT Kereta Api Indonesia, Alutsista TNI dan Mobile Power Plant (MPP) PT PLN. Selain itu juga adanya klaim warranty OEM yang belum mempersyaratkan penggunaan B20 terutama pada jenis heavy duty engine. 3. Penurunan kondisi pasar ekspor Biodiesel karena adanya isu anti dumping. Upaya yang dilakukan : 1. Pada pertengahan tahun 2017, Ditjen EBTKE bersama stakeholder terkait telah melakukan kajian teknis penggunaan B20 pada komponen dan sistem bahan bakar pada Lokomotif dan Genset di lingkungan PT. KAI (Persero) yang akan ditindaklanjuti dengan Rail Test yang akan dilakukan selama 6 bulan mulai Januari 2018. Saat ini, dalam penyiapan sarpras untuk Rail Test tersebut; 2. Ditjen EBTKE bersama stakeholder terkait telah menyusun pedoman umum penanganan dan penyimpanan B20 dan ditindaklanjuti dengan penyusunan petunjuk teknis khusus sektor tambang yang bekerja sama dengan BPPT; 3. Ditjen EBTKE telah melakukan sosialisasi pemanfaatan B20 dan koordinasi terkait rencana kajian teknis pemanfaatan B20 pada alutsista TNI; 4. Ditjen EBTKE bersama dengan Lemigas telah melakukan kajian pemanfaatan Biodiesel 30% (B30) dan green diesel sebagai campuran bahan bakar minyak dan pengaruhnya terhadap komponen saluran bahan bakar mesin diesel sebagai kajian awal pemanfaatan B30 dalam persiapan implementasi B30 pada tahun 2020 sesuai amanat Permen ESDM No 32 Tahun 2008 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Permen ESDM No 12 Tahun 2015, serta telah mengadakan forum diskusi pemanfaatan B30 dengan melibatkan stakeholder terkait dan OEM yang telah melakukan pengujian B30; 5. Ditjen EBTKE telah melaksanakan uji korelasi laboratorium bahan bakar nabati dalam upaya membantu laboratorium produsen BBN untuk meningkatkan kinerja laboratorium dalam menguji kualitas biodiesel yang diproduksi (quality control) dan untuk membuktikan secara obyektif terhadap unjuk kerja laboratorium-laboratorium penguji BBN khususnya untuk biodiesel (B100); 38

Laporan Kinerja / 2017 6. Meningkatkan pengawasan dan koordinasi secara rutin dengan pihak-pihak terkait terutama PT Petamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk agar proses penyaluran Biodiesel untuk sektor PSO dan pembangkit dapat berjalan lancar, tepat waktu serta untuk mencegah terjadinya kekosongan stok Biodiesel di TBBM; 7. Dalam rangka meningkatkan pengawasan penyaluran Bahan Bakar Nabati jenis Biodiesel, kami telah mengundang pihak-pihak terkait untuk membahas pengenaan sanksi/denda kepada BU BBM yang melaksanakan pengadaan BBN jenis Biodiesel dalam kerangka pembiayaan BPDPKS yang tidak melakukan pencampuran BBN dalam BBM; 8. Pada sektor pertambangan, telah dilakukan koordinasi dengan stakeholder industri Tambang (perusahaan tambang, Original Equipment Manufacture/ OEM, Ditjen Mineral dan Batubara serta asosiasi terkait). Saat ini terdapat sekitar 23% dari Kontrak Karya dan 20% dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang telah menggunakan biodiesel untuk alat beratnya dengan rata-rata blending 10% (B10). Untuk penerapan B20 masih menunggu hasil kajian yang sedang dilakukan beberapa OEM, dan akan dikoordinasikan oleh Ditjen EBTKE; 9. Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan data, informasi dan klarifikasi terkait isu anti dumping. 3. Jumlah Produksi Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Sumber energi Biogas yang utama antara lain kotoran ternak sapi, kerbau, babi dan kuda serta kotoran manusia. Pemanfaatan biogas di luar negeri seperti Inggris, Swedia serta Finlandia pemanfaatan biogas dan biomassa merupakan salah satu sumber energi utama terbarukan. Pemanfaatan biogas ini tidak hanya untuk keperluan memasak rumah tangga seperti yang telah dilakukan di Indonesia, tetapi juga untuk kebutuhan penghangat ruangan, bahan bakar kendaraan, pembangkit listrik dan bahkan disalurkan melalui jaringan pipa gas alam. Di Indonesia, Biogas telah dikenal sejak tahun 1980-an namun pemanfaatannya mulai diterapkan pada awal tahun 1990 dalam skala kecil (untuk keperluan rumah tangga). Keuntungan pemanfaatan biogas antara lain dapat menghasilkan bahan bakar gas 39

Laporan Kinerja / 2017 yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga seperti memasak. Selain itu pemanfaatan biogas memberikan dampak positif terhadap lingkungan yaitu mengurangi emisi gas metan (CH4) ke atmosfer. Pada Tahun 2017, target produksi Biogas ditetapkan sebesar 24.651 ribu M³/tahun dan terealisasi sebesar 24.876 ribu M3/tahun atau sebesar 100,54% dari target tahun 2017. Tabel 4.6 Realisasi Produksi Biogas Tahun 2017 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Produksi Biogas ribu M 3 /tahun 24.651 24.786 100,5 Potensi pengembangan Biogas di Indonesia masih cukup besar, mengingat cukup banyaknya populasi sapi, kerbau dan kuda. Setiap 1 ekor ternak sapi/kerbau dapat dihasilkan setara 2 m3 biogas per hari. Rata-rata 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah. Potensi bahan baku biogas di Indonesia mencapai 684.8 MW, yang sebagian besar berasal dari kotoran hewan ternak dan bahan organik lainnya. Pengembangan biogas dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: a. Pengembangan biogas skala kecil untuk pemanfaatan rumah tangga dan komunal dilaksanakan melalui kegiatan Implementasi Pemanfaatan Biogas Skala Rumah Tangga bernama Program Biogas Rumah (Program BIRU). Program ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi dengan Pemerintah Belanda.Dana yang digunakan untuk melaksanakan Program BIRU berasal dari dana APBN, yaitu Dana Alokasi Khusus Energi Perdesaan dan Program Biogas Nasional yang berskala rumah tangga. Tujuan pelaksanaan Program BIRU adalah memperkenalkan teknologi biogas kepada masyarakat (rumah tangga) dan komunal di Lingkungan Pesantren. Pada tahun 2015 Kementerian ESDM memperluas pembangunan Biogas yang sebelumnya digunakan hanya untuk sektor rumah tangga diperluas hingga ke lingkungan pesantren di 10 lokasi dan dilanjutkan dengan pembangunan di 5 lokasi pada tahun 2016. Paket Pembangunan Biogas Komunal adalah terdiri dari pembangunan 50 unit WC, instalasi IPAL, 2 digester biogas tipe fixed dome berukuran masing-masing 12 m3, 2 unit lampu biogas dan 4 unit kompor biogas b. Pengembangan biogas skala besar untuk pemanfaatan komersial dengan mendorong pemanfaatan biogas pada industri-industri pertanian untuk listrik. Kementerian ESDM sejak tahun 2013-2016 telah melakukan pembangunan 7 unit PLTBg di Pulau Sumatera dan Kalimantan. 40

Laporan Kinerja / 2017 4. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Dalam rangka melistriki penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan dan wilayah terpencil, Ditjen EBTKE pada tahun anggaran 2017 menargetkan sebanyak 81.328 Kepala Keluarga untuk dapat terlistriki dengan menggunakan pembangkit yang berasal dari energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Dari target tersebut, yang dapat terealisasi sebanyak 15.067 Kepala Keluarga atau sebesar 18,52%. Belum terpenuhinya target untuk melistriki tersebut dikarenakan adanya kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena adanya paket pelaksanaan pekerjaan yang gagal lelang atau tidak lengkapa dokumen perencanaannya. Untuk itu, bagi masyarakat yang belum mendapatkan sambungan listrik akan kembali diprogramkan pada tahun anggaran 2018. Tabel 4.7 Rincian Jumlah Kepala Keluarga Terlistrik oleh APBN Tahun 2017 Jenis Kapasitas (MW) Jumlah KK PLTMH 0,209 547 PLTS 3,22 9.126 LTSHE - 5.394 Total 3,429 15.067 Program Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Program LTSHE merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk melistriki desa/kampung yang sama sekali belum mendapatkkan pelayanan listrik atau tergolong gelap gulita. Ditjen EBTKE ditugaskan untuk memberikan sarana pra-elektrifikasi bagi masyarakat di desa/kampung gelap gulita melalui program pemasangan LTSHE untuk mewujudkan Nawacita Bapak Presiden dan Wakil Presiden, khususnya butir 3 yaitu Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Penyediaan LTSHE ini diatur melalui Perpres Nomor 47 Tahun 2017 tentang Penyediaan LTSHE Bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik dan Permen ESDM Nomor 33 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik. Penyediaan LTSHE dilakukan secara Gratis. Penerima LTSHE adalah WNI yang rumah tinggalnya belum tersambung dengan jaringan tenaga listrik yang berada di daerah perbatasan, tertinggal, terisolir dan pulau-pulau terluar, jauh dari jangkauan listrik PLN dan/atau pemegang IUPTL lainnya, serta diprioritaskan untuk desa yang masih GELAP GULITA. Penerima LTSHE hanya menerima 1 (satu) sistem dan 1 (satu) kali pemasangan di setiap rumah tinggal, serta penerima LTSHE WAJIB memelihara dan merawat LTSHE dan DILARANG memperjualbelikan dan/atau memindahtangankan kepada pihak lain. Di Tahun 2017 LTSHE ditargetkan dapat menerangi 80.332 rumah di 5 Provinsi. 41

Laporan Kinerja / 2017 Gambar 4.1 Program Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Progres Pemasangan LTSHE Tahun 2017 Sampai dengan akhir tahun 2017 total LTSHE yang berhasil didistribusikan yaitu sebanyak 5.394 unit, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 4.8 Progres Pemasangan LTSHE No Provinsi LTSHE yang telah didistribusikan (Kepala Keluarga) 1 Maluku 1.856 2 NTB 863 3 Riau 380 4 Papua 2.295 5 Papua Barat 0 Total 5.394 Kendala dalam pelaksanaan Program LTSHE : Lokasi yang tersebar dan terisolir Proses lelang baru selesai di awal Triwulan IV Proses impor komponen utama LTSHE (LED, Sel Baterai, Sel Surya) yang membutuhkan waktu cukup lama 42

Laporan Kinerja / 2017 Untuk mengatasi permasalah tersebut, pelaksanaan pelelangan untuk tahun depan akan dipercepat atau segera dimulai pada saat awal tahun, sehingga pada saat pelaksanaannya mempunyai waktu yang cukup untuk pemasangan atau installasi mengingat daerah/ lokasi yang tersebar dan pengadaan komponen yang membutuhkan waktu. SASARAN 2 MENINGKATNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI, SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.9 : Tabel 4.9 Sasaran Meningkatnya Pembangunan Insfrastruktur Energi TARGET NO INDIKATOR KINERJA SATUAN 2017 Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi 1. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: REALISASI CAPAIAN (%) a. Panas Bumi MW b. Bioenergi MW c. Air MW 1.858,5 1.808,5 97,31 1.881 1.839,50 97,79 112,55 43,77 38,88 d. Laut MW - - - e. Surya MW 11,78 5,12 43,46 f. Angin MW - - - g. Nuklir MW - - - GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA 1. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Bidang Panas Bumi Terdapat perbedaan kapasitas terpasang pada rencana strategis dan target indikator kinerja Direktorat Panas Bumi. Pada renstra target kapasitas terpasang yaitu 1.976,0 MW, sedangkan pada target indikator kinerja Direktorat Panas Bumi yaitu 1.858,5 MW. Hal ini disebabkan karena terdapat tantangan dalam Pengembangan beberapa PLTP seperti perizinan dalam kawasan hutan, bencana alam, pendanaan, dan isu sosial yang mengkibatkan mundurnya COD beberapa PLTP yang telah dievaluasi dalam rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh pengembang panas bumi sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada. Mundurnya target COD beberapa PLTP tersebut berpengaruh terhadap target kapasitas terpasang yang ditetapkan. 43

Laporan Kinerja / 2017 Target Kapasitas Terpasang PLTP tahun 2017 adalah sebesar 1.858,5 MW, dan realisasi sampai Triwulan IV sebesar 1.808,5 MW atau capaian 97,31%. Apabila dibandingkan dengan kapasitas terpasang pada tahun 2016 maka terjadi peningkatan sebesar 110% atau bertambah 165 MW. Tambahan kapasitas terpasang diperoleh dari: PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) yang telah COD pada 25 April 2017; PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW) yang telah COD pada 2 Oktober 2017; Adapun capaian realisasi kapasitas terpasang PLTP tahun 2017 tercantum pada Tabel 4.10: Tabel 4.10 Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2017 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian Kapasitas terpasang PLTP MW 1.858,5 1.808,50 97,31 Tabel 4.11 Perbandingan Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2015 s.d 2017 No Area 1. Kamojang 2. Lahendong 3. Sibayak 4. Gunung.Salak 5. Darajat 6. Wayang Windu 7. Dieng 8. Ulubelu 9. Ulumbu 10. Mataloko 11. Patuha 12. Sarulla TOTAL Kapasitas Terpasang (MW) 2015 2016 2017 235 235 235 80 120 120 12 12 12 377 377 377 270 270 270 227 227 227 60 60 60 110 165 220 10 10 10 2,5 2,5 2,5 55 55 55 0 110 220 1438,5 1643,5 1808,5 2. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Bioenergi Program Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi merupakan program untuk meningkatkan pemanfaatan bioenergi untuk listrik baik melalui distribusi jaringan PLN (on grid) maupun selain jaringan PLN (off grid) serta memanfaatkan limbah industri pertanian / perkebunan misalnya limbah padat dan cair pabrik kelapa sawit, limbah industri tapioka dan sampah kota yang bermanfaat untuk penyediaan listrik sekaligus peningkatan kebersihan lingkungan. 44

Laporan Kinerja / 2017 Di tahun 2017 target Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi sebesar 1.881 MW dengan realisasi sebesar 1.839,50 MW, capaian sebesar 97.79%. Capaian tersebut mengalami kenaikan sebesar 51,6 MW tahun 2016 dimana Total Kapasitas Terpasang pada tahun 2016 sebesar 1.787,9 MW. Tabel 4.12 Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Tahun 2016 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Kapasitas Total PLT Bioenergi MW 1881 1.839,50 97.79 Wilayah & Sumber Biomassa Sumatera *Kapasitas Off-Grid s.d 2013 (MW) Kapasitas Off-Grid 2014 s.d 2017 (MW) Industri kelapa sawit 335 9 POME 9 6.5 Industri gula tebu 66 Industri kertas 955 Kalimantan Industri kelapa sawit 91 2.3 POME Jawa-Bali Industri kelapa sawit 2 Industri gula tebu 142 Sampah kota Sulawesi Papua Tabel 4.13 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid Industri kelapa sawit 11 Industri gula tebu 11 Industri kelapa sawit 4 TOTAL NASIONAL 1.626 17.8 *Hasil kajian dan survey yang dilakukan oleh pihak konsultan melalui dana APBN KESDM TA 2012 2013 45

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.14 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi dengan Menggunakan Dana APBN KESDM Pembangkit Lokasi Kapasitas Tahun PLT Biogas POME Rokan Hulu, Riau 1 MW 2013 PLT Biogas POME Kwala Sawit, Sumut 1 MW 2014 PLT Biogas POME Pagar Merbau, Sumut 1 MW 2014 PLT Sampah (Land ill) Palembang, Sumsel 0,5 MW 2014 PLT Biomassa Sumba Barat, NTT 1 MW 2015 PLT Biogas POME Paser, Kalimantan Timur 1 MW 2016 PLT Biogas POME Lamandau, Kalimantan 1 MW 2016 Tengah PLT Biogas POME Tanah Laut, Kalimantan 1MW Selatan 2016 PLT Biogas POME Merangin, Jambi 1MW 2016 PLTBn Belitung, Provinsi Babel 5 MW 2016 TOTAL 13,5 MW Tabel 4.15 Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi On Grid Jaringan Distribusi PLN No Jenis Pembangkit Nama Perusahaan Jenis Kontrak Lokasi Kapasitas (MW) 1 PLTBm PT PLN IPP Gorontalo 0.4 2 PLTBm Listrindo Kencana IPP Bangka 5 3 PLTBm Belitung Energy IPP Belitung 7 4 PLTBg PT Austindo Aufwind New Energy IPP Pangkal Pinang, Bangka Belitung 1.2 5 PLTBm Tanjung Batu IPP Kepulauan Riau 1 6 PLTBm Growth Sumatera 1 Excess Power Sumatera Utara 9 7 PLTBm Growth Sumatera 2 Excess Power Sumatera Utara 10 8 PLTBm Growth Asia Excess P ower Sumatera Utara 10 9 PLTBm Growth Asia Excess Power Sumatera Utara 10 10 PLTBm Indah Kiat Pulp & Paper Excess power 11 PLTBm Rimba Palma Excess power Jambi 10 12 PLTBm Harkat Sejahtera Excess power Sumatera Utara 10 Riau 3 46

Laporan Kinerja / 2017 No Jenis Pembangkit 13 PLTBm Nama Perusahaan Jenis Kontrak Lokasi PT Victorin do Alam Lestari Kapasitas (MW) Excess power Sumatera Utara 3 14 PLTBm Meskom Agro Sarimas Excess power Riau 10 15 PLTBg Maju Aneka Sawit Excess power Kalsel 1 16 PLTBg Sukajadi Sawit Excess power Kalsel 2.4 17 PLTBg Mutiara Bunda Excess power Sumsel 2 18 PLTBg Sampu rna Excess power Sumsel 2 19 PLTBm PT Riau Prima Energy Excess power Riau 15 20 PLTBm PTPN III Excess power Serdang 1.8 21 PLTBg Siringo-ringo Excess power Sumut 1 22 PLTBm PT Riau Prima Energy Excess Power Riau 10 23 PLTBm Rimba Palm a 2 Excess power Jambi 10 24 PLTBm PT Harkat Sejahtera -2 Excess Power SUMUT 20 25 PLTBg PT Gunung Pelawan Lestari Excess Power Bangka Belitung 1.2 26 PLTBm PT Inhil Sarimas Kelapa Excess Power Riau 5 27 PLTBg PT United Kingdom Excess Power Sumatera Utara 0.8 28 PLTBm PTPN X Excess power Jatim 2 29 PLTBg PT Mitra Puding Mas Excess power Sumatera Selatan 2 30 PLTSa Navigat Organic IPP Bali 2 31 PLTSa Navigat Organic IPP Bantar Gebang, Bekasi 12 32 PLTSa Navigat Organic IPP Bantar Gebang, Bekasi 2 33 PLTSa PT Sumber Organik IPP Benowo, Sby 1.6 TOTAL 183.4 Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan bioenergi dan keberlanjutannya Pemerintah mendorong setiap investor untuk berinvestasi di bidang Bioenergi melalui kebijakan dan regulasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Sampai saat ini tercatat telah beroperasi/ COD sebanyak 33 PLT (PLTBm, PLTBg dan PLTSa) dengan total kapasitas 183,4 MW. Khusus di Tahun 2017 terdapat 3 PLT Berbasis Bioenergi yang mulai beroperasi/ COD dan 3 Badan Usaha BBN yang telah memperoleh Izin Usaha Niaga 47

Laporan Kinerja / 2017 dengan total investasi sebesar 0,749 Miliar USD (akumulasi nilai investasi dari tahun sebelumnya) atau 0,204 Miliar USD (nilai investasi dalam satu tahun). 3. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTMH) Target pembangunan kapasitas terpasang PLTM/MH pada tahun 2017 adalah 112,55 MW yang berasal dari anggaran APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Independent Power Producer (IPP), realisasi yang dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 43,77 MW atau capaian sebesar 38,88% dari target yang ditetapkan. Realisasi tersebut didapat dari 0,209 MW pembangunan PLTMH melalui APBN Direktorat Jenderal EBTKE, 0,11 MW pembangunan PLTMH melalui Dana Alokasi Khusus, 43,45 MW pembangunan PLTMH melalui dana IPP. Tabel 4.16 Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2017 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Kapasitas Terpasang PLTMH MW 112,55 43,77 38,88 Tabel 4.17 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MW) JUMLAH SAMBUNGAN 1 Sulawesi Selatan Sinjai Sinjai Borong Batu Belerang 1 0,035 75 2 Sumatera Barat Solok Tigo Lurah Nagari Grabak Data 1 0,050 163 3 Sumatera barat Pasaman Mapat Tunggul Selatan Muaro Sungai Lolo 1 0,041 179 4 Sumatera Utara Toba Samosir Nassau Rau Timur 1 0,048 80 5 Sumatera Utara Toba Samosir Silaen Natolutali 1 0,035 50 TOTAL 5 0,209 547 48

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.18 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 DAK PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MW) JUMLAH SAMBUNGAN 1 Kalimantan Barat KAB. SEKADAU Belitang Hulu Merbang 1,00 0,03 114,00 2 Sulawesi Tenggara KAB. KOLAKA TIMUR Uluiwoi Uete 1,00 0,045 110,00 3 Sulawesi Tenggara KAB. KOLAKA TIMUR Tinondo Tutuwi 1,00 0,032 120,00 TOTAL 3 0,11 344,00 Tabel 4.19 Pembangunan PLTMH Tahun Anggaran 2017 IPP NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MW) JUMLAH SAMBUNGAN 1 Jawa Barat Cianjur Takokak Waringinsari 1 9,00 INTERKONEKSI KE PLN 2 DIY Yogyakarta Kulon Progo Kalibawang Banjar Harjo 1 0,6 0 INTERKONEKSI KE PLN 3 Jawa Barat Garut Pamulihan Cikopo 1 7,4 0 INTERKONEKSI KE PLN 4 NTT Ngada 5 Jawa Tengah Banyumas Jerebuu dan Golewa Barat Sungai Logawa,Desa Baseh, Kecamatan Kedung banteng Tiworewu 1 dan Bea Pawe 1 0,4 0 INTERKONEKSI KE PLN Baseh 1 3,00 INTERKONEKSI KE PLN 6 Jawa Tengah Tegal Balapulang Danawarih 1 0,6 0 INTERKONEKSI KE PLN 7 Bengkulu Kaur Padang Guci Hulu Bungin Tambun 1 6,00 INTERKONEKSI KE PLN 8 Sumatera Barat Agam Palupuh Jorong Bateh Sariak 1 4,00 INTERKONEKSI KE PLN 9 Sulawesi Selatan Tana Toraja Bittuang Buttu Limbong 1 3,00 INTERKONEKSI KE PLN 10 Sumatera Utara Tapanuli Utara Parmonangan Manalu Dol ok 1 9,00 INTERKONEKSI KE PLN 11 Jawa Tengah Banjarnegara Purwonegoro Kalipelus 1 0,45 INTERKONEKSI KE PLN TOTAL 11 43,45 Target pembangunan PLTM/MH di Tahun Anggaran 2017 tidak dapat tercapai dikarenakan beberapa hal : 1) Sebagian anggaran untuk pembangunan PLTMH alokasi anggaran yang berasal dari dana APBN (Pembangunan fisik DJEBTKE) dialihkan untuk kegiatan prioritas nasional berupa penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik. 2) Pembangunan PLTMH dengan menggunakan dana APBN mengalami kendala antara lain ada kendala cuaca di lokasi, sehingga pengiriman material terhambat. Untuk pembangunan PLTMH di tahun 2017 terdapat 1 (satu) kegiatan pembangunan PLTMH 49

Laporan Kinerja / 2017 yang menjadi kegiatan luncuran ke tahun 2018 (PMK 243), yaitu Pembangunan PLTMH di Provinsi Sumatera Utara I (Kab. Tapanuli Selatan, Kec. Dolok Sianipar) dengan kapasitas 0,04 MW dengan rencana jumlah sambungan sebanyak 142 sambungan. 3) Pembangunan PLTMH dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus mengalami kendala yang menyebabkan banyak pembangkit yang tidak dibangun diantaranya: a) Tahapan perencanaan Dinas Provinsi kurang baik dikarenakan banyak Studi Kelayakan Usulan pembangkit yang disampaikan ke KESDM merupakan studi kelayakan tahun lama yang belum diverifikasi kembali jadi apabila usulan tersebut diakomodir dan ada perubahan sehingga tidak dapat dibangun. b) Kekeliruan penempatan kode akun (rekening) DPA beberapa Provinsi penerima DAK Energi Skala Kecil yang awalnya barang yang akan diserah terimakan kepada masyarakat seharusnya berada pada jenis barang jasa namun tercantum pada jenis belanja modal. c) Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan ataupun lelang pekerjaan mundur dari perencanaan awal sehingga proses selesai lelang atau penandatanganan kontrak tidak sesuai dengan waktu penyaluran dana triwulan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan tidak dapat tercapai menyebabkan penyaluran dana hasil lelang tersebut tidak dapat dicairkan. d) Terhambatnya proses pembanguna dikarenakan factor Cuaca dimana cuaca akhir tahun di Indonesia sudah memasuki musim penghujan sehingga proses pengiriman atau transportasi barang terhambat, dan proses pekerjaan pembangunan ikut terhambat. Total capaian kapasitas pembangkit PLTM/MH sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTM/MH s.d. Tahun 2017 Nama Pembangkit Kapasitas Terpasang Tahun s.d. 2016 Tambahan Kapasitas Terpasang di Tahun 2017 Total Kapasitas Terpasang s.d. Tahun 2017 PLTM/MH 162,36 MW 43,77 MW 206,13 MW Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan energi air Pemerintah mendorong para investor/ipp untuk tetap berinvestasi dalam pengembangan/ pemanfaatan energi air melalui kegiatan sosialisasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik. 50

Laporan Kinerja / 2017 4. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Target pembangunan kapasitas terpasang PLTS pada tahun 2017 adalah 11,78 MWp, realisasi yang dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 5,12 MWp atau capaian sebesar 43,46% dari target yang ditetapkan. Realisasi tersebut didapat dari 3,22 MWp pembangunan PLTS melalui APBN Direktorat Jenderal EBTKE, 0,901 MWp pembangunan PLTS melalui Dana Alokasi Khusus, 1 MWp pembangunan PLTMH melalui dana IPP. Tabel 4.21 Realisasi Kapasitas Terpasang PLTS Tahun 2017 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Kapasitas Terpasang PLTS MW 11,78 5,12 43,46 Tabel 4.22 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 APBN NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT 1 Sumatera Barat KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNG AN Kep. Mentawai Sipora Selatan Bosua 1 0,050 158 2 Sumatera Barat 3 Sumatera Barat 4 Sumatera Barat 5 Sumatera Barat Kep. Mentawai Siberut Barat Daya Katurai 1 0,050 130 Kep. Mentawai Siberut Utara Malancan 1 0,100 246 Kep. Mentawai Sikakap Matobe 1 0,100 303 Kep. Mentawai Pagai Selatan Sinaka (Matobat) 1 0,030 86 6 Sumatera Barat Kep. Mentawai Pagai Selatan Sinaka (Aban Baga Bubuget) 1 0,050 143 7 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Tengah Batang Alai Timur Datar Batung RT 02&03 1 0,020 77 8 Kalimantan Utara 9 Kalimantan Timur 10 Kalimantan Timur Nunukan Sembakung Tepian 1 0,075 159 Kutai Timur Sangkulirang P. Minang 1 0,050 112 Berau Batu Putih Balikukup 1 0,100 334 11 Papua Barat Fak - Fak Karas Maas 1 0,030 67 12 Papua Barat Fak - Fak Fakfak Timur Urat 1 0,030 58 13 Papua Barat Fak - Fak Furwagi Rumbati 1 0,030 71 51

Laporan Kinerja / 2017 NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNG AN 14 Papua Mimika Amar Kawar 1 0,020 66 15 Papua Barat Raja Ampat Batanta Selatan Amdui 1 0,030 108 16 Papua Barat Raja Ampat Waigeo Barat Daratan Mutus 1 0,050 95 17 18 Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Alor Mataru Mataru Selatan 1 0,050 133 Alor Alor Barat Daya Tribur 1 0,075 252 19 Nusa Tenggara Timur Alor Alor Barat Laut Pulau Buaya (P. Buaya) 1 0,100 287 20 Nusa Tenggara Timur Manggarai Barat Boleng Pontianak (Pulau Longos) 1 0,150 316 21 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Tupabbiring Mattiro Ujung (P. Kapoposang) 1 0,050 136 22 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Tupabbiring Utara Mattiro Baji (P. Saugi) 1 0,050 105 23 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Tupabbiring Utara Mattiro Walie (Samatellu Lompo) 1 0,100 270 24 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Kalmas Kalu-Kalukuang (P. Kalukuang II) 1 0,075 171 25 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Kalmas Kalu-Kalukuang (P. Kalukuang III) 1 0,075 286 26 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Tangaya Sabalana (P. Sabalana) 1 0,050 149 27 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan Liukang Tangaya Sabalana (P. Sanane) 1 0,075 258 28 Sulawesi Selatan 29 Sulawesi Selatan 30 Sulawesi Selatan 31 Sulawesi Selatan 32 Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar Kepulauan Selayar Kepulauan Selayar Kepulauan Selayar Kepulauan Selayar Bontosikuyu Polassi 1 0,100 338 Pasimaranu Batu Bingkung 1 0,150 402 Pasimaranu Bonea 1 0,100 342 Pasimaranu Sambali 1 0,100 388 Takabonerate Latondu 1 0,075 232 52

Laporan Kinerja / 2017 NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT 33 Sulawesi Selatan 34 Sulawesi Tenggara 35 Sulawesi Tenggara 36 Sulawesi Selatan Kepulauan Selayar KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNG AN Takabonerate Khusus Pasitallu 1 0,075 160 Muna Barat Maginti Pasi Padangan 1 0,050 96 Muna Barat Tiworo Utara Santigi 1 0,030 81 Takalar Mappakasunggu Rewataya (Dusun Lantang Peo) 1 0,050 129 37 Sulawesi Takalar Mappakasunggu Mattirobaji 1 0,030 100 38 Sulawesi Selatan 39 Sulawesi Selatan 40 Sulawesi Tengah 41 Sulawesi Utara 42 Sulawesi Tenggara 43 Sulawesi Tenggara 44 Kalimantan Barat 45 Kalimantan Barat 46 Kalimantan Barat 47 Kalimantan Barat 48 Kalimantan Barat 49 Kalimantan Barat 50 Kalimantan Barat 51 Kalimantan Barat 52 Kalimantan Barat Kepulauan Selayar Pangkajene Kepulauan Pasimaranu Bonerate 1 0,150 439 Liukang Tuppabiring Utara Mattiro Walie (Pulau Samatellu Borong) 1 0,030 68 Buol Paleleh Lilito 1 0,030 79 Siau Tagulandang Biaro Siau Timur Selatan Matole 1 0,075 141 Ueesi Kolaka Timur Puurau 1 0,015 48 Ueesi Kolaka Timur Konawendepiha 1 0,015 40 Sanggau Jangkang Dusun Dasan 1 0,030 104 Sanggau Jangkang Dusun Emporas 1 0,015 40 Sanggau Jangkang Dusun Muara Tingan 1 0,020 52 Kubu Raya Batu Ampar Muara Tiga 1 0,075 230 Kubu Raya Batu Ampar Sumber Agung 1 0,100 311 Kubu Raya Batu Ampar Sungai Kerawang 1 0,150 420 Sintang Sintang Ketungau Tengah Ketungau Tengah Dusun Enteloi Hulu Dusun Lubuk Kedang 1 0,030 115 1 0,030 80 Sintang Ketungau Hulu Sejawak 1 0,030 115 TOTAL 56 3,22 9.126 53

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.23 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 DAK NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNG AN 1 Lampung Pesawaran Marga Punduh Pulau Pahawang 1 0,02 56 2 Lampung Pesawaran Punduh Pidada Pagar Jaya 1 0,02 50 3 Lampung Lampung Barat Lumbok Seminung Henni Harong 1 0,045 163 4 Kepulauan Bangka- Belitung Bangka Selatan Payung Ranggung 30 0,006 30 5 Daerah Istimewa Yogyakarta Kulon Progo Kokap Kalirejo 50 0,005 50 6 Bali Karangasem Kubu Ban 1 0,01 20 7 8 9 Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Dompu Pekat Pekat 30 0,003 30 Dompu Pekat Doropeti 38 0,0038 38 Lombok Timur Sembalun Sajang 25 0,0025 25, 10 Nusa Tenggara Barat Lombok Timur Sembalun Sembalun Timba Gading 25 0,0025 25 11 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara Bayan Sambik Elen 32 0,0032 32 12 Kalimantan Barat 13 Kalimantan Barat Sanggau Jangkang Selampung 1 0,02 92 Sanggau Jangkang Selampung 1 0,015 50 14 Kalimantan Tengah Katingan Bukit Raya Tumbang Gaei dan Rangan Rondan 1 0,03 224 15 Kalimantan Tengah Katingan Katingan Hulu Tumbang Mahop 1 0,03 197 16 Kalimantan Tengah Barito Selatan Karau Kuala Malitin 1 0,015 91 54

Laporan Kinerja / 2017 NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT 17 Kalimantan Tengah Katingan Katingan Kuala KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNG AN Sebangau Jaya 1 0,04 166 18 Kalimantan Selatan Tabalong Bintang Ara Panaan 1 0,015 85 19 Sulawesi Tenggara Konawe Utara Langgikima Sarimukti 1 0,025 90 20 Sulawesi Tenggara Wakatobi Kaledupa Sombano 1 0,025 130 21 Sulawesi Tenggara Muna Barat Tiworo Kepulauan Katela 1 0,04 212 22 Sulawesi Tenggara 23 Sulawesi Tenggara 24 Sulawesi Tenggara 25 Sulawesi Tenggara Muna Barat Tiworo Utara Santiri 1 0,09 458 Muna Barat Kulisusu Barat Soloy Agung 1 0,015 113 Muna Barat Maginti Kangkunawe 1 0,075 350 Muna Tongkuno UPT Kota Muna 1 0,01 60 26 Sulawesi Barat Polewali Mandar Allu Desa Puppuring 1 0,015 100 27 Sulawesi Barat Mamuju Kalumpang Kondobulo 1 0,015 75 28 Sulawesi Barat Mamasa Aralle Desa Baruru 1 0,015 60 29 Sulawesi Barat Mamuju Utara Pasangkayu Pakawa 1 0,020 150 30 Maluku Utara 31 Maluku Utara 32 Maluku Utara Halmahera Selatan Halmahera Timur Kepulauan Sula Obi Selatan Desa Mano 1 0,15 487 Maba Utara Desa Wasileo 1 0,05 190 Mangoli Barat Waisum 1 0,02 74 33 Maluku Utara Halmahera Selatan obi selatan desa loleo 1 0,05 147 Total 256 0,901 4.120 55

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.24 Pembangunan PLTS Tahun Anggaran 2017 IPP NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA UNIT KAP. (MWp) JUMLAH SAMBUNGAN 1 NTT Sumba Timur Kanatang Humba Praing 1 1 INTERKONEKSI KE PLN TOTAL 1 1 Target pembangunan PLTS di Tahun Anggaran 2017 tidak dapat tercapai dikarenakan beberapa hal : 1) Sebagian anggaran untuk pembangunan PLTS alokasi anggaran yang berasal dari dana APBN (Pembangunan fisik DJEBTKE) dialihkan untuk kegiatan prioritas nasional berupa penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik. 2) Pembangunan PLTS dengan menggunakan dana APBN mengalami kendala antara lain ada kendala cuaca di lokasi, sehingga pengiriman material terhambat. Untuk pembangunan PLTS di tahun 2017 terdapat 4 (empat) kegiatan pembangunan PLTS yang menjadi kegiatan luncuran ke tahun 2018 (PMK 243), yaitu Pembangunan PLTS di Provinsi Sumbar, Riau, dan Gorontalo (PLTS Desa Nagari Air Bangis, PLTS Desa Lubuk Ulang Aling Selatan, PLTS Desa Bencah Umbai, dan PLTS Desa Tulabolo Timur) dengan total kapasitas 0,15 MW dengan rencana total jumlah sambungan sebanyak 455 sambungan. 3) Pembangunan PLTS dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus mengalami kendala yang menyebabkan banyak pembangkit yang tidak dibangun diantaranya: a) Tahapan perencanaan Dinas Provinsi kurang baik dikarenakan banyak Studi Kelayakan Usulan pembangkit yang disampaikan ke KESDM merupakan studi kelayakan tahun lama yang belum diverifikasi kembali jadi apabila usulan tersebut diakomodir dan ada perubahan sehingga tidak dapat dibangun. b) Kekeliruan penempatan kode akun (rekening) DPA beberapa Provinsi penerima DAK Energi Skala Kecil yang awalnya barang yang akan diserah terimakan kepada masyarakat seharusnya berada pada jenis barang jasa namun tercantum pada jenis belanja modal. c) Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan ataupun lelang pekerjaan mundur dari perencanaan awal sehingga proses selesai lelang atau penandatanganan kontrak tidak sesuai dengan waktu penyaluran dana triwulan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan tidak dapat tercapai menyebabkan penyaluran dana hasil lelang tersebut tidak dapat dicairkan. d) Terhambatnya proses pembanguna dikarenakan factor Cuaca dimana cuaca akhir tahun di Indonesia sudah memasuki musim penghujan sehingga proses pengiriman atau transportasi barang terhambat, dan proses pekerjaan pembangunan ikut terhambat. 56

Laporan Kinerja / 2017 Total capaian kapasitas pembangkit PLTS sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut: Tabel 4.25 Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTS s.d. Tahun 2017 Nama Pembangkit Kapasitas Terpasang Tahun s.d. 2016 Tambahan Kapasitas Terpasang di Tahun 2017 Total Kapasitas Terpasang s.d. Tahun 2017 PLTS 85 MW 5,12 MW 90,12 MW Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan energi surya Pemerintah mendorong para investor/ipp untuk tetap berinvestasi dalam pengembangan/ pemanfaatan energi surya melalui kegiatan sosialisasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik. 5. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) Untuk tahun 2017, belum ada Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang beroperasi secara komersial/commercial Operation Date (COD), sehingga kapasitas terpasang PLTB masih sama dengan capaian tahun 2016 yaitu sebesar 1,12 MW. Namun demikian untuk tahun 2018 akan ada 2 (dua) pembangkit PLTB yang akan COD dengan total kapasitas sebesar 135 MW yang dibangun oleh Independent Power Producer (IPP). Kedua PLTB tersebut berlokasi di Kabupaten Sidrap (75 MW) dan Kabupaten Jeneponto (60 MW), saat ini keduanya sedang dalam progress penyelesaian pembangunan. Progres pembangunan PLTB di Kabupaten Sidrap pada Bulan Desember 2017 sudah mencapai 90%, sedangkan Progres pembangunan PLTB di Kabupaten Jeneponto baru mencapai 50% Tabel 4.26 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) s.d. Tahun 2017 No Provinsi Wilayah/Unit/ Perusahaan Pemilik Nama Pembangkit Kapasitas Terpasang (MW) Tahun 1 Sulut Suluttenggo PLN Malamenggu 0.08 2011 2 NTT NTT PLN Nemberala 0.09 2011 3 Bali Disbali PLN PLT Bayu 0.26 2011 4 Sulsel Sulselrabar IPP Barubasa 0.20 2011 5 Bali Disbali IPP PLT Bayu 0.50 2014 Total 1.12 57

Laporan Kinerja / 2017 SASARAN 3 PENINGKATAN EFISIENSI PEMAKAIAN DAN PENGOLAHAN ENERGI Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja,target, realisasi dan capaian yang diuraikan dalam Tabel 4.27: Tabel 4.27 Sasaran Meningkatkan Efisiensi Pemakaian dan Pengelolaan Energi NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatkan e isiensi pemakaian dan pengelolaan energi 1. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) SBM/Milliar Rp 434 434 100 2. Penurunan emisi CO2 juta ton 33,6 33,95 101,05 3. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek 10 10 100 4. Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah diserti ikasi : Manajer Energi Auditor Energi Orang 100 75 110 121 110 161 5. Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga Peralatan 3 3 100 6. Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA) Objek 6 7 116 GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA A. Intensitas Energi Intensitas energi adalah perbandingan antara jumlah konsumsi energi per Produksi Domestik Bruto (PDB). Semakin rendah angka intensitas, maka semakin efisien penggunaan energi di sebuah negara. Target penurunan intensitas energi tahun 2017 adalah Tercapainya efisiensi pemakaian energi primer dari 437 SBM/Miliar Rp menjadi 434 SBM/Miliar Rp dan terealisasi sebesar 434 SBM/ Milyar Rp atau capaian tercapai. Penurunan intensitas ini didukung oleh berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Direktorat Konservasi Energi secara berkelanjutan melalui program-program yang setiap tahun secara terus menerus dikembangkan dalam mendorong untuk melakukan efisiensi energi, antara lain: 58

1. Audit Energi Laporan Kinerja / 2017 Direktorat Konservasi Energi Pada Tahun 2017 telah melakukan Audit Energi di Bangunan Pemerintah sebanyak 10 Objek. Hasil yang didapatkan adalah konsumsi energi total yang digunakan oleh 10 obyek tersebut sebesar 18.347.445 kwh/tahun. Dari analisa hasil audit energi didapatkan hasil bahwa potensi total penghematan biaya energi sebesar Rp2.834.777.389 atau sebesar 2.566.606 kwh/tahun dengan presentasi potensi penghematan mencapai 14%. Tabel 4.28 Hasil Potensi Penghematan Energi Audit Energi Tahun 2017 No Jenis Bangunan Konsumsi Energi (kwh/tahun) Potensi Penghematan Energi (kwh/tahun) Penghematan Potensi Penghematan biaya energi (Rp/tahun) Biaya Implementasi (Rp/tahun) 1 2 3 4 5 Dinas Pendidikan Lampung Universitas Lampung Kantor ESDM Sulawesi Selatan Kantor Walikota Bitung Kantor Pendukung Litbang 103,340 28,076 27% 41,189,107 28,300,000 54,598 14,759 27% 40,098,250 31,887,500 110,193 41,152 37% 60,370,397 65,500,000 418,191 144,928 35% 212,622,112 124,520,000 1,559,280 203,910 13% 229,184,577 196,000,000 6 Kantor ESDM Riau 170,535 46,992 28% 69,145,891 60,500,000 7 8 9 10 Kantor Adhyatma Kemenkes RI RSUD Ari in Achmad Riau RSUD Dr.H. Soemarmo Sosroatmojo Bulungan Kantor Bupati Bulungan 4,814,488 744,250 15% 809,871,323 1,753,941,100 10,088,730 1,089,478 11% 1,130,229,156 248,100,000 777,560 156,545 20% 141,517,627 143,362,500 250,530 96,515 39% 100,548,949 438,500,000 Pada tahun 2014-2016 juga sudah dilakukan audit energi dengan jumlah obyek sebanyak 180 obyek industry dan 140 obyek bangunan gedung dengan total potensi penghematan sebesar 522,3 GWh atau setara dengan 399,3 Miliar Rupiah atau setara 469,3 Kiloton CO 2. 59

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.29 Energi Audit tahun 2011-2016 Peserta 2014 2015 2016 Industri 180 0 0 Bangunan Gedung 120 10 10 Potensi Penghematan GWh 515 4,1 3,2 Miliar Rupiah 391 4,8 3,5 Kiloton CO 2 463 3,4 2,9 2. Investment Grade Audit (IGA) dilakukan sebagai bagian dari Kontrak Kinerja Penghematan Energi (Energy Saving Performance Contract ESPC) untuk ESCO. Tahun 2017 telah dilakukan IGA dengan pola kemitraan untuk 7 (tujuh) obyek yaitu: - Kantor Gubernur DKI Jakarta - Kantor Kementerian Perindustrian Jakarta - Gedung Rektorat UGM DIY - Gedung Graha Pena Surabaya - PT. Multistrada Bekasi - PT. Cheil Jeddang Pasuruan - PT. Purabarutama Jawa Tengah 3. Manajer Energi dan Auditor Energi Manajer Energi adalah seseorang yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk melakukan manajemen energi berdasarkan kompetensi dan Auditor Energi adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit energi.. Persyaratan untuk menjadi Manajer dan Auditor Energi: Syarat untuk menjadi Manajer Energi yang berkompeten - Pendidikan Minimal Diploma III Teknik atau MIPA - Masa kerja minimal 5 (lima) tahun untuk DIII, 3 (tiga) tahun untuk S1/S2/S3 - Mempunyai Pengalaman kerja terkait di bidang pengelolaan energi minimal 1(satu) tahun - Peserta Asesmen Kompetensi/Asesi harus menyatakan dirinya kompeten sebagai calon pemegang sertifikat kompetensi Manajer Energi 60

Laporan Kinerja / 2017 Syarat untuk menjadi Auditor Energi yang berkompeten - Pendidikan Minimal Diploma III Teknik atau MIPA - Masa kerja minimal 5 (lima) tahun untuk DIII, 3 (tiga) tahun untuk S1/S2/S3 - Mempunyai Pengalaman melakukan audit energi minimal 1(satu) kali dalam 3(tiga) tahun terakhir - Peserta Asesmen Kompetensi/Asesi harus menyatakan dirinya kompeten, sebagai calon pemegang sertifikat kompetensi Auditor Energi Manajer Energi dan Auditor Energi diberikan sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Personil (LSP) Himpunan Ahli Konservasi Energi (HAKE) dengan Sistem Sertifikasi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai Lembaga Independen yang bertanggung jawab menyelenggarakan Kompetensi Sertifikasi Kerja. Pada Tahun 2017, HAKE telah melaksanakan menerbitkan sertifikasi kompetensi manajer energi kepada 110 orang dan sertifikasi kompetensi auditor energi kepada 121 orang; Sampai dengan Oktober 2017, tercatat jumlah manajer energi yang bersertifikat kompetensi sebanyak 417 orang dan jumlah auditor energi sebanyak 353 orang. 4. Labelisasi Hemat Energi Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan 2 (dua) Peraturan Menteri untuk labelisasi tanda hemat energi peralatan pengkonsumsi energi yaitu pada lampu swaballast dan piranti pengkondisi udara (AC). Labelisasi Hemat Energi untuk Lampu Swaballast Labelisasai tanda hemat energi pada lampu swaballast diatur pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 tahun 2014 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi untuk Lampu Swabalast. Sejak dibelakukan hingga Desember 2017, jumlah perusahaan yang sudah mendapatkan surat ijin untuk mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk lampu swabalast adalah sebanyak 25 perusahaan, masing-masing 21 perusahaan importir dan 4 perusahan produsen dalam negeri, dan total lampu swabalast, yang sudah mencantumkan Label Tanda Hemat Energi tercatat sebanyak 479,5 juta unit, masing-masing lampu produksi dalam negeri sebanyak 37 juta unit (7,82 %) dan lampu impor sebanyak 442,5 juta unit (92,18 %). Jumlah Laboratorium Uji untuk lampu swabalast yang sudah terakreditasi ada 5 (lima) Lab Uji, yaitu: P3TKEBTKE- KESDM, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementerian Perindustrian, Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT, Balai Riset dan Standardisasi Industri Kementerin Perindustrian dan PT. Sucofindo (Persero). 61

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.30 Rekapitulasi Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (Lampu Swaballast) No Nama Perusahaan Jumlah Merk Jumlah Produk Importir/ Produsen 1 PT. Panca Aditya Sejahtera 17 26,779,500 Produsen 2 PT. Panasonic Lighting Indonesia 1 8,053,440 Importir 3 PT. Lighting Solution 2 4,800,000 Produsen 4 PT. GE Lighting Indonesia 2 4,120,0 00 Importir 5 PT. Luxen Makmur Sejahtera 1 206,000 Importir 6 PT. Samudra Karya Mulia 2 255,200 Importir 7 PT. Tjipto Langgeng Abadi 1 328,400 Importir 8 PT. Solarindo Kencana Makmur 1 688,000 Importir 9 PT. Visalux Elektrindo 3 17,077,000 Importir 10 PT. Osram Indonesia 1 1,564,000 Importir 11 PT. Gunawan Elektrindo 10 46,065,000 Importir 12 PT. Renesola Clean Energy 1 2,271,000 Importir 13 PT. Shukaku Indonesia 2 417,600 Importir 14 PT. Honoris Industry 1 1,105,781 Produsen 15 PT. Sinko Prima A lloy 1 59,000 Produsen 16 PT. Sinergy Niagatama Indonesia 2 1,152,000 Importir 17 PT. Nordex Lighting Indonesia 1 175,000 Importir 18 PT. Hikari 4 4,800,000 Produsen 19 PT. Panasonic Gobel Eco Solutions Manufacturing Indonesia Tabel 4.31 Laboratorium Uji Lampu Swabalast 1 1,407,140 Importir 20 PT. Berkat Indo - Opple Gemilang 1 1,445,000 Importir 21 PT. Philips Indonesia 1 51,253,200 Importir 22 CV. Cahaya Nusantara Lestari 1 37,000 Importir 23 PT. Indonesia Ascendo Lighting 1 215,000 Importir No. Laboratorium Uji Kapasitas Pengujian E ikasi (lampu/bulan) Waktu Pengujian (hari) Biaya Pengujian (Rp/model) 1 P3TKEBTKE - Jakarta 300 14 9.600.000 2 B2TKE - BPPT Serpong 500 10 1.250.000 s.d. 1.500.000 3 BARISTAND Surabaya 800 7 560.000 4 PT. SUCOFINDO Bekasi 2.280 7-10 1.650.000 5 B4T - Bandung 600 10 625.000 s.d. 900.000 62

Laporan Kinerja / 2017 Labelisasi Hemat Energi pada Piranti Pengkondisi Udara (AC) Labelisasi tanda hemat energi untuk AC diatur dalam Permen 7 Tahun 2015 tentang Penerapan Standard Kinerja Energi Minimum dan Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi untuk Piranti Pengkondisi Udara (AC). Sejak dibelakukan hingga Desember 2017, jumlah perusahaan yang sudah mendapatkan surat ijin untuk mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk AC adalah sebanyak 38 perusahaan, masing-masing 28 perusahaan importir dan 9 perusahan produsen dalam negeri, 1 perusahaan importir sekaligus produsen. Telah ditunjuk 4 (empat) Lembaga Sertifikasi Produk untuk Pengkondisi Udara yaitu PT. Sucofindo (Persero), Balai Riset dan Standardisasi Industri, Balai Sertifikasi Industri, dan TUV Rheiland untuk menerbitkan sertifikasi SKEM dan Label AC. Proses sertifikasi akan merujuk pada Petunjuk Teknis Penerapan Permen 7 Tahun 2015. Untuk labelisasi hemat energi peralatan pengkonsumsi energi yang lainnya, saat ini sudah diajuakan ke Biro Hukum terkait Rancangan Peraturan Menteri ESDM untuk labelisasi hemat energi untuk kulkas dan penanak nasi. Sedangkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM untuk labelisasi lampu LED, mesin cuci, dan kipas angin sedang dipersiapan. Tabel 4.32 Rekapitulasi Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (Piranti Pengkondisi Udara/AC) No Perusahaan Produsen/ Importir Tahun 2016 2017 Total 1 Samsung Importir 33,445 543,112 576,557 2 Daikin Airconditioning Importir 200,664 517,266 717,930 3 Hartono Istana Teknologi Produsen DN - - - 4 LG Electronics IDN Produsen DN dan Importir 27,896 43,170 71,066 5 Mitsubishi Electric IDN Importir 4,946 15,586 20,532 6 Panasonic Manufacturing IDN Produsen DN - - - 7 Electrolux Importir 3,450 11,783 15,233 8 Sharp Trading Importir 67,468 608,706 676,174 9 Panasonic Gobel IDN Importir 100,323 118,184 218,507 10 Panggung Electric Citrabuana Produsen DN - - - 11 Gree Electric Appliances IDN Importir 11,574 49,292 60,866 12 Indopaci ic Nusantara Importir 6,810 11,299 18,109 13 Midea Planet IDN Importir 9,845 226,330-14 Berca Carrier IDN Importir 1,180 16,069 17,249 63

Laporan Kinerja / 2017 No Perusahaan Produsen/ Importir Tahun 2016 2017 Total 15 Graha Berkat Trading Importir 4,458 11,165 15,623 16 Daikin Applied Solution IDN Importir - 4,314 4,314 17 Sanken Argadwija Produsen DN - - - 18 Denpoo Mandiri IDN Importir 3,372 17,173 20,545 19 Indotama Arta Makmur Importir - - - 20 Wira Kusuma Sejahtera Produsen DN 355 513 868 21 Haier Sales Indonesia Importir 14,226 52,364 66,590 22 Tridarma Kencana Produsen DN - - - 23 Wijaya Karya Industri Energi Importir - - - 24 Multi Guna Selaras Importir - 5,642 5,642 25 Berkat Andijaya Elektrindo Produsen DN - - - 26 Elbindo Pratama Raya Importir 1,020-1,020 27 Trane IDN Importir - 500 500 28 Teco Multiguna Elektro Importir - 1,430 1,430 29 Changhong Meiling IDN Importir - 23,400 23,400 30 Gree Mutiara Permai Importir - 22,333 22,333 31 Arismandiri Pratama Produsen DN - - - 32 Ilthabi Mandiri Tehnik Importir - - - 33 Maspion Produsen DN - - - 34 Johnson Controls Indonesia Importir - - - 35 Dongbu Daewoo Electronics Indonesia Importir - - - 36 Skyworth Indonesia Importir - - - 37 Planet Electrindo Importir - - - 38 Sinar Rezekimas Makmur Importir - - - TOTAL 491.032 2.299.631 2.554.488 5. Pengawasan Labelisasi Tanda Hemat Energi Pelaksanaan pengawasan label tanda hemat energi untuk lampu swabalast telah dilakukan dengan pengambilan contoh lampu di 25 kota besar di Indonesia sebanyak 2600 sempel yang terdiri 21 merek dan sudah dilakukan pengujian di Lab uji yang terakreditasi dan hasilnya sesuai dengan nilai efikasi yang dinyatakan didalam surat pernyataan kesesuaian pemasok dengan rincian sebagai berikut; a. Tahun 2014 di 6 (enam) kota sebanyak 640 sampel b. Tahun 2015 di 10 (sepuluh) kota sebanyak 1020 sampel c. Tahun 2016 di 9 (sembilan) kota sebanyak 940 sampel Pelaksanaan pengawasan label tanda hemat energi untuk piranti pengkondisi udara (AC) telah dilakukan dengan pengambilan contoh lampu di 13 kota di Indonesia. Dari 64

Laporan Kinerja / 2017 uji petik tersebut didapatkan bahwa di 10 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar, Palembang, Makassar, Medan, Cirebon, dan Batam telah didapatkan produk yang telah menggunakan label tanda hemat energy. Sedangkan di 3 kota yaitu Serang, Bekasi dan Bogor masih didapatkan produk yang belum menggunakan label tanda hemat energi. 6. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas di Bidang Konservasi Energi Telah dilaksanakan Bimbingan Teknis Penghematan Energi dan Air di 5 (lima) kota (Palembang, Surabaya, Manado, Solo, dan Provinsi Riau). Adapun peserta yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari utusan dinas/skpd tingkat Propinsi, Universitas, Industri dan bangunan komersil; Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi Goes to Campus di 6 (enam) perguruan tinggi di Indonesia yaitu Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Lampung, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi melalui kegiatan Lomba Hemat Energi di SMA dan SMA yang dilaksanakan di 5 wilayah yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Palembang, Surabaya, dan Denpasar. Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi melalui kegiatan Lomba Hemat Energi di sekolah dasar yang dilaksanakan di 4 wilayah yang tersebar di Medan, Makassar, Surabaya, dan Denpasar. 7. Penyiapan dan Penyebarluasan Informasi dan Sosialisasi Konservasi Energi Pada tahun 2017 kegiatan penyiapan dan penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: Pameran - Pameran IEECCE (MASKEEI) - Pameran Legian Beach Festival Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media cetak - Majalah Bobo - GATRA Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media massa audio (radio) - Radio di Jogjakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Purwokerto Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media tv nasional - TV One 65

Laporan Kinerja / 2017 - METRO TV - RCTI Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media online - Lightbox di website dengan traffic yang tinggi - Lightbox mobile di web dengan traffic tinggi - Banner di website dengan traffic yang tinggi - Video di youtube Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media transportasi - TV Garuda dan Macro Ad (TV dalam Commuterline) Kampanye Hemat Energi Potong 10% di media cetak - KOMPAS - Republika - Media Indonesia - Investor Daily - KONTAN Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Denpasar - Car Free Day Denpasar Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Balikpapan - Car Free Day Balikpapan Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Makassar - Car Free Day Makassar Sosialisasi Konservasi Energi di Sosial Media - Twitter, Facebook, Instagram Sosialisasi Penghargaan Bidang Konservasi Energi di Media - Video dan Newsboost di Detikcom 8. Penggerak Energi Tanah Air (PETA) Program penggerak energi tanah air (PETA) dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu pameran dan outreach. Beberapa pameran diikuti yaitu Pameran Earth Hour di Bandung, pameran di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pameran Kowani, dan Pameran Raimuna. Sedangkan outreach dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor. 9. Kegiatan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2017 (Subroto Awards) Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan para institusi pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor industri dan bangunan gedung atas keberhasilan mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip 66

Laporan Kinerja / 2017 efisiensi dan konservasi energi di lingkungannya. Kegiatan PEEN ini menjadi tahap seleksi untuk mengikuti ASEAN Energy Award. Pemenang PEEN 2017 Dalam proses penjurian telah ditetapkan pemenang PEEN 2017 adalah sebagai berikut: Tabel 4.33 Daftar Pemenang PEEN 2017 Kategori Sub Kategori Pemenang Instansi Bangunan Gedung Hemat Energi Gedung Baru Juara I GOP 9 (Sinarmasland), BSD City Juara II Gedung Mina Bahari IV KKP Gedung Retro it Juara I Gedung Plaza Summarecon Agung Juara II A yodya Resort Bali Juara III Graha Merah Putih Telkom Semarang Gedung Hijau Besar Juara I Gedung Mina Bahari IV KKP Juara II South Quarter PT Intiland Juara III Gedung United Tractor Head Of ice Gedung Hijau Kecil Juara III Kantor Dusaspun Gunung Putri Manajemen Energi pada industri dan bangunan gedung manajemen energi bangunan gedung besar Juara I Juara II Juara III PT Grahaniaga Tatautama Gedung II BPPT Kementerian PU PR manajemen energi bangunan gedung kecil dan menengah Juara III Gedung IGD RSUP Cipto Mangunkusumo Inovasi Khusus pada Gedung Juara Gedung B2TKE BPPT Juara Gedung Perkantoran PT Pupuk Kaltim 67

Laporan Kinerja / 2017 Kategori Sub Kategori Pemenang Instansi manajemen energi industri besar Juara I Juara II PT Cheil Jedang Pasuruan PT PJB UP Paiton Juara III PT Indonesia Power Manajemen Energi Pada Industri Kecil dan Menengah Juara I Juara II Terminal BBM Rewulu (Pertamina HO) PT PJB UP PLTA Cirata Juara III PT Phapros Tbk Semarang Penghematan Energi di Pemerintah Pemerintah Pusat Juara I Kementerian Kelautan dan Perikanan Juara II Kementerian Kesehatan Juara III Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Juara Harapan I Kementerian Pekerjaan Rumah dan Perumahan Rakyat Juara Harapan II Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Juara I Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Juar a II Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Juara III Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Juara Harapan I Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan 68

Laporan Kinerja / 2017 Pemenang ASEAN Energy Award 2017 Selain pelaksanaan kegiatan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional Tahun 2017, Direktorat Konservasi Energi juga ikut serta mengajukan para pemenang Penghargaan Efisiensi Energi Nasional Tahun 2017 yang memenuhi kriteria untuk mengikuti ASEAN Energy Award Tahun 2017 di FIlipina. Penganugerahan Pemenang ASEAN Energy Award Tahun 2017 dilaksanakan di Filipina pada tanggal 2 Mei 2017, dengan pemenang dari Indonesia : Tabel 4.34 Daftar Pemenang AEA 2017 Gedung/Industri Kategori Prestasi Gedung Satelite MCS of Palapa Sub Kategori Gedung Kecil dan 1st runner -up Cibinong Menengah Gedung Telkom Regional VII KTI Makassar PT. Tirta Investama Klaten Sub Kategori Gedung Kecil dan Menengah Sub Kategori Industri Kecil dan Menengah 2nd runner -up 2nd runner -up PT. Pertamina ONWJ Sub Kategori Industri Besar 1st runner-up PT. Great Giant Pineaple Lampung My Republic Plaza (Green Of ice Park 6) Indonesia My Republic Plaza (Green Of ice Park 6) Indonesia Sub Kategori Industri Besar Sub Kategori Gedung Baru dan Eksisting Sub Kategori Gedung Hijau (Besar) 2nd runner -up 1st runner -up 1st runner -up 69

Laporan Kinerja / 2017 B. Penurunan Emisi CO 2 dan RAN-GRK Sektor Energi Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan dokumen rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN- GRK) yang merupakan pedoman perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011 ini terdapat penjabaran target dan strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada lima sektor utama yang meliputi pertanian; kehutanan dan lahan gambut; energi dan transportasi; industri; dan pengelolaan limbah. Direktorat Konservasi Energi terus mengupayakan kegiatan-kegiatan yang mendukung implementasi penurunan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi komitmen pemerintah RI dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha sendiri atau mencapai 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2020, dimana target RAN GRK sampai dengan 2020 adalah 30 Juta Ton CO 2. Hingga saat ini Pencapaian Penurunan Emisi 2010-2016 di sektor energi adalah sebesar sebesar 33,95 Juta Ton CO 2 atau sebesar 101,05% dari target yang ditetapkan sebesar 33,6 Juta ton CO 2 pada tahun 2017. Perhitungan ini dihitung berdasarkan metodologi MRV yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di mana perhitungan data tersebut lag satu tahun. Tabel 4.35 Realisasi Penurunan Emisi CO 2 Tahun 2017 Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%) Penurunan emisi CO 2 juta ton 33,6 33,95 101,05 70

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.36 Capaian RAN-GRK Sektor Energi Tahun 2010-2016 NO 1 2 3 4 6 Realisasi Penurunan Emisi (ton CO2e) Realisasi Penurunan Emisi (ton CO2e) 1 2 3 4A 4B 5A 5B 6A 6B Penerapan mandatori manajemen energi untuk pengguna padat energi Penerapan program kemitraan konservasi energi Peningkatan e isiensi peralatan rumah tangga Realisasi Penurunan Emisi (ton CO2e) DIPA 62 Perusahaan 1,710,218.51 109 Perusahaan 5,849,410.51 120 Perusahaan 4,371,848.51 DIPA 300 Obyek 30,000.00 10 Obyek 0.05 10 Obyek 0.05 DIPA 109.00 GWh 2,819,359.41 1,076.62 GWh 3,791,547.27 2,752.54 GWh 6,277,094.50 - PLTP Swasta 120 MW 121,839.00 128 MW 612,865.00 128 MW 621,718.72 - PLTMH DIPA 2.18 MW 10,239.24 3.23 MW 15,040.09 6.33 MW 34,706.49 - PLTM Swasta 12.5 MW 59,369.80 12.5 MW 67,079.51 20 MW 88,529.44 - PLTS DIPA 12.595 MW 3,609.96 18.115 MW 5,078.00 24.745 MW 7,374.27 - PLTBayu DIPA 0 MW 0 0 MW 0 0 MW 0 - PLT Hybrid DIPA 0.173 MW 48.79 3.673 MW 1,008.65 3.673 MW 1,803.60 - PLT Biomassa Swasta 91.6 MW 408,199 123.6 MW 574,690 138.6 MW 654,319 - DME DIPA 0 Desa 31,096 0 Desa 31,096 0 Desa 31,096 5 Pemanfaatan Biogas DIPA 3,747,082 m3 5,394 5,749,272 m3 8,277 8,206,488 m3 11,814 7 8 Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan Peningkatan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa Pembangunan kilang mini plant Liquid Petroleum Gas (LPG) DIPA 4.22 MMSCFD 86,756 3.83 MMSCFD 109,826 3.38 MMSCFD 132,896 DIPA 16,949 SR 33,108 7,636 SR 38,249 88,915 SR 42,135 DIPA 0 0 0 9 Reklamasi lahan pasca tambang Swasta 6,596.58 Ha 1,447,901.6 6,732.69 Ha 1,701,050.7 6,876.72 Ha 1,959,615.4 6,767,139.17 12,805,217.68 14,234,950.85 10 Pemanfaatan Biodiesel Swasta 1,844,663 Kilo Liter 2,747,810 915,640 Kilo Liter 1,363,937 3,007,522 Kilo Liter 4,480,005 11 Penerapan Inpres No. 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air DIPA 4,169.300 MWh 3,564.75 270,107.500 MWh 226,890.30 21,693.00 MWh 20,174.49 12 13 14 AKSI MITIGASI (RAN/RAD-GRK) Penyediaan dan Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Total Mitigasi Sesuai Perpres No. 61 tahun 2011 Aksi Mitigasi Sektor Ketenagalistrikan - Pembangunan PLTA Swasta 12 MW 62,935.68 12 MW 69,076.23 16.9 MW 74,975.89 - Penggunaan Clean Coal Technology pada Swasta 1,475 MW 1,059,130.340 1,475 MW 1,937,348.260 1,475 MW 1,989,834.000 Pembangkit listrik - Penggunaan Cogeneration pada Pembangkit Listrik Swasta 619.14 MW 1,672,654.81 619.14 MW 1,402,872.65 619.14 MW 1,127,695.26 Program Konversi Minyak Tanah ke LPG PROGRAM/ KEGIATAN (DIPA/DIPDA) Pembangunan Penerangan Jalan Umum Cerdas Capaian Kegiatan (Jumlah & Unit) 0 Tahun 2014 Capaian Kegiatan (Jumlah & Unit) DIPA 6,093,138,000 Ton LPG 10,964,052.02 6,376,989,660 Ton LPG 11,474,817.47 6,677,333,000 Ton LPG 12,015,258.21 - Tenaga Surya DIPA 0 Jumlah Titik 0 600 Jumlah Titik 1,783.83 4,915 Jumlah Titik 2,325.61 - Retro itting Lampu LED DIPA 0 Jumlah Titik 0 516 Jumlah Titik 3,466.89 7,322 Jumlah Titik 7,662.47 TOTAL 23,277,286.78 29,285,410.32 33,952,881.79 0 Tahun 2015 Capaian Kegiatan (Jumlah & Unit) 0 Tahun 2016 Sumber: Dir. Konservasi Energi, DJEBTKE KESDM 2017 71

Laporan Kinerja / 2017 SASARAN 4 MENINGKATNYA PENGEMBANGAN BERBAGAI SUMBER ENERGI DALAM RANGKA DIVERSIFIKASI ENERGI Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian yang diuraikan dalam Tabel 4.37: Tabel 4.37 Sasaran Meningkatkan Pengembangan Berbagai Sumber Energi Dalam Rangka Diversifikasi Energi NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatkan e isiensi pemakaian dan pengelolaan energi 1. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) 2. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 20 18,85 94 % 10 10,98 110 GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA: 1. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM Transportasi Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM sektor PSO untuk transportasi dan industri tahun 2017 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2015 adalah sebesar 20%, dan realisasi untuk sektor PSO sebesar 18,85% atau tercapai sebesar 94% dari target. Realisasi pemanfaatan Biodiesel sektor PSO telah berjalan optimal dengan adanya dukungan dana dari BPDPKS dan mekanisme penunjukan langsung untuk pengadaan Biodiesel sektor PSO yang telah berjalan sejak Agustus 2015. PT Pertamina (Persero) dan PT AKR Corporindo Tbk sebagai Badan Usaha BBM yang ditetapkan oleh Ditjen EBTKE untuk melaksanakan pengadaan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel dalam rangka dana pembiayaan Biodiesel oleh BPDPKS telah melakukan kewajiban pencampuran BBN dalam BBM sebesar 20%, namun demikian karena adanya keterbatasan sarana dan fasilitas blending di beberapa depot/ TBBM dimana mayoritas metode blending masih menggunakan metode splash blending dimana terdapat potensi pencampuran BBN dan BBM belum tercampur sempurna sehingga hasil uji menunjukkan persentase pencampuran tidak seragam yang berdampak pada rerata persentase campuran belum sesuai mandatori. Keberhasilan pencapaian kinerja di sektor PSO tersebut juga didukung dengan adanya kegiatan uji jalan pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor pada tahun 2014 yang 72

Laporan Kinerja / 2017 dilakukan oleh Direktorat Jenderal EBTKE bersama seluruh stakeholder terkait, dimana berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan B20 pada kendaraan bermotor tidak memberikan dampak negatif yang signifikan sehingga implementasi B20 pada tahun 2017 dapat berjalan dengan baik. Realisasi Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM PSO transportasi terhadap kebutuhan total tahun 2017 tercantum pada Tabel 4.38. Tabel 4.38 Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) Pada BBM PSO Transportasi Tahun 2017 Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO Transportasi 20 18,85 94 2. Persentase Pemanfaatan BBN Pada BBM Non PSO Transportasi dan Industri Persentase pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) pada BBM non PSO transportasi dan Industri tahun 2017 sebagaimana yang tercantum di dalam Perjanjian Kinerja adalah sebesar 10%, realisasi sebesar 10,98% atau tercapai sebesar 110% dari target. Pelaksanaan mandatori untuk BBN Non PSO masih belum optimal dikarenakan disparitas harga BBN dengan harga BBM jenis Solar yang tinggi disertai dengan belum berjalannya prinsip equal treatment di masing-masing Badan Usaha BBM. Kendala lainnya dalam mencapai target kinerja di sektor Non PSO adalah masih adanya resistensi maupun keraguan dari konsumen terhadap kualitas maupun performance Biodiesel khususnya aplikasi di kendaraan berat (industri pertambangan), marine industry, dll. Adapun realisasi pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) BBM-Non PSO Transportasi dan Industri terhadap kebutuhan total tahun 2017 tercantum dalam tabel Tabel 4.39. Tabel 4.39 Realisasi Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) BBM Non PSO Transportasi Tahun 2017 Indikator Kinerja Target (%) Realisasi (%) Capaian (%) Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non PSO Transportasi (%) 10 10,98 110 Dalam upaya melakukan pengawasan mandatori pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) termasuk untuk sektor Non PSO, Direktorat Bioenergi melakukan kegiatan rutin tahunan berupa monitoring dan evaluasi kualitas BBN yang beredar di dalam negeri serta pengujian besaran kuantitas pencampuran Biodiesel dalam minyak solar di beberapa Badan Usaha BBM. 73

Laporan Kinerja / 2017 TUJUAN 2 : TERWUJUDNYA OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR ESDM SUBSEKTOR EBTKE Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan pada tahun 2017, yaitu: SASARAN : TERWUJUDNYA PERAN PENTING SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI DALAM PENERIMAAN NEGARA Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian yang diuraikan dalam Tabel 4.40. Tabel 4.40: Sasaran Terwujudnya Peran Penting Sub Sektor EBTKE Dalam Penerimaan Negara NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,65 0,93 138 GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA: Target Jumlah PNBP dari sub sektor EBTKE adalah 0,65 triliun rupiah dan realisasi sebesar 0,933 triliun rupiah atau capaian kinerja 138%. Realisasi PNBP terjadi peningkatan sebesar 0,70 milliar rupiah dari Tahun 2016. Terpenuhinya target realisasi PNBP pada tahun 2017 dikarenakan jadwal COD PLTP Ulubelu Unit 4 lebih cepat dari jadwal yaitu bulan Juni 2017 menjadi April 2017. Hal lain yang berkontribusi dalam realisasi PNBP adalah adanya penundaan program pengeboran di JOC Wayang Windu sehingga mengurangi biaya OPEX. TUJUAN 3 : TERWUJUDNYA PENINGKATAN INVESTASI SUBSEKTOR ENERGI BARU, Untuk mencapai tujuan tersebut perlu ada sasaran yang ditetapkan pada tahun 2017, yaitu: SASARAN 1 : MENINGKATNYA INVESTASI SUB SEKTOR ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI 74

Laporan Kinerja / 2017 Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur melalui pencapaian indikator kinerja, target, realisasi dan capaian yang diuraikan dalam tabel 4.41. Tabel 4.41 Realisasi Sasaran Peningkatan Investasi Sektor Energi, Sub Sektor EBTKE NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET 2017 REALISASI CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 1. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan : a. Melalui Lelang b. Melalui Penugasan 2. Investasi di bidang EBTKE WKP a. 5 b. 3 a. 0 b. 10 a. Panas Bumi Miliar US$ 1,1 1,073 97,54 b. Bioenergi Miliar US$ 0,595 c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,197 0,06 30,40 d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,003 0,00301 119,58 GAMBARAN HASIL INDIKATOR KINERJA 1. Terlaksananya Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi Melalui Lelang WKP dan Penugasan Kepada BUMN Perubahan nomenklatur target Jumlah Wilayah Kerja yang Dilelangkan menjadi Terlaksananya Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi dengan target Penawaran Wilayah Kerja melalui Lelang WKP sebanyak 5 WKP dan Penawaran Wilayah Kerja melalui Penugasan sebanyak 3 WKP. Penugasan kepada BUMN merupakan upaya terobosan Pengembangan Panas Bumi dimana Pemerintah dapat menugaskan Pengusahaan Panas Bumi suatu WKP kepada BUMN tanpa mekanisme lelang sesuai dengan amanat Undang- Undang No. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2017 tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung. Pemerintah sedang menyusun turunan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2017 untuk melengkapi regulasi di bidang Panas Bumi. Salah satunya adalah penyusunan Rancangan Peraturan Menteri tentang Penawaran Wilayah Kerja, Penerbitan IPB, dan Penugasan Pengusahaan Panas Bumi dimana progress saat ini sudah sampai pada tahap proses penandatanganan oleh Menteri ESDM. 125 Pada tahun 2017, Pemerintah mengambil kebijakan untuk fokus pada penawaran WKP melalui penugasan kepada BUMN dan tidak melaksanakan lelang WKP. Dalam perjalanannya, tidak kurang dari 10 WKP ditawarkan kepada BUMN seperti PT PLN (Persero), PT Geo Dipa Energi (Persero), dan PT Pertamina (Persero). 6 (enam) WKP diantaranya telah ditugaskan kepada BUMN yaitu WKP Atadei, WKP Songa Wayaua, WKP 75

Laporan Kinerja / 2017 Tangkuban Perahu, dan WKP Ungaran ditugaskan kepada PT PLN (Persero) serta WKP Arjuno Welirang dan WKP Candi Umbul Telomoyo ditugaskan kepada PT Geo Dipa Energi (Persero). SK Penugasan WKP Kepahiang saat ini sedang dalam proses penandatanganan oleh Menteri ESDM. 3 (tiga) WKP lainnya yaitu WKP Bora Pulu, WKP Oka Ile Ange, dan WKP Sipaholon Ria-Ria sedang dalam proses penugasan. Adapun rincian progress dan kronologis setiap WKP dapat dilihat pada tabel berikut: No. Lapangan Status 1 2 WKP Atadei Cadangan terduga: 40 MW Kapasitas pengembangan: 10 MW WKP Songa Wayaua Cadangan terduga: 140 MW Kapasitas pengembangan: 10 MW - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 0630/REN.01.01/DIRUT/2016 tanggal 4 Mei 2016 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 1 Maret 2017 yang menyatakan bahwa PT PLN (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Atadei - Telah dilakukan sosialisasi penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lembata pada tanggal 17 Oktober 2017 - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 1894 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT PLN (Persero) di WKP di Daerah Atadei - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 0630/REN.01.01/DIRUT/2016 tanggal 4 Mei 2016 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 1 Maret 2017 yang menyatakan bahwa PT PLN (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Songa Wayaua - Telah dilakukan sosialisasi penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan pada tanggal 12 April 2017 - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 1892 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT PLN (Persero) di WKP di Daerah Songa Wayaua 76

Laporan Kinerja / 2017 No. Lapangan Status 3 WKP Gunung Tangkuban Perahu Cadangan terduga: 100 MW Kapasitas Pengembangan: 60 MW - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 1739/REN.05.02/DIRUT/2016-R tanggal 3 November 2016 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 1 Maret 2017 yang menyatakan bahwa PT PLN (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Gunung Tangkuban Perahu - Telah dilakukan sosialisasi penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Purwakarta pada tanggal 25 September 2017 - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 1893 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT PLN (Persero) di WKP di Daerah Gunung Tangkuban Perahu 4 WKP Gunung Ungaran Cadangan terduga: 100 MW Kapasitas Pengembangan: 55 MW - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 1843/DAN.01.01/DIRUT/2017 tanggal 26 September 2017 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 23 Oktober 2017 yang menyatakan bahwa PT PLN (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Gunung Ungaran - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 3758 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT PLN (Persero) di WKP di Daerah Gunung Ungaran 77

Laporan Kinerja / 2017 No. Lapangan Status 5 WKP Gunung Arjuno Welirang Cadangan terduga: 189 MW Kapasitas Pengembangan: 180 MW - PT GDE telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT GDE (Persero) no 236/PST.00-GDE/XI/2016 tanggal 10 November 2016 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 24 November 2016 yang menyatakan bahwa PT GDE (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Gunung Arjuno Welirang - Telah dilakukan sosialisasi penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang, dan Kota Batu pada tanggal 13 Juni 2017 - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 1748 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT Geo Dipa Energi (Persero) di WKP di Daerah Gunung Arjuno Welirang 6 WKP Candi Umbul Telomoyo Cadangan terduga: 112 MW Kapasitas Pengembangan: 90 MW - PT GDE telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT GDE (Persero) no 236/PST.00-GDE/XI/2016 tanggal 10 November 2016 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 24 November 2016 yang menyatakan bahwa PT GDE (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Candi Umbul Telomoyo - Telah dilakukan sosialisasi penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Temanggung, dan Kota Salatiga pada tanggal 20 Juli 2017 - Telah diterbitkan SK Menteri ESDM Nomor 1749 K/30/MEM/2017 tentang Penugasan Pengusahaan Panas Bumi Kepada PT Geo Dipa Energi (Persero) di WKP di Daerah Candi Umbul Telomoyo 78

Laporan Kinerja / 2017 No. Lapangan Status 7 WKP Kepahiang - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 0329/REN.01.01/DIRUT/2017 tanggal 13 Februari 2017 - Telah dilaksanakan rapat evaluasi dokumen penugasan pengusahaan yang meliputi program kerja dan rencana pengembangan pada tanggal 14 September 2017 yang menyatakan bahwa PT PLN (Persero) dapat diberikan penugasan pengusahaan di WKP Kepahiang - Masih dalam proses penerbitan SK Menteri ESDM di Biro Hukum KESDM 8 WKP Bora Pulu - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 1458/DAN.01.01/DIRUT/2017 tanggal 10 Agustus 2017 - PT PLN masih belum menyampaikan program kerja dan pengembangan panas bumi 9 WKP Oka Ile Ange - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 1458/DAN.01.01/DIRUT/2017 tanggal 10 Agustus 2017 - PT PLN masih belum menyampaikan program kerja dan pengembangan panas bumi 10 WKP Sipaholon Ria-Ria - PT PLN telah menyampaikan permohonan penugasan pengusahaan berdasarkan surat Dirut PT PLN (Persero) no 0630/REN.01.01/DIRUT/2016 tanggal 4 Mei 2016 - Berdasarkan hasil rapat tanggal 22 Desember 2016, WKP Sipaholon Ria-Ria dinyatakan tidak termasuk dalam 3 WKP prioritas untuk penugasan tahun 2016, dan akan menjadi penugasan 2017 - PT PLN masih belum menyampaikan program kerja dan pengembangan panas bumi 79

Laporan Kinerja / 2017 Adapun perbandingan jumlah WKP Panas Bumi yang telah ditetapkan per tahun dapat dilihat pada tabel Tabel 4.42 Tabel 4.42 Perbandingan jumlah WKP Panas Bumi Uraian Realisasi Jumlah WKP yang Ditetapkan Secara Kumulatif 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah WKP Panas Bumi 56 56 65 65 71 70 Penetapan WKP panas bumi merupakan wewenang pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sampai dengan tahun 2012 terdapat 56 WKP yang telah ditetapkan dan tidak ada penambahan WKP pada tahun 2013. Pada tahun 2014, Pemerintah menetapkan 11 WKP, yaitu WKP Songgoriti, WKP Gunung Gede Pangrango, WKP Gunung Wilis, WKP Hamiding, WKP Telaga Ranu, WKP Graho Nyabu, WKP Gunung Pandan, WKP Gunung Arjuno Welirang, WKP Talang Kili, WKP Gunung Geureundong, dan WKP Gunung Galunggung. WKP Gunung Talang dan WKP Bukit Kili merupakan WKP yang telah ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya, lalu dikembalikan kepada Pemerintah dan ditetapkan kembali menjadi WKP dengan nama WKP Talang Kili. WKP Gunung Geureundong, dan WKP Gunung Galunggung telah ditetapkan oleh Menteri ESDM pada tanggal 29 Desember 2014, sehingga jumlah WKP yang ditetapkan oleh Pemerintah secara kumulatif hingga Triwulan IV tahun 2014 adalah 65 WKP. Pada tahun 2015, tidak ada penetapan WKP. Pada tahun 2016 ditetapkan 6 (enam) WKP, yaitu WKP Tanjung Sakti, WKP Lainea, WKP Ulumbu, WKP Sekincau, WKP Gunung Sirung, dan WKP Wapsalit. WKP Sekincau merupakan WKP baru yang menghapus WKP sebelumnya yaitu WKP Sekincau Selatan berdasarkan hasil PSP. Selain itu terdapat revisi perubahan koordinat untuk WKP Gunung Ciremai yang telah ditanda tangani oleh Menteri ESDM. Pada tahun 2017, ditetapkan 2 (dua) WKP baru, yaitu WKP Sumani dan WKP Waesano. Selain penetapan WKP baru, pada tahun 2017 juga terdapat pembatalan 3 (tiga) WKP. WKP Ciater dibatalkan setelah aspek legalnya dikaji karena IPB dikembalikan kepada Pemerintah pada tahun 2015 dan WKP Ciater melekat pada SK izin pengusahaannya.2 WKP lainnya yaitu WKP Geureudong dan WKP Hu u Daha dibatalkan pada akhir tahun 2017 untuk kemudian dilakukan penambahan data melalui mekanisme Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE). Total WKP Persebaran WKP Panas Bumi terdapat pada gambar 4.2. 80

Laporan Kinerja / 2017 Gambar 4.2 Pengembangan 70 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) 2. Investasi Bidang Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan Pembangkit EBT melalui investasi swasta, Kementerian ESDM menerbitkan Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 yang menggantikan Permen sebelumnya yaitu Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2017. Dengan terbitnya Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sampai dengan akhir Desember 2017 telah ditandatangani sebanyak 70 PPA (Power Purchase Agreement) dengan total kapasitas 1.214,16 MW. 81

Laporan Kinerja / 2017 Tabel 4.43 Daftar Pembangkit EBT yang Telah PPA di Tahun 2017 NO PENGEMBANG NAMA PEMBANGKIT KAPASITAS (MW) PPA 16 November 2017: 86 PROGRES TARGET COD 1. PT Supreme Energy Rantau Dedap PLTP Rantau Dedap PPA Januari 2017: 3,5 2. PT Merauke Narada Energi PLTBm Merauke PPA 19 Mei 2017: 2 3. PT Mitra Puding Mas PLTBg Mitra Puding Mas PPA 2 Agustus 2017: 36,83 4. 5. 6. 7. 8. PT Biomas Energy Abadi PT Perkebunan Nusantara II (Persero) PT Energi Karya Persada PT Green Energy Spesialist One PT Perkebunan Nusantara II (Persero) 9. PT Pasadena Biofuels Mandiri 10. 11. PT Karya Energi Jambi PT Sentosa Jaya Purnama PLTBg Pagar Merbau PLTBg Kwala Sawit PLTBm Tempilang PLTBg Aceh Tamiang (Geso) PLTBg Ujung Batu PLTBm Aceh Tamiang / Langsa PLTBm Mersam PLTBm Sentosa Jaya Purnama PPA Januari 2017: 10 12. PT Aek Sibundong Energy PLTM Aek Sibundong PPA 3 April 2017: 9 13. PT Dwi Jaya Makmur PLTM Semendo PPA 2 Agustus 2017: 220,78 86 Persiapan FC 2020 3,5 Persiapan Konstruksi 2019 2 COD 2017 0,83 Konstruksi 2019 1 Konstruksi 2018 6 Persiapan Konstruksi 2018 3 Persiapan FC 2018 3 Persiapan FC 2018 10 Persiapan FC 2018 3 Persiapan FC 2018 10 Persiapan FC 2018 10 Konstruksi 2020 9 Konstruksi 2019 14. PT Brantas Cakrawala Energi PLTM Sako 1 6 Konstruksi 2018 15. PT Nusantara Hidro PLTM Batang Utama toru 5 7,5 Konstruksi 2019 16. PT Prasetya Bajra Prima PLTM Endikat 8,01 Konstruksi 2019 17. PT Mega Hydro Energi PLTM Tunggang 10 Konstruksi 2020 18. PT Citra Multi Energi PLTM Sion 10 Persiapan 2019 82

Laporan Kinerja / 2017 NO 19. PENGEMBANG PT Syailendra Utama Energi NAMA PEMBANGKIT PLTM Simonggo KAPASITAS (MW) 20. PT Optima Tirta Energy PLTM Tongar 6 21. PT Mega Energi Karyatama 22. PT Thong Langkat Energi 23. PT Alabama Energy 24. PT Gayo Lues Mentalu 25. 26. 27. 28. 29. PT Infrastruktur Terbarukan Lestari PT Infrastruktur Terbarukan Buana PT Infrastruktur Terbarukan Adhiguna PT Infrastruktur Terbarukan Cemerlang PT Quantum Solar Gorontalo 30. PT Karo Bumi Energi 31. 32. 33. PT Sumatera Energi Lestari PT Landasan Tata Laksana Energi PT Raisan Energi Indonesia 34. PT Senina Hidro Energi PLTM Rabi Jonggor PLTM Batu Gajah PLTM Anggoci PLTM Nengar (Excess Power) PLTS Likupang, Minahasa PLTS Selong, Lombok PLTS Pringgabaya, Lombok PLTS Sengkol, Lombok PLTS Isimu, Gorontalo PLTM Kandibata 1 PLTM Ordi Hulu PLTM Sungai Buaya PLTM Aek Pungga PLTM Kandibata 2 8 PROGRES Persiapan Konstruksi Persiapan Konstruksi TARGET COD 2019 2020 4,5 Persiapan FC 2018 10 Persiapan FC 2018 9 Persiapan FC 2018 1 Persiapan FC 2018 15 Persiapan FC 2018 5 Persiapan FC 2018 5 Persiapan FC 2018 5 Persiapan FC 2018 10 Persiapan FC 2018 10 Persiapan FC 2019 10 Persiapan FC 2019 3 Persiapan FC 2019 2 Persiapan FC 2019 10 Persiapan FC 2019 35. PT Klaai Dendan Lestari PLTM Klaai 2,6 Persiapan FC 2019 36. PT Pat Petulai energi 37. PT Brantas Hidro Energi 38. PT Megaraja Setya Energi 39. PT Indonesia Power 40. PT Akasu Energi Utama 41. PT Megah Energi Utama PLTM Simpang PLTM Padang Guci 2 PLTM Curug Gangsa PLTM Cileunca PLTM Pareang PLTM Cimandiri (bendung PU) 3,1 Persiapan FC 2019 7 Persiapan FC 2019 1,2 Persiapan FC 2019 1 Persiapan FC 2019 2,8 Persiapan FC 2019 4,4 Persiapan FC 2019 83

Laporan Kinerja / 2017 NO 42. 43. 44. 45. 46. PENGEMBANG PT Akasa Eko Energi PT Delapan Menit Energi PT Bina Gondang Energy PT Simalem Bumi Energi NAMA PEMBANGKIT PLTM Taman Asri PLTS Kuta, Lombok PLTM Parmonangan 2 PLTM Kineppen KAPASITAS (MW) PROGRES TARGET COD 1,17 Persiapan FC 2019 5 Persiapan FC 2019 10 Persiapan FC 2020 10 Persiapan FC 2020 PT Hensan Andalas Putra PLTM Tras 1,6 Persiapan FC 2020 47. PLTM PT Daya Gravita Energi Jayamukti 2,3 Persiapan FC 2020 48. PLTM PT Rawadasya Inti Energi Cisomang 4 Persiapan FC 2020 49. PT Mega Energi PLTM Karyatama Babatan 4,9 Persiapan FC 2021 50. PLTM Bukit PT Pandu Lembang Jaya Sileh 0,7 Persiapan FC 2021 51. PT Mega Energi PLTM Karyatama Karyanyata 4 Persiapan FC 2022 PPA 8 September 2017: 291,40 52. PLTA Air PT Bangun Tirta Lestari Putih 21 Konstruksi 2019 53. PT Energy Sakti Sentosa PLTA Pakkat 18 Konstruksi 2019 54. PT Aek Sibundong Energy 55. PT Bukit Cahaya Powerindo 56. PT Gading Energi Prima 57. 58. PT Kunci Hidro Energi PLTM Aek Sibundong PLTM Aek Situmandi PLTM Sigeaon PLTM Kunci Putih 8 Persiapan FC 2019 7 Persiapan FC 2019 3 Persiapan FC 2019 0,9 Persiapan FC 2019 PT Energy Alam Sentosa PLTM Sisira 9,8 Persiapan FC 2019 59. PT Indah Alam Lestari PLTM Batang Energi Toru 4 10 Persiapan FC 2019 60. PLTM Bayang PT Bayang Nyalo Hydro Nyalo 6 Persiapan FC 2019 61. PLTM Batu PT Tiga Oregon Putra Brak 7,7 Persiapan FC 2019 62. PLTA Buttu PT Amera Terrasys Energi Batu 200 Persiapan FC 2022 PPA 16 November 2017: 554,65 63. PLTM Persiapan PT Prima Trya Energi 4,2 Cibanteng Konstruksi 2019 64. PT Zhong Min Hydro PLTM Cikaso Indonesia 3 9,9 Konstruksi 2019 84

Laporan Kinerja / 2017 NO PENGEMBANG NAMA KAPASITAS TARGET PROGRES PEMBANGKIT (MW) COD 65 PLTM Tanjung PT Maji Biru Pusaka Tirta 8 Konstruksi 2018 66 KPRI Koperca PLTM Kincang 1 0,35 Konstruksi 2018 67 PLTM Bakal PT Semarak Kita Bersama Semarak 5 Konstruksi 2020 68 PLTM Bone PT Bone Bolango Energi Bolango 9,90 Konstruksi 2020 69 PT Sumber Daya Investasi PLTM Koko Babak 2,30 Konstruksi 2019 70 PT Poso Energy PLTA Poso Peaker 515 Konstruksi 2021 Total 70 PPA 1.214,16 A. Panas Bumi Target investasi pengembangan panas bumi tahun 2017 adalah sebesar 1,1 Miliar USD atau setara 14 Triluin Rupiah seperti yang tercantum pada Renstra KESDM. Nilai tersebut telah tercapai hingga 1,152 Miliar USD atau 104,34% dari target. Realisasi investasi pada tahun 2017 meningkat 19,40 Juta USD atau 101,71% dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2016. Beberapa aktivitas yang menopang realisasi investasi masih didominasi oleh kegiatan pengeboran sumur dan engineering, procurement and construction (EPC). Pada tahun 2017 kegiatan pengeboran dilaksanakan di 11 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan total sumur mencapai 43 yang terdiri dari WKP Ulubelu, Lampung (1 sumur); Lahendong, Sulawesi Utara (1 sumur); Sungai Penuh, Jambi (2 sumur); Lumut Balai, Sumatera Selatan (1 sumur); Hululais, Bengkulu (5 sumur); Sarulla, Sumatera Utara (7 sumur); Tulehu, Maluku (4 sumur); Sorik Marapi, Sumatera Utara (13 sumur); Muara Laboh, Sumatera Barat (6 sumur); Sokoria, NTT (2 sumur); dan Sabang, NAD (1 sumur). Sedangkan untuk kegiatan EPC pada tahun 2017 terdapat pada WKP Sarulla Unit 2, Sumatera Utara (110 MW); Sorik Marapi, Sumatera Utara (20 MW); Karaha Bodas, Jawa Barat (30 MW); dan Lumut Balai, Sumatera Selatan (55 MW). Tabel 4.44 Realisasi Investasi Panas Bumi Tahun 2017 Indikator Kinerja Target (Miliar USD) Realisasi (Miliar USD) Capaian (%) Investasi Bidang Panas Bumi (Milliar USD) 1,104 1,152 104,34 85

Laporan Kinerja / 2017 B. Bioenergi Target Investasi di bidang Bioenergi di tahun 2017 yang tertuang di dalam Perjanjian Kinerja yaitu sebesar 0,595 Milliar USD, sedangkan capaian realisasi investasi di bidang Bioenergi di tahun 2017 yaitu sebesar 0,749 Milliar USD atau sebesar 125,8% dari target. Realisasi investasi bioenergi tercantum pada tabel 4.45. Tabel 4.45 Realisasi Investasi Bioenergi Tahun 2017 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Investasi Bidang Bioenergi (Milliar USD) 0,595 0,749*) 125,8 Keterangan: *) Target merupakan target akumulasi dan realisasi investasi menggunakan nilai akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan bioenergi dan keberlanjutannya Pemerintah mendorong setiap investor untuk berinvestasi di bidang bioenergi melalui kebijakan dan regulasi Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pengganti Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Sampai saat ini tercatat telah beroperasi/ COD sebanyak 33 PLT (PLTBm, PLTBg dan PLTSa) dengan total kapasitas 183.4 MW. Khusus di Tahun 2017 terdapat 3 PLT Berbasis Bioenergi yang mulai beroperasi/ COD dan 3 Badan Usaha BBN yang telah memperoleh Izin Usaha Niaga dengan total investasi sebesar 0.204 Miliar USD. Ada beberapa tantangan yang dihadapi dan mempengaruhi pengembangan bioenergi khususnya terkait dengan investasi di bidang bioenergi. Tantangan tersebut dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu: ketersediaan bahan baku, teknologi, kelembagaan pengelolaan dan sumber pendanaan. Ketersediaan bahan baku menjadi syarat utama dalam melakukan investasi di bidang bioenergi, namun terkadang sumber bahan baku berbasis bioenergi yang berasal dari sumber daya hayati tidak dikhususkan untuk menjadi bioenergi atau merupakan hasil sampingan dari suatu unit usaha (by product). Oleh krena itu, sumber bahan baku menentukan keberlanjutan proyek pengembangan di bidang bioenergi. Pengembangan teknologi bioenergi masih memerlukan dukungan pemerintah untuk dapat bersaing dengan teknologi energi konvensional yang telah lama digunakan oleh masyarakat, baik dari sisi kehandalan maupun dari sisi ekonomis. Hal tersebut dikarenakan masih sedikit penyedia teknologi di bidang bioenergi sehingga pilihan investasi pada peralatan menjadi terbatas. 86

Laporan Kinerja / 2017 Kelembagaan pengelolalaan yang baik khususnya terkait pengembangan sampah kota menjadi energi, merupakan hal utama yang perlu diperhatikan. Kelembagaan tersebut dimulai dari sisi hulu yaitu pengelolaan sampah sebagai bahan baku energi hingga hilir yaitu pengelolaan pembangkit listrik berbasis sampah kota, merupakan hal yang sangat berbeda dari sisi pekerjaan dan memerlukan keahlian khusus pada setiap sektornya, sehingga kelembagaan pengelolaan yang terintegrasi dan baik mutlak diperlukan untuk pengembangan energi berbasis sampah kota. Sumber pendanaan khususnya yang berasal dari pinjaman, memerlukan jaminan dari ketiga sektor diatas yang telah disebutkan sebelumnya. Dimana pihak penyedia pendanaan memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku, teknologi dan pengelolaan yang baik dalam mengembangkan invetasi di bidang bioenergi. Oleh karena itu, untuk mendorong pihak-pihak penyedia pendanaan pada tahap awal diperlukan peran besar pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Oleh karena itu, saat ini pemerintah mendorong penciptaan iklim investasi yang kondusif melalui penetapan feed in tarrif untuk pembangkit listrik berbasis bioenergi dan mandatori penggunaan BBN. C. Aneka Energi Baru Terbarukan Target Investasi di bidang Aneka Energi Baru Terbarukan di tahun 2017 yaitu sebesar 0,197 Milliar USD, sedangkan capaian realisasi investasi di bidang Aneka Energi Baru Terbarukan di tahun 2017 yaitu sebesar 0,06 Milliar USD atau sebesar 30,4 % dari target. Tabel 4.46 Realisasi Investasi Aneka Energi Baru Terbarukan Tahun 2017 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Investasi Bidang Aneka Energi Baru Terbarukan (Milliar USD) 0,197 0,06 30,4 Pada tabel 4.46 menunjukkan angka realisasi investasi Aneka Energi Baru Terbarukan tahun 2017. Capaian realisasi tersebut didapat dari investasi pihak swasta yang melakukan pembangunan PLTS dan PLTMH. Nilai Investasi dari pembangunan pembangkit berbasis EBT dapat dilihat melalui tabel berikut: Tabel 4.47 Matriks Nilai Investasi dari Pembangunan PLTMH dan PLTS 2017 Kapasitas Nilai Investasi Nilai Investasi Jenis Nilai Investasi (Rp) (MW) (U$D) (Milliar U$D) PLTMH 43,45 789.894.013.896 58.510.667,696 0,059 PLTS 1,00 27.788.421.500 2.058.401,593 0,002 Total 44,45 817.682.435.396 60.569.069,29 0,06 87

Laporan Kinerja / 2017 D. Konservasi Energi Investasi konservasi energi ditargetkan mencapai 3 juta US$ pada tahun 2017 atau setara dengan 40,2 Milyar Rupiah. Pencapaian yang didapat pada akhir tahun 2017 dengan perhitungan yang diambil dari mitra Direktorat Konservasi Energi yaitu IGA, PEEN, dan ESCO didapatkan sebesar Rp. 48.071.176.500 atau sebesar 3.587.401 juta US$. Hasil investasi yang didapat mencapai 119,58% dari target. Tabel 4.48 Realisasi Investasi Konservasi Energi Tahun 2017 Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Investasi Bidang Konservasi Energi (Milliar USD) 0,003 0,00359 119,58 Pada table 4.48 menunjukkan angka realisasi investasi Aneka Energi Baru Terbarukan tahun 2017. Capaian realisasi tersebut didapat dari investasi: No Instansi/Perusahaan Sektor Kegiatan E isiensi Energi 1 Pemda Kota Makassar Pemerintah 2 PT Enertec 3 Mall Ratu Indah 4 RSUP Dr Kariadi 5 RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Bangunan Gedung Bangunan Gedung Bangunan Gedung Bangunan Gedung 6 PT. Phapros Industri 7 PT Pertamina ONWJ (Offshore Nort West Java) Penggantian PJU Konvensional dengan PJU LED - Kota Makassar Penggantian Chiller termasuk air conditioning system, 2 unit Chiller kapasitas 350 TR, Piping Instalation, AHU, Pump Perbaikan dan pemberian isolator pada Dome, jaringan AC, dan penggantian Lighting Penggantian lampu TL menjadi LED Penggantian lampu TL menjadi LED -Penggantian Chiller 03 dan Chiller 04 dengan Green Chiller Hidrocarbon 2x70 TR -Penggantian Lampu TL T8 36W ke LED 18W Nilai Investasi (Rp) 4.499.322.500 16.000.000.000 2.500.000.000 945.100.000 857.400.000 2.670.800.000 516.956.000 Industri Zulu Project ($734.180) 9.911.430.000 56 unit inverter RY4 diganti 16 unit RX 300 3.108.590.300 717 lampu LED 18 W 164.102.700 8 PT Dan Liris Industri LFO vs Coal 36.225.000 Pemind ahan trafo 2500 KVA Unit Spinning I. 33.000.000 Penggantian kabel BC LVTC 1 x 25 mm. 8.250.000 Penggantian inverter mesin Ring Frame (22 KW). Rata-rata saving 1.320.000.000 7-13% Pemasangan Meterisasi serta 9 Pemda Kota Banda Aceh Pemerintah Retro it pada 11 Gampong 5.500.000.000 (Kecamatan -red) Total 48.071.176.500 88

Laporan Kinerja / 2017 4.3 AKUNTABILITAS KEUANGAN Anggaran dan realisasi belanja dalam mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi adalah sebagaimana Tabel 4.49 di bawah ini : Tabel 4.49 Anggaran dan Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017 NO ESELON II PAGU APBN REALISASI CAPAIAN (%) 1 Direktorat Bio Energi 30.258.110.000 27.284.980 90,17 2 Direktorat Aneka EBT 29.467.132.000 27.983.775 94,97 3 Direktorat Konservasi Energi 59.588.633.000 54.487.198 91,44 4 Direktorat Panas Bumi 26.893.804.000 26.212.407 97,47 5 Sekretariat Ditjen 115.654.378.000 105.267.584 91,02 6 Direktorat Renbang Infrastruktur 1.034.035.191.000 626.000.051 60,54 TOTAL 1.295.897.248.000 867.235.995 66,92 Tabel 4.50 Realisasi APBN Direktorat Jenderal EBTKE Tahun 2017 per Jenis Belanja Jenis Belanja Pagu APBN Realisasi (Miliar Rp.) (Miliar Rp.) % perjenis belanja % per total anggaran Aparatur 115,7 105,2 91,0 8,1 Publik Non Fisik 146,2 136,0 93,0 10,5 Publik Fisik 1.034,0 626,0 60,5 48,3 Total 1.295,9 867,2 66, 92 89

Laporan Kinerja / 2017 Di Tahun 2017 terdapat kegiatan di Ditjen EBTKE yang mengalami luncuran ke Tahun 2018 yang menggunakan ketentuan PMK 243. Adapun kegiatan yang mengalami luncuran ke Tahun 2018 adalah sebagai berikut : No. Uraian 1. Pembangunan PLTS Terpusat Tahap II di Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Gorontalo Progres Fisik 31 Des (%) 0 2. Pembangunan PLTMH di Provinsi Sumatera Utara I 93,3 3. Penyambungan PLT Hybrid (PLTS - Diesel) 0 4. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua I 0 5. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua II 10 6. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua III 0 7. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua IV 15,8 8. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua V 0 9. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua VI 0 10. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua VII 0 11. Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) Papua Barat 0 Adapun kendala dalam pencapaian anggaran di Tahun Anggaran 2017 antara lain : Ketidaklengkapan data dukung kegiatan Pembangunan Infrastruktur Kegiatan mengalami gagal lelang Penolakan SPM karena keterlambatan Bank Garansi Kegiatan tidak jadi dilaksanakan Rekomposisi & Pembatalan Anggaran Multiyears Contract/ Kontrak Tahun Jamak 4.4 CAPAIAN SEKTOR REGULASI DAN HUKUM Di tahun 2017 telah terbit sejumlah regulasi yang terkait dengan sektor EBTKE. Rincian regulasi yang terbit di tahun 2017 antara lain: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2017 tentang Panas Bumi Untuk Pemanfataan Tidak Langsung 2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2017 tentang Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Bagi Masyarakat yang Belum Mendapatkan Akses Listrik 3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2017 tentang Petunjuk Operasional Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan Bidang Energi Skala Kecil 4. Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pokok-Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Listrik 5. Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik (di cabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan Peraturan Menteri Nomor 50 Tahun 2017) 90

Laporan Kinerja / 2017 6. Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Pemboran Panas Bumi 7. Peraturan Menteri ESDM Nomor 23 Tahun 2017 tentang Rekonsiliasi, Penyetoran, Pengenaan dan Tata Cara Penetapan Presentase Daerah Penghasil Atas Besaran Bonus Produksi Panas Bumi 8. Peraturan Menteri ESDM Nomor 33 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Bagi Masyarakat Yang Belum Mendapatkan Akses Listrik 9. Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2017 tentang Penugasan Survei Pendahuluan dan Penugasan survei Pendahuluan dan Eksplorasi 10. Peraturan Menteri ESDM Nomor 37 Tahun 2017 tentang Wilayah Kerja Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Tidak Langsung 11. Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi 12. Peraturan Menteri Nomor 42 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (di cabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2017) 13. Peraturan Menteri Nomor 48 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pengusahaan di Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral 14. Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 10 Tahun 2017 tentang Pokok- Pokok Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik 15. Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik 16. Peraturan Menteri ESDM Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penerapan Standar Kinerja Minimum dan Pencantuman Label Tanda Hemat Energi Untuk Peranti Pengkondisi Udara Total regulasi sektor EBTKE yang telah terbit dari tahun 2014 s.d. 2017 adalah sebanyak 39 regulasi, dengan status 30 regulasi yang masih berlaku dan 9 Regulasi yang sudah dicabut dan tidak berlaku. 91

Laporan Kinerja / 2017 92