Press Release Mewaspadai Gejolak Pangan dan Energi 2018 Jakarta, Kamis 25 Januari 2018 Kantor INDEF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

Analisis Perkembangan Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

Transkripsi:

Press Release Mewaspadai Gejolak Pangan dan Energi 2018 Jakarta, Kamis 25 Januari 2018 Kantor INDEF Awal 2018 perekonomian Indonesia diwarnai dengan dinamika harga pangan dan energi yang berpotensi menjadi batu sandungan bagi upaya akselerasi perekonomian. Dari dalam negeri, bahan pangan paling pokok di Indonesia yaitu beras mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi sehingga mendesak Pemerintah untuk melakukan stabilisasi. Kebijakan impor beras akhirnya dieksekusi sebagai exit strategy jangka pendek mengatasi lonjakan harga yang juga belum tentu efektif. Disamping beras, polemik importasi komoditas pangan lain seperti Gula dan Garam juga mulai kembali mengemuka. Dari luar negeri, harga minyak mentah dunia terus menunjukkan tren peningkatan sejak pertengahan tahun lalu (Juli 2017). Meskipun kenaikan harga minyak mentah dunia sangat mungkin menguntungkan bisnis minyak di sisi hulu, namun tentunya pemangku kepentingan ekonomi tidak lupa bahwa Indonesia adalah Net Importir Bahan Bakar Minyak (BBM). Artinya menjadi sangat tidak rasional jika Menteri Keuangan hanya melihat secara parsial bahwa kenaikkan harga minyak dunia justru menguntungkan APBN. Memang, beban subsidi BBM di APBN dipatok sangat minimal seiring adanya realokasi subsidi, namun beban yang harus ditanggung masyarakat belum tentu ikut minimal, karena mereka terpapar langsung atas gejolak harga minyak global yang terjadi saat ini. INDEF sebagai lembaga riset independen menyampaikan sejumlah catatan kritis atas fenomena lonjakan sejumlah harga pangan (khususnya beras) dan minyak dunia di awal tahun ini:

1. Urgensi Rehabilitasi Perekonomian Pangan dan energi merupakan penentu utama stabilitas perekonomian Indonesia. Sementara pengelolaan pemenuhan dan stabilitas harga pangan dan energi masih dilakukan secara ad hoc belum menyelesaikan pokok persoalan. Tingkat kecanduan impor Indonesia terhadap komoditas pokok tersebut kian mengkhawatirkan, akibatnya perekonomian sangat rentan dengan dinamika perekonomian global, serta produktivitas nasional tidak pernah maksimal karena potensi ekonomi domestik tidak dikelola dengan baik. Pemenuhan konsumsi BBM dan pangan dari impor terus meningkat, impor beras pun dilakukan demi stabilisasi harga, padahal sebentar lagi petani panen. Jika harga pangan terus mengalami gejolak, maka upaya pemulihan daya beli masyarakat akan terhambat. Artinya target pertumbuhan ekonomi 5,4 persen akan sulit dicapai. 2. Harga Minyak Dunia Melonjak, Untung atau Buntung? Interrelasi APBN dengan gejolak harga minyak dunia mungkin mulai mengecil seiring pemangkasan subsidi BBM, namun risiko ekonomi tetap akan muncul dan sifatnya langsung dihadapi oleh masyarakat. Ini artinya, sungguh pun APBN tidak akan jebol gara-gara kenaikan harga minyak dunia -bahkan berdampak positif dalam simulasi sensitivitas APBN 2018-, namun tidak ada jaminan bahwa daya beli masyarakat tidak akan turun karena gejolak harga minyak dunia apabila kenaikan harga minyak dunia sepenuhnya di teruskan ke konsumen. Pada lain sisi, bila sebagian atau semua selisih harga BBM ditanggung oleh Pertamina maka akan mengganggu kelancaran bisnisnya sehingga keuntungannya tentu semakin tergerus. Akibatnya kemampuan investasinya

pasti akan semakin lemah padahal kondisi saat ini membutuhkan banyak kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Pemerintah perlu segera menegaskan opsi mana yang dipilih: 1) meneruskan sebagian/keseluruhan kenaikan harga minyak global ke konsumen, 2) menugaskan Pertamina menanggung sebagian/keseluruhan selisih harga dengan konsekuensi menurunnya keuntungan dan setoran deviden atau 3) menambah Penanaman Modal Negara sebagai konsekuensi penugasan tersebut. Dapat juga diambil kombinasi antara ketiga opsi di atas, yang penting jelas sehingga masyarakat, dunia usaha dan Pertamina bisa membuat perencanaan di tahun 2018. 3. Stabilitas Rupiah Jangan Lengah Kenaikan harga minyak ditengah ketergantungan impor minyak yang besar, berkonsekuensi pada permintaan dollar yang meningkat. Sementara kemampuan peningkatan ekspor masih sangat terbatas, sehingga berpotensi menekan keseimbangan pasar valas yang berisiko mengganggu stabilitas serta nilai rupiah. Kenaikan harga minyak tentu akan berdampak langsung peningkatan nilai impor BBM, tentu ini juga akan mengganggu neraca perdagangan. Karenanya diperlukan langkah-langkah antisipatif dari kebijakan moneter yang prudent. Termasuk koordinasi yang sinergis antara BI dan Pertamina saat akan melakukan impor minyak. 4. Ancaman Inflasi dan Menekan Daya Beli Kenaikan harga minyak berpotensi mendorong inflasi dan menekan daya beli masyarakat. Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan Premium sebesar 23,5 persen dan Solar sebesar 36,4 persen di November 2014 diikuti oleh inflasi sebesar 3,96 persen

di bulan November-Desember 2014 yang lebih besar dari total inflasi 2017 sebesar 3,61 persen. Penurunan daya beli akan berpengaruh sumber utama pertumbuhan ekonomi, terutama konsumsi rumah tangga dan Investasi. Saat daya beli menurun maka rumah tangga akan menahan konsumsi saat ini, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan ke depan. Penurunan daya beli juga berpengaruh terhadap aktivitas dunia usaha, tidak hanya yang berbasis konsumen (ritel) tapi juga akan berimbas ke sektor produksi (investasi). 5. Kenaikan harga minyak mengganggu sektor pembiayaan Saat inflasi naik, maka akan diikuti dengan kenaikan suku bunga simpanan (cost of fund) dan suku bunga pinjaman. Hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan kredit melambat, investasi turun, dan menekan pertumbuhan ekonomi. 6. Rekomendasi, langkah yang perlu diambil pemerintah: Tidak lagi mengklaim surplus beras sebelum melakukan pendataan produksi beras secara faktual dan sistematis. Menggelontorkan beras secara bertahap dengan tujuan stabilkan harga, lalu dihentikan ketika masa panen tiba sehingga tidak kurangi pendapatan petani Indonesia. Pemerintah harus segera melakukan simulasi dampak dan mengumumkan langkah mitigasi kenaikan minyak, agar memberikan kepastian terhadap dunia usaha.

Mengambil langkah-langkah kongkrit untuk mengefisienkan pengelolaan BBM, baik di sisi hulu maupun hilir. Serta mengurangi proporsi energi fosil (PLTD) sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Menjamin ketersediaan dan stabilitas harga pangan pokok (beras) serta respon cepat pada daerah yang kekurangan. Termasuk kembali melakukan kampanye dan langkah sistematis diversifikasi pangan non-beras dengan mengutamakan makanan pokok yang diproduksi di daerah tersebut sehingga mengurangi permintaan beras jangka panjang. Sarwo Edhie (+62813 8047 7878)