PENDAHULUAN. yang memiliki potensi sebagai penghasil daging yang baik karena mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

PENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 2, Juni 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PENGANTAR. sangat digemari oleh masyarakat. Sate daging domba walaupun banyak. dipopulerkan dengan nama sate kambing merupakan makanan favorit di

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba Ekor Gemuk merupakan salah satu jenis domba lokal Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil daging yang baik karena mempunyai produktivitas pertumbuhan yang baik. Beberapa kelebihan lain dari ternak ini adalah ketahanannya terhadap kondisi iklim panas dan tahan terhadap penyakit. Domba muda dengan umur yang belum mencapai pubertas menjadi domba yang cukup dicari konsumen pada usaha restoran atau rumah makan, karena memiliki kualitas daging yang rendah lemak serta tidak alot. Secara fisiologis domba jantan maupun betina yang berumur kurang dari 8 bulan (belum dewasa kelamin) mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang hampir sama sehingga tidak mempengaruhi produktivitas domba. Pemotongan domba betina di Indonesia tidak dapat terhindarkan meskipun menurut aturan undang- undang yang berlaku tidak diperbolehkan. Domba betina digunakan pada penelitian ini hanya untuk mengetahui studi ilmiah respon fisiologis antara jantan dan betina dan tidak ada pemotongan pada penelitian yang dilaksanakan. Potensi Domba Ekor Gemuk yang sedemikian baik kenyataannya, terutama terjadi di peternakan rakyat adalah pertambahan bobot badan harian (Average Daily Gain/ADG) dan efisiensi ransum yang rendah. Penyebab utama dari keadaan tersebut adalah ketersediaan zat makanan yang terkandung dalam pakan belum memenuhi kebutuhan ternak sesuai dengan potensinya untuk keperluan pertumbuhan, reproduksi, maupun kesehatan. Hal ini disebabkan karena peternak terkendala oleh keterbatasan biaya dan keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini tergambarkan dari pemberian pakan yang seadanya.

2 Pakan yang baik adalah pakan yang mampu menyediaan seluruh kebutuhan nutrien ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas baik untuk nutrien makro maupun nutrien mikro. Satu jenis pakan yang diberikan secara tunggal sebagai ransum, misalnya pakan hijauan, tidak akan memenuhi kebutuhan ternak. Oleh karena itu perlu adanya kombinasi dalam sebuah formula dengan pakan lain yaitu konsentrat membentuk pakan komplit. Formulasi yang tepat menjadi kunci utama dalam pemenuhan kebutuhan zat makanan dari ternak. Selain memperhatikan kebutuhan zat makanan, maka pakan yang dibuat juga harus memiliki palatabilitas dan tingkat kecernaan yang baik. Protein merupakan salah satu zat makanan dalam pakan yang diperlukan oleh ternak ruminansia. Suplai protein yang memadai dan diserap optimal oleh ternak akan meningkatkan produktivitas dalam usaha budidaya penggemukan domba. Sumber protein ternak ruminansia dapat berasal dari protein mikroba dan protein pakan yang lolos degradasi di dalam rumen. Asam amino yang di serap usus halus berasal dari protein mikrobial dan protein pakan yang lolos dari degradasi oleh mikroba. Protein mikrobial yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan produktivitas tinggi sering kali tidak cukup, maka perlu adanya peningkatan protein pakan yang lolos degradasi yang akan dicerna dan diserap didalam usus. Pemberian pakan dengan kadar protein yang tinggi pada umumnya diberikan pada ternak dengan tingkat produksi tinggi terutama dalam usaha penggemukan. Salah satu bahan pakan sumber protein yang biasa digunakan untuk ternak ruminansia adalah bungkil kedelai. Bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak. Kandungan protein yang tinggi khususnya asam amino dalam bungkil kedelai tersebut perlu dilindungi untuk mencegah degradasi protein yang berlebihan agar dapat dicerna secara enzimatis

3 didalam usus serta dapat dimanfatkan oleh induk semang. Salah satu upaya untuk melindungi protein dari degradasi didalam rumen dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan penggunaan tanin terhadap bahan pakan sebelum diberikan kepada ternak. Tanin dapat memproteksi protein yang terdapat dalam bungkil kedelai dari degradasi di dalam rumen sehingga kebutuhan protein yang berasal dari pakan dapat terpenuhi. Sumber tanin dapat diperoleh dari ekstraksi daun jambu biji. Daun jambu biji memiliki kandungan tanin yang tinggi serta mudah diperoleh dalam ketersediaannya. Probiotik dapat mengatasi rendahnya efisiensi pakan dan menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak ruminansia. Probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk didalam rumen serta memperbaiki mikroflora rumen sehingga kecernaan ternak akan meningkat. Penambahan probiotik juga dapat berfungsi sebagai pengawet untuk memudahkan peternak dalam manajemen pemberian pakan serta mengatasi keterbatasan pakan di saat musim kemarau. Mineral dibutuhkan ternak ruminansia untuk melaksanakan proses proses didalam tubuh seperti pembentukan darah dan tulang, menjaga keseimbangan cairan tubuh, serta memelihara fungsi syaraf dan sistem pembuluh darah jantung. Bahan pakan komplit perlu ditambahkan premiks mineral untuk mencegah defisiensi mineral yang terdiri dari mineral makro dan mineral mikro. Mineral dibutuhkan ruminansia dalam jumlah yang sedikit tetapi sangat esensial karena tubuh tidak mampu mensintesanya sendiri. Pembuatan pakan komplit dengan adanya penambahan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral bisa menjadi solusi guna mendapatkan hasil yang maksimal dalam usaha budidaya penggemukan domba. Domba membutuhkan

4 suplai energi, protein, serta kecukupan mineral yang memadai. Selain itu pakan dengan penambahan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dapat meningkatkan kinerja mikroba rumen sehingga kecernaan akan meningkat salah satunya kecernaan serat kasar diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selain sebagai sumber energi utama, serat kasar juga mempunyai peranan untuk mengisi dan menjaga upaya alat pencernaan bekerja baik serta mendorong kelenjar pencernaan dalam menghasilkan enzim pencernaan. Peningkatan kecernaan serat kasar akan meningkatkan kecernaan zat-zat lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti pengaruh penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada domba ekor gemuk betina. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan selulosa pada Domba Ekor Gemuk betina. 2. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan hemiselulosa pada Domba Ekor Gemuk betina. 3. Bagaimana pengaruh kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit terhadap kecernaan lignin pada Domba Ekor Gemuk betina.

5 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan selulosa tertinggi pada Domba Ekor Gemuk betina. 2. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan hemiselulosa tertinggi pada Domba Ekor Gemuk betina. 3. Mendapatkan kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dalam ransum komplit yang menghasilkan kecernaan lignin tertinggi pada Domba Ekor Gemuk betina. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan ransum komplit yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi domba serta memiliki kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin yang tinggi. Pakan yang digunakan juga menggunakan proses pengawetan sehingga peternak dan praktisi peternakan lebih mudah dalam manajemen penyediaan pakan. 1.5 Kerangka Pemikiran Domba Ekor Gemuk merupakan salah satu jenis domba lokal Indonesia yang memiliki potensi karena mempunyai produktivitas yang baik, relatif tahan terhadap panas dan tahan terhadap penyakit. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain spesies, pakan, genetik, manajemen kesehatan dan iklim. Rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 gram/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57 132 g/ekor (Prawoto,

6 dkk., 2001). Pakan komplit dengan formulasi yang tepat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak akan meningkatkan bobot badan harian dan efisiensi ransum. Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal dan sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembapan). Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997). Pakan yang baik adalah pakan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi bagi ternak yang mengkonsumsinya ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Diperlukan suatu formulasi pakan yang mengandung seluruh nutrien yang dibutuhkan sehingga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi ternak sesuai dengan kebutuhannya. Kecernaan nutrisi pakan yang baik akan menghasilkan penyerapan nutrien oleh tubuh ternak menjadi lebih optimal. Salah satu nutrien yang diperlukan untuk menunjang produktivitas ternak adalah asam amino. Asam amino yang dibutuhkan untuk ruminansia dipenuhi dari protein mikroba serta protein pakan. Protein dalam ransum akan didegradasi oleh mikroorganisme rumen dan menghasilkan NH3. Hasil akhir metabolisme protein berupa NH3 yang dibebaskan dalam rumen sebagian besar dimanfaatkan oleh mikroba untuk mensintesis protein mikroba (Arora, 1995). Protein mikroba yang dihasilkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak ruminansia dengan produktivitas tinggi maka perlu adanya

7 protein murni yang berasal dari protein pakan yang akan dicerna dan diserap didalam usus. Kadar protein yang tinggi dengan tingkat degradasi yang tinggi pada bungkil kacang kedelai menyebabkan perlu adanya proteksi protein agar dapat menurunkan degradabilitas di dalam rumen sehingga dapat dicerna secara maksimal di intestinum untuk produktivitas ternak. Bahan pakan sumber protein yang mengandung asam amino lengkap salah satunya adalah bungkil kacang kedelai (Boniran, 1999). Kandungan protein kasar bungkil kedelai yaitu 51,8% (Tillman, dkk., 1998). Tanin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi protein dari degradasi mikrobial rumen karena mampu mengikat protein dengan membentuk senyawa kompleks yang resisten terhadap protease, sehingga degradasi protein di dalam rumen menjadi menurun. Pembentukan tanin protein melalui kondensasi, tidak dapat dihidrolisa atau tidak terhidrolisa di dalam rumen (Kartika, dkk., 2012). Salah satu sumber tanin yaitu daun jambu biji. Proteksi protein oleh berbagai sumber tanin, ekstrak tanin asal daun jambu biji memberikan proteksi paling kuat di antara sumber tanin lainnya yaitu daun jati, daun teh, biji pinang dan gambir (Tanuwiria, 2007). Indikator keberhasilannya terlihat pada penurunan konsentrasi ammonia, peningkatan Undegraded Dietary Protein (UDP), dan produksi protein total dibandingkan tanpa penggunaan ekstrak tanin (Jenny, dkk., 2012). Probiotik dapat mengatasi rendahnya efisiensi pakan dan menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak ruminansia. Probiotik mampu menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk serta memperbaiki microflora rumen sehingga kecernaan ternak akan meningkat. Serangkaian penelitian pemanfaatan probiotik dalam pakan telah dilakukan di Balai

8 Penelitian Ternak secara in vitro maupun in vivo dengan hasil yang menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap peningkatan kecernaan komponen serat pakan maupun terhadap produktivitas ternak (Haryanto, dkk., 1998). Pemberian probiotik secara langsung dalam pakan ternak dapat meningkatkan efisiensi produksi (Kmet, dkk., 1993). Salah satu komponen probiotik adalah khamir atau ragi. Ragi mampu memanfaatkan oksigen sehingga menjamin kondisi anaerob bagi bakteri rumen dan menstimulasi populasi bakteri rumen tertentu (Yoon dan Stern, 1995). Keadaan ini diikuti meningkatnya pemanfaatan amonia dan asam laktat sehingga ph rumen stabil memungkinkan terjadinya sintesis protein mikroba yang lebih optimal sehingga populasi bakteri rumen total meningkat dan kecernaan serat kasar meningkat. Penambahan probiotik juga dapat berfungsi sebagai pengawet pakan untuk memudahkan peternak dalam manajemen pemberian pakan serta mengatasi keterbatasan pakan di saat musim kemarau. Mikroba dalam probiotik juga akan mendegradasi lignin. Untuk melihat hasil degradasi lignin oleh mikroba adalah dengan cara memberikan kepada ternak pakan yang sudah diberi perlakukan atau dikenal dengan cara in vivo. Mineral yang dibutuhkan ruminansia dalam jumlah yang sedikit tetapi sangat esensial karena tubuh tidak mampu mensintesanya sendiri. Kandungan bahan pakan komplit masih memiliki kekurangan salah satunya defisiensi mineral. Mineral esensial yang diperlukan oleh tubuh ternak domba terbagi dalam 2 kelompok, yakni mineral makro yang terdiri dari Ca, P, Mg, Na, K dan Cl, serta mineral mikro yang terdiri dari Cu, Mo,Fe dan lain-lain. Beberapa mineral juga berperan penting dalam meningkatkan aktivitas mikroba dalam rumen. Mineral yang mempengaruhi proses fermentasi rumen adalah S, Zn, Se, Co dan Na (Arora, 1995). Kobalt termasuk mineral esensial dalam ransum karena diperlukan untuk

9 sintesis Vitamin B12 oleh mikroba rumen yang berguna baik dalam jaringan tubuh hewan maupun mikrobanya (Latifudin, dkk., 2002). Defisiensi mineral akan mempengaruhi hasil dan proses fermentasi pakan dalam rumen (Arora, 1995). Serat kasar adalah bagian dari karbohidrat yang telah dipisahkan dengan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) yang terutama terdiri dari pati, dengan cara analisis kimia sederhana. Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin Bagi hewan ruminansia, selulosa merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi rumen, sedangkan bagi hewan-hewan monogastrik selulosa adalah komponen yang tidak dapat dicerna meskipun bagi hewan non-ruminansia selulosa tidak memiliki peran spesifik, namun keberadaannya penting dalam meningkatkan gerak peristaltik. (Tillman, dkk., 1998). Hemiselulosa juga berikantan silang dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat (Murni, dkk., 2008). Lignin tidak hanya mengeraskan mikrofibril selulosa, juga berikatan secara fisik dan kimia dengan hemiselulosa (Murni, dkk., 2008). Umumnya semakin tinggi kandungan serat kasar semakin rendah kecernaan dan laju degradasi bahan makanan dalam rumen (Anggorodi, 1994). Kecernaan nutrien dalam pakan dapat diukur secara in vivo. Kecernaan in vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrien menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrien pakan dan feses (Tillman, dkk., 1998). Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentase nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang dikonsumsi dengan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam

10 feses (Anggorodi, 1994). Penambahan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral dapat meningkatkan kinerja mikroba rumen sehingga kecernaan akan meningkat salah satunya kecernaan serat kasar. Serat kasar pada ruminansia selain sebagai sumber energi utama, serat kasar juga mempunyai peranan untuk mengisi dan menjaga upaya alat pencernaan bekerja baik serta mendorong kelenjar pencernaan dalam menghasilkan enzim pencernaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik hipotesis: Kombinasi penggunaan protein terproteksi, probiotik dan premiks mineral secara gabungan dalam ransum komplit memberikan nilai kecernaan selulosa, hemiselulosa dan lignin tertinggi. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini pada 29 Maret - 30 Mei 2018 terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian in vivo dan analisis kimia di laboratorium. Penelitian in vivo dilakukan selama satu bulan di kandang domba Desa Cimuja, Sumedang. Penelitian analisis kimia dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.