62 Lampiran 1. Skema Alur Pikir Porphyromonas gingivalis - Mikroorganisme sebagai etiologi utama dalam penyakit pulpa dan jaringan periapikal. Pada penelitian pengkulturan bakteri dari gigi yang utuh dengan infeksi saluran akar ditemukan 91% bakteri yang terlibat adalah bakteri obligat anaerob. (Sundqvist G, 1976) - Bakteri Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri obligat anaerob berpigmen hitam gram negatif yang banyak ditemukan pada saluran akar yang nekrosis. (Haapsalo, 1986; Baumgartner et al.,1999) - Bakteri Porphyromonas gingivalis yang paling sering terdeteksi dengan infeksi saluran akar primer Persentase bakteri Porphyromonas gingivalis pada infeksi saluran akar primer sebesar 54,2% dengan metode PCR (Kipalev et al., 2014) - Porphyromonas gingivalis memiliki prevalensi sebesar 27,3% dengan metode kultur dan 43,3% dengan metode PCR. (Tomazinho et al., 2007) - Infeksi silang antara bakteri Porphyromonas gingivalis dengan Bacteroides forsythus pada saluran akar yang meningkatkan resiko periodontitis apikalis kronis. (Wings Loo et al., 2009) - Kombinasi bakteri Fusobacterium nucleatum, Prevotella spp., dan Porphyromonas spp. dapat memberikan faktor risiko untuk endodontik flare-up. (Sedgley, 2009) Bahan Medikamen Saluran Akar - Tujuan perawatan saluran akar untuk mengeliminasi bakteri beserta produk-produknya sebanyak mungkin dan mencegah mikroorganisme menginfeksi kembali akar dan jaringan periapikal. - Preparasi saluran akar biomekanikal dengan irigasi antibakteri hanya akan memberikan 50-70% dari kanal yang terinfeksi bebas dari mikroorganisme pada infeksi saluran akar primer, tergantung pada irigasi digunakan. Oleh karena itu, perawatan saluran akar memerlukan bahan medikamen saluran akar. (Athanassiadis, Abbott dan Walsh, 2007; Siquiera et al., 2007) - Salah satu bahan medikamen saluran akar yang sering digunakan sejak
63 tahun 1920 hingga saat ini adalah kalsium hidroksida (Ca(OH)2). - Blomlof et al. mengamati bahwa memiliki efek terhadap jaringan dimana pengunaannya sebagai medikamen saluran memberikan efek yang kurang baik terhadap jaringan periodontal. (Blomlof et al., 1988) Daun Afrika (Vernonia amygdalina) - Tanaman Vernonia amygdalina sering digunakan secara tradisional mengatasi berbagai penyakit. - Banyak penelitian eksperimental Vernonia amygdalina telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri. Setiap bagian dari tanaman Vernonia amygdalina memiliki nilai farmakologis yang berbeda. - Hasil pengamatan fitokimia secara kualitatif maupun kuantitatif menunjukkan ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) mengandung semua fitokimia yang diuji dibandingkan ekstrak air daun Afrika (Vernonia amygdalina). Aktivitas antimikroba dan antifungal yang kuat pada Vernonia amygdalina terjadi karena adanya kandungan bioaktif seperti alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan terpene. (Adebayo et al., 2014) - Penelitian eksperimental Vernonia amygdalina telah melaporkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri dan antifungal. Aktivitas antibakteri dari ekstrak daun Afrika (Vernonia amygdalina) secara signifikan lebih tinggi dibandingkan ekstrak batang dan akar..
64 Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa daun Afrika (Vernonia amygdalina) memiliki aktivitas antibakteri yang merupakan salah satu syarat bahan medikamen saluran akar. Namun hingga saat ini belum ditemukan penelitian mengenai efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) terhadap bakteri saluran akar Porphyromonas gingivalis. Yang menjadi permasalahan: Apakah ada efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis diukur dari nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina). Tujuan penelitian: Untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis diukur dari nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) dan konsentrasi bunuh minimum (KBM) ekstrak etanol daun Afrika (Vernonia amygdalina). Judul penelitian: EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina) SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF MEDIKAMEN SALURAN AKAR TERHADAP Porphyromonas gingivalis (In Vitro)
65 Lampiran 2. Alur Penelitian 1. Alur Ekstraksi Daun Afrika (Vernonia amygdalina) Daun Afrika (Vernonia amygdalina) 2 kg dicuci dan dikeringkan di lemari pengering daun Afrika yang telah kering diblender dan diayak 300 gram serbuk simplisia direndam dengan etanol 70% selama 15 menit Simplisia yang telah direndam dipindahkan ke dalam perkulator dan tambahkan etanol Perkukator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam Cairan diteteskan dan ulangi sampai jernih Ekstrak cair Diuapkan dengan vacuum rotavapor sampai kental Ekstrak kental berwarna hijau kecoklatan Disimpan dalam botol kaca tertutup, simpan di tempat sejuk Diberi label
66 2. Pembuatan Media Bakteri Mueller Hinton Agar 34 gr + akuades 1 L Dipanaskan hingga mendidih Diserilkan dengan autoklaf selama 15 menit Disimpan dalam lemari pendingin Jika akan digunakan, dipanaskan lagi hingga mendidih Dituangkan ke dalam cawan petri (20 ml/petri) 3. Pembuatan Suspensi Bakteri Stem cell Porphyromonas gingivalis yang telah dibiakkan pada MHA Ambil 1-2 ose dari biakan murni bakteri lalu disuspensikan dalam larutan 0,9% NaCl Hingga konsentrasi 10 8 CFU/ml atau setara dengan 0,5 Mc Farland Standard
67 4. Pengujian Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika Ekstrak etanol daun Afrika dengan konsentrasi 100%, 50%, dan seterusnya (masingmasing konsentrasi = 1 ml) + suspensi bakteri Porphyromonas gingivalis (1 ml) Masing-masing direplikasi 4 kali Diinkubasi dalam inkubator CO 2 dengan suhu 37 o C selama 24 jam Semua konsentrasi ekstrak etanol daun Afrika dibandingkan dengan kekeruhan Mc Farland KHM Masing-masing kelompok konsentrasi dicampur dengan menggunakan vorteks Ambil 50 µl dan teteskan pada media padat (Mueller Hinton Agar) Masing-masing direplikasi sebanyak 4 kali Dimasukkan ke dalam inkubator CO 2 dengan suhu 37 o C selama 24 jam Hitung jumlah koloni bakteri pada tiap petri Hasil Kesimpulan
68 5. Penghitungan Koloni Bakteri dengan Serial Dilusi Jika koloni bakteri tidak dapat untuk dihitung (TBUD) Metode serial dilusi yaitu pengenceran bertahap secara konstan 4 tabung yang masing-masing tabung berisi 9 µl 0,9% NaCl Tabung pertama + 1 µl suspensi bakteri, divorteks Ambil 1 µl dari tabung pertama + pada tabung kedua, divorteks dilakukan hingga tabung keempat Tambahkan 1 ml bahan coba pada masing-masing tabung kemudian divorteks Diinkubasi dalam inkubator CO 2 dengan suhu 37 o C selama 24 jam Masing-masing tabung diambil 50 µl dan diteteskan pada media padat MHA Dimasukkan ke dalam inkubator CO 2 dengan suhu 37 o C selama 24 jam Hitung jumlah koloni bakteri pada tiap petri
Lampiran 3. Sertifikat Hasil Uji 69
70
Lampiran 4. Hasil Identifikasi Daun Afrika 71