85 Pemantauan kualitas air pada pemeliharaan udang vaname... (Ike Trismawanti) PEMANTAUAN KUALITAS AIR PADA PEMELIHARAAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK DENGAN SISTEM TRADISIONAL PLUS ABSTRAK Ike Trismawanti dan Agus Nawang Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 9512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id; ic_ast@yahoo.co.id Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kisaran parameter kualitas air selama pemeliharaan udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan sistem tradisional plus. Penelitian ini dilaksanakan di tambak rakyat Desa Lawallu, Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Terdiri atas dua kelompok pembudidaya yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah peserta 14 orang masing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha dan kelompok Kawan Sejahtera terdiri atas 1 peserta masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Penebaran benur udang vaname PL-1 setiap petakan tambak kepadatan 8 ekor/ m 2, bobot rata-rata,1 g/ekor. Pemeliharaan selama 65 hari dan dilakukan sampling pertumbuhan setiap 1 hari mulai umur 35 hari. Pengamatan kualitas air setiap 1 hari. Pengukuran parameter seperti suhu, oksigen terlarut, ph, dan salinitas dilakukan langsung di lokasi petakan dan untuk parameter amoniak, BOT, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan fosfat dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Pemberian pakan menggunakan pelet setelah umur 35 hari dengan dosis 5%-2% dari berat biomassa udang per hari. Hasil yang diperoleh untuk kisaran parameter kualitas air menunjukkan tingginya variasi nilai parameter khususnya salinitas dan suhu serta oksigen terlarut. Namun, kisaran untuk semua parameter masih dalam batas tolerir untuk budidaya udang vaname di tambak. KATA KUNCI: udang vaname, kualitas air, tradisional plus PENDAHULUAN Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam menambah devisa negara yang dapat mendorong dan meningkatkan ekspor non migas. Sampai saat ini udang merupakan salah satu komoditas dari subsektor perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, akan tetapi kondisi pertambakan udang di Indonesia sekarang ini sedang mengalami penurunan setelah terjangkitnya beberapa penyakit terutama Monodon Baculovirus (MBV), Infection Hypodermal and Hematophoietic Necrosis Virus (IHHNV), Baculovirus Penaeid (BP), White Spot Syndrome Virus (WSSV), dan Hepatopancreatic Parva-like Virus (HPV) pada udang windu (Penaeus monodon). Pengelolaan semakin sulit menimbulkan pemikiran untuk mengalihkan pembudidayaan ke spesies alternatif lain yaitu udang putih vaname (Litopenaeus vannamei) yang merupakan udang putih asli perairan Pasifik Meksiko (Amerika Tengah) dan Amerika Selatan (Wyban & Sweeney, 1991). Menurut Amri & Iskandar (28), udang vaname secara resmi diperkenalkan sebagai varietas unggul pada masyarakat pembudidaya pada tanggal 12 juli 21 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 41/21 setelah menurunnya produksi udang windu (Penaeus monodon) karena berbagai masalah yang dihadapi dalam proses produksi, baik masalah teknis maupun non teknis. Kelebihan udang putih ini lebih tahan terhadap penyakit dan seluruh daur hidupnya lebih terkendali serta mempunyai pasar yang besar terutama di Amerika. Dibandingkan dengan udang windu, udang ini pertumbuhannya lebih cepat dan lebih toleransi terhadap perubahan lingkungan. Sifat-sifat tersebut yang menyebabkan udang putih ini menjadi alternatif yang cukup menjanjikan untuk dibudidayakan di tambak Indonesia (Sukadi, 24). Akan tetapi hal ini juga didukung dengan kualitas air yang baik dan terkontrol agar pertumbuhan udang vaname di tambak dapat optimal. Kualitas air juga dapat mempengaruhi kesehatan udang vaname. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring kualitas air di tambak secara berkala. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui nilai kisaran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname di tambak dengan sistem teknologi tradisional plus.
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 212 86 BAHAN DAN METODE Kegiatan ini dilaksanakan di tambak rakyat Desa Lawallu Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Gambar 1). Gambar 1. Lokasi tambak budidaya udang vaname sistem tradisional plus Kegiatan ini terdiri atas dua kelompok pembudidaya yaitu Kelompok Vaname Jaya dengan jumlah peserta 14 orang masing-masing satu petak tambak dengan luas total 5,63 ha dan kelompok Kawan Sejahtera terdiri atas 1 peserta masing-masing satu petak tambak dengan luas total 4,37 ha. Jumlah luas keseluruhan tambak yang digunakan yaitu 1 ha. Komoditas budidaya yang digunakan pada kegiatan ini adalah komoditas yang menjadi salah satu produk unggulan Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu udang vaname. Penebaran benur udang vaname PL-1 setiap petakan tambak kepadatan 8 ekor/m 2, bobot rata-rata,1 g/ekor. Persiapan tambak meliputi pengeringan, pengolahan tanah dasar dan pemberantasan hama, pengapuran dengan menggunakan kapur bakar (CaO3) dengan dosis 1. kg/ha dan kapur dolomit 5 kg/ha, pemupukan dilakukan menggunakan pupuk urea 2 kg/ha dan TSP 1 kg/ha. Tinggi air di petak tambak yakni berkisar 5-1 cm. Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah pemasukan air dan pertumbuhan makanan alami di tambak yang ditandai dengan tumbuhnya plankton dan klekap yang tumbuh di dasar tambak. Benur vaname yang digunakan adalah benur PL-1 dari hatcheri PT Global Gen Situbondo yang sudah bersertifikat dan dilengkapi dengan dokumen hasil pemeriksaan laboratorium yang memastikan bahwa benur tersebut adalah benur bebas penyakit (SPF). Pengukuran kualitas air meliputi ph, salinitas, suhu, alkalinitas, oksigen terlarut, bahan organik total (BOT), amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat dilakukan setiap 1 hari. Pengukuran parameter seperti suhu, oksigen terlarut, ph, dan salinitas dilakukan langsung di lokasi petakan dan untuk parameter amonia, BOT, alkalinitas, nitrit, nitrat, dan fosfat dianalisis di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Beberapa pemantauan parameter kualitas air selama pemeliharaan udang vaname di tambak masyarakat yang dimonitoring setiap 1 hari sekali dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data hasil pengukuran kisaran parameter kualitas air pada Tabel 1 menunjukkan kisaran amonia yang diperoleh untuk semua perlakuan selama penelitian berfluktuasi sejalan dengan waktu pemeliharaan di tambak. Buwono (1993) yang menyatakan bahwa kadar amonia yang tinggi
87 Pemantauan kualitas air pada pemeliharaan udang vaname... (Ike Trismawanti) Tabel 1. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan di tambak Parameter Kisaran Suhu ( C) 26,8-4 Oksigen terlarut (mg/l) 1,44-9,75 ph 6-8 Salinitas 1-5 Amonia (mg/l),924-2,245 BOT (mg/l) 46,77-83,27 Alkalinitas 53,-1,7 Nitrit (mg/l) <,1-,1268 Nitrat (mg/l),1481-1,1852 Fosfat (mg/l),21-,4732 akan bersifat racun apabila ph air tinggi. Total amonia yang baik bagi kehidupan udang dewasa adalah kurang dari 3 mg/l dan bagi kehidupan benur kurang dari 1 mg/l. Konsentrasi BOT yang masih baik untuk kehidupan ikan adalah,1-5 mg/l Cole (1988). Berdasarkan hal tersebut di atas menunjukkan kisaran amonia dan kandungan BOT dalam penelitian ini masih layak untuk budidaya udang vaname. Menurut Liu (1989), bahwa perairan yang baik bagi kehidupan udang memiliki kandungan alkalinitas 1-25 mg/l, dengan demikian berdasarkan kandungan alkalinitas yang diperoleh maka masih tergolong layak bagi kehidupan udang di tambak. Pengukuran parameter kualitas air untuk suhu selama pemeliharaan udang di tambak yakni 1-5 ppt. Menurut Bray et al. (1994), udang vaname hidup pada perairan dengan kisaran salinitas antara 1-4 ppt. Selanjutnya Mc Graw & Scarpa (22) mengemukakan bahwa udang vaname dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar dari,5-45 ppt. Jadi nilai kisaran salinitas pada pemeliharaan udang vaname masih dapat ditolerir, begitupun juga parameter suhu di mana pada kondisi tertentu beberapa petakan suhu bisa mencapai 4 C-5 C, hal ini disebabkan ketinggian air petakan tambak sangat rendah karena besarnya tingkat resapan tanah dasar tambak pada waktu-waktu tertentu yaitu saat tidak ada pasang tinggi untuk pemasukan air. Dengan demikian sinar matahari pada siang hari pengaruhnya terlalu besar terhadap peningkatan suhu air di tambak. Cholik & Poernomo (1987) berpendapat bahwa kisaran suhu yang terbaik untuk pertumbuhan dan kehidupan udang yaitu 28 C- 3 C, namun udang masih dapat hidup pada suhu 18 C-36 C. Hal ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran suhu pada pemeliharaan udang vaname di tambak rakyat ini masih dalam batas yang layak bagi biota. Boyd (199) menerangkan bahwa jika tidak ada senyawa beracun konsentrasi oksigen minimal 2 mg/l sudah cukup untuk mendukung kehidupan jasad perairan secara normal. Hasil di lapangan menunjukkan bahwa oksigen terlarut masih bisa mendukung kehidupan biota, akan tetapi ada satu tambak yang oksigen terlarutnya < 2 mg/l. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh luasnya areal tambak tersebut yakni 1 ha untuk pemeliharaan udang vaname dengan sistem tradisional plus. Kisaran ph selama pemeliharaan yakni 6-8. Haliman & Adijaya (25) mengatakan bahwa kisaran nilai ph yang ideal untuk pertumbuhan udang adalah 7,5-8,5 dan udang masih dapat tumbuh pada kisaran ph 6,5-8,9. Jadi, pemantauan ph selama pemeliharaan masih berada dalam kisaran yang dapat menunjang budidaya udang vaname di tambak. Untuk lebih jelasnya, parameter kualitas air khususnya untuk DO, suhu, dan salinitas pada pemeliharaan udang vaname di tambak rakyat dengan sistem tradisional plus dapat dilihat pada Gambar 2. KESIMPULAN Pemantauan kisaran kualitas air pada pemeliharaan udang vaname di tambak masyarakat dengan sistem tradisional plus sangat bervariasi khususnya parameter oksigen terlarut, suhu dan salinitas. Namun, kisaran parameter kualitas air masih dalam batas tolerir untuk budidaya udang vaname di
Prosiding Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 212 88 DO (mg/l) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A A. Ihwan Amiruddin I II III IV V VI DO (mg/l) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 B Abidin Ali Makmur Basri Suhu ( o C) 41 4 39 38 37 36 35 34 33 32 31 3 29 28 27 C A. Ihwan Amiruddin Suhu ( o C) 36 26 D Abidin Makmur Salinitas (mg/l) 1 E Ihwan Amiruddin Salinitas (mg/l) 55 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 F I II III VI VI Abidin Makmur Keterangan: A = Grafik pengukuran DO kelompok Kawan Sejahtera B = Grafik pengukuran DO kelompok Vanname Jaya C = Grafik pengukuran suhu kelompok Kawan Sejahtera D = Grafik pengukuran suhu kelompok Vanname Jaya E = Grafik pengukuran salinitas kelompok Kawan Gambar 2. Grafik pengukuran DO, suhu, dan salinitas tambak. Melalui kegiatan pemeliharaan udang vaname di tambak rakyat dengan sistem tradisional plus diharapkan teknologi ini dapat diserap oleh masyarakat dan dapat meningkatkan produksi udang vaname sehingga pendapatan masyarakat bisa meningkat. DAFTAR ACUAN Amri, K. & Iskandar. 28. Budidaya udang vaname secara intensif, semi-intensif, dan tradisional. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Boyd, C.E. 199. Water quality in ponds for aquaculture. Auburn University, Alabama, USA, 482 pp. Bray, W.A., Lawrence, A.L., & Leung, T.Jr 1994. The effect of salinity on growth and survival of Penaeus vannamei, with observations on in the interaction of IHHN virus and saline. Aqua., 122: 133-146.
89 Pemantauan kualitas air pada pemeliharaan udang vaname... (Ike Trismawanti) Buwono, I.B. 1993. Tambak udang windu. Sistem Pengelolaan Berpola Intensif. Kanasius, Yogyakarta. Cholik, F. & Poernomo, A. 1987. Pengelolaan mutu air tambak untuk budidaya udang windu intesif. Kumpulan Makalah Seminar Teknologi Budidaya Udang Intensif. PT Kalori Kreasi Bahang. Jakarta. Cole, G.A. 1988. Texbook at limnology. Third Edition. Wave land press. Inc. Illionis, USA, 41 pp. Haliman, R.W. & Dian Adijaya, S. 25. Udang Vannamei. Seri Agribisnis. Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Penebar Swadaya. Jakarta, 75 hlm. Liu, C.I. 1989. Shrimp disease, prevention and treatment. Dalam Akiyama, D.M. (Ed.) Proceeding of the Southeast Asia Shrimp Farm Management Workshop. USA:Soybeans, America Soybean Association, p. 64-74. Mc Graw, J.W. & Scarpa, J. 22. Determining ion concentration for Litopenaeus vannamei culture in freshwater. Global Aquaculture. Advocate, 5(3): 36-37. Sukadi, M.F, 24. Vannamei, Fenomena baru dalam bisnis budidaya udang. Buletin Departemen Kelautan dan Perikanan. Mina Bahari. 2(8): 17. Wyban, J.A. & Sweeney, J.N. 1991. Intensif Shrimp Production Technology. The Oceanic Institute Srimp Manual. Honolulu, Hawaii, USA, 158 pp.