HUBUNGAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANOKETANG ATAS DAN DESA TOUNDANOUW KECAMATAN TOULUAAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Sri K.Walean *, John. M. Kekenusa *, H. Loho * Bidang Minat Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam RatulangiManado ABSTRAK Malaria ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Di Indonesia, rata-rata kasus malaria klinis sebesar 15 juta per tahun dan mengancam penduduk di daerah endemis. Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara lingkungan dengan kejadian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keadaan lingkungan rumah dengan kejadian malaria di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanouw Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). Penelitian dilakukan di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanouw Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara pada bulan Februari tahun 2013 sampai Mei tahun 2013. Sampel yang diambil menggunakan teknik total sampling. Jumlah sampel yaitu 76 orang dengan 38 orang untuk kelompok kasus dan 38 orang untuk kelompok kontrol. Data diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung. Analisis data dilakukan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square (p 0,05) pada program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penelitian mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria yaitu keberadaan semak-semak dengan nilai p = 0,011 (OR = 3,375 (CI) 95% = 1,303-8,744), dan kondisi selokan disekitar rumah p= 0,011(OR=3,879 (CI) 95% = 1,312-11,467). Variabel yang tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian malaria yaitu keberadaan langit-langit rumah dengan nilai p= 0,297, dan keberadaan sawah dengan nilai p=0,642. Kata kunci: Lingkungan rumah, malaria Malaria is found in almost all parts of the world, especially in countries with tropical and subtropical climates. In Indonesia, the average cases of clinical malaria by 15 million per year and threaten the population in endemic areas. Environmental conditions greatly affect the existence of malaria in an area. Several studies have shown an association between the occurrence malaria environment. The aims of research was to determine the relationship between the state of the house environment with malaria incidence in Ranoketang Atas Village And Toundanouw Village Touluaan Subdistrict Southeast Minahasa Regency. This study was an observational study with case-control study design. The study was conducted on February-May of 2013. Samples were taken using the total sampling technique. The sample size is 76 people with 38 people for the case group and 38 to the control group. Data were obtained through questionnaires and direct interviews. Data analysis includes univariate and bivariate analysis using Chi-square test (p 0,05) in the SPSS program. The results showed that the variables have a significant correlation with the incidence of malaria is the bushes with a value of p = 0,011 (OR = 3,375 (CI) 95% = 1,303 to 8,744), and the gutters around the house p = 0,011 (OR = 3,879 (CI) 95% = 1,312 to 11,467). Variables that did not have a significant relationship with the incidence of malaria is the ceilings with a value of p = 0,297, and the fields with p = 0,642. Keywords: House environment, malaria PENDAHULUAN Malaria ditemukan hampir di seluruh belahan dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari populasi dunia (Arsin, 2012).
Penyakit malaria mempengaruhi tingginya angka kematian bayi, balita, dan ibu hamil (Departemen Kesehatan RI, 2009). Malaria merupakan salah satu indikator dari Target Pembangunan Milenium, yaitu untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden malaria pada tahun 2015, dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat malaria. (Depkes RI, 2011). wilayah kerja yang lain (Dinkes Minahasa Tenggara, 2013). Penelitian ini mengambil lokasi di 2 Desa, yaitu Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanow Kecamatan Touluaan, dengan pertimbangan kasus malaria di dua Desa ini masih tinggi. (Puskesmas Touluaan, 2011). Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu daerah (Prabowo, 2004). Kondisi Kasus penyakit malaria yang ada di lingkungan sekitar rumah seperti Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan yaitu sebesar 1,63 per 1000 penduduk (2010) menjadi 2,52 per 1000 penduduk (2011) (Ditjen PP&PL RI, 2012). Data di Sulawesi Utara menunjukkan Kabupaten Minahasa Tenggara merupakan daerah dengan jumlah kasus malaria yang tinggi.(dinas Kesehatan Sulawesi Utara, 2013). Puskesmas Touluaan merupakan salah satu wilayah kerja Kabupaten Minahasa Tenggara yang memiliki angka kasus malaria tertinggi dibandingkan genangan air, merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk Anopheles. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanouw Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara pada bulan Februari 2013 sampai April 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol (case control). Populasi kasus yaitu masyarakat yang terdata menderita positif malaria sesuai hasil pemeriksaan
laboratorium di Puskesmas Touluaan Populasi kontrol yaitu masyarakat yang dinyatakan bebas malaria. Sampel yang diambil dengan diperoleh melalui wawancara dan registrasi penderita malaria yang tercatat di Puskesmas Toulaan. Data yang didapat selanjutnya dianalisis dengan analisis menggunakan teknik total sampling. univariat dan analisis bivariat. Uji Jumlah sampel yang sesuai dengan pertimbangan kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 76 orang, dimana 38 orang untuk sampel kasus dan 38 orang untuk sampel kontrol. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian statistika yang digunakan adalah uji chi square (p 0,05). Untuk menginterpretasikan hubungan risiko pada penelitian ini digunakan Odds Ratio (OR). Odds Ratio dianalisis dalam rentang 95% (CI). berupa alat ukur kuesioner.data Primer HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Karakteristik responden penelitian Kejadian Penyakit Malaria Jenis Kelamin Positif Negatif Total N % N % N % Laki-Laki 20 52,6 20 52,6 40 52,6 Perempuan 18 47,4 18 47,4 36 47,4 Umur 1-15 Tahun 26 68,4 26 68,4 52 68,4 16-30 Tahun 5 13,2 5 13,2 10 13,2 31-45 Tahun 5 13,2 5 13,2 10 13,2 46-60 Tahun 2 5,3 2 5,3 4 5,3 Tempat Tinggal Desa Ranoketang Atas 16 42,1 16 42,1 32 42,1 Desa Toundanouw 22 57,9 22 57,9 44 57,9 Berdasarkan karakteristik umur orang (68,4%), dan yang paling sedikit responden yang terbanyak berada pada kelompok umur 1-15 tahun yaitu 52 adalah responden pada kelompok umur 46-60 tahun (5,3%). Ditinjau berdasarkan
jenis kelamin masing-masing untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol, responden yang paling banyak adalah sebanyak 8 orang (47,4%). Responden yang berdomisili di Desa Toundanouw berjumlah 44 orang (57,9%), sedangkan responden laki-laki dengan jumlah 20 yang berdomisili di Desa Ranoketang orang (52,6%) dan responden perempuan Atas berjumlah 32 orang (42,1%). Tabel 2. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria FAKTOR RESIKO Kejadian Penyakit Malaria Total Kasus Kontrol n % N % N % 30 78,9 26 68,4 56 73,7 tergenang air Tidak ada selokan yang tergenang air 16 42,1 6 15,80 22 28,9 22 57,9 32 84,2 54 71,1 p Value OR 0,297 1,731 0,011 3,375 0,642 1,241 0,011 3,879 CI (95%) Keberadaan langitlangit Tidak ada langitlangit 0,613-4,884 Ada langit-langit 8 21,1 12 31,6 20 26,3 Keberadaan semaksemak Ada semak-semak 27 71,1 16 42,10 43 56,6 1,303-8,744 Tidak ada semaksemak 11 28,9 22 57,9 33 43,4 Keberadaan sawah Ada sawah 23 60,5 21 55,3 44 57,9 Tidak ada sawah 15 39,5 17 44,7 32 42,1 Kondisi air di dalam selokan Ada selokan yang 0,499-3,090 1,312-11,46 7 Hasil uji hubungan menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan langit-langit rumah dengan kejadian penyakit malaria, p = 0,297 dengan (p 0,05). Penelitian yang dilakukan Kuswanto (2005) di Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas juga menunjukkan p = 0,08 atau p 0,05, ini berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara keberadaan langit-langit rumah dengan kejadian penyakit malaria.
Berdasarkan uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan semaksemak disekitar rumah rumah dengan kejadian penyakit malaria, nilai p = 0,011 (p 0,05) dan OR sebesar 3,375 (CI 95% = 1,303-8,744). Hal ini berarti bahwa anggota keluarga yang disekitar rumahnya terdapat semak-semak, memiliki resiko 3,375 kali terkena penyakit malaria dibandingkan anggota keluarga yang disekitar rumahnya tidak terdapat semak-semak.hasil yang sama didapat oleh Suwito (2005) di Kabupaten Bangka Selatan Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keberadaan semaksemak dengan kejadian malaria dimana p=0,006 (p < 0,05) dan OR =6,3 (95% CI= 1,67-23,92). Berdasarkan uji hubungan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sawah disekitar rumah dengan kejadian penyakit malaria p = 0,642 (p 0,05). Hasil yang didapat oleh Ahmadi (2008) di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim p = 1,0 (p 5), ini berarti tidak ada hubungan antara keberadaan sawah di sekitar rumah dengan kejadian malaria Berdasarkan uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi selokan disekitar rumah rumah dengan kejadian penyakit malaria di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanow dengan nilai p = 0,011 dengan (p<0,05) dan OR sebesar 3,879 (CI 95%=1,312-11,457), ini berarti bahwa anggota keluarga yang di sekitar rumahnya terdapat selokan yang tergenang air memiliki resiko 3,375 kali terkena penyakit malaria dibandingkan anggota keluarga yang di sekitar rumahnya tidak terdapat selokan yang tergenang dengan air.kondisi selokan yang tergenang, merupakan kumpulan air yang dangkal kedalamannya. Menurut Sucipto (2011) larva kerap kali ditemukan pada kumpulan air yang dangkal kedalamannya, diperkirakan cara larva mencari makan dan
frekuensi pernafasannya mempunyai peranan yang penting serta berhubungan dengan kedalaman air. Hasil penelitian yang sama mengenai genangan air disekitar rumah yang dilakukan oleh Ahmadi (2008) di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim, dengan p = 0,012 (p< 0,05). KESIMPULAN 1. Tidak terdapat hubungan antara keberadaan langit-langit rumah dengan kejadian malaria di DesaRanoketangAtasdanDesaTound rumah dengan kejadian malaria di DesaRanoketangAtasdanDesaTound anouw 3. Tidak terdapat hubungan keberadaan sawah di sekitar rumah dengan kejadian malaria di DesaRanoketangAtasdanDesaTound anouw 4. Terdapat hubungan antara kondisi selokan di sekitar rumah dengan kejadian malaria di DesaRanoketangAtasdanDesaTound anouw anouw 2. Terdapat hubungan antara keberadaan semak-semak di sekitar DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, S. 2008. Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Tesis (Online). Semarang: Program d/18697/1/supri_ahmadi.pdf) Diakses tanggal 01 April 2013 Arsin, AR. 2012. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi. Jakarta: Masagena Press. Depkes RI. 2009. Eliminasi Malaria di Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta. Diponegoro(http://eprints.undip.ac.i Depkes RI. 2011. Buletin Malaria 2011. Jakarta.
Ditjen PP & PL. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Jakarta. Ditjen PP & PL. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.Jakarta. Kuswanto. 2005. Analisis Faktor-Faktor Suwito. 2005. Studi Kondisi Lingkungan Rumah Dan Perilaku Masyarakat Sebagai Faktor Resiko Kejadian Malaria. Tesis (online). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/14529/1/2 Risiko Kejadian Malaria di 005E4B003037.pdf) Diakses Kecamatan Kemrajen Kabupaten tanggal 01 April 201 Banyumas. Tesis (online). Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id/14992/1/2 005E4B002056.pdf) Diakses tanggal 02 April 2013 Munif, A dan Imron, M. 2010. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria. Jakarta: Sagung Seto Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasi. Jakarta: EGC. Puskesmas Touluaan. 2011. Laporan Bulanan dan pengobatan Malaria 2012. Touluaan. Sucipto. 2011. Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen Publishing