BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA ABDI DALEM KERATON KASEPUHAN CIREBON SKRIPSI. Oleh: Yuni Rohmawati

OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Lieben und arbeiten, untuk mencinta dan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa bahagia dalam keseharianya. Bagi manusia, hidup yang baik akan

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PT. Permata Finance Indonesia (PT. PFI) dan PT. Nusa Surya Ciptadana

MANAJEMEN SUMBER DAYA KELUARGADALAM LINGKARAN HIDUP KELUARGA. Oleh: As-as Setiawati

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden terdiri dari 101 orang yang terdiri dari 26 laki-laki (25,74 %), dan

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kebutuhan manusia dari kebutuhan yang bersifat paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif. Menurut Sudjud

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB I PENDAHULUAN. dimana seseorang menilai keseluruhan kehidupannya secara positif

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA GURU BANTU SD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kehidupan manusia pasti berhubungan dengan rasa bahagia dan rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

Prevalensi perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Tobacco Atlas tahun 2015, Indonesia meraih predikat jumlah

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup yang keras seperti saat ini seseorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan validitas dan reliabilitas dan analisis data. 2. Variabel Bebas : Dukungan Sosial

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yakni angkanya dapat berbeda-beda dari satu objek ke objek yang lain.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada setiap makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada seseorang tidak

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK...

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah Subjective Well-Being atau kesejahteraan subjektif berawal dari penelitian-penelitian para psikolog yang mempelajari kepribadian orang yang bahagia dan tidak bahagia. Salah satu teori yang memberikan kontribusi adalah teori psikologi humanistik yang merangsang minat positif terhadap kesejahteraan. Sejumlah faktor seperti temperamen, adaptasi dengan kondisi dan tujuan hidup merupakan substansi yang mempengaruhi Subjective Well-Being pada individu. Dalam hal ini, para peneliti cenderung menyusun Subjective Well- Being berdasarkan nilai pada dua variabel utama yaitu kebahagiaan dan kepuasan hidup ( Comptom, 2005). Subjective Well-Being merupakan penilaian seseorang tentang kebahagiaan dan kepuasan hidupnya. Sebagai tambahan, orang lain juga menilai orang-orang itu merasa lebih bahagia dan lebih puas. Subjective Well-Being mengacu pada bagaimana orang menilai kehidupan mereka yang meliputi kepuasan hidup, kepuasan perkawinan, kurangnya depresi, kegelisahan, suasana hati dan emosi (http://maniezsweety.wordpress.com/2009/10/08/kesejahteraansubjektif). Subjective Well-Being atau kesejahteraan subjektif sangatlah penting dalam diri individu karena merupakan salah satu ukuran kualitas hidup individu dan masyarakat. Diener & Suh (1998) mengatakan bahwa Subjective Well-Being adalah salah satu cara untuk menilai kualitas hidup masyarakat yang dapat dilihat salah satunya melalui indikator ekonomi dan sosial. Dengan Subjective Well-Being dapat diketahui bagaimana orang berpikir dan merasakan tentang kehidupan yang telah mereka jalani. Ukuran standar kesejahteraan untuk masing-masing individu tidaklah sama, misalkan saja dilihat melalui indikator ekonomi, seseorang yang sudah memiliki pekerjaan yang mapan dengan gaji yang tinggi, bisa saja orang tersebut

2 merasa belum bahagia dan puas dengan apa yang sudah dimilikinya, dia masih ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi lagi, ingin memiliki rumah mewah dan sebagainya, tetapi bisa jadi seseorang yang berpenghasilan tidak terlalu tinggi tetapi dia sangat mencintai pekerjaannya dan dia merasa bahagia dan puas dengan apa yang telah dicapainya itu. Penelitian terdahulu tentang Subjective Well-Being salah satunya adalah Hubungan antara Kepuasan Perkawinan dengan Subjective Well-Being pada Wanita Dual Career. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa setiap orang mempunyai Subjective Well-Being (SWB) yang berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan perkawinan dengan Subjective Well-Being (SWB) pada wanita dual career. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara kepuasan perkawinan dengan Subjective Well-Being (SWB) pada wanita dual career. Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh r sebesar 0,363 dengan p< 0,01, yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel kepuasan perkawinan dengan Subjective Well-Being (SWB). Semakin tinggi kepuasan perkawinan maka semakin tinggi pula Subjective Well-Being (SWB) pada wanita dual career. Kepuasan perkawinan pada subjek penelitian ini tergolong tinggi, sedangkan Subjective Well-Being (SWB) pada subjek penelitian ini tergolong sedang. Sumbangan efektif variabel kepuasan perkawinan terhadap Subjective Well-Being (SWB) sebesar 13,2% sehingga masih terdapat 86,8% faktor lain yang mempengaruhi Subjective Well-Being (SWB) di luar variabel kepuasan perkawinan. Fenomena yang membuat peneliti sangat tertarik adalah terhadap kelompok sosial tertentu yaitu para abdi dalem keraton, yang mana dari abdi dalem ini mayoritas dari mereka sudah bekerja dari muda bahkan dari kecil hingga turun-temurun, mereka memperoleh gaji yang terbatas tetapi dituntut loyalitas yang tinggi dalam bekerja. Umumnya, seseorang apabila memperoleh pekerjaan yang bergaji rendah pasti tidak puas dan berusaha mencari pekerjaan lain yang lebih bergaji tinggi, hal ini dikaitkan dengan kebutuhan individu di masa saat ini sangatlah tidak mudah apalagi kalau sudah berkeluarga pasti kebutuhan semakin meningkat misalkan saja untuk kebutuhan kehidupan sehari-

3 hari (sandang, pangan, papan), biaya pendidikan untuk anak yang mana kita ketahui pendidikan saat ini biayanya sangat mahal, biaya kesehatan yang juga sangat mahal, tabungan untuk masa tua nanti dan diketahui bahwa status sosial ekonomi yang tinggi juga meningkatkan status sosial dalam masyarakat. Berdasarkan Harian Online Tempo edisi 6 September 2004, gaji abdi dalem di Keraton Kasepuhan Cirebon kurang lebih sebesar Rp. 50.000,00 dengan jumlah abdi dalem sebanyak tigapuluhan, sementara di Keraton Kanoman Cirebon gaji abdi dalemnya tidak bisa dipastikan karena untuk setiap bulannya gaji mereka tidak tentu. Sementara untuk gaji abdi dalem di Keraton Yogyakarta, peneliti sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Gaji Abdi Dalem yang bekerja di kantor Keraton Yogyakarta (masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X) NO PANGKAT GAJI PERBULAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Jajar Bekel enom Bekel tuwa Lurah Wedana Riyo bupati Bupati Bupati enom Bupati kliwon Bupati nuyaka Kanjeng pangeran harya Rp. 4.600,00 Rp. 5.800,00 Rp. 6.900,00 Rp. 8.800,00 Rp. 13.300,00 Rp. 15.900,00 Rp. 19.000,00 Rp. 21.000,00 Rp. 25.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 35.000,00 Tabel di atas menujukkan bahwa gaji abdi dalem di bagian kantor Keraton Yogyakarta berbeda-beda berdasarkan tingkat pangkatnya yang berkisar antara Rp. 4.600,00 hingga Rp. 35.000,00. Tabel 1.2 Gaji Abdi Dalem yang bekerja di piket Keraton Yogyakarta ( masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono X) NO PANGKAT GAJI PERBULAN 1. 2. 3. 4. 5. Jajar Bekel enom Bekel tuwa Lurah Wedana Rp. 2.300,00 Rp. 3.500,00 Rp. 4.600,00 Rp. 5.600,00 Rp. 7.800,00

4 6. 7. 8. 9. 10. Riyo bupati Bupati Bupati enom Bupati kliwon Bupati nuyaka Rp. 8.800,00 Rp. 12.700,00 Rp. 16.000,00 Rp. 21.000,00 Rp. 22.500,00 Tabel di atas menujukkan bahwa gaji abdi dalem di bagian piket Keraton Yogyakarta berbeda-beda berdasarkan tingkat pangkatnya yang berkisar antara Rp. 2.300,00 hingga Rp. 22.500,00. Dengan gaji yang tidak begitu besar dan terkadang masih ada kendala gaji yang bermasalah seperti yang diberitakan dalam Harian Online Suara Merdeka edisi 6 Desember 2005 bahwa gaji abdi dalem di Keraton Surakarta sempat bermasalah selama 4 bulan, tetapi para abdi dalem tetap bertahan dengan pekerjaannya. Kalau dinalar secara logika gaji sebesar itu tidaklah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari karena kebutuhan hidup saat ini tidaklah murah. Mereka bekerja sebagai abdi dalem tidaklah mendapatkan gaji yang besar tetapi mereka mampu mempertahankan pekerjaannya itu. Selain faktor penghasilan, terdapat hal lain yang melandasi para abdi dalem untuk mau menjalankan profesinya dengan penuh pengabdian, mereka mengabdikan dirinya pada Keraton biasanya karena adanya nilai-nilai yang tertanam dalam diri mereka seperti ingin memperoleh keberkahan, kesehatan, ingin menjaga kebudayaan Keraton dan sebagainya. Akan tetapi berdasarkan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon pada tanggal 2 Maret 2010 diperoleh data bahwa mereka bersedia menjadi abdi dalem karena panggilan hati dan ikhlas dalam menjalaninya dan hal ini sudah menjadi tradisi untuk menjadi abdi dalam secara turun-temurun meskipun dengan gaji yang tidak banyak dan mereka merasa bahagia menjalani pekerjaannya itu. Mungkin menurut masyarakat secara umum, pekerjaan dengan gaji seperti itu sangatlah kurang, pastinya ingin memiliki pekerjaan yang mapan hingga bisa membahagiakan keluarga, mampu memenuhi segala kebutuhannya dan di saat masa tua bisa menikmati hasilnya. Lalu bagaimana gambaran kesejahteraan secara subjektif (Subjective Well-Being) dari para abdi dalem ini, dengan gaji yang rendah tetapi dituntut loyalitas yang tinggi dan mereka masih bisa bertahan hingga turun-temurun?

5 Terkait dengan Subjective Well-Being, apakah mereka merasa bahagia dan puas dengan kehidupannya sebagai abdi dalem? Penelitian ini dilakukan di Keraton Kasepuhan Cirebon karena sepengetahuan peneliti di Keraton Kasepuhan Cirebon belum pernah digunakan untuk penelitian. Selain itu kondisi di Keraton Kasepuhan lebih baik jika dibandingkan dengan Keraton lainnya yang ada di Cirebon dan jumlah abdi dalem di Keraton Kasepuhan masih banyak, hal inilah yang menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang Subjective Well- Being pada abdi dalem di Keraton Kasepuhan Cirebon. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yang ingin diungkap adalah bagaimana Subjective Well-Being pada abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Subjective Well- Being pada abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan wacana baru bagi perkembangan ilmu psikologi klinis dan psikologi sosial. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran Subjective Well-Being pada abdi dalem Keraton Kasepuhan Cirebon kepada masyarakat luas, hal ini bisa dijadikan panutan bahwa profesi dengan penghasilan yang tidak besar juga mampu memberikan kesejahteraan bagi individu tersebut, sehingga diharapkan agar setiap individu lebih menghargai profesinya.