1 BAB.I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pusat Kerja Sama Luar Negeri merupakan unsur pendukung Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian melalui Sekretaris Jenderal. Secara keseluruhan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian memiliki 5 (lima) Biro dan 3 (tiga) Pusat. Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian melaksanakan fungsi manajemen pendukung dan pelaksanaan tugas teknis lainnya. Pusat Kerja Sama Luar Negeri melaksanakan fungsi manajemen mendukung pelaksanaan kegiatan Kementerian Pertanian, khususnya pada aspek manajemen kerja sama luar negeri di bidang pertanian. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan berbagai perubahan mendasar terkait pendekatan penyusunan anggaran. Perubahan mendasar tersebut mencakup penerapan kerangka penganggaran jangka menengah (Medium-Term Expenditure Framework), penganggaran terpadu (Unified Budget), dan penganggaran berdasarkan kinerja (Performance Budget). Dalam rangka melaksanakan amanah Undang-Undang Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara tersebut, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas bersama dengan Menteri Keuangan menandatangani Surat Edaran Bersama (SEB) Nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009 yang menetapkan pelaksanaan Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (RPP) untuk periode pembangunan jangka menengah periode kedua, 2010-2014.
2 Reformasi perencanaan dan penganggaran mensyaratkan adanya keterkaitan antara perencanaan dan pendanaan program dan kegiatan dengan kinerja program dan kegiatan, serta capaian kinerja dengan akuntabilitas organisasi. Program disusun secara hierarkis agar dapat menjelaskan hubungan logis antar prioritas perencanaan organisasi, program, kegiatan, indikator kinerja dan pendanaan. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 15 ayat (1) dan Pasal 19 ayat (2), menetapkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Di samping itu, Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pada Diktum Kedua menyebutkan bahwa setiap instansi Pemerintah sampai tingkat Eselon II wajib menyusun Rencana Strategis untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Fungsi Renstra K/L sangat penting karena merupakan pedoman bagi penyusunan dokumen perencanaan jangka pendek (1 tahun) yang meliputi Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja K/L) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Lembaga/Negara (RKA-KL). Renja K/L dan RKA-KL ini merupakan lampiran Nota Keuangan untuk mengantarkan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disampaikan oleh Presiden RI dalam pidato Kenegaraan di depan DPR-RI pada tanggal 16 Agustus setiap tahunnya.
3 Sebagai turunan dari Renstra K/L, maka Renstra Pusat Kerja Sama Luar Negeri (pada tingkat Eselon II) juga memiliki peran dan fungsi yang tak kalah penting. Melaksanakan amanat RPP, Renstra Pusat Kerja Sama Luar negeri memuat Program dan Kegiatan yang dilengkapi dengan output, target, alokasi pendanaan, dan indikator kinerja. Dengan demikian, Renstra Pusat Kerja Sama Luar Negeri 2010-2014 ini akan menjadi pedoman bagi penyusunan Renja, RKA-KL, dan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Pusat Kerja Sama Luar Negeri setiap tahunnya selama periode tahun 2010-2014. 1.2. STRUKTUR OGANISASI PUSAT KERJASAMA LUAR NEGERI Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 61/Kpts/OT.140/10/2010 Bab XVII, disebutkan Pusat Kerjasama Luar Negeri merupakan satu unsur pendukung Kementerian Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. Pusat Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan penyelenggaraan kerja sama luar negeri di bidang pertanian. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi: 1. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama bilateral di bidang pertanian; 2. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama regional di bidang pertanian; 3. Penelaahan, penyusunan program, dan penyiapan pelaksanaan kerja sama multilateral di bidang pertanian; 4. Pelaksanaan urusan atase pertanian; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Pusat Kerja sama Luar Negeri.
4 Dalam menjalankan tugas tersebut, Susunan organisasi Pusat Kerjasama Luar Negeri terdiri dari: 1. Bidang Bilateral 2. Bidang Regional 3. Bidang Multilateral 4. Sub Bidang Tata Usaha dan Atase Pertanian 1.3 KONDISI UMUM Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 341/Kpts/OT.140/9/2005, tanggal 9 September 2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Biro Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan penelaahan, dan pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian. (tidak perlu) Pada periode tahun 2005-2009, Biro Kerjasama Luar Negeri melaksanakan program kerja yaitu : 1) Penyiapan perumusan kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pertanian; 2) Penelaahan dan perumusan program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara bilateral, regional, dan multilateral, serta dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bidang pangan dan pertanian; 3) Pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian; 4) Pembinaan Atase Pertanian; dan 5) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro. Sebagai penjabaran program kerja tersebut, kelompok kegiatan yang dilaksanakan meliputi :1) menyusun kebijakan kerjasama bidang pertanian secara bilateral dengan negara-negara di kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika, Afrika dan Pasifik; 2) menyusun program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara bilateral dengan negara-negara di kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah, Amerika, Afrika dan Pasifik; 3) menyusun bahan pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara bilateral dengan negara-negara di kawasan Asia, Eropa, Timur Tengah,
5 Amerika, Afrika dan Pasifik; 4) Menyiapkan bahan pembinaan Atase Pertanian; 5) Menyusun kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara regional dengan lembaga ASEAN dan non ASEAN; 6) Menyusun program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara regional dengan lembaga ASEAn dan non ASEAN; 7) Menyusun bahan pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara regional dengan lembaga ASEAN dan non ASEAN; 8) Melaksanakan administrasi urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat serta kearsipan Biro; 9) Menyusun kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara multilateral dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah; 10) Menyusun program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara multilateral dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah; 11) Menyiapkan bahan pembinaan pelaksanaan program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara multilateral dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah; 12) Melaksanakan administrasi perjalanan dinas luar negeri dan penyebaran informasi pendidikan dan pelatihan di luar negeri; 13) Menyusun kebijakan, program serta pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bidang pangan dan pertanian; 14) Menyusun kebijakan, program dan telaahan pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian dalam rangka kerjasama teknik dan bantuan hibah dengan pihak donor; 15) Menyusun kebijakan, telaahan, program serta pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian dalam rangka kerjasama program dan proyek dengan organisasi internasional. Dari hasil pelaksanaan program kerja dan kegiatan selama periode 2005-2009, Pusat Kerjasama Luar Negeri menunjukkan hasil yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun terakhir 2009, Pusat Kerjasama Luar Negeri berhasil membukukan realiasi anggaran sebesar Rp. 10.096.664.582,- atau mencapai 74,43 %, dari total pagu yang dialokasikan sebesar Rp. 13.565.036.000,-, realisasi anggaran tiap bidang pada Tabel 1.
6 Tabel 1. Alokasi Anggaran dan Realisasi di Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2009 NO BIDANG/SUB BIDANG ANGGARAN REALISASI RUPIAH % RUPIAH % 1 BILATERAL 5,657,725,000 41.71 4,347,471,784 76.84 2 REGIONAL 994,700,000 7.33 711,808,050 71.56 3 MULTILATERAL 3,517,329,000 25.93 2,364,742,560 67.23 4 TATA USAHA DAN ATASE 3,395,282,000 25.03 2,672,642,178 78.72 PERTANIAN 13,565,036,000 100.00 10,096,664,572 74.43 Kegiatan pokok di Pusat Kerjasama Luar Negeri secara rinci yang telah dilaksanakan berdasarkan program kerja pada tahun 2009 mencakup: 1.3.1 Kerjasama Bidang Bilateral Pada tahun 2009, dari alokasi anggaran sebesar Rp.5.657.725.000,-, realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp.4.347.471.784 atau 76,84 %. Kegiatan pokok yang dilaksanakan tahun 2009 meliputi: Sidang Joint Agriculture Working Group (JAWG) Indonesia Thailand ke-4 di Makassar, Sidang Consultatiive Committee on Agriculture (CCA) ke-3 Indonesia Brazil di Mataram, Sidang Working Group on Agriculture, Fisheries and Forestry (WGAFF) Indonesia Belanda ke-13 di Belanda, Peningkatan kerjasama internasional dalam kerangka bilateral, Operasional Sekretariat Tim Nasional Program Second Kennedy Round (SKR), dan Bantuan Teknis untuk negara mitra, dengan keluaran antara lain: 1). MOU bidang Pertanian dengan Turki 2). MOU Bidang Pertanian dengan Slovakia 3). Bahan dan Hasil Sidang JAWG Indonesia Thailand ke-4 4). Bahan dan Hasil Sidang CCA Indonesia Brazil ke-3 5). Bahan dan Hasil Sidang WGAFF Indonesia Belanda ke-13 6). Bahan dan Hasil SOM Bilateral Indonesia - Malaysia
7 7). Bahan Sidang Komisi Bersama/Forum Konsultasi Bilateral (SKB/FKB) dengan Yaman, Namibia, Ukraina, Peru, Uni Eropa, New Zealand, Mexico, Brazil, Rusia, Suriname, Belarus, Bulgaria, 8). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Jerman, Slovakia dan Turki 9). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Malaysia 10). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Timor Leste 11). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Thailand, Myanmar, Laos dan Kamboja 12). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Brunei 13). Bahan dan Hasil Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Maroko, Tunisia dan Yordania 14). Bahan dan Kunjungan Kerja Menteri Pertanian ke Polandia dan Rusia. 15). Laporan Kunjungan Kerja pejabat Kementerian Pertanian ke Vanuatu dan Abu Dhabi. 16). Bahan dan Hasil Pertemuan Expert Group Indonesia Thailand 17). Bahan dan Hasil Magang Petani dari Madagaskar, Myanmar dan Kamboja. 18). Laporan Bantuan Peralatan untuk Kamboja, Myanmar dan Papua New Guinea. 19). Bahan dan Laporan Kegiatan Second Kennedy Round (SKR). 20). Nota Kesepahaman dan Perkembangan Tindak Lanjut Kesepakatan Kerjasama Luar Negeri Bidang Bilateral. 1.3.2 Kerjasama Bidang Regional Untuk kerjasama bidang regional tahun 2009 tercatat bahwa realiasi anggaran sebesar Rp. 711.808.050 atau 71,56 % dari total alokasi anggaran bidang regional yang sebesar Rp.994.700.000,-. Selama tahun 2009, kegiatan pokok yang dilaksanakan mencakup untuk bidang regional adalah: Sidang Government Council ke-5 UN-CAPSA, Pertemuan ke-6 ASEAN GMF Network,
8 Working Group on Livestock, Peningkatan kerjasama internasional dalam kerangka regional, Pengembangan kerjasama dalam kerangka non-asean, pengembangan kerjasama dalam kerangka ASEAN dan Mitra Dialog, Fasilitasi Workshop APO on Fruit Crops Production.. Keluaran dari pelaksanaan kegiatan tersebut seperti: 1). Bahan dan Hasil Sidang ke-17 ASEAN Sectoral Working Gropu on Livestock (ASWGL) di Yogyakarta 2). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-6 ASEAN Genetically Modified Food Testing Network (ASEAN GMF Net) di Jakarta 3). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-1 D8 Working Group on Animal Feed di Surabaya. 4). Bahan dan Hasil Sidang Governing Council ke-5 UNESCAP CAPSA di Thailand 5). Bahan dan Hasil Pertemuan Tingkat Menteri ke-14 dan SOM ke-18 BIMP-EAGA di Brunei 6). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-30 Special SOM of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (Special SOM AMAF) di Ho Chi Minh City, Vietnam 7). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-2 ASEAN+3 Forum on Biomass Energy, di Chongqing PR China 8). Bahan dan Hasil Pertemuan the 50 th Workshop Meeting (WSM) of Head of National Productivity Organization (NPO s) di Manila Philipina. 9). Bahan dan Hasil Pertemuan AMAF ke-31 dan AMAF+3 ke-9, di Brunei 10). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-1 Prime Mover of D-8 Working Group di Mataram. 11). Bahan dan Hasil Pelaksanaan Fasilitasi APO Internasional Workshop on Planing and Management of Rural Based Agroprocessing Enterprise di Balai. 12). Bahan dan Hasil Pelaksanaan Fasilitasi Seminar on Good Agricultural Practices and Safety for Fruit Crops and Vegetables: Managing Food Quality di Yogyakarta.
9 13). Bahan dan Hasil Pertemuan ke-3 Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) Working Group on Agriculture, Agro-Based Industry and Environment (WGAAE) di Sumatera Barat. 14). Bahan dan Hasil Fasilitasi Pelaksanaan APO International Workshop on Productivity Improvement Tools for Agribusiness SMEs: Managing Food Safety in the Dairy Industry di Yogyakarta. 15). Bahan dan Hasil Pertemuan APEC Agricultural Technical Working Group di Bali. 16). Bahan Persiapan Pertemuan ASEAN Cooperation on Climate Change di Bogor 1.3.3 Kerjasama Bidang Multilateral Pada tahun 2009, alokasi anggaran untuk kerjasama bidang multilateral sebesar Rp 3.517.329.000,- dan terealisasi sebesar Rp 2.364.742.560,- atau sebesar 67,23%. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: Penyelenggaraan Pertemuan World Islamic Economic Forum (WIEF), Sidang Indonesia Malaysia on Commodities (Papper, cacao and palm oil), Hari Pangan Sedunia ke-29, Seminar Kebijakan dan Peraturan PHLN, Peningkatan Kerjasama Internasional dalam kerangka Multilateral, Peningkatan kerjasama internasional melalaui kerangka PBB, Asistensi dan Diseminasi Pemanfaatan bantuan luar negeri ke daerah, koordinasi dan pembinaan dalam rangka peningkatan PDLN, Koordinasi kerjasama non government organization, pemberdayaan perdesaan dan pembangunan pertanian (READ). Hasil keluaran dari kerjasama Bidang Multilateral tahun 2010 sebagai berikut : 1) MOU antara Kementerian Pertanian RI c.q. Sekretariat Jenderal dengan Mercy-USA For AID and Development, Inc.
10 2) MOU antara Kementerian Pertanian RI c.q. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan Agency for Technical Cooperation and Development (ACTED) 3) Perpanjangan MOU antara Kementerian Pertanian RI c.q. Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian dengan Heifer Internasional Indonesia 4) Perpanjangan MOU antara Indonesia dengan International Potato Center. 5) Laporan Sosialisasi Manfaat NGO Internasional dalam rangka mendukung pembangunan pertanian di Indonesia 6) Laporan Sidang Indonesia Malaysia on Commodities (Papper, cacao and palm oil) 7) Laporan Fasilitasi Perundingan di WTO dan Cairns Group 8) Laporan Kerjasama dengan Common Fund for Commodity (CFC), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Forum G8 dan G20, European Free Trade Assosiation (EFTA) 9) Bahan dan laporan Sidang FAORegional Conference for Asia and the Pacific ke-29 10) Bahan dan Laporan FAO COUNCIL ke-136, ke-137 11) Laporan Hari Pangan Sedunia ke-29 tahun 2009 12) Bahan dan laporan Konferensi Tingkat Tinggi Ketahanan Pangan/ World Summit on Food Security (WSFS) di Italia 13) Bahan dan Laporan Sidang Codex 14) Laporan Seminar Kebijakan dan Peraturan PHLN 15) Pengusulan Kegiatan PHLN Kementerian Pertanian 16) Buku Pedoman PHLN 17) Laporan Pemantauan Perkembangan Proyek PHLN 18) Buku Pemanfaatan Kerangka Program Kerjasama dengan IFAD Periode 2009 2013 19) Buku National Medium Term Priority Framework /NMTPF) Periode 2010 2014
11 20) Laporan Pengelolaan Hibah IFAD untuk kajian kebijakan 21) Laporan Workshop Strategi Pengembangan Gandum Nasional 22) Laporan Workshop optimalisasi peran dan strategi Indonesia dalam keanggotaan pada organisasi pangan PBB (FAO, IFAD dan WFP) 23) Bahan dan Laporan Sidang Governing Council IFAD ke-34 24) Bahan dan Laporan Sidang Executive Board IFAD ke-99, ke-100 dan ke-101 25) Laporan Sinkronisasi Program dengan Lembaga Donor 1) Buku Hasil Kebijakan IFAD Assisted Prospect and Their Impact on the Community 2) Roadmap of Study 3) Terms of Reference 4) General Guidance of the Recommended and Advocation For Vary Stakeholders 1.3.4 Sub Bidang Ketatausahaan dan Atase Pertanian Dari anggaran Sub Bidang Ketatausahaan dan Atase Pertanian tahun 2009 yang dialokasikan sebesar Rp 3.395.282.000,-, realisasi penyerapan dana sebesar Rp 2.672.642.178 atau sebesar 78,72%. Kegiatan yang dilaksanakan untuk tahun 2009 meliputi : pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan; penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran; Administrasi kegiatan Program; Penyusunan/pengumpulan/pengolahan updating/analisa data dan statistik; Evaluasi/Laporan kegiatan; fasilitasi Sidang-Sidang Internasional; Kesekretariatan Pusat kerjasama Luar Negeri; Pelayanan penyelenggaraan penerimaan kunjungan tamu asing badan internasional; Pelaksanaan tugas penghubung ke daerah Biro KLN; Pengadaan Alat pengolah data; serta Penyusuanan Program dan Rencana Kerja (RKA-KL). Keluaran untuk sub bidang tata usaha dan atase pertanian meliputi : 1) Penyelenggaraan pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan serta operasional dan pemeliharaan perkantoran
12 2) Penyelenggaraan administrasi kegiatan dan kepegawaian 3) Laporan updating data analisa dan statistic 4) Laporan Evaluasi kegiatan 5) Laporan Mingguan, Bulanan, Triwulan, dan Tahunan, 6) Buku LAKIP 7) Buku TOR dan RAB. 8) Penyelengaraan fasilitasi sidang-sidang internasional 9) Laporan Pelayanan penyelenggaraan penerimaan kunjungan tamu asing dan badan internasional 10) Laporan pelaksanaan tugas penghubung ke daerah Biro KLN 11) Penyelenggaraan pengadaan alat pengolah data 12) Buku Program dan Rencana Kerja (RKA-KL) 13) Buku Laporan Keuangan 14) Penyelenggaraan administrasi dan pencalonan pelatihan/pendidikan ke luar negeri 15) Penyelenggaraan administrasi untuk petugas dan pejabat Kementerian Pertanian yang akan bertugas ke luar negeri. 16) Penyelenggaraan administrasi keuangan untuk 4 Atase Pertanian (Brussel, Roma, Washington DC, dan Jepang) 1.4. SUMBERDAYA MANUSIA Perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun dari segi kuantitas cenderung mengalami penurunan bila dibanding pada tahun 2008. Ini diakibatkan adanya pegawai yang telah memasuki masa pensiun, akan tetapi dari segi kualitas mengalami peningkatan, ini dapat dilihat dari peningkatan kapasitas SDM yang dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun pendidikan lanjutan. Untuk tahun 2009 jumlah SDM di Pusat Kerjasama Luar Negeri sebanyak 74 pegawai. Sumber Daya Manusia tersebut terdiri dari staf teknis dan non teknis. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
13 Tabel 1: No. Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan Terakhir Lingkup Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2009 Pendidikan Terakhir Jenis Kelamin L P Jumlah 1 S 3 1 0 1 2 S 2 8 9 17 3 S 1 17 17 34 4 SM/D-III 3 0 3 5 SLTA 14 5 19 6 SLTP 0 0 0 Jumlah 43 31 74 Kalau dilihat dari kelompok umur pegawai Pusat Kerjasama Luar Negeri adalah seperti pada Tabel 2 berikut : TABEL 2: Jumlah Pegawai Menurut Kelompok Umur Lingkup Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2009 Jenis Kelamin No. Pendidikan Terakhir L P Jumlah 1 < 25 1 2 3 2 26 35 21 9 30 3 36 45 8 8 16 4 46 55 14 11 25 5 56 65 0 0 0 Jumlah 44 30 74 Kalau dilihat dari golongan (data tahun 2009) pegawai Pusat Kerjasama Luar Negeri adalah seperti pada Tabel 3 berikut :
14 TABEL 3: Jumlah Pegawai Menurut Golongan Lingkup Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2009 Jns.Kelamin No. RUANG GOLONGAN L P JUMLAH 1 GOLONGAN IV-E 0 0 0 2 GOLONGAN IV-D 0 0 0 3 GOLONGAN IV-C 1 0 1 4 GOLONGAN IV-B 1 3 4 5 GOLONGAN IV-A 3 2 5 Jumlah 5 5 10 6 GOLONGAN III-D 4 8 12 7 GOLONGAN III-C 4 1 5 8 GOLONGAN III-B 12 12 24 9 GOLONGAN III-A 9 4 13 Jumlah 29 25 54 10 GOLONGAN II-D 3 0 3 11 GOLONGAN II-C 0 0 0 12 GOLONGAN II-B 3 1 4 13 GOLONGAN II-A 3 0 3 Jumlah 9 1 10 14 GOLONGAN I-C 0 0 0 Jumlah 0 0 0 TOTAL 43 31 74 Kalau dilihat dari jenis kelamin (data tahun 2009) pegawai Pusat Kerjasama Luar Negeri adalah seperti pada Tabel 4 berikut : TABEL 4: Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin Lingkup Pusat Kerjasama Luar Negeri Tahun 2009 No. Jenis Kelamin Jumlah 1 Pria 43 2 Wanita 31 Jumlah 74 1.5. KERJASAMA DENGAN INSTANSI LAIN Dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya Pusat Kerja Sama Luar Negeri juga bekerjasama dengan instansi eksternal antara lain :
15 1) Kerjasama dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri merupakan salah satu mitra utama Pusat Kerja Sama Luar Negeri dalam pelaksanaan kerja sama luar negeri bidang pertanian baik dalam kerangka kerja sama bilateral, regional maupun multilateral. Dalam setiap pelaksanaan kerja sama bidang pertanian dengan pihak asing baik dalam kerangka bilateral, regional maupun multilateral harus melalui satu pintu yaitu Kementerian Luar Negeri terutama untuk pihak asing yang belum mempunyai payung kerja sama. 2) Kerjasama dengan Kementerian Negara Sekretariat Negara, Pusat Kerja Sama Luar Negeri selalu berkoordinasi dengan kementerian Negara Sekretariat Negara terutama yang terkait dengan pengusulan dan perpanjangan tenaga ahli, pelatihan dan pendidikan di luar negeri, penugasan pegawai dan pejabat Kementerian Pertanian ke luar negeri serta bantuan-bantuan peralatan dari luar negeri yang terkait dengan perpajakan. 3) Kerjasama dengan Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS), secara reguler Pusat Kerjasama Luar Negeri mengadakan konsultasi dan koordinasi, khususnya terkait dengan perencanaan kegiatan-kegiatan yang di biayai dari Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN), baik pendanaan bilateral, regional dan multilateral untuk pelaksanaan, evaluasi dan perpanjangan kegiatan PHLN. 4) Kerjasama dengan Kementerian Keuangan, berkenaan dengan RAPBN (Rencana Anggaran dan Belanja Negara) yang selajutnya disahkan dengan DPR, Sesuai amanat pasal 14 ayat (1) Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan bahwa dalam rangka penyusunan rancangan APBN, Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. Selanjutnya pada ayat
16 (2) pasal yang sama disebutkan bahwa rencana kerja dan anggaran yang disusun harus berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai. Sedangkan dasar penyusunan RKA-KL adalah Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA-KL. Selain itu juga untuk kepentingan kerja sama bantuan anggaran dengan mitra luar negeri dalam hal registrasi dan perpanjangan PHLN. 5) Kerjasama dengan Perguruan Tinggi, berkaitan dengan kerja sama luar negeri bidang pertanian baik secara bilateral, regional maupun multilateral banyak dilakukan kerja sama dengan perguruan tinggi terutama terkait dengan teknologi dan usaha bidang pertanian, serta tenaga ahlinya ataupun magang bagi mahasiswa dari perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang pernah bekerjasama diantaranya adalah Institut Pertanian Bogor, Universitas Indonesia, Universitas Brawijaya, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjadjaran dll. 6) Kerjasama dengan Kedutaan Besar negara mitra yang ada di Jakarta, Pusat Kerja Sama Luar Negeri selalu berkoordinasi dengan semua Kedutaan Besar negara mitra yang ada di Jakarta, terutama terkait dengan kerja sama bidang pertanian. Beberapa Kedutaan Besar di Jakarta yang secara periodik selalu berkoordinasi diantaranya adalah Kedutaan Besar Australia, New Zealand, Amerika Serikat, Brazil, Belanda, Mexico, Jepang, China, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, India, Saudi Arabia, Sudan dll. 7) Kerjasama dengan Badan-Badan Internasional dan Lembaga Swadaya Masyakarat Internasional, berkaitan dengan penggalangan dukungan pendanaan dan kerjasama bidang pertanian Pusat Kerja Sama Luar Negeri juga berkoordinasi dengan badan-badan internasional dan Lembaga Swadaya Masyarakat internasional diantaranya IFAD, ADB, WB, IDB, WFP, FAO, Sekretariat ASEAN, UN ESCAP, Mercy, Acted, Heifer Internasional, ACIAR, USAID, JICA, KOICA CIMMYT, dll.
17 8) Kerjasama dengan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian, berkaitan dengan Tupoksi Biro Kerja Sama Luar Negeri (PERMEN Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005) yaitu melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan dan penelaahan, serta pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian, untuk itu kerjasama dengan Instansi di lingkup Kementerian Pertanian sangat intens dilakukan. 9) Kerjasama dengan Kementerian lain yang tergabung dalam Kabinet Bersatu Jilid II. 1.6. JUDUL BUKU YANG DIPUBLIKASIKAN Sesuai dengan tugas pokok Pusat Kerja Sama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian yaitu Penyiapan perumusan kebijakan kerjasama luar negeri di bidang pertanian, Penelaahan dan perumusan program kerjasama luar negeri di bidang pertanian secara bilateral, regional, dan multilateral, serta dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bidang pangan dan pertanian, Pembinaan pelaksanaan kerjasama luar negeri di bidang pertanian, Pembinaan Atase Pertanian, dan Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat. Berkaitan dengan hal tersebut Pusat Kerja Sama Luar Negeri telah menerbitkan output berupa buku yang dipublikasikan selama tahun 2004 2009 sebagai berikut : TABEL 7: Judul Publikasi Lingkup Biro Kerja Sama Luar Negeri 2004-2010 No. Unit Kerja Judul Publikasi 1. Bagian Bilateral - Leaflet Second Kennedy Round (SKR) : Japan's Grant Assistance for underprivileged Farmers - Guidelines Second Kennedy Round 2. Bagian Regional - - Rencana Kerja Biro Kerja Sama Luar Negeri Bulletin Pusat Kerjasama Luar Negeri Volume 1
18 3. Bagian Multilateral - - - Bulletin Pusat Kerjasama Luar Negeri Volume II Bulletin Pusat Kerjasama Luar Negeri Volume III Profil Bantuan FAO dan IFAD pada Kementerian Pertanian RI Buku Pedoman Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) 1.7. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN Berdasarkan evaluasi pelaksanaan tugas pada periode pembangunan sebelumnya, maka selama lima tahun ke depan (2010 2014) secara umum permasalahan yang dihadapi Pusat Kerja Sama Luar Negeri antara lain: 1. Kerjasama luar negeri belum memberikan kontribusi optimal dalam menunjang pelaksanaan pembangunan pertanian; 2. Penyebaran informasi kerjasama luar negeri belum optimal; 3. Perubahan lingkungan strategis internasional yang menandai keterbukaan perekonomian dan perdagangan global perlu disikapi dengan pengembangan kerjasama bilateral, regional dan multilateral yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan; 4. Kelembagaan pertanian (Atase Pertanian) di luar negeri belum berperan secara optimal. Adapun pada periode waktu tersebut secara rinci Pusat Kerjasama Luar Negeri diperkirakan akan menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang diidentifikasi sebagai berikut : 1.7.1 Bilateral
19 1. Banyak sekali kegiatan-kegiatan kerjasama luar negeri di Lingkup Kementerian Pertanian yang tidak diketahui oleh Pusat Kerjasama Luar Negeri baik dalam kerangka bilateral, regional, maupun multilateral. 2. Mekanisme kerja antara Wakil Menteri Pertanian, Sekretaris Jenderal, Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional dan Pusat Kerjasama Luar negeri belum terstruktur dengan baik dan belum optimal 3. Dalam menyusun matrik posisi dengan negara mitra terkadang posisi antar instansi lingkup Kementerian Pertanian saling bertentangan 4. Banyak area kerjasama yang diinginkan baik oleh negara mitra maupun instansi di lingkup Kementerian Pertanian, sehingga perlu dilakukan prioritas area kerjasama yang saling menguntungkan 5. Banyak sekali kegiatan-kegiatan kerjasama dengan negara mitra yang dilakukan belum diketahui keefektifannya dalam menunjang pembangunan pertanian 6. Untuk realisasi investasi dari negara mitra masih banyak mengalami kendala terutama terkait dengan peraturan dan regulasi mengenai investasi dan kesiapan lokasi dan infrastruktur penunjang. 7. Ada beberapa MOU yang masih pending karena kedua belah pihak belum ada kesepakatan, umumnya mengenai Intelectual Property Rights (IPR) dan Genetic Resources Traditional and Knowledge (GRTK). 8. Produk ekspor pertanian Indonesia banyak yang mengalami permasalahan antara lain : kelapa sawit dianggap merusak lingkungan, menggunakan tenaga anak-anak, mengganggu kesehatan dll; Coklat Indonesia berjamur dan banyak kotorannya seperti kerikil, batang kayu dll; 9. Kegiatan tindak lanjut kerjasama dengan negara mitra yang sudah disepakati banyak yang tidak dapat dilaksanakan mengingat anggaran yang tidak tersedia baik di Pusat Kerjasama Luar Negeri maupun instansi Eselon I lingkup Kementerian Pertanian
20 10. Kerjasama bilateral sangat tergantung kesiapan dari negara mitra, sehingga terkadang karena negara mitra kurang siap akhirnya pertemuan ditunda yang mengakibatkan dana yang telah dianggarkan tidak terserap. 1.7.2 Regional Permasalahan Administratif : 1. Belum baiknya koordinasi 1.1. Mekanisme koordinasi antara Pusat KLN dengan instansi teknis terkait baik intra kementerian maupun dengan kementerian terkait lainnya dirasakan belum optimal 1.2. Koordinasi yang baik antara Pusat KLN dengan instansi teknis menjadi syarat mutlak dalam pencapaian tujuan kerjasama luar negeri yang optimal. Kurangnya koordinasi dapat berakibat pada ketidakjelasan instruksi pekerjaan 2. Kesimpangsiuran persuratan Surat menyurat adalah kegiatan yang paling mendasar dalam kerjasama luar negeri. Berbagai jenis perihal surat terkait dengan kerjasama luar negeri terkadang dilayangkan tanpa alur yang jelas (langsung dari Unit Eselon I ke pihak 3. Terbatasnya dukungan pendanaan Permasalahan substantive : 4. Belum adanya pedoman posisi Delri secara nasional Pada setiap perundingan regional, Delegasi RI yang hadir acapkali hanya dibekali dengan posisi Delri yang dipersiapkan dalam waktu singkat, sehingga tidak cukup mengakomodasi seluruh kepentingan RI. 5. Belum adanya database KLN