BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Reseacrh and Develompment)menggunakan model 4D (four-d model) yang dikembangkan oleh S. Thiagarajan, dkk (Trianto, 2011). Adapun tahapan model pengembangan 4D meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap penyebaran (disseminate). Keempat fase atau tahapan dalam model 4D ini harus dilakukan secara sistemik dan sistematik. Define (Pendefinisian) Menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis awal, tugas, siswa, konsep dan tujuan pembelajaran. Design Menyiapkan prototype perangkat pembelajaran (Perancangan) Develop (Pengembangan) Menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar, lalu melakukan uji coba produk Disseminate Penyebaran perangkat ke skala yang lebih luas (Penyebaran) Gambar 3.1: Model 4D (Four-D) 48
49 3.2 Prosedur Pengembangan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan model 4D dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.2.1 Tahap Pendefinisian (Define) Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syaratsyarat pembelajaran. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: 1. Analisis Awal Tujuan analisis awalbertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar yang berjenis LKS. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan LKS yang dikembangkan. 2. Analisis Siswa karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun LKS yang sesuai dengan kemampuan akademiknya. Karena LKS yang sesuai dengan karakteristik siswa dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar seperti siswa yang berkemampuan rendah dapat mudah mengerti dengan LKS yang menggunakan kata-kata sederhana sehingga dengan mudah dapat dimengerti. 3. Analisis Tugas Analisis tugas dilakukan untuk merinci materi ajar dalam bentuk garis besar. Analisis tugas pada persamaan linear dua variabel meliputi analisis isi pelajaran dan analisis konsep. Hasil akhir dari analisis tugas adalah LKS berbasis inkuiri sebagai perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian.
50 4. Analisis konsep Analisis konsep merupakan identifikasi konsep-konsep yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis serta mengaitkan satu konsep dengan konsep lain yang relevan. 5. Perumusan Tujuan Pembelajaran Sebelum menyusunlks berbasis inkuiri, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Hal ini berguna untuk membatasi agar tidak menyimpang dari tujuan semula. Selain itu, tujuan pembelajaran ditulis untuk menunjukkan apa yang harus mampu dilakukan seorang siswa yang berhasil belajar dengan baik, atau kompetensi yang akan dicapai siswa setelah melalui proses belajar. 3.2.2 Tahap Perancangan (Design) Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan LKS, tahap ini dilakukan untuk membuat LKS dengan kerangka isi analisis kurikulum dan materi. Menurut Belawati (2007:24), dalam tahap perancangan, yang harus diperhatikan,yaitu: perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, pemilihan strategi pembelajaran. Rancangan pada bahan ajar berupa LKS dengan menggunakan model inkuiri pada mata pelajaran matematika mencakup beberapa aspek, yaitu: 3.2.2.1 Rancangan Sampul LKS Dalam merancang sampul LKS dapat dilakukan dengan mencari informasi dari berbagai sumber terkait dengan cara membuat sampul LKS. Melihat dari
51 contoh sampul buku atau pun contoh sampul LKS lainnya yang telah ada. Rancangan sampul LKS berguna agar LKS terlihat menarik sehingga siswa tertarik untuk menggunakan LKS sebelum melihat isi dari LKS tersebut. 3.2.2.2 Rancangan Isi LKS Pada tahap ini peneliti membuat rancangan isi LKS disesuaikan dengan struktur LKS yang digunakan yaitu: 1. Menentukan Judul LKS Pada tahap menentukan judul dilihat berdasarkan kompetensi dasar, indikator yang ingin dicapai,materi pokok dan didasarkan oleh pengembangan berbasis inkuiri. Pada covernya diberikan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi SPLDV. 2. Petunjuk Belajar Petunjuk belajar atau petunjuk penggunaan disajikan untuk mempermudah siswa dan guru dalam menggunakan bahan ajar LKS khususnya bagi siswa dalam menyelesaikan suatu tugas serta bagi guru agar dapat mempermudah dalam membimbing siswa mencapai kompetensinya. 3. Kompetensi yang Akan Dicapai Pada LKS berbasis Proyekkompetensi yang akan dicapai berupa kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada tahap analisis, indikator pencapaian kompetensi dan pengalaman belajar. 4. Informasi Pendukung Informasi pendukungyang dimaksud terkait dengan materi dan konsep mengenai SPLDV. Untuk merancang informasi pendukung yang nantinya
52 akan dibuat pada tahap pembuatan LKS, peneliti mencari informasi dari berbagai sumber, dan informasi informasi tersebut disesuaikan dengan materi pada LKS yang akan dibuat. 5. Langkah-Langkah Kerja Langkah langkah kerja siswa pada LKS disesuaikan berdasarkan tahapan-tahapan model inkuiri yang meliputi: a. orientasi tahapan ini guru merancang pembelajaran, mempersiapkan media dan sumber belajar, mengorganisasikan siswa, menjelaskan prosedur pembelajaran, dan siswa diberikan uraian singkat sebagai dasar untuk mempelajari materi lebih dalam lagi. b. Merumuskan masalah Pada tahap ini siswa duduk secara berkelompok, kemudian siswa bersama kelompoknya menuliskan rumusan masalah pada materi yang akan dicari jawabannya. c. Merumuskan hipotesis Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya belajar merumuskan hipotesis atau jawaban sementara atau rumusan masalah yang telah diajukannya pada tahap sebelumnya. d. Mengumpulkan data Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya mengerjakan contoh soal yang diberi langkah-langkah dan petunjuk cara penyelesaiannya berdasarkan permasalahan pada materi. Guru hanya memfasilitasi, membantu, dan memberikan solusi kepada siswa selama kegiatannya.
53 e. Menguji hipotesis Pada tahap ini guru menunjuk satu siswa mewakilkan kelompoknya untuk memaparkan hasil kerjanya. Tugas guru melakukan penilaian atas hasil kerja yang dikerjakan siswa bersama kelompoknya. f. Merumuskan kesimpulan Pada tahap ini siswa bersama bimbingan dan arahan oleh guru merumuskan simpulan atas hasil kegiatan yang dikerjakannya. Kesimpulan ini menjawab rumusan masalah yang diajukan sebelumnya. 6. Penilaian Merancang instrumen penilaian yang akan digunakan pada akhir setelah penggunaan LKS. Penilaian pada LKS tersebut berupa penilaian uji kompetensi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi SPLDV. Setelah produk awal telah selesai dibuat, maka produk akan divalidasi oleh tim ahli pada tahap pengembangan. 3.2.3 Tahap Pengembangan (Develop) Thiagarajan membagi tahap pengembangandalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk yang telah dihasilkan. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Sedangkan Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk yang terdiri dari uji coba perseorangan, kelompok kecil, dan kelompok besar.tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkam perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan-masukan validator. Tahap ini meliputi sebagai berikut:
54 Validasi produk oleh timahli Revisi Desain Uji coba perorangan Uji coba kelompok kecil Hasil belajar Uji coba pemakaian produk Revisi berdasarkan komentar guru dan siswa Gambar 3.2: Tahap Pengembangan (Develop) 1. Validasi Produk oleh Tim Ahli Pada penelitian ini LKS divalidasi oleh 2 orang tim pakar pendidikan. Tim ahli yang dipilih sesuai dengan pertimbangan keahlian, kepakaran dan pengalaman dalam pembelajaran persamaan linear dua variabel dan dalam mendesain LKS. Dalam hal ini validasi yang dilakukan adalah validasi desain media pembelajaran dan validasi materi pembelajaran matematika. Ahli desain media pembelajaran adalah seorang ahli yang minimal memiliki pendidikan S2 yang memiliki pengalaman dan keahlian dalam perancangan dan pengembangan media pembelajaran yang berasal baik dari dosen, guru ataupun ahli media lainnya. Sedangkan ahli materi adalah seorang ahli materi pembelajaran matematika minimal memiliki pendidikan S2 bidang pendidikan matematika yang berasal dari dosen ataupun guru disekolahan yang memiliki pengalaman tinggi dalam mengajar matematika. Berdasarkan pada data yang didapat dari survey lapangan dan mengacu pada dasar-dasar teori atau konsep dari hasil studi, maka peneliti menyusun draft
55 awal model produk yang dikembangkan. Draft produk tersebut selanjutnya direvisi oleh tim ahli. Dengan memperhatikan rancangan desain, 2 orang tim ahli tersebut diminta untuk memvalidasi produk awal. Setelah itu diberikan angket tertutup sebagai bentuk instrumen validasi untuk menilai produk tersebut.dalam hal ini menggunakan angket tertutup, namun tim ahli dipersilahkan memberikan komentar dan saran secara terbuka. Instrumen validasi untuk ahli materi meliputi aspek kecermatan isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan, dan penggunaan bahasa.sedangkan instrumen validasi untuk ahli desain media pembelajaran meliputi aspek perwajahan, ilustrasi, dan kelengkapan komponen LKS (Belawati, 2007).Adapun kisi-kisi dari angket validasi ahli materi, angket validasi ahli desain mediadan LKS berbasis proyek dapat dilihat pada tabel 3.1,tabel 3.2dan tabel 3.3berikut:
56 Tabel 3.1: Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Ahli Materi(Belawati, 2007) Variabel Indikator Item Kecermatan isi Valid 1 Selaras dengan isi cakupan 2 Mutakhir 3 Ketepatan cakupan isi Keluasan sesuai dengan tujuan instruksional 4 Kedalaman sesuai dengan tujuan instruksional 5 Keutuhan konsep 6 Ketercernaan Logis 7 Runtut 8 Cukup contoh dan ilustrasi 9 Format konsisten 10 Ada penjelasan relevansi 11 Ada penjelasan manfaat 12 Penggunaan bahasa Ragam bahasa komunikatif 13 Kata singkat dan lugas 14 Ada daftar senarai 15 Kalimat efektif 16 Paragraf memiliki gagasan utama 17 Kalimat-kalimat dalam paragraf terpadu 18 Kalimat-kalimat dalam paragraf konsisten 19 Tabel 3.2: Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Ahli Desain(Belawati, 2007) Variabel Indikator Item Narasi tidak terlalu padat 1 Ada bagian kosong 2 kalimat pendek 3 Perwajahan Grafik bermakna 4 Gambar bermakna 5 Penomoran benar dan konsisten 6 Huruf menarik 7 Huruf tidak membingungkan 8 Ada ilustrasi 9 Ilustrasi Ilustrasi menarik 10 Ilustrasi komunikatif 11 Ada uraian 12 Kelengkapan Ada latihan 13 komponen Ada umpan balik 14 Ada penguatan 15
57 Tabel 3.3: Kisi-kisi Angket Penilaian Validasi Desain LKS Berbasis Inkuiri Indikator Deskriptor Item 1. Orientasi 1. LKS mengarahkan siswa untuk tertarik dengan apa yang hendak dipelajari 2. LKS mengarahkan siswa menumbuhkan rasa 1 2 ingin tahu apa yang hendak dipelajari 2. Merumuskan masalah 3. LKS mengarahkan siswa dalam bertanya untuk 3 memahami permasalahan terhadap materi 3. Merumuskan hipomtesis 4. LKS mengarahkan siswa dalam mengamati 4 permasalahan terhadap materi 4. Mengumpulkan data 5. LKS mengarahkan siswa untuk menalar dan 5 mencoba dalam menyelesaikan contoh soal yang diberikan 5. Menguji hipotesis 6. LKS membantu siswa dalam memahami materi 6 berdasarkan contoh soal yang dikerjakan 6. Merumuskan kesimpulan 7. LKS mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan contoh soal yang dikerjakan 7 Instrumen angket validasi tersebut memiliki jawaban berupa data kualitatif dengan pilihan jawaban sebagai berikut: 5 = Sangat baik 4 = Baik 3 = Sedang 2 = Tidak baik 1 = Sangat tidak baik Analisis perhitungan setiap tabel adalah: Jumlah skor kriterium (N) = ( ) Untuk skor maksimum 5 dan skor minimum 1, maka rentang skor (R) adalah 5 1 = 4. Dalam menentukan kategori kevalidasian (sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik), maka panjang kelas intervalnya (i) adalah 4 : 5 = 0,8. Dimana 4 = rentang skor (R) dan 5 =skor tertinggi tiap butir. Secara kontinum dapat dibuat kategori interval sebagai berikut:
58 1,00 N 1,79 : Sangat tidak baik 1,80 N 2,59 : Tidak baik 2,60 N 3,39 : Sedang 3,40 N 4,19 : Baik 4,20 N 5,00 : Sangat Baik LKS dikatakan valid jika berada pada kualitas sangat baik, baik atau sedang.sedangkan untuk butir penilaian yang mendapat kulitas tidak baik, maka perlu dilakukan revisi. 2. Revisi Desain Setelah desain produk divalidasi melalui penilaian tim ahli, peneliti melakukan revisi terhadap desain produk yang telah dibuat berdasarkan masukanmasukan dari tim ahli 3. Uji Coba Perorangandan dan Uji Coba Kelompok Kecil Setelah desain diperbaiki, maka tahap selanjutnya adalah meminta pendapat dari 2 orang guru matematika dan 10 orang siswakelas VIIIJ SMPN 05 Kota Jambi yang bukan subjek uji coba pemakaian produk. Pada saat uji cobapenilaian ini dicari data respon, komentar dari sasaran pengguna produk. Hasil uji coba penilaian digunakan memperbaiki produk. Instrumen dalam uji coba penilaian produk ini adalah berupa angket. Angket ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap LKS yang diuji cobakan. Adapun kisi-kisi dari angket penilaian guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 dan tabel 3.5 berikut:
59 Tabel 3.4: Kisi-kisi Angket Penilaian Guru Mata Pelajaran Matematika (Lestari, 2013:105) Variabel Komponen Ítem LKS berbasis inkuiri pada materi persmaan linear dua variabel KELAYAKAN ISI 1. Kesesuaian dengan SK-KD-indikator 2. Kesesuaian dengan kebutuhan siswa 3. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar 4. Kebenaran substansi materi 5. Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan KEBAHASAAN 6. Keterbacaan 7. Kejelasan informasi 8. Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien SAJIAN 9. Kejelasan tujuan 10. Urutan penyajian 11. Pemberian motivasi 12. Interaktifitas 13. Kelengkapan informasi KEGRAFISAN 14. Penggunaan font (jenis dan ukuran) 15. Layout, tata letak 16. Ilustrasi, grafis, gambar, foto 17. Desain tampilan Tabel 3.5: Kisi-kisi Angket Penilaian Siswa (Devi, dkk 2010) Variabel Indikator Deskriptor Item LKS berbasis inkuiri pada materi persmaan linear dua variabel Penyajian Materi Tampilan 1. Judul LKS harus sesuai dengan materinya 2. Materi yang disajikan secara sistematis 3. Materi disajikan secara logis 4. Materi disajikan secara sederhana 5. Materi disajikan dengan jelas 6. Menunjang keterkaitan siswa untuk ikut aktif 1. Penyajian sederhana 2. Penyajian jelas 3. Penyajian mudah dipahami 4. Gambar seduai dengan konsepnya 5. Tata letak gambar tepat 6. Tata letak pertanyaan tepat 7. Judul jelas 8. Keterangan jelas 9. Pertanyaan jelas 10. Mengembangkan minat siswa 11. Mengajak siswa untuk berfikir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Instrumen angket uji coba penilaian tersebut memiliki jawaban berupa data kualitatif dengan pilihan jawaban sebagai berikut: 5 = Sangat baik 4 = Baik 3 = Sedang 2 = Tidak baik 1 = Sangat tidak baik Analisis perhitungannya adalah: Jumlah skor kriterium (N) = ( ) Untuk skor maksimum 5 dan skor minimum 1, maka rentang skor (R) adalah 5 1 = 4. Dalam menentukan kategori kevalidasian (sangat baik, baik, sedang, tidak baik, dan sangat tidak baik), maka panjang kelas intervalnya (i) adalah 4 : 5 = 0,8. Dimana 4 = rentang skor (R) dan 5 =skor tertinggi tiap butir. Secara kontinum dapat dibuat kategori interval sebagai berikut: 1,00 N 1,79 : Sangat tidak baik 1,80 N 2,59 : Tidak baik 2,60 N 3,39 : Sedang 3,40 N 4,19 : Baik 4,20 N 5,00 : Sangat Baik Angket yang diberikan berupa angket tertutup namun guru atau siswa pun diminta untuk berkomentar secara bebas mengenai bahan ajar. Ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam merevisi bahan ajar tersebut. Seperti pada validasi desain, untuk kriteria kualitatif rating scale, bahan ajar dikatakan efektif jika 60
61 berada pada kualitas sangat baik, baik atau sedang.sedangkan untuk butir penilaian berada pada kualitas tidak baik maka perlu dilakukan revisi. 4. Revisi Produk Setelah dilakukan uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecildengan meminta komentar 2 orang guru matematika dan 10 orang siswa kelas VIIIJ SMPN 05 Kota Jambi non subjek, dilakukan revisi sesuai komentar dari 2 guru matematika dan 10 orang siswa tersebut. 5. Uji Coba Pemakaian Pada tahap ini LKS tersebut diujikan pada siswakelas VIIII SMPN 05 Kota Jambi.Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari LKSyang dikembangkan. Uji coba dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan sesuai dengan silabus pembelajaran yang dipakai oleh SMPN 5 Kota Jambi. Pada uji coba pemakaian ini peneliti menggunakan model proyek dalam pelaksanaan pembelajaran matematika pada materi persamaan linear dua variabel. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: 1. Pada tahap pendahuluan peneliti mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik. Peserta didik diberi gambaran singkat untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahasdan mengembangkanrasa keingintahuan siswa. 2. Pada kegiatan inti peserta didik diberi kesempatan untuk membaca uraian materi yang terdapat di LKS kemudian peserta didik mengerjakan kegiatan
62 yang terdapat padalkssecara mandiri melalui bimbingan guru dengan memperhatikan item-item yang diterapkan pada LKS yang telah disusun. 3. Pada kegiatan penutup yaitu siswa melakukan kegiatan evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada LKS untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari, menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari, dan pemberian tugas dari guru. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan secara mandiri oleh siswa di sekolah dan di rumah, karena berdasarkan tujuan dan fungsi dari LKS yaitu sebagai bahan pembelajaran mandiri yang dapat dilakukan siswa baik dirumah maupun disekolah. Pada saat uji coba kelompok besar dilakukan juga penilaian observasi aktifitas siswa. Observasi aktifitas siswa ini dilakukan oleh guru. Menurut Sitiatava (2013:46) prosedur aplikasi model inkuiri ada 6 tahap, seperti tabel 3.6 berikut Tabel 3.6 Kisi-kisi Penilaian Pada Lembar Observasi Aktifitas Siswa Variabel Aspek yang dinilai Orientasi a. Mendengarkan penjelasan guru b. Menimbulkan rasa ingin tahu Merumuskan masalah c. Keaktifan dalam bertanya Siswa Merumuskan hipotesis d. Keaktifan dalam mengumpulkan informasi Mengumpulkan data e. Mengolah data dan informasi Menguji hipotesis f. Pemahaman konsep materi Merumuskan kesimpulan g. Menarik kesimpulan Instrumen lembar observasi aktifitas siswa diisi oleh pengamat yaitu guru matematika yang mengamati proses pembelajaran yang memiliki skor berupa data kuantitatif dengan pilihan skor sebagai berikut:
63 2 = Baik 1 = Cukup 0 = Tidak Baik Pada tabel 3.6Analisis perhitungannyaadalah: Jumlah skor kriterium (N)/ indikator =!! " 100% Kemudian untuk menentukan rerata skor semua indikator yaitu (jumlah skor keseluruhan indikator : jumlah indikator). Hasil observasi akan dibuat interval menjadi selang kategori (sangat baik, baik, cukup,kurang baik, dan tidak baik). Berdasarkan skor maksimum, yaitu 100 (dalam %) dan skor mínimum yaitu 0 (dalam %). Rentang skor (R) adalah 100-0 = 100, dan untuk lima kelas interval kategori aktivitas siswa, maka panjang kelas intervalnya (i) adalah 100 : 5 = 20. Secara kontinum dapat dibuat kategori interval sebagai berikut: 0 N 20 : Tidak Baik 20 < N 40 : Kurang baik 40 < N 60 : Cukup 60 < N 80 : Baik 80 < N 100: Sangat baik 3.3 Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba Kegiatan uji coba merupakan satu kesatuan langkah kegiatan pengembangan LKS ini.desain uji coba adalah LKS awal yang telah dihasilkan
64 melalui beberapa tahap yang telah dilewati dalam prosedur pengembangan yang belum direvisi.lks ini kemudian diberikan kepada validator yang akan menilai LKS yang dibuat dari aspek tampilan dan aspek materi sehingga akan diketahui kelemahan dari LKS yang dibuat. Lalu LKS diberikan kepada guru matematika dan kelompok kecil untuk dilihat apa komentar dari responden tersebut. Setelah itu LKSakan digunakan dalam kegiatan pembelajaran pada kelompok besar dan akan dilihat hasil belajar siswa yang menggunakan LKSberbasis proyek ini. 3.3.2 Subjek Uji Coba Subjek uji coba pada pengembangan ini adalah 2 orang validator yang terdiri dari validator uji ahli materi dan validator uji ahli media, 2 orang guru matematika, 10orang siswa kelas VIIIJ SMPN 05 Kota Jambi non subjek dan juga sasaran pemakai dari produk ini adalah siswa kelas VIII I SMPN 05 Kota Jambi. 3.3.3 Jenis Data Dalam penelitian ini, jenis data yang diambil dalam penelitian ini berupa data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari data hasil angket validasi, komentar guru dan siswa, serta persentase hasil belajar siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara sebagai berikut : 1. Tahap persiapan 1.1 Mempersiapkan LKS berbasis proyek pada materi persamaan linear dua variabel untuk kelas VIII SMP 1.2 Menyiapkan surat izin penelitian 1.3 Menentukan tim ahli sebagai validator 1.4 Menentukan siswa sebagai subjek uji coba
65 2. Tahap pelaksanaan 2.1 Penulis menunjukkan LKS yang telah dibuat kepada tim ahli (validator). Kemudian tim ahli memvalidasi LKS yang telah dibuat melalui angket terbuka dengan menyertakan saran dan masukan dalam perbaikan LKS tersebut. 2.2 Penulis menunjukkan LKS yang telah direvisi kepada 2 orang guru matematika dan 10 orang siswa. Kemudian guru dan siswa tersebut memberikan pendapat mereka terhadap LKS tersebut 2.3 Setelah LKS dinyatakan layak produksi, peneliti melakukan kegiatan belajar mengajar dalam 5 kali pertemuan menggunakan LKS berbasis inkuiri. 3. Tahap akhir 3.1 Melakukan post test pada pertemuan ke-6 untuk melihat hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS. 3.2 Menganalisis data kuantitatif dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik analisis data 3.3.4 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen penelitian adalahsuatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013:102). Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen validasi produk dari segi materi dan desain, instrumen persepsi guru dan siswa, dan tes pilihan ganda (objektif) dengan lima alternatif pilihan jawaban. Untuk instrumen tes pilihan ganda dilakukan uji coba terlebih dahulu agar tes yang digunakan berkualitas kemudian dilakukan analisis
66 item. Analisis ini digunakan untuk mengetahui validitas, daya pembeda, indeks kesukaran dan realibilitas. 3.3.4.1 Tes Hasil Belajar Matematika Tes hasil belajar merupakan butir tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.jadi, tes hasil belajar matematika merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti belajar mengajar matematika. Tes ini dilakukan setelah uji coba pemakaian produk.untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar matematika siswa, maka disusunlah seperangkat soalsoal tes dalam bentuk soal pilihan ganda yang memenuhi kriteria validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas. Pemilihan bentuk tes objektif karena tes objektif memiliki model yang lebih banyak dan variatif dibandingkan tes bentuk uraian. Karena itulah tes obyektif lebih sering digunakan dalam tes prestasi hasil belajar dibandingkan tes bentuk uraian.oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas tes yang memenuhi kriteria tersebut, maka perlu dilakukan uji coba terhadap tes tersebut. A. Validitas Tes Menurut Arikunto (2008:168), sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian pengembangan ini, untuk mengukur validitas tes digunakan validitas isi. Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan menggunakan korelasi product moment seperti berikut:
67 & ()*( () ( )) # $% = +{&( ( - )*( () - *{&( ) - )*( ))² Keterangan: r xy = Koefisien korelsi antara X dan Y N = Banyak subjek X = Skor tiap butir soal Y = Skor tiap siswa X = Jumlah nilai-nilai X X 2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai X Y = Jumlah nilai-nilai Y Y 2 = Jumlah kuadrat nilai-nilai Y XY = Perkalian nilai X dan Y perorangan XY = Jumlah perkalian nilai X dan Y Dalam hal ini, nilai r xy diartikan sebagai koefisien validitas yang diinterpretasikan ke dalam kategori sebagai berikut : 0,90 r xy 1,00 = validitas sangat tinggi 0,70 r xy < 0,90 = validitas tinggi 0,40 r xy < 0,70 = validitas sedang 0,20 r xy <0,40 = validitas rendah 0,00 r xy <0,20 = validitas sangat rendah r xy < 0,20 = tidak valid
68 B. Daya Beda Menurut Arikunto (2008:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). B D = J A A B J B B = P A P B Keterangan : D = Indeks diskriminasi atau daya pembeda J A = Banyak peserta kelompok atas J B = Banyak peserta kelompok bawah B A = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar B B = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar P A = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar P B = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar. Dengan kriteria nilai D adalah : D = Negatif : Jelek sekali 0,00 D < 0,20 : jelek 0,20 D < 0,40 : cukup 0,40 D < 0,70 : baik 0,70 D 1,00 : sangat baik. Nilai D negatif berarti semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif dibuang (Arikunto, 2008:218). Soal yang dipakai dalam penelitian pengembangan ini adalah soal dengan kriteria D sangat baik, baik dan cukup.
69 C. Taraf Kesukaran Menurut Arikunto (2008:207), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tetapi, perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau sukar lalu tidak berarti tidak boleh digunakan (Arikunto, 2008: 210). Besarnya indeks kesukaran soal ditentukan dengan rumus P = B JS Keterangan : P = Indeks kesukaran B = Banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes. Untuk mengetahui besarnya indeks kesukaran, kriteria yang digunakan adalah: 0,00 P < 0,30 : sukar 0,30 P < 0,70 : sedang 0,70 P 1,00 : mudah Kriteria soal yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah soal yang mempunyai indeks kesukaran mudah, sedang, dan sukar. D. Reliabilitas Menurut Arikunto (2008:60), sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasilhasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Untuk menentukan reliabilitas tes, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: r 11 2 S n i = n 1 S n = 1 2 piqi dengan S 2 m i= = 1 X 2 i N n i= 1 X N i 2
70 Keterangan : r 11 p i q i = Reabilitas tes secara keseluruhan = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah n p i q i=1 S 2 n X i N i = Jumlah hasil kali p i dan q i = Variansi dari tes = Banyak item = Skor total butir soal = Jumlah peserta tes Sebagai kriteria penghitung reliabilitas soal didasarkan pada ketentuan di bawah ini : 0,00 r 11 < 0,20 : reliabilitas sangat rendah 0,20 r 11 < 0,40 : reliabilitas rendah 0,40 r 11 < 0,60 : reliabilitas cukup 0,60 r 11 < 0,80 : reliabilitas tinggi 0,80 r 11 1,00 : reliabilitas sangat tinggi Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). 3.3.5 Teknik Analisis Data Setelah siswa diajarkan dengan menggunakan LKS tersebut kemudian dilakukan post-test pada satu kelas untuk melihat manfaat penggunaan LKS pada hasil belajar siswa tersebut.post-test yang dilakukan berpatok pada KKM. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
71 m P = 100% n Keterangan: P = persentase nilai siswa yang sesuai KKM m = banyak siswa yang nilainya sesuai KKM n = banyaknya siswa