BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran utama dalam menciptakan kesejahteraan dan mengurangi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

I. PENDAHULUAN. negara untuk mengembangkan outputnya (GNP per kapita). Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA RESMI STATISTIK

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasarkan status sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PENEMPATAN TENAGA KERJA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

GUBERNUR JAWA TENGAH,


PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF PENELITIAN PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA PRODUK MANUFAKTUR DI JAWA TENGAH

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DESAIN DAN DIVERSIFIKASI PRODUK IKM KERAJINAN BAMBU DI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi inklusif menjadi fokus utama yang ingin dicapai melalui penerapan kebijakan baik melalui bank sentral maupun pemerintah. Inovasi baru pada sektor produkif dipandang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara terutama dinegara berkembang. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai ketika sumber daya produktif dapat dimanfaatkan secara optimal dan dialokasikan seacara merata. Tujuan pembangunan ekonomi untuk mencapai sasaran utama dalam menciptakan kesejahteraan dan mengurangi ketimpangan. Dalam proses pembangunan perekonomian Indonesia, sektor UMKM memiliki peranan yang sangat strategis dan penting. Usaha mikro kecil menengah menjadi salah satu prioritas agenda pembangunan di Indonesia hal ini terbukti dari bertahanya sektor UKM saat terjadi krisis hebat tahun 1998, bila dibandingkan dengan sektor lain yang lebih besar justru tidak mampu bertahan dengan adanya krisis (Wulandari, 2017). Krisis ekonomi dari tahun 1998 dan kemudian menyusul tahun 2008 telah menyebabkan tingginya tingkat inflasi, pengangguran dan kemiskinan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin diperkirakan 39,05 juta orang, naik 3,95 juta dari tahun sebelumnya yang berjumlah 35,05 juta. Data menunjukan bahwa Indonesia adalah Negara berkembang yang tidak mampu keluar dari krisis sehingga gagal dalam 1

2 melaksanakan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan perdapatan riil perkapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Usaha mikro kecil dan menengah diharapkan hanya sebagai sumber penting peningkatan kesempatan kerja, tetapi juga dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan ekspor diindonesia, khusus disektor industri manufaktur. Sayangnya hingga saat ini, UMKM Indonesia masih belum kuat dalam ekspor walaupun berdasarkan data menengkop dan UKM, nilai ekspornya setiap tahun mengalami peningkatan. Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu diindikasikan dengan pertumbuhan PDB. Pertumbuhan PDB dipengaruhi oleh beberapa variable yang berkaitan dengan perkembangan UKM yang terdiri dari: Tenaga kerja UKM, jumlah unit UKM, ekspor, dan investasi UKM (Rachman, 2016). Disisi lain, jatuhnya sebagian usaha usaha besar dan menengah serta adanya keterbatasan yang dimiliki tenaga kecil menjadi momentum bagi perubahan struktur ekonomi yang berorientasi pada usaha kecil. Sektor usaha kecil merupakan sektor yang masih bertahan ditengah-tengah krisis ekonomi dan perlu untuk dlikembangkan, karena sektor industri kecil merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja dan penggunaan modal usaha relative sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan UKM di Indonesia memegang peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian. Kekuatan ekonomi Indonesia ke depan akan

3 bertumpu pada tiga pilar yakni ekonomi kerakyatan, ekonomi daerah dan pemberdayaan UKM. Karena itu dibutuhkan peran pemerintah dalam memajukan UKM di Indonesia melalui pengembangan UKM berkesinambungan dan terintegrasi dengan pembangunan nasional, dan payung hukum berupa undangundang perekonomian nasional serta mengevaluasi peraturan-peraturan yang menghambat perkembangan UKM (Takyuddin, 2016). Usaha kecil menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil dan menengah (UMKM), didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar, serta memenuhi kriteria lain. Pertama kekayaan bersih Rp 50 juta sampai Rp 500 juta tidak termasuk tanah dan tempat bangunan usaha. Kedua, memiliki hasil penjualan tahunan Rp 300 juta sampai 2,5 milyar (Divianto, 2014). UKM (Usaha Kecil Menengah) sangatlah berpengaruh dalam tahap pembangunan ekonomi baik dinegara Negara maju maupun Negara berkembang seperti halnya Indonesia. Peran UKM yang paling terlihat adalah penyerapan tenaga kerja, penyerapan UKM tidak perlu memiliki persyaratan persyaratan khusus seperti halnya perusahan perusahaan besar. Sampai pada akhirnya UKM mampu menunjang perekonomian yang kompetitif sampai menembus pasar global.

4 Tabel 1.1 Jumlah UKM di Jawa Tengah No Kabupaten / Kota Tahun Jumlah UKM (Unit) 1 Batang 2016 101,454 2 Blora 2016 5,926 3 Brebes 2016 1,032 4 Cilacap 2016 12,249 5 Demak 2016 29,407 6 Grobogan 2016 27,072 7 Jepara 2016 75,204 8 Klaten 2016 55,100 9 Magelang 2016 106,637 10 Semarang 2016 11,502 11 Pati 2016 40,382 12 Pemalang 2016 4,351 13 Sragen 2016 66,939 14 Temanggung 2016 1,248 15 Wonogiri 2016 27,303 16 Kudus 2016 11,919 17 Kota Surakarta 2016 43,708 18 Tegal 2016 1,447 19 Salatiga 2016 130 20 Kebumen 2016 43,123 21 Kendal 2016 1,012 22 Wonosobo 2016 59,245 23 Rembang 2016 2,248 24 Banjarnegara 2016 771 25 Sukoharjo 2016 913 Sumber: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan tabel 1.1 jumlah UKM di Jawa tengah tahun 2016, Jumlah UKM dari tahun ketahun memiliki peningkatan dikarenakan banyaknya masyarakat yang mulai tertarik dengan usaha-usaha kecil yang dewasa ini banyak dijalankan. Kabupaten Magelan memiliki jumlah unit tertinggi yaitu 106637, sedangkan Kabupaten posisi kedua adalah kabupate Batang dengan jumlah unit yaitu

5 101454, sedangkan untuk posisi ketiga adalah kabupaten Jepara dengan jumlah unit sebanyak 75204. Kemudian untuk jumlah UKM terendah adalah kabupaten Salatiga dengan jumlah unit sebanyak 130, untuk posisi kedua adalah kabupaten Banjarnegara dengan jumlah unit 771, sedangkan untuk posisi ketiga adalah kabupaten Sukoharjo dengan jumlah unit sebanyak 913. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam litelature biasanya adalah seluruh penduduk suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri manusia yang terkait dengan perdagangan diberbagai kegiatan atau usaha yang ada keterlibatan manusia yang dimaksud adalah keterlibatan dalam unsur jasa dan tenaga kerja (Rachman, 2016).

6 Tabel 1.2 Jumlah Penyerapan tenaga kerja pada UKM di Jawa Tengah No Kabupaten / Kota Tahun Penyerapan Tenaga Kerja (Orang) 1 Batang 2016 183,732 2 Blora 2016 18,063 3 Brebes 2016 1,801 4 Cilacap 2016 55,214 5 Demak 2016 120,464 6 Grobogan 2016 72,027 7 Jepara 2016 198,179 8 Klaten 2016 335,040 9 Magelang 2016 161,552 10 Semarang 2016 24,891 11 Pati 2016 148,089 12 Pemalang 2016 5,970 13 Sragen 2016 345,474 14 Temanggung 2016 2,612 15 Wonogiri 2016 85,775 16 Kudus 2016 27,186 17 Kota Surakarta 2016 148,164 18 Tegal 2016 9,245 19 Salatiga 2016 282 20 Kebumen 2016 91,296 21 Kendal 2016 2,095 22 Wonosobo 2016 182,504 23 Rembang 2016 20,409 24 Banjarnegara 2016 312 25 Sukoharjo 2016 4,300 Sumber: Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan table 1.2 dapat penyerapan kerja pada UKM tidak konsisten. Jumlah penyerapan tenaga kerja mengalamikenaikan yang sangat signifikan. Pada penyerapan tenaga kerjaukm tahun2016 kabupatensragen merupakan nilai tertinggi yaitu 345474, sedangkan untuk posisi kedua adalah kabuaten Klaten yaitu 335040, lalu posisi ketiga adalah kabupaten Jepara dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 198179. Kemudian untuk penyerapan tenaga kerja terendah

7 pada UKM di Jawa Tengah yaitu kabupaten Salatiga yaitu 282, sedangkan untuk posisi terendah kedua yaitu kabupaten Banjarnegara dengan nilai 312. Posisi ketiga diduduki oleh kabupaten Brebes dengan nilai yaitu sebesar 1801. Omzet adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang-barang atau jasa yang dihitung secara keseluruhan dari selama kurun waktu tertentu secara terus-menerus atau dalam satu proses akuntansi (Rumiana, 2016). Tabel 1.3 Jumlah nilai Omset UKM di Jawa Tengah No Kabupaten / Kota Tahun Omzet (Juta Rupiah) 1 Batang 2016 30,668.6 2 Blora 2016 480,414.8 3 Brebes 2016 9,929.7 4 Cilacap 2016 51,298.8 5 Demak 2016 35,266.6 6 Grobogan 2016 141,850,766.0 7 Jepara 2016 41,871,840.6 8 Klaten 2016 984,000.0 9 Magelang 2016 1,979,730.1 10 Semarang 2016 207,977.0 11 Pati 2016 2,013.7 12 Pemalang 2016 250,370.1 13 Sragen 2016 8,761,255.0 14 Temanggung 2016 12,681.3 15 Wonogiri 2016 9,500,189.0 16 Kudus 2016 2,995.7 17 Kota Surakarta 2016 5,071.0 18 Tegal 2016 99,666.2 19 Salatiga 2016 701.0 20 Kebumen 2016 76,302.9 21 Kendal 2016 1,421.7 22 Wonosobo 2016 3,354,651.0 23 Rembang 2016 175,961.2 24 Banjarnegara 2016 499.0 25 Sukoharjo 2016 17,125.0 Sumber: Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah

8 Berdasarkan tabel 1.3 omzet ukm dari tahun 2016 mengalami kenaikan, ini menunjukan bahwa omzet UKM mempengaruhi penyerapan kerja dan atau permintaan tenaga kerja, tingkat omset tertinggi adalah kabupaten Grobogan dengan nilai sebesar 141850766000000, kemudian untuk posisi kedua adalah kabupaten Jepara dengan nilai sebesar 41871840619820, dan posisi nilai omzet ketiga adalah kabupaten Wonogiri dengan nilai sebesar 9500189000000. Sedangkan untuk nilai terendah omset pada UKM adalah kabupaten Banjarnegara dengan nilai sebesar 499000000, kemudian untuk posisi kedua adalah kabupaten Salatiga dengan nilai sebesar 700950000, lalu posisi ketiga adalah kabupaten Brebes dengan nilai sebesar 9929675000. Investasi adalah total dari pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya.

9 Tabel 1.4 Jumlah nilai Investasi pada UKM di Jawa Tengah No Kabupaten / Kota Tahun Nilai Investasi (Juta Rupiah) 1 Batang 2016 580,172.0 2 Blora 2016 100,474.9 3 Brebes 2016 12,648.1 4 Cilacap 2016 2,770.7 5 Demak 2016 43,123.6 6 Grobogan 2016 112,557,111.0 7 Jepara 2016 1,953,846.0 8 Klaten 2016 1,375,520.0 9 Magelang 2016 1,528,012.4 10 Semarang 2016 90,190.7 11 Pati 2016 289,189.7 12 Pemalang 2016 70,801.0 13 Sragen 2016 655,192.0 14 Temanggung 2016 2,630.5 15 Wonogiri 2016 19,151,930.0 16 Kudus 2016 3,944.4 17 Kota Surakarta 2016 2,663.0 18 Tegal 2016 42,754.5 19 Salatiga 2016 919.0 20 Kebumen 2016 121,262.6 21 Kendal 2016 12,366.6 22 Wonosobo 2016 733,640.0 23 Rembang 2016 37,940.0 24 Banjarnegara 2016 6,390.0 25 Sukoharjo 2016 62,775.0 Sumber: Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan table 1.4 nilai investasi pada UKM di Jawa Tengah di tahun 2016 mengalami kenaikan disetiap kabupatenya, kabupaten Grobogan merupakan posisi tertinggi yaitu dengan nilai 112557111000000, dan untuk posisi kedua adalah kabupaten Wonogiri yaitu dengan nilai 19151930000000, dan untuk posisi tertinggi ketiga adalah kabupaten Jepara dengan nilai 1953845966900. Sedangkan untuk nilai investasi UKM terendah yaitu kabupaten Batang dengan nilai

10 580172000, sedangkan posisi kedua yaitu kabuaten Salatiga dengan nilai 919000000, dan untuk posisi ketiga adalah kabupaten Temanggung dengan nilai sebesar 2630502000. Di era globalisasi upaya upaya dalam pengembangan daerah saat ini sangat gencar dilakukan. Pertumbuhan ekonomi suatu provinsi maupun Negara akan berhasil bila perekonomian daerah tumbuh. Suatu Negara tidak akan berkembang kecuali daerah-daerahnya berkembang. Demikian dengan pola distribusi yang tidak merata antara daerah yang satu dengan lainya mengakibatkan juga pada pola penyerapan tenaga kerja industri yang timpang antara daerah satu dengan yang lain (Azhar, 2011). Dengan terciptanya kesempatan kerja dan adanya peningkatan produktivitas sektor-sektor kegiatan yang semakin meluas akan menambah pendapatan, mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan bagi banyak penduduk. Hal tersebut mencerminkan bahwa persoalan perluasan kesempatan kerja merupakan isu penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu diungkapkan banyaknya tenaga kerja yang mampu terserap dalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu provinsi maupun Negara akan berhasil bila perekonomian daerah tumbuh. Suatu Negara tidak akan berkembang kecuali daerah daerahnya berkembang. Demikian dengan pola distribusi industri yang tidak merata antara daerah yang satu dengan lainya mengakibatkan juga pada pola penyerapan tenaga kerja industri yang timpang antara daerah satu dengan lainya (Azhar, 2011). Pengembangan kesempatan kerja merupakan implikasi dari meningkatnya jumlah

11 penduduk dan angkatan kerja dari tahun ke tahun. Kesempatan kerja sendiri merupakan kesediaan usaha produksi dalam mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan demikian mencerminkan daya serap usaha produksi tersebut. Jadi kesempatan kerja merupakan tempat bagi penduduk dalam mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan latar belakang diatas yang telah dipaparkan sebelumnya, lebih difokuskan pada penyerapan tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi terhadap UKM (usaha kecil menengah) di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pertumbuhan penduduk suatu Negara yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan permasalahan sendiri. Hal ini antara lain disebabkan belum berfunginya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Karena itu sektor informal menjadi suatu bagian penting yang menjawab lapangan kerja dan angkatan kerja, salah satunya adalah pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) (Takyudin, 2016). Maka penulis tertarik untuk melihat pengaruh analisis penyerapan tenaga kerja, nilai investasi dan nilai produksi pada UKM diprovinsi Jawa tengah. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka perumusalah masalah dalam penelitian ini: 1. Adakah pengaruh antara variabel nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah

12 2. Adakah pengaruh antara variabel jumlah UKM terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah. 3. Adakah pengaruh antara omzet terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah 4. Adakah yang paling berpengaruh antara variabel nilai investasi, jumlah UKM dan omzet terhadap penyerapan tenga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisi pengaruh antara variabel nilai investasi terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah. 2. Menganalisis pengaruh jumlah UKM terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah. 3. Menganalisi pengaruh antara omzet terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah 4. Menganalisis yang paling berpengaruh antara variabel nilai investasi, jumlah UKM, dan omzet terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM di Jawa Tengah.

13 D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda yaitu: 1. Masyarakat Umum Melalui penelitian ini, masyarakat dapat mengetahui penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM (usaha kecil menengah) di Jawa Tengah. 2. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu panduan bagi pemerintah dalam melakukan kebijakn pada sektor UKM (usaha kecil dan menengah) yang lebih baik dan sesuai dengan situasi dan kondisi perekonomian yang terjadi. E. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran singkat, penelitian ini dibagi dalam lima bab yang secara garis besarnya disusun sebagai berikut: BAB I : LATAR BELAKANG MASALAH Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung masalah yang sedang dikaji, antara lain pengertian dan teori-teori terkait pokok bahasan yang akan dijelaskan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran teoritis, dan hipotesis penelitian.

14 BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis penelitian, data dan sumber data, metode penelitian serta teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada permulaan bab ini akan digambarkan secara singkat penyerapan tenaga kerja pada UKM di Jawa Tengah, bab ini juga memuat hasil dan pembahasan analisis data yang menjelaskan hasil estimasi dari penelitian yang dilakukan. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari analisis data dan pembahasan dalam bab analisis data dan pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran saran yang direkomendasikan kepada pihak pihak tertentu atas dasar penelitian.