MODUL POLARISASI. Disusun oleh : I MADE YULIARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL POLARISASI. Disusun oleh : I MADE YULIARA"

Transkripsi

1 MODUL POLARISASI Disusun oleh : I MADE YULIARA Jurusan Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Tahun 2016

2 Kata Pengantar Puji syukur kami ucapkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatnya modul ini dapat diselesaikan. Modul Polarisasi ini merupakan bagian dari materi mata kuliah Optik, FI69337 (3SKS) yang disusun untuk digunakan sebagai pedoman bagi mahasiswa FMIPA Fisika Unud yang mengambil mata kuliah Optik pada semester genap tahun Terimakasih kami ucapkan kepada rekan-rekan dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan ide dan meluangkan banyak waktu dalam mendiskusikan modul ini. Modul ini tidaklah sempurna, untuk itu segala bentuk kritik dan saran yang konstruktif sangat diharapkan untuk memperbaiki modul ini. Akhirnya kami ucapkan terimakasih semoga dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Penyusun, April 2016 I Made Yuliara i

3 DAFTAR ISI MODUL : Polarisasi Hal Kata Pengantar i Daftar Isi ii 1. Pendahuluan : Cahaya Sebagai Gelombang Elektromagnetik dan Metode 1 Polarisasi Cahaya 2. Kegiatan Belajar 1 : Deskripsi Matematik; Polarisasi Linier, Polarisasi Lingkaran, Polarisasi Elips 8 3. Kegiatan Belajar 2 : Polarisator/ Polariser; Dischroism dan Polaroid, 14 Polarisasi Oleh Pemantulan, Pembiasan Ganda (Birefringence), Retarder (Plat Gelombang); Kombinasi Polariser dengan Retarder; Aplikasi Polarisasi 4 Kegiatan Belajar 3 : Parameter Stokes, Vektor Jones, Matriks Jones, Matriks Mueller Penutup Daftar Pustaka 40 ii

4 I. PENDAHULUAN Cahaya Sebagai Gelombang Elektromagnetik dan Metode Polarisasi Optik merupakan bagian/ cabang dari ilmu fisika yang mempelajari karakter/ sifat-sifat dari cahaya dan interaksinya dengan materi. Dalam ilmu fisika dikenal 2 katagori optik, yaitu : 1) Optik Gelombang : Dalam optik gelombang, sifat-sifat cahaya yang akan dianalisis, diasumsikan sebagai gelombang speris. Menjelaskan interaksi dengan objek yang mempunyai ukuran sama 2) Optik Geometri : dengan panjang gelombang Dalam optic geometri, pergerakan/ perpindahan cahaya dipandang sebagai suatu garis lurus. Menjelaskan interaksi dengan objek yang ukurannya lebih besar dari panjang gelombang Sifat-sifat gelombang dari cahaya dipelajari dalam Optik Fisis (Physical Optics) atau optik gelombang (Wave Optics). Sifat-sifat yang sering dimanfaatkan dalam optik gelombang, antara lain Difraksi, Interferensi, dan Polarisasi. Sifat ini sering digunakan dalam peralatan optik seperti Compact Discs (CD), Grating difraksi atau Polariser. Cahaya dalam optik gelombang, dipandang sebagai gelombang elektromagnetik yang terdiri dari getaran-getaran vektor medan listrik (E) dan magnet (B), saling tegak lurus satu sama lainnya dan sefase. Gelombang elektromagnetik juga merupakan gelombang transversal dan gelombang bidang dengan kecepatan rambat dalam ruang 1

5 2 bebas (free space), adalah c = 3 x 10 8 m/s. Besaran c dikenal dengan kecepatan cahaya dalam ruang bebas. Skema/ diagram medan listrik E dan medan magnet B pada bidang 3 dimensi disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Skema E dan B Medan E dan B saling tegak lurus merambat dengan kecepatan c dalam arah z, ilustrasinya seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. E dan B saling tegak lurus Cahaya putih biasa arah getar gelombangnya fluktuaktif dengan arah sembarang. Secara alami, cahaya ini belum/ bukan merupakan cahaya terpolarisasi seperti misalnya cahaya dari matahari, lampu dalam klas, atau nyala lilin, akan tetapi dapat

6 3 dibuat agar menjadi terpolarisasi dengan instrumen optik yang dikenal dengan polariser/ polarisator. Proses membuat cahaya tak polarisasi menjadi terpolarisasi disebut dengan Polarisasi (Polarization). Representasi cahaya terpolarisasi dan yang tidak terpolarisasi disajikan pada Gambar 3 dan 4 berikut ini. Cahaya tidak terpolarisasi (unpolarized) : Gambar 3. Cahaya tak terpolarisasi Cahaya terpolarisasi (polarized) :

7 4 Gambar 4. Cahaya Terpolarisasi Metode Polarisasi Cahaya Secara garis besar, polarisasi dapat terjadi karena adanya fenomena : 1) Pemantulan (Reflection) 2) Penyerapan (Absoption) 3) Pembiasan (Refraction) 4) Hamburan (Scattering) Polarisasi Oleh Pemantulan : Cahaya tak terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi karena adanya pemantulan pada sudut polarisasi, yaitu p, yang dikenal dengan sudut Brewster s. Ilustrasinya disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Ilustrasi pemantulan Cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya terpolarisasi dengan sudut Brewsters :

8 5 Polarisasi Oleh Serapan : Jika cahaya tak polarisasi melewati suatu film Polaroid, maka molekul-molekul penyusun film Polaroid akan menyerap sebagian cahaya yang melaluinya, sehingga hanya cahaya tertentu saja yang berhasil melewatinya. Ilustrasi untuk fenomena ini disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Ilustrasi penyerapan Untuk Polaroid (Polariser) yang ideal, maka intensitas (irradiansi) output atau intensitas yang keluar dari polaroid (I) sama dengan 1/2 dari intensitas yang datang/ awal (I0). Secara matematik dapat diekspresikan oleh I = 1 2 I 0. Polarisasi Oleh Pembiasan Pembiasan terjadi ketika seberkas cahaya lewat dari 1 material/ bahan ke bahan lainnya. Pada kedua permukaan bahan terjadi perubahan arah berkas cahaya.

9 6 Gambar 8. Pembiasan Berkas cahaya yang dibiaskan mengalami beberapa derajat polarisasi dan terjadi pada bidang tegak lurus permukaan. Cahaya yang datang pada suatu bahan (Kristal) mengalami pembiasan dan terbagi menjadi 2 berkas cahaya. Polarisasi Oleh Hamburan Polarisasi cahaya terjadi secara parsial dari langit (sky). Polarisasi disebabkan oleh hamburan molekul-molekul udara yang ada pada amosfer.

10 7 Gambar 9. Hamburan molekul udara di atmosfer Warna biru dilangit disebabkan oleh karena adanya hamburan cahaya matahari dari molekul-molekul atmosfer. Hamburan ini, yang dikenal sebagai hamburan Rayleigh, yang lebih efektif terjadi pada panjang gelombang pendek. Hamburan Rayleigh merupakan hamburan elastis dari cahaya matahari (gelombang elektromagnetik) ketika cahaya matahari tersebut melewati partikel/ molekul yang mana panjang gelombang cahaya lebih panjang dari pada panjang gelombang partikel yang dilewatinya.

11 8 II. KEGIATAN BELAJAR 1 Deskripsi Matematik Polarisasi Linier : Hanya medan listrik E yang berosilasi dan arahnya tetap. Ekspresi osilasi dari komponen medan listrik yang merambat dalam arah z positif : E x (z, t) = i E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0y cos(kz ωt + ε) (1) Jika tidak ada perbedaan fase (fase relatif, = 0), maka : E x (z, t) = i E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0y cos(kz ωt) (2) Bila = 0, maka resultan komponen gelombang osilasi : E(z, t) = Ex (z, t) + Ey (z, t) E(z, t) = (i E 0x + j E 0y ) cos(kz ωt) (3) (i E 0x + j E 0y ) merupakan amplitudo dan gelombangnya terpolarisasi bidang/ linier seperti disajikan pada Gambar 10 (a). Demikian juga apabila merupakan kelipatan ganjil ±, maka resultan komponen gelombang osilasinya adalah : E(z, t) = (i E 0x j E 0y ) cos(kz ωt) (4) (i E 0x j E 0y ) merupakan amplitudo dan gelombangnya juga terpolarisasi bidang/ linier seperti disajikan pada Gambar 10 (b).

12 9 Gambar 10. Polarisasi Linier Contoh : Tuliskanlah suatu ekspresi untuk gelombang terpolarisasi linier dengan frekuensi sudut dan merambat dalam arah z positif dengan bidang getarnya pada 30 o terhadap bidang zx. Jawab : Kita asumsikan amplitude gelombang merupakan besaran skalar, yaitu E0, sehingga komponen gelombang x dan y dapat ditulis sebagai : E0x = E0 cos 30 o = 0,866 E0 E0y = E0 sin 30 o = 0,5 E0 Jadi, E(z, t) = (0,866 i E 0 + 0,5 j E 0 ) cos(kz ωt) Polarisasi Lingkaran : Dari persamaan 1, komponen gelombang/ osilasi : E x (z, t) = i E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0y cos(kz ωt + ε) Bila fase relatif = - /2+2m (m = 0, ±1, ±2, ), atau = - /2, +3 /2, -5 /2, +7 /2,

13 10 dan amplitudonya E0x = E0y = E0, maka bentuk kedua komponen gelombang adalah : E x (z, t) = i E 0 cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0 sin(kz ωt) (5) Ilustrasi untuk keadaan polarisasi lingkaran (R-state dan L-state) disajikan pada Gambar 11. Gelombang resultannya adalah : Gambar 11. Polarisasi Lingkaran E(z, t) = E 0 [i cos(kz ωt) + j sin(kz ωt)] (6) Besarnya E adalah E0 dan konstan, arahnya bergantung pada z dan t. Pada Gambar 11 (a) : Medan E berputar searah jarum jam. Karena amplitude konstan, maka ujung E membentuk suatu lingkaran (circular helix) dengan frekuensi sama. Keadaan medan seperti ini dikatakan terpolarisasi lingkaran kanan (right circularly polarized), R-state. Apabila fase relatifnya = /2-2m (m = 0, ±1, ±2, ), maka E x (z, t) = i E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0y sin(kz ωt) (7) Ketika amplitude komponen E0x = E0y = E0, maka gelombang resultannya:

14 11 E(z, t) = E 0 [i cos(kz ωt) j sin(kz ωt)] (8) Besarnya E adalah konstan dan berotasi berlawanan arah jarum jam, karena itu terjadi polarisasi lingkaran kiri (left circularly polarized), L-state. Keadaan polarisasi seperti ini diilustrasikan pada Gambar 11 (b). Bentuk skalar dari komponen-komponen gelombangnya (ingat: E0x = E0y = E0, dan juga = /2 ) kemudian dapat ditulis : E x E 0 = cos(kz ωt) E y E 0 = sin(kz ωt) Ke-2 persamaan di atas bila diolah secara matematik, maka dapat kita bentuk menjadi persamaan lingkaran, seperti disajikan pada persamaan (9). ( E 2 x ) + ( E 2 y ) = cos 2 (kz ωt) + sin 2 (kz ωt) = 1 E 0 E 0 (9) E x 2 + E y 2 = E 0 2 (persamaan lingkaran) Polarisasi Elips Besar dan arah E berubah, menyapu (sweeps) suatu lintasan berbentuk elips (elliptical helix). Dari persamaan 1, yaitu : E x (z, t) = i E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = j E 0y cos(kz ωt + ε) bentuk skalarnya dapat ditulis sebagai : E x (z, t) = E 0x cos(kz ωt) E y (z, t) = E 0y cos(kz ωt + ε) (10)

15 12 Dengan melakukan manipulasi matematik, maka akan diperoleh persamaan elips, yaitu : ( E 2 y ) + ( E 2 x ) + 2 ( E x ) ( E y ) cos ε = sin 2 ε E 0y E 0x E 0x E 0y (11) Gambar 12. Polarisasi Elips Bentuk diagram/ pola dari Polarisasi disajikan pada Gambar 13. Gambar 13. Diagram Polarisasi Soal - soal Latihan :

16 13 1. Tentukanlah superposisi gelombang E(y,t) dari gelombang-gelombang berikut : Ex(y,t) = i E0 cos k(y-vt) Ez(y,t) = - k E0 cos k(y-vt) Buatlah skets untuk E(0,t) pada t = 0, t = T/4, t = T/2, t = 3T/4, dan t = T yang mana T adalah periode. 2. Verifikasilah bahwa, cahaya terpolarisasi linier merupakan sebuah kasus spesial dari keadaan polarisasi elips.

17 III. KEGIATAN BELAJAR 2 Polarisator/ Polariser Polarisator/ polarizer merupakan suatu benda/ instrumen optik yang berfungsi mengubah cahaya yang tak terpolarisasi menjadi cahaya terpolarisasi. Dischroism dan Polaroid Dischroism berhubungan dengan penyerapan selektif dari berkas-berkas cahaya yang datang pada suatu elemen/ instrumen optik. Secara natural untuk kristal-kristal dischroism dikenal sebagai tourmaline, yang mana medan E yang paralel dengan sumbu optik kristal ditransmisikan dengan sedikit serapan, dan komponen yang normal sangat banyak diserap. Contoh pada kawat paralel ( wire grid polarizer) : Dalam hal ini, berkas cahaya yang tak terpolarisasi (misanya microwaves), yang lewat kawat paralel, akan menyebabkan terjadinya perubahan arah getar gelombang. Berkas cahaya yang ditransmisikan merupakan berkas cahaya terpolarisasi linier tegak lurus kawat. Sekumpulan polaroid merupakan analogi dari kawat parallel. Gambar 14a. Polarisasi dengan kawat paralel 14

18 15 Gambar 14b. Polarisasi dengan Polaroid Dua polaroid disusun secara linier (Gambar 14b). Cahaya tak terpolarisasi datang dengan amplitude E0, dan sumbu transmisi polariser membentuk sudut terhadap sumbu transmisi analiser sehingga besar komponen E sepanjang sumbu transmisi adalah : E = E0 cos Intensitas/ Irradiasi (I) ~ kuadrat amplitude (E) I(θ) = (E 0 cosθ) 2 Bila = 0, maka I(0) bernilai maksimum, yaitu : I(0) = I 0 = (E 0 ) 2 Sehingga I( ) = (E0 ) 2 cos 2 Atau, I ( ) = I0 cos 2 (Hukum Malus) (12) yang mana I0 = Intensitas/ Irradiansi awal

19 16 E 0 E z transmission axis Gambar 15. Sudut polarisasi dan sumbu transmisi Nilai intensitas rata-rata untuk 1 siklus merupakan nilai rata-rata terhadap waktu (periode) yang secara matematik dapat ditulis sebagai : I 2 I 0 cos I0 / 2 (13) Persamaan 13 menjelaskan bahwa, cahaya yang mengalami polarisasi kehilangan 1/2 intensitasnya. Jadi, Polariser 1 akan mereduksi intensitas yang datang (I0) sebesar 1/2, sehingga intensitas/ irradiansi yang keluar dari Polariser 1 adalah I 1 = 1 2 I 0

20 17 Gambar 16. Polarisasi 2 polaroid Pada Polariser 2 (Analiser), intensitas yang datang (I1) tereduksi dengan faktor cos 2, sehingga intensitas yang keluar dari Analiser adalah I = 1 2 I 0cos 2 θ Contoh : Cahaya tak terpolarisasi melewati 2 polariser yang disusun sedemikan rupa, yang mana ke 2 sumbu transmisi dari polariser membentuk sudut 90 o. Jika intensitas cahaya yang datang adalah I0, tentukanlah intensitas yang keluar dari masing-masing polarizer (I1 dan I2). Jawaban : Intensitas yang datang pada polariser linier berkurang menjadi setengahnya : I1 = I0/2

21 18 Cahaya yang ditransmisikan oleh polarizer 1 merupakan cahaya terpolarisasi linier secara vertikal. Sumbu transmisi polariser 1 dengan 2 membentuk sudut = 90 o, sehingga sesuai dengan hukum Malus : I2 = I1cos 2 = (I0 /2) cos 2 90 o = 0 Tugas : 1. Cahaya tak terpolarisasi dengan intensitas I0 datang pada susunan tiga filter polarisasi (polarizer). Sumbu polarizer kedua berorientasi pada 45 o dengan polarizer pertama, sedangkan sumbu polarizer ketiga berorientasi 90 o dengan polarizer pertama. Tentukan intensitas cahaya yang ditransmisikan melalui ketiga polarizer! Jawaban : I1 I 0 / 2 I I 2 3 I 1 cos 2 1 I0 0,5 2 0,25I I I 2 2 0,25I 0 cos 0 2 0,125 I cos (90 45 ) 45 0,5 2. Cahaya dengan intensitas I0 datang pada tiga lapis polaroid. Polaroid pertama dan ketiga disilangkan, yang mana sumbu mudah/transmisi keduanya

22 19 membentuk sudut 90 o satu sama lain. Polaroid yang tengah/ kedua membentuk sudut dengan sumbu polaroid pertama. a. Sketlah susunan ke-3 polaroid tersebut dan tunjukkanlah bahwa intensitas output adalah I = I 0 8 sin2 (2θ) b. Berapakah besar sudut supaya intensitas yang datang berkurang 90 %? Jawaban : a) I 1 = 1 2 I 0 I 2 = I 1 cos 2 θ = 1 2 I 0 cos 2 θ I 3 = I 2 cos 2 (π 2 θ) = 1 2 I 0 cos 2 (θ)cos 2 (π 2 θ) cos(π 2 θ) = cos π 2 cosθ + sin π 2 sinθ = sinθ cos 2 (π 2 θ) = sn 2 θ = 1 2 I 0cos 2 θ sin 2 θ sin(θ + θ) = sinθ cosθ + cosθ sinθ = 2cosθ sinθ sin 2 2θ = 4cos 2 θsin 2 θ 1 4 sin2 2θ = cos 2 θsin 2 θ

23 20 I = I 3 = 1 8 I 0 sin 2 2θ b) I = 1 8 I 0 sin 2 2θ 8 I I 0 = sin 2 2θ sin 2θ = ( 8 I I 0 ) 1 2 Intensitas berkurang 90% (masih tersisa 10% dari I0 ) I = 10% x I0 = 0,1I0 sin 2θ = ( 8 x 0,1I ) = 0,894 I 0 2θ = sin 1 (0,894) = 63,435 o atau θ = 31,7 o Polarisasi Oleh Pemantulan Cahaya tak terpolarisasi dapat menjadi terpolarisasi sebagian atau seluruhnya melalui pemantulan dan besarnya berkas polarisasi yang dipantulkan bergantung pada sudut datang. (a) (b) Gambar 17. Polarisasi pemantulan

24 21 Bila = 0, maka r + t = Dalam keadaan demikian, sudut datang akan menjadi p, yang dikenal dengan sudut polarisasi atau sudut Brewster s. p + t = 90 0 Dari Hukum Snell s : n i sinθ p = n t sinθ t tetapi t = p, sehingga : n i sinθ p = n t cosθ p tan θ p = n t n i (hukum Brewster s) (14) Kasus : untuk ni = 1 (udara) ke nt 1,5 (glass), maka p = 56 0 Pembiasan Ganda (Birefringence) Birefringence : Keadaan dari polarisasi bergantung pada indeks bias bahan yang membiaskan gelombang datang menjadi berkas-berkas cahaya, yaitu ordinary (o) dan extraordinary (e). Jadi, cahaya yang datang dikonversi menjadi dua berkas cahaya terpolarisasi. Ilustrasi keadaan seperti ini disajikan pada Gambar 18. Gambar 18. Polarisasi pembiasan

25 22 Retarder (Plat Gelombang) Plat 1/2 gelombang Plat 1/2 merupakan suatu elemen optik yang dapat menghasilkan fase relatif antara gelombang o (o-wave) dan gelombang e (e-wave) sama dengan atau. Dalam hal ini elemen optik mengubah berkas polarisasi yang datang menjadi berkas polarisasi yang baru. Arah sumbu optik yang sejajar/ parallel terhadap negatif retarder dikenal sebagai sumbu cepat (fast axis), sedangkan arah sumbu optik yang tegak lurus terhadap retarder dikenal sebagai sumbu lambat (slow axis). Gambar 19. Polarisasi plat retarder Gambar 20. Polarisasi dengan plat ½ gelombang Plat 1/4 gelombang (a quarter-wave plate) Plat 1/4 gelombang merupakan elemen optik yang dapat menghasilkan fase relatif antara komponen o-wave dan e-wave sama dengan 90 0 atau /2.

26 23 Biasanya elemen optik tersebut terbuat dari quartz, mica atau dari bahan plastik polimetrik organik. Gambar 21. Polarisasi dengan plat 1/4 gelombang Pada gambar 21 terlihat bahwa, elemen optik yang berupa plat 1/4 gelombang mentransformasikan cahaya terpolarisasi linier 45 0 menjadi terpolarisasi lingkaran dengan fase relatif /2 Kombinasi Polariser dengan Retarder Suatu polariser/ polarisator linier ditempelkan pada pelat 1/4 gelombang (quarter-wave plate), kemudian diorientasikan pada sudut 45 0 satu sama lain (lihat gambar ; A-B dan C-D). Gambar 22. Polariser dan retarder

27 24 Soal latihan : 1. Seberkas cahaya terpolarisasi linier dalam arah z, merambat dalam arah x melalui suatu plat 1/4 gelombang (quarter wave) yang sumbu cepat sepanjang arah y. Dengan asumsi bahwa amplitudo berkas cahaya yang datang E0, ekspresikanlah gelombang harmonik timbul/ terjadi. (Jawab : E(y, t) = i E 0 sin(ky ωt) ) 2. Sebuah plat 1/2 gelombang untuk cahaya merah ( r = 780 nm) ditempatkan diantara dua polarizer linear yang disilangkan dengan sumbu cepatnya membentuk sudut 46 terhadap sumbu transmisi polarizer. Jelaskanlah pengaruh dari susunan tersebut pada berkas cahaya merah yang datang yang tak terpolarisasi. (Jawab : cahaya yang keluar merah, terpolarisasi linier dan sejajar dengan sumbu transmisi analiser) Aplikasi Polarisasi 1. Kaca (sunglasses) Polaroid Pantulan dari suatu permukaan obyek yang menyebabkan silau (glare) dapat diminimalisir menggunakan kaca polaroid. Sumbu polarisasi lensanya vertikal yang mana pantulan dari permukaan-permukaan horizontal sebagian besar menyebabkan silau.

28 25 Hal yang sama juga terdapat pada beberapa kacamata yang dilapisi oleh lapisan polaroid yang berfungsi mereduksi silau (glare). 2. Analisis Stres Frinji dapat terjadi dan dianalisis pada bagian blok transparan akibat adanya stress/ tekanan. Pola-pola frinji bervariasi dengan stres 3. Liquid Cristal Display (LCD) Kristal cair (LCD) merupakan zat yang mempunyai perilaku seperti cairan dan digunakan sebagai tampilan informasi (display). Bentuk molekulnya adalah yang panjang dan tipis. Tegangan listrik pada Liquid Crystal Diode (LCD) ketikan dinyalakan atau dipadamkan dapat mempengaruhi keadaan filter polarisasi, sehingga memberikan tampilan yang bervariasi.

29 26 Seven segmen LCD : 4. Antena VHF dan UHF (aerial) Gelombang-gelombang radio dapat dideteksi melalui medan listrik E maupun medan magnet B. Statiun mentransmisikan gelombang-gelombang radio yang terpolarisasi linier/ bidang. Medan listrik gelombang elektromagnetik E yang menghasilkan arus dalam antenna terdapat pada kawat/ batang besi antena, kemudian disambungkan ke receiver (Gambar a). Antena mengubah medan magnet B menginduksi ggl dan arus dalam loop antenna (Gambar b).

30 27 Soal latihan : Jelaskan mengapa langit tampak berwarna biru pada siang hari dan merah pada pagi dan sore hari (sunsets dan sunrise)!

31 IV. KEGIATAN BELAJAR 3 Parameter Stokes G.G Stokes (1852), memperkenalkan 4 kuantitas yang berfungsi untuk mengobservasi gelombang dan menemukan bahwa, keadaan polarisasi dapat dijelaskan melalui definisi eksperimental Definisi operasional dari parameter Stokes adalah : S0 = 2I0 S1 = 2I1 2I0 S2 = 2I2 2I0 (15) S3 = 2I3 2I0 Tinjau komponen fungsi gelombang pada z konstan : E x (t) = i E 0x (t) cos (k z ω t + ε x (t)) E y (t) = j E 0y (t) cos(k z ω t + ε y (t)) (16) Keadaan polarisasi elips hanya valid dalam waktu sesaat (hanya bergantung t), sehingga berlaku : ( E 2 y(t) E 0y (t) ) + ( E 2 x(t) E 0x (t) ) + 2 ( E x(t) E 0x (t) ) ( E y(t) E 0y (t) ) cos ε = sin2 ε (17) yang mana = ε y ε x Untuk mendapatkan parameter Stokes, integral rata-rata terhadap waktu dan lakukan manipulasi matematik, sehingga diperoleh : E E E E 2E E cos ε 2E E sin ε 2 0x 0y 0x 0y 0x 0y 0x 0y (18) Empat parameter Stokes pada persamaan di atas adalah : 28

32 29 S 0 = E 2 0x T + E 2 0x T = I S 1 = E 2 0x T E 2 0x T = Q S 2 = 2E 0x E 0y cos ε T S 3 = 2E 0x E 0y sin ε T = U = V Dalam bentuk vektor kolom ditulis : S = [ S 0 S 1 ] S 2 S 3 (19 Keadaan/ kondisi polarisasi dapat dilihat dari nilai parameter-parameter Stokes yang dijelaskan berikut ini. S1 = S2 = S3 = 0 S1 0, S2 0, S3 = 0 S1 = 0, S2 = 0, S3 0 S0 2 = S1 2 + S2 2 + S3 2 S0 2 > S1 2 + S2 2 + S3 2 Tak terpolarisasi Terpolarisasi Linier Terpolarisasi Lingkaran/ Sirkular Terpolarisasi sempurna Terpolarisasi sebagian Derajat polarisasi dapat ditentukan dengan : V = (S S S 2 3 ) 1 2 S 0 (20) Keadaan polarisasi dan nilai vektor Stokes disajikan berikut ini :

33 30 Vektor Jones Tinjau komponen fungsi gelombang pada z konstan : E x (t) = i E 0x (t) cos (k z ω t + ε x (t)) E y (t) = j E 0y (t) cos(k z ω t + ε y (t)) Representasi dalam bentuk kolom vektor gelombang resultan dari komponen skalar ditulis : E(t) = [ E x(t) E y (t) ] Dalam bentuk kompleks, kolom vektor Jones ditulis : E = [ E 0xe iφ x E 0y e iφ y ] Keadaan polarisasi linier horizontal dan vertical ditulis : Resultan dari 2 berkas yang koheren : E h = [ E 0xe iφ x ] 0 0 E v = [ E 0y e iφ ] y E = E h + E v

34 31 Bila E0x = E0y dan x = y, maka E = [ E 0xe iφ x E 0x e iφ x ] (21) = E 0x e iφ x [ 1 1 ] [ 1 ] Polarisasi linier ( P-State) dengan sudut +45o 1 Amplitudo sama dan perbedaan fase = 0 ( x - y = 0) Dalam banyak kasus, fase dan amplitude sering tidak diketahui. Bila persamaan (21) dibagi dengan 2E 0x e iφ x maka E 45 = 1 2 [1 1 ] Lihat Tabel Dengan cara yang sama, maka bentuk normalisasinya diperoleh : E h = [ 1 0 ] E v = [ 0 1 ] Untuk cahaya polarisasi lingkaran kanan E0x = E0y, komponen y mendahului x sebesar 90 o atau /2. Bentuk fase (kz - t) y - /2, sehingga E 0x e iφ y E R = [ E 0x e i(φ y π 2 ) ] Kedua komponen dibagi dengan E 0x e iφ y, maka diperoleh E R = [ Jadi vector Jones normalisasinya adalah : 1 e iπ 2 ] = [ 1 i ] E R = 1 2 [ 1 i ]

35 32 Dengan cara yang sama untuk L-State, diperoleh E L = 1 2 [1 i ] E R + E L = 2 2 [1 0 ] Lihat Tabel Matriks Mueller Matriks berukuran 4 x 4 Lihat Tabel Matriks Mueller Vektor Stokes merupakan bentuk gelombang yang ditransmisikan Contoh 1. S t = [ ] [ ] S 0 = [ 1 2 S ] [ 1 ] 0 S 2 0 S 3 Artinya : Gelombang yang ditransmisikan punya irradiansi/ intensitas = 1/2 atau S0 = 1/2, dan keadaan polarisasi linier horizontal (S1 > 0). Contoh 2. Diketahui polarisasi elips sebagian dengan parameter Stokes : 4, 2, 0, 3 Representasi dalam vektor Stokes dapat ditulis : Dapat dijelaskan bahwa : [ S 0 4 S 1 2 ] = [ ] S 2 0 S 3 3 S0 = 4 intensitas/ irradiansi = 4

36 33 S1 = 2 > 0 S3 = 3 > 0 lebih dekat ke horizontal daripada vertical right-handed, elips mendekati lingkaran Derajat polarisasi 90% Bila gelombang tesebut ditransverse oleh plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat vertikal, maka : S t = [ ] [ = [ 4 2 ] 3 0 Gelombang yang ditransmisikan punya irradiasi dan derajat polarisasi sama dengan sebelumnya dengan polarisasi linier sebagian ] Matriks Jones Vektor Stokes dan matriks Mueller tidak bisa menjelaskan efek dari interferensi. Ketika informasi fase menjadi hal yang penting (seperti misalnya dalam kasus radioastronomi, maser), maka kita harus menggunakan formalisme Jones, yaitu vektor kompleks dan matriks Jones untuk menggambarkan keadaan polarisasi. Asumsi : Berkas polarisasi yang datang = E i Berkas yang ditransmsikan setelah melalui elemen optik = E t Elemen optik mentransmisikan E i menjadi E t, prosesnya dapat dijelaskan secara matematik menggunakan matriks 2 x 2, A yang dikenal dengan matriks Jones, yaitu : E t = A E i (22) A adalah matriks 2 x 2, yaitu :

37 34 A = [ a 11 a 12 a 21 a 22 ] Sehingga : [ E tx E ty ] = [ a 11 a 12 a 21 a 22 ] [ E ix E iy ] Lihat Tabel Matriks Jones dan Elemen Optik Dari uraian aljabarnya, dapat ditulis : E tx = a 11 E ix + a 12 E iy Contoh : E ty = a 21 E ix + a 22 E iy E merepresentasikan keadaan polarisasi (P-State) pada +45, yang melalui elemen optik plat 1/4 gelombang dengan sumbu cepat vertikal (arah y), sehingga [ E tx E ty ] = [ i ] [1 1 ] E t = [ 1 i ] berkas yang ditransmisikan berupa berkas polarisasi lingkaran kanan (R-State) Secara umum, untuk beberapa (n) elemen optik berlaku : Contoh : E t = A n A 1 E i Dua matriks elemen optik 1/4 gelombang : E t = [ i ] [ i ] [1 1 ] = [ i ] [ 1 i ] = [ 1 i ] Hasil ini menunjukkan bahwa, keadaan polarisasi yang terjai adalah polarisasi linier dengan sudut polarisasi 45 (P-State pada -45 o ).

38 35 Soal-soal Latihan : 1. Sebuah polarizer ideal diputar pada laju antar sepasang serupa polarizer menyeberang stasioner. Tunjukkan bahwa rapat fluks yang keluar akan dimodulasi empat kali frekuensi rotasi. Dengan kata lain, tunjukkan bahwa : yang mana I1 adalah rapat fluks/ intensitas/ irradiansi yang keluar dari polarizer pertama dan I adalah rapat fluks akhir. 2. Berapakah sudut Brewster untuk pantulan cahaya dari permukaan sepotong kaca (ng = 1,65) yang dicelupkan dalam air (nw = 1,33)? 3. Suatu zat berada dalam air dengan indeks bias ni = 4/3. Seberkas cahaya datang mengenai zat dan mengalami polarisasi bila cahaya datang membentuk sudut = Hitunglah besar indeks bias zat nt? 4. Dua berkas cahaya inkoheren yang diwakili oleh (1,1,0,0) dan (3,0,0,3) ditumpang tindihkan (superimposed). (a) Jelaskan secara detail keadaan polarisasi masing-masing. (b) Tentukan parameter Stokes berkas cahaya gabungan dan jelaskan keadaan polarisasinya. (c) Berapakah derajat polarisasinya? (d) Apa cahaya yang dihasilkan oleh tumpang tindih berkas incoherent (1, 1. 0, 0) dan (1, -1,0, 0)? Menjelaskan. Jawaban :

39 36 3. Gunakan persamaan 14, yaitu hukum Brewster untuk menentukan indeks bias zat nt. tan θ p = n t n i n t = n i tan θ p n t = 4 tan 60o 3 n t = 4 3 x 3 n t = 2,3 Jadi besar indeks bias zat nt adalah 2,3 4. a) E1 = (1,1,0,0) Keadaan Polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative =1 E2 = (3,0,0,3) Polarisasi linier horizontal Keadaan polarisasinya : Irradiansi/ Intensitas relative = 3 Untuk kedua keadaan polarisasi, V = 1 Polarisasi lingkaran kanan (PR) b) Berkas gabungan, E = E1 + E2 = (4,1,0,3) dan ada komponen polarisasi linier (P-state), polarisasi lingkaran kanan (R-State). c) Derajat polariasi dapat dihitung menggunaan persamaan 20 : V = (S S S 2 3 ) 1 2 = ( ) 1 2 S 0 4 = 0,79 d) Berkas yang dihasilkan : E = (1,1,0,0) + (1, 1,0,0) = (2,0,0,0). Jenis cahaya yang dihasilkan adalah cahaya tak terpolarisasi, dengan kata lain merupakan cahaya natural/ alami.

40 Beberapa keadaan polarisasi dari vektor Stokes dan vektor Jones : 37

41 Tabel Matriks Jones dan Mueller 38

42 V. PENUTUP Polarisasi merupakan peristiwa/ fenomena yang unik dari sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik yang dapat diamati dengan instrumen optik dan dapat analisis secara matematis melalui penerapan matriks vector. Beberapa aplikasi polarisasi telah dimanfaatkan dalam teknologi dan memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia terutama dalam optik modern. Diharapkan dengan adanya modul ini mahasiswa dapat lebih mudah mengerti dan memahami fenomena polarisasi dan aplikasinya. 39

43 VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Crawford, Jr. F.S Waves, Barkeley physics course- volume 3. Barkeley, California 2. Hecht, E Optics. Fourth edition, Pearson Education, Inc., publishing as Addison Wesley,

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

MICROWAVES (POLARISASI)

MICROWAVES (POLARISASI) 1 MICROWAVES (POLARISASI) I. Tujuan Percobaan a. Mengetahui fenomena polarisasi b. Mengetahui bagaimana sebuah polarisator dapat digunakan untuk mengubah polarisasi dari radiasi gelombang mikro (microwaves).

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 1 BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.1 Gelombang Elektromagnetik Energi gelombang elektromagnetik terbagi sama dalam bentuk medan magnetik dan medan listrik. Maxwell menyatakan bahwa gangguan pada gelombang

Lebih terperinci

PROPAGASI DAN POLARISASI CAHAYA

PROPAGASI DAN POLARISASI CAHAYA PROPAGASI DAN POLARISASI CAHAYA Bagian I: Propagasi Cahaya dan Polarisasi Propagasi Cahaya Polarisasi Polarisasi Linier Polarisasi sirkular Polarisasi eliptik Cahaya sebagai Gelombang lektromagnetik (M)

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Polarisasi Dede Djuhana E-mail:dede@fisika.ui.ac.id Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0 Teori Korpuskuler (Newton) Cahaya Cahaya adalah korpuskel korpuskel yang dipancarkan oleh sumber dan merambat lurus dengan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi.

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi. POLARISASI CAHAYA Polarisasi adalah peristiwa terserapnya sebagian arah getar gelombang sehingga hanya tinggal memiliki satu arah getar saja. Cahaya dapat terpolar karena peristiwa: Pemantulan Pembiasan

Lebih terperinci

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1 KELAS XII LC FISIKA SMA KOLESE LOYOLA M1-1 MODUL 1 STANDAR KOMPETENSI : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala gelombang dalam menyelesaikan masalah KOMPETENSI DASAR 1.1. Mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri

Lebih terperinci

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK

: 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG TEGAK LAMPIRAN XV SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN MATERI POKOK KELAS/ SEMESTER PENELITI LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN TES : MAN 1 PADANG : FISIKA : 1. KARAKTERISTIK GELOMBANG 2. PERSAMAAN GELOMBANG BERJALAN DAN

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang

KISI-KISI SOAL UJI COBA. Menurut medium perambatannya, gelombang LAMPIRAN IV KISI-KISI SOAL UJI COBA No Indikator soal Teknik Bentuk Instrumen 1 Peserta didik menjelaskan karakteristik mekanik dan elektromagnetik Contoh Soal Menurut medium perambatannya, diklasifiikasikan

Lebih terperinci

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X Pengukuran, Besaran dan Satuan: 1. Besi mempunyai massa jenis 7,86 kg/m 3. Tentukan volume sepotong besi yang massanya 3,93 g. A. 0,5 cm 3 B. 0,5 m 3 C. 2,0 cm 3 D. 2,0 m 3 (hubungan besaran pokok dan

Lebih terperinci

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi.

DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. DEFINISI Gelombang adalah suatu usikan (gangguan) pada sebuah benda, sehingga benda bergetar dan merambatkan energi. MACAM GELOMBANG Gelombang dibedakan menjadi : Gelombang Mekanis : Gelombang yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK Sepertinya bunyi dalam padatan hanya berperan kecil dibandingkan bunyi dalam zat alir, terutama, di udara. Kesan ini mungkin timbul karena kita tidak dapat

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik

BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada

Lebih terperinci

PolarisasiCahaya. Dede Djuhana Kuliah Fisika Dasar 2 Fakultas Teknik Kelas FD2_06 Universitas Indonesia 2011

PolarisasiCahaya. Dede Djuhana Kuliah Fisika Dasar 2 Fakultas Teknik Kelas FD2_06 Universitas Indonesia 2011 PolarisasiCahaya Dede Djuhana Kuliah Fisika Dasar Fakultas Teknik Kelas FD_06 Universitas Indonesia 011 1 KonsepCahaya Teori Korpuskuler(Newton) Cahaya adalah korpuskel-korpuskel yang dipancarkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t

2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t Modul Pembelajaran Fisika XII-IPA 1 BAB 1 GEJALA GELOMBANG A. Persamaan Dasar Gelombang 1). Pengertian Gelombang Gelombang adalah usikan yang merambat secara terus menerus. Medium yang dilalui gelombang

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

GETARAN DAN GELOMBANG

GETARAN DAN GELOMBANG GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang

BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang 1 BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Persamaan antara getaran dan gelombang adalah (1) keduanya memiliki frekuensi (2) keduanya memiliki amplitude (3) keduanya memiliki panjang gelombang A.

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya.

GELOMBANG CAHAYA. Pikiran-pikiran tersebut adalah miskonsepsi. Secara lebih rinci, berikut disajikan konsepsi ilmiah terkait dengan gelombang cahaya. GELOMBANG CAHAYA PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari sering Anda mengamati pelangi. Apa yang Anda ketahui tentang pelangi? Mengapa pelangi terjadi pada saat gerimis atau setelah hujan turun dan matahari

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6

Lebih terperinci

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Interferensi Cahaya Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Interferensi Cahaya 1 / 39 Contoh gejala interferensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah

Lebih terperinci

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 Apa itu Gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat Apakah dalam perambatannya perlu medium/zat perantara? Tidak harus! Berdasarkan ada/tidak

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X I. PENDAHULUAN Sejarah mengenai difraksi sinar-x telah berjalan hampir satu abad ketika tulisan ini disusun. Tahun 191 adalah awal dari studi intensif mengenai difraksi

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi

Lebih terperinci

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012

SMA IT AL-BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2011/2012 PTUNJUK UMUM SMA T AL-NAA SLAMC OARDNG SCHOOL UJAN AKHR SMSTR GANJL TAHUN AJARAN 2011/2012 LMAR SOAL Mata Pelajaran : isika Pengajar : Harlan, S.Pd Kelas : X Hari/Tanggal : Senin/26 Desember 2011 AlokasiWaktu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika UTS Fisika Latihan 2 Kelas 12 Doc. Name: AR12FIS02UTS Version: 2014-10 halaman 1 01. Gelombang transversal pada tali horizontal dengan panjang gelombang 8 m merambat dengan kelajuan

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x BAB II CAHAYA 2.1 Pendahuluan Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 10 8 m/s. Sifat-sifat cahaya adalah

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

Pertanyaan Final (rebutan)

Pertanyaan Final (rebutan) Pertanyaan Final (rebutan) 1. Seseorang menjatuhkan diri dari atas atap sebuah gedung bertingkat yang cukup tinggi sambil menggenggam sebuah pensil. Setelah jatuh selama 2 sekon orang itu terkejut karena

Lebih terperinci

Gelombang Stasioner Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam. gelombang stasioner. (

Gelombang Stasioner Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam. gelombang stasioner. ( Gelombang Stasioner 16:33 Segala ada No comments Apa yang terjadi jika ada dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan amplitudo sama tetapi arah berbeda bergabung menjadi satu? Hasil gabungan itulah yang

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas

Lebih terperinci

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R DOKUMEN ASaFN. Sebuah uang logam diukur ketebalannya dengan menggunakan jangka sorong dan hasilnya terlihat seperti pada gambar dibawah. Ketebalan uang tersebut adalah... A. 0,0 cm B. 0, cm C. 0, cm D.

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi

Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi.

Kompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:55:45 Kompetensi 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:56:01 Merupakan superposisi gelombang harmonik.

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya 1. EBTANAS-06-22 Berikut ini merupakan sifat-sifat gelombang cahaya, kecuali... A. Dapat mengalami pembiasan B. Dapat dipadukan C. Dapat dilenturkan D. Dapat dipolarisasikan E. Dapat menembus cermin cembung

Lebih terperinci

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt I. BUNYI 1. Bunyi merambat pada besi dengan kelajuan 5000 m/s. Jika massa jenis besi tersebut adalah 8 g/cm 3, maka besar modulus elastik besi adalah... (2x10 11 N/m 2 ) 2. Besar kecepatan bunyi pada suatu

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS Doc. Name: K13AR12FIS01UAS Version: 2015-11 halaman 1 01. Seorang pendengar A berada di antara suatu sumber bunyi S yang menghasilkan bunyi berfrekuensi f dan tembok

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik GELOMBANG II 1 MATERI Gelombang elektromagnetik (Optik) Refleksi, Refraksi, Interferensi gelombang optik Pembentukan bayangan cermin dan lensa Alat-alat yang menggunakan prinsip optik 1 Sifat-sifat gelombang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 39 JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 9 JAKARTA Jl. RA Fadillah Cijantung Jakarta Timur Telp. 840078, Fax 87794718 REMEDIAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) Cahaya

Fisika Umum (MA 301) Cahaya Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini (minggu 11) Cahaya Cahaya adalah Gelombang Elektromagnetik Apa itu Gelombang Elektromagnetik!!! Pendahuluan: Persamaan Maxwell Listrik dan magnet awalnya dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 Analisis output dilakukan terhadap hasil simulasi yang diperoleh agar dapat mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi output. Optimasi juga dilakukan agar output meningkat mendekati dengan hasil

Lebih terperinci

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih

OPTIKA FISIS. Celah Ganda Young Layar Putih OPTIKA FISIS A. Interferensi Cahaya : Peraduan antara dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan ola tertentu. Untuk engamatan Interferensi gelombang cahaya, agar hasilnya daat diamati dierlukan

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa LAJU INVERSI GULA Sukrosa Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Selain pada tebu dan bit, sukrosa terdapat pula pada tumbuhan lain, misalnya dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah

Lebih terperinci

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Skema Teori Listrik dan Magnetik Untuk mempelajari tentang ilmu kelistrikan dan ilmu kemagnetikan diperlukan dasar dari kelistrikan dan kemagnetikan yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK

PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK PENGAMATAN PENJALARAN GELOMBANG MEKANIK Elinda Prima F.D 1, Muhamad Naufal A 2, dan Galih Setyawan, M.Sc 3 Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M0207025 Di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dari An introduction by Heinrich Kuttruff Bagian 6.6 6.6.4 6.6 Penyerapan Bunyi Oleh

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI II LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMP/MTS SEDERAJAT 1. USAHA Sebuah benda bermassa 50 kg terletak pada bidang miring dengan sudut kemiringan 30 terhadap bidang horizontal. Jika

Lebih terperinci

INTERFERENSI GELOMBANG

INTERFERENSI GELOMBANG INERFERENSI GELOMBANG Gelombang merupakan perambatan dari getaran. Perambatan gelombang tidak disertai dengan perpindahan materi-materi medium perantaranya. Gelombang dalam perambatannya memindahkan energi.

Lebih terperinci

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah 1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah A. y = 0,5 sin 2π (t - 0,5x) B. y = 0,5 sin π (t - 0,5x) C. y = 0,5 sin π (t - x) D. y = 0,5 sin 2π (t - 1/4 x) E. y = 0,5 sin 2π (t

Lebih terperinci

Prinsip superposisi Jika dua atau lebih gelombang merambat dalam satu medium yang sama, gelombang resultan-nya sama dengan jumlahan aljabar dari

Prinsip superposisi Jika dua atau lebih gelombang merambat dalam satu medium yang sama, gelombang resultan-nya sama dengan jumlahan aljabar dari Pertemuan 8 1 Jika gelombang-gelombang sinusoidal yang bergabung dalam satu medium yang sama mempunyai frekuensi dan panjang-gelombang yang sama, maka sebuah pola stasioner dapat terbentuk. Pola stasioner

Lebih terperinci

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER

GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester II Nama : Kelas : Gelombang Berjalan dan Gelombang Stationer Page 1 Satuan Pendidikan : SMA N 9 PADANG Kelas : XI MIA

Lebih terperinci

SASARAN PEMBELAJARAN

SASARAN PEMBELAJARAN OSILASI SASARAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mengenal persamaan matematik osilasi harmonik sederhana. Mahasiswa mampu mencari besaranbesaran osilasi antara lain amplitudo, frekuensi, fasa awal. Syarat Kelulusan

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci